PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS V MI YAPPI PLANJAN CILACAP.

(1)

i

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPA SISWA KELAS V MI YAPPI PLANJAN CILACAP

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Eko Prasetiyo Aji NIM 12108244109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

iv


(5)

v MOTTO

“Ilmu itu ibarat lemari (yang tertutup rapat), dan sebagai kunci pembukanya adalah pertanyaan”

“Belajar tanpa berpikir tidak ada gunanya, berpikir tanpa belajar adalah berbahaya”

(Muhammad SAW)

“Belajar untuk memahami, belajar untuk melakukan” (Penulis)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu yang selalu memberikan perhatian, cinta, dan kasih sayang. 2. Universitas Negeri Yogyakarta


(7)

vii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI

BELAJAR IPA SISWA KELAS V MI YAPPI PLANJAN CILACAP

Oleh Eko Prasetiyo Aji NIM 12108244109

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Penelitian dilakukan di MI YAPPI Planjan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaborasi antara peneliti dan guru kelas. Subjek dari penelitin ini yaitu siswa kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Desain penelitian menggunakan model Kemmis dan MC Taggart. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu tes dan lembar observasi. Tes untuk memperoleh data hasil belajar kognitif siswa, sedangkan lembar observasi untuk mengumpulkan hasil pengamatan aktifitas siswa dan guru. Data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa. Pada pelaksanaan pratindakan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 14,71%, sedangkan siswa yang belum tuntas 85,29%. Pada siklus I ketuntasan belajar meningkat menjadi 67,65% dan siswa yang belum tuntas 30,35%. Pada siklus II ketuntasan belajar mencapai 88,24% dan siswa yang belum tuntas 11,76%. Pembelajaran TGT dilaksanakan dengan empat tahap yaitu (1) presentasi kelas dengan menyajikan informasi/pokok materi pelajaran secara singkat dan jelas, (2) tahap belajar kelompok untuk mendalami materi dan melakukan permainan akademik dengan membentuk kelompok heterogen (kemampuan akademik berbeda) yang terdiri dari 4-6 siswa, (3) tahap turnamen untuk memberi tantangan kepada siswa agar dapat berkompetisi, (4) penghargaan kelompok untuk memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Upaya perbaikan yang dilakukan pada siklus II yaitu memberikan teguran kepada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan materi, pembagian kelompok heterogen dan homogen diumumkan satu hari sebelum pelaksanaan pembelajaran IPA, membuat permainan akademik yang lebih menarik perhatian seluruh kelas dengan permainan tebak kata, dan memberi pengertian kepada siswa tentang kerja sama yang baik.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan yang telah diberikan.

Ungkapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Rochmat Wahab, M. Pd., M.A. selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu di UNY.

2. Bapak Dr. Haryanto, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Bapak Suparlan, M. Pd. I. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar


(9)

ix

4. Ibu Dr. Pratiwi Pujiastuti, M. Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan arahan maupun kritik dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ikhlasul Ardi Nugroho, S. Pd. Si., M. Pd. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat selama penulis menempuh studi. 6. Kedua orang tua ku yang telah memberikan dukungan, doa, kasih sayang,

dan perhatian.

7. Adik-adikku yang telah banyak memberikan doa dan dukungan.

8. Siswa siswi kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap yang turut bekerjasama serta ikut berpartisipasi dalam proses pengambilan data penelitian.

9. Sahabat kompasH yang telah memberikan bantuan, semangat, serta pengalaman berharga.

10.Keluarga besar kelas H PGSD UNY 2012 yang telah berbagi pengalaman dan ilmu selama menempuh studi.

11.Teman-teman PGSD UNY angkatan 2012 terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan di Indonesia.

Yogyakarta, 17 November 2016 Penulis


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

2. Bentuk-bentuk Model Pembelajaran Kooperatif ... 12

3. Teams Games Tournament (TGT) ... 13

4. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT) ... 15

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT) ... 17


(11)

xi

B. Kajian Prestasi Belajar IPA ... 22

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 22

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 26

3. Pengertian Prestasi Belajar IPA ... 29

C. Karakteristik Anak Sekolah Dasar ... 30

D. Penelitian Yang Relevan ... 31

E. Kerangka Pikir ... 32

F. Definisi Operasional Variabel ... 35

G. Hipotesis Tindakan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 37

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

C. Setting Penelitian ... 38

D. Desain Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 48

H. Indikator Keberhasilan ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

1. Tahap Pratindakan ... 50

2. Pelaksanaan Siklus I ... 52

3. Pelaksanaan Siklus II ... 66

B. Pembahasan ... 82

C. Keterbatasan Penelitian ... 86

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(12)

xii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Siswa ... 3

Tabel 2. Sintak Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 17

Tabel 3. Contoh Lembar Skor Turnamen ... 20

Tabel 4. Kisi-kisi Lembar Observasi Untuk Guru ... 44

Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Untuk Siswa ... 45

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Tes Tertulis Siklus I ... 46

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Tes Tertulis Siklus II ... 47

Tabel 8. Ketuntasan Belajar Tahap Pratindakan ... 50

Tabel 9. Ketuntasan Belajar Siklus I ... 60

Tabel 10. Ketuntasan Belajar Siklus II ... 75


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Penempatan Siswa Pada Meja Turnamen ... 18

Gambar 2. Aturan Turnamen TGT ... 19

Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir ... 35

Gambar 4. Siklus Spiral Model Kemmis & MC Taggart ... 39

Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar Pratindakan ... 51

Gambar 6. Diagram Ketuntasan Belajar Pratindakan dan Siklus I ... 61


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. RPP Siklus I Pertemuan Pertama ... 92

Lampiran 2. RPP Siklus I Pertemuan Kedua ... 95

Lampiran 3. RPP Siklus II Pertemuan Pertama ... 98

Lampiran 4. RPP Siklus II Pertemuan Kedua ... 102

Lampiran 5. Soal Pratindakan ... 105

Lampiran 6. Soal Evaluasi Siklus I ... 108

Lampiran 7. Soal Evaluasi Siklus II ... 113

Lampiran 8. Kunci Jawaban ... 116

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 117

Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 120

Lampiran 11. Permainan Teka-teki Silang ... 122

Lampiran 12. Kunci Jawaban Soal TTS ... 124

Lampiran 13. Soal Turnamen Siklus I ... 125

Lampiran 14. Soal Turnamen Siklus II ... 126

Lampiran 15. Lembar Skor Turnamen ... 127

Lampiran 16. Perolehan Poin Kelompok Pada Turnamen Siklus I ... 128

Lampiran 17. Perolehan Poin Kelompok Pada Turnamen Siklus II ... 130

Lampiran 18. Lembar Rangkuman Skor Tim ... 132

Lampiran 19. Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ... 133

Lampiran 20. Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II ... 137

Lampiran 21. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ... 140

Lampiran 22. Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ... 143

Lampiran 23. Rekapitulasi Nilai Tes Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II ... 145

Lampiran 24. Dokumentasi ... 147

Lampiran 25. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tes Pratindakan Nilai Tertinggi ... 151

Lampiran 26. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tes Pratindakan Nilai Terendah ... 153

Lampiran 27. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Evaluasi Siklus I Nilai Tertinggi .... 155

Lampiran 28. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Evaluasi Siklus I Nilai Terendah ... 158


(15)

xv

Lampiran 30. Hasil Pekerjaan Siswa Pada Evaluasi Siklus I Nilai Terendah ... 163 Lampiran 31. Surat Keterangan Validasi ... 165 Lampiran 32. Surat Izin Penelitian ... 166


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian dari usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Seperti yang tercantum dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Kemampuan mengembangkan diri secara aktif sangat penting bagi siswa agar dapat menghadapi kemajuan teknologi dan pengetahuan yang terus berkembang.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah selalu berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan. Salah satu usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan yaitu dengan memperbaiki proses pembelajaran. Usaha perbaikan ini bertujuan agar dapat meningkatkan proses dan prestasi belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar dapat berasal dari dalam dan luar individu. Faktor yang berasal dari dalam individu dapat berupa motivasi, minat, dan kecerdasan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar individu dapat berupa metode belajar, model pembelajaran, dan kondisi lingkungan sekitar.


(17)

2

Untuk menunjang proses pembelajaran yang baik, pemerintah telah menyusun kurikulum sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini yaitu kurikulum 2013. Di dalam kurikulum tersebut, pemerintah juga telah menyiapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berbagai mata pelajaran. Salah satunya yaitu mata pelajaran IPA.

IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala isinya (Hendro Darmodjo, 1992: 3). Pengetahuan di dalam IPA harus bersifat rasional yang berdasarkan pada fakta empiris, bukan pengetahuan yang bersifat mitologis, contoh penyebab banjir adalah sampah yang menumpuk di sungai, bukan karena kehendak tuhan. Pembelajaran IPA diharapkan mampu menjadi sarana bagi siswa untuk memahami dirinya sendiri, alam sekitarnya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan data nilai ulangan harian dan observasi yang telah dilakukan di kelas 5 pada tanggal 26 Juli 2016 terdapat masalah dalam proses pembelajaran IPA. Masalah tersebut yaitu siswa kurang aktif dalam pembelajaran IPA. Ketika pembelajaran IPA berlangsung terlihat hanya beberapa siswa yang cukup aktif menanggapi pertanyaan dari guru. Siswa yang lain hanya kurang memperhatikan dan kurang merespon ketika sedang diadakan pembahasan materi. Siswa ada yang bercanda dengan teman sebangkunya, duduk santai bersandar pada dinding, dan mengganggu teman yang sedang memperhatikan penjelasan dari guru.


(18)

3

Berdasarkan situasi belajar tersebut menunjukkan adanya motivasi belajar yang rendah, maka akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat (Slameto, 2003: 34) bahwa keberhasilan siswa memperoleh prestasi belajar yang baik dipengaruhi oleh faktor psikologis siswa, salah satunya adalah motivasi belajar. Data nilai harian siswa juga menunjukkan apabila prestasi belajar siswa masih rendah. Sebagian besar siswa masih mendapat nilai dibawah nilai KKM yaitu 65. Data yang diambil dari nilai ulangan harian pada materi pencernaan manusia menunjukkan bahwa dari 34 siswa hanya 12 siswa yang mendapat nilai ≥ 65. Nilai rata-rata ulangan harian IPA juga masih rendah apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran lain, seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Siswa Pada Ulangan Harian Semester 1

No. Mata Pelajaran Nilai Rata-rata

1. Matematika 69,56

2. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 72,50 3. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 63,97 4. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 75,73

5. Bahasa Indonesia 73,52

Sumber: Dokumentasi Sekolah

Hasil lain dari wawancara terhadap guru menyatakan bahwa selama ini jarang sekali diadakan diskusi kelompok terkait dengan materi pelajaran. Siswa lebih sering mengerjakan LKS secara mandiri. Siswa belum diajak untuk bekerja dan belajar bersama-sama untuk menyelesaikan tugas seperti halnya menyelesaikan LKS dalam kelompok. Guru hanya mengandalkan


(19)

4

metode ceramah dan metode tanya jawab ketika mengajar, sehingga siswa merasa bosan dan sering mengantuk di kelas.

Berdasarkan analisis permasalahan tersebut, permasalahan pembelajaran terjadi karena guru masih mengandalkan metode klasikal berupa ceramah dan tanya jawab, dimana siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar, merasa bosan, dan mengantuk ketika pembelajaran berlangsung. Hal tersebut menjadikan siswa kurang memperhatikan penjelasan materi dan pada akhirnya siswa menjadi kurang paham dengan materi yang diajarkan dan berdampak pada prestasi belajar siswa menjadi rendah. Harriman dalam (Walgito, 2004: 99) mengemukakan bahwa apabila siswa memperhatikan suatu objek, maka apa yang diperhatikan akan betul-betul dipahami dan akan betul-betul jelas bagi individu yang bersangkutan. Analisis permasalahan yang lain yaitu sistem LKS yang dikerjakan secara mandiri membuat siswa kurang berinteraksi dengan temannya, sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk berpendapat, menyampaikan ide, dan bertukar pikiran. Keadaan tersebut membuat siswa minim akan pengetahuan karena hanya mendapat penjelasan materi dari guru. Siswa tidak mendapat kesempatan untuk terlibat langsung dalam menemukan fakta-fakta empiris. Untuk itu diperlukan sebuah inovasi, khususnya yang berhubungan dengan model pembelajaran yang akan dipakai untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.


(20)

5

Salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai untuk mengatasi permasalahan pembelajaran IPA yaitu model pembelajaran kooperatif. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Moehammad Soetikno (2012: 77) yang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar IPA pada materi perkembangan makhluk hidup. Model pembelajaran kooperatif menekankan pada interaksi yang aktif antara siswa. Davidson dan Kroll dalam (Nur Asma, 2006: 11) mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja sama secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang ada dalam tugas mereka. Jadi, bekerja sama dalam kelompok, berinteraksi, dan saling berbagi ide dapat tercapai melalui pembelajaran kooperatif.

Ide pembelajaran kooperatif bermula dari pandangan filosofis tentang konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atau teman. Hal ini juga dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Dengan adanya pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat meningkatkan kinerja dalam tugas-tugas akademik, saling menghargai perbedaan individu, dan mampu mengembangkan keterampilan sosialnya.

Model pembelajaran kooperatif ada banyak, salah satunya tipe Teams Games Tournament (TGT). Model ini cocok digunakan untuk hampir seluruh mata pelajaran dan tingkat kelas. Model pembelajaran Teams Games


(21)

6

Tournament (TGT) merupakan suatu model pembelajaran yang didahului dengan penyajian materi pelajaran oleh guru dan diakhiri dengan suatu game/turnamen serta penghargaan tim. Secara singkat kegiatan pembelajaran dalam model pembelajaran ini diawali dengan penyajian materi secara singkat oleh guru, kemudian pembentukan kelompok heterogen (kemampuan akademik, jenis kelamin, ras) dan siswa belajar secara berkelompok/tim untuk mendalami materi. Di dalam kelompok siswa juga bekerja sama untuk menyelesaikan lembar kegiatan siswa dan berlatih melakukan permainan. Setelah kegiatan dalam tim/kelompok selesai, kegiatan selanjutnya yaitu pembentukan kelompok homogen untuk mengikuti turnamen akademik. Dalam turnamen siswa bersaing mengumpulkan poin untuk kelompok asalnya (heterogen). Turnamen selesai kemudian siswa kembali ke kelompok asal (heterogen) dan membawa perolehan poinnya. Guru kemudian menghitung poin tiap tim/kelompok dan memberikan penghargaan kepada kelompok yang memiliki perolehan poin tertinggi atau biasa disebut kelompok super.

Kelebihan dari model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

pada pembelajaran IPA yaitu dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain, dan meningkatkan sikap kerjasama siswa. Dengan menggunakan model pembelajaran ini, siswa akan tertarik untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menganut prinsip


(22)

7

pembelajaran yang menyenangkan dan pembelajaran yang aktif. Dimana dengan pembelajaran yang menyenangkan, maka tidak ada lagi suasana yang menakutkan dan perasaan tertekan bagi siswa, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk belajar secara aktif dan tertarik untuk melakukan eksperimen. Dengan adanya pembelajaran yang aktif, diharapkan pembelajaran IPA akan berjalan secara efektif. Selain itu, siswa juga diharapkan lebih mudah menangkap konsep-konsep dalam pembelajaran IPA, sehingga akan mempengaruhi prestasi belajar yang diperolehnya.

Prestasi belajar IPA adalah penguasaan terhadap pengetahuan dan keterampilan yang ada pada mata pelajaran IPA, lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar IPA juga dapat diartikan sebagai hasil usaha belajar yang menunjukkan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai, dimana nilai tersebut diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada siswa.

Berdasarkan uraian diatas, masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran ialah pengembangan pembelajaran IPA yang dilakukan guru masih kurang efektif. Untuk itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:


(23)

8

1. Prestasi belajar IPA siswa masih rendah dapat dilihat dari jumlah siswa yang nilainya belum mencapai KKM.

2. Pembelajaran IPA kurang menarik, cenderung membuat siswa bosan. 3. Siswa lebih banyak pasif ketika pembelajaran berlangsung di dalam kelas.

Hal ini dikarenakan guru masih mengandalkan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran.

4. Siswa belum terbiasa untuk bekerja sama karena guru jarang meminta siswa untuk melakukan diskusi kelompok.

5. Guru belum menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar. C. Pembatasan Masalah

Agar dapat memfokuskan kajian dalam penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti, sehingga masalah yang menjadi obyek penelitian dapat diteliti secara mendalam dan terarah. Penelitian ini dibatasi pada prestasi belajar IPA yang masih rendah dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Bagaimanakah meningkatkan prestasi belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap?”


(24)

9 E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diurakan di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) pada siswa kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap.

2. Mendeskripsikan upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

TGT.

F. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Secara Praktis

a. Bagi siswa, dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa, sekaligus menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar tentang IPA.

b. Bagi guru, dapat memberikan gambaran model pembelajaran yang efektif untuk membelajarkan mata pelajaran IPA.

c. Bagi penulis, dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman tentang bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe


(25)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Secara khusus istilah “model” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan sesuatu kegiatan. Dalam pengertian lain “model” juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda yang sesungguhnya, seperti globe adalah model dari bumi. Dalam uraian selanjutnya, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual.

Kerangka konseptual adalah batasan yang mendasar seperti halnya seorang yang ingin membuat pakaian atau celana, maka si penjahit membuat model yang dipilih apa model budaya Betawi atau model Jawa (Ali Hamzah dan Muhlisrarini, 2014: 154). Atas dasar pemikiran tersebut, maka model pembelajaran ialah batasan yang akan digunakan sebagai pedoman dan acuan untuk suatu kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistemastis untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Selanjutnya untuk memahami pengertian pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu sikap atau perilaku saling membantu antar anggota kelompok dengan cara bekerja bersama dalam struktur yang teratur, dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh partisipasi anggota kelompok itu sendiri. Slavin dalam (Etin solihatin dan Raharjo, 2007: 4) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah


(26)

11

suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang heterogen. Sedangkan Nur Asma (2006: 11) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama antara siswa dalam kelompok. Hal ini dilandasi oleh pemikiran bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami suatu konsep jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya.

Pembelajaran kooperatif merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka diantara kelompok (Sugandi dalam Tukiran Taniredja, dkk, 2011: 55-56).

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat dipahami bahwa model pembelajaran kooperatif mengacu pada pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok agar siswa dapat bekerja sama menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Jadi, dapat disimpulkan pengertian model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran


(27)

12

yang di dalamnya terdapat pembagian kelompok dengan struktur kelompok yang heterogen, dimana setiap anggota kelompok tersebut saling bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang bersifat kooperatif dan mencapai tujuan bersama.

2. Bentuk-bentuk Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa bentuk atau tipe menurut Slavin (Narulita, 2005: 143) diantaranya yaitu:

a. Student Teams Achievement Divisions (STAD)

Model STAD merupakan bentuk model pembelajaran kooperatif yang sangat mudah diadaptasi oleh guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang bearnggotakan empat orang dengan beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru memberikan pelajaran dan kemudian siswa-siswa dalam kelompok itu memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran. Akhirnya, semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut. Siswa dan kelompok yang mendapatkan skor kuis tertinggi akan diberikan hadiah dan sertifikat.

b. Teams Games Tournament (TGT)

Secara umum Teams Games Tournament (TGT) sama dengan

Student Teams Achievement Division (STAD) kecuali satu hal: TGT


(28)

13

siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka.

c. Team Assited Individualization (TAI)

Fitur utama TAI dirancang untuk kelas tiga sampai enam, tetapi juga dapat digunakan untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi (sampai jenjang perguruan tinggi). Pembagian kelompok dalam TAI

sama dengan STAD, yang berbeda yaitu setiap 8 minggu siswa dikelompokkan ulang ke dalam kelompok baru. Selain itu dalam penempatan siswa dalam kelompok digunakan juga ujian penempatan. Sama seperti pembelajaran biasa, dalam TAI juga ada ujian mata pelajaran, sehingga selain ada nilai kelompok juga ada nilai perseorangan.

d. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)

Program CIRC terdiri dari tiga unsur utama, yaitu aktivitas dasar, pengajaran langsung dalam pemahaman membaca, dan seni berbahasa/menulis integral. Dalam semua aktivitas tersebut, siswa belajar dan bekerja bersama dalam kelompok belajar yang heterogen. 3. Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang didalam pembelajarannya diawali dengan penyajian materi dan diakhiri dengan suatu game/turnamen akademik. Secara umum TGT sama dengan Student Teams Achievement Division (STAD) kecuali satu hal: TGT menggunakan kuis-kuis dan sistem


(29)

14

kemajuan individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara seperti mereka (Slavin, 2005: 163).

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ialah model pembelajaran yang mengoptimalkan penguasaan konten melalui kompetisi dan juga sikap berkooperatif (Harvey, dkk, 2012: 57). Pada pembelajaran TGT, siswa yang memiliki level kemampuan berbeda-beda bekerja sama dalam tim-tim belajar untuk meninjau konten penting, serta membantu satu sama lain untuk menopang kesenjangan-kesenjangan dalam pembelajaran mereka.

Kegiatan dalam pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)

dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Kegiatan ini menantang namun menyenangkan, sehingga dapat diterapkan pada berbagai jenjang pendidikan. Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) menuntut siswa belajar secara aktif, juga mengandung unsur permainan dan penghargaan (reinforcement). Aktivitas belajar pada pembelajaran TGT

dapat membentuk karakter siswa diantaranya karakter tanggung jawab, sikap tolong menolong, dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Selain itu, kegiatan berkelompok untuk memecahkan masalah dan suasana belajar yang menantang namun menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa.


(30)

15

Dalam pelaksanaan model pembelajaran TGT setelah siswa belajar dalam kelompoknya masing-masing, anggota kelompok yang setingkat kemampuannya akan dipertemukan dalam suatu game/turnamen yang dikenal dengan “tournament table” yang diadakan tiap akhir unit pokok

bahasan atau akhir pekan. Skor yang didapat akan memberikan kontribusi rata-rata skor kelompok.

4. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

Ada lima komponen pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) menurut Slavin (Narulita, 2005: 166) yaitu:

a. Presentasi Kelas

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament tidak berbeda jauh dengan pembelajaran biasa atau klasikal, bedanya hanya pembelajaran TGT lebih difokuskan pada materi yang sedang dibahas saja. Cara ini dilakukan agar siswa benar-benar memberi perhatian penuh selama pembelajaran, sehingga siswa akan memperhatikan dengan serius materi yang sedang diajarkan. Karena dengan demikian akan sangat membantu siswa mengerjakan kuis-kuis dan skor kuis yang diperolehnya menentukan skor timnya.

b. Tim/kelompok

Tim terdiri dari 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim adalah memastikan bahwa anggota tim


(31)

benar-16

benar belajar serta mempersiapkan anggota tim untuk bisa mengerjakan kuis/turnamen dengan baik.

c. Game

Game terdiri atas pertanyan-pertanyaan yang dirancang dengan konten yang relevan untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim. Dalam game setiap siswa mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut.

d. Kompetisi/Turnamen

Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. biasanya dilaksanakan pada akhir minggu atau akhir unit pokok bahasan, setelah guru memberikan presentasi di kelas dan tim melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan.

e. Rekognisi Tim

Rekognisi tim dilakukan dengan memberikan penghargaan berupa sertifikat atau hadiah atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria tertentu yang telah disepakati bersama.


(32)

17

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)

Tabel 2. Sintak model pembelajaran kooperatif tipe TGT Tahap

Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Tahap I

Penyajian kelas (teacher

presentation)

Menyajikan informasi/ pokok materi pelajaran secara singkat sesuai dengan kompetensi dasar.

Mengikuti penyajian informasi/pokok materi pelajaran.

Tahap II Tim (teams)

Membentuk kelompok

heterogen dengan anggota 4-6 orang perkelompok. Memberi kesempatan kepada siswa secara berkelompok

mendalami materi dan latihan permainan akademik

(menjawab pertanyaan bernomor).

Belajar kelompok mendalami materi yang diberikan guru.

Siswa mengerjakan

lembar kegiatan dalam tim untuk menguasai materi dan latihan melakukan permainan akademik untuk menjawab pertanyaan bernomor dalam kelompok heterogen. Tahap III Turnamen (tournament)

Memberi tantangan dengan pertanyaan bernomor yang dilakukan di setiap akhir unit setelah guru menyampaikan presentasi dan siswa

mengerjakan LKS.

Siswa mewakili kelompok melakukan permainan akademik dengan menjawab pertanyaan bernomor dalam turnamen (anggota kelompok dalam meja turnamen harus berkemampuan akademik homogen).

Tahap IV Penghargaan Kelompok (teams recognition)

Memberi penghargaan kepada kelompok yang mendapat skor tertinggi.

Kelompok yang mendapat skor tertinggi mendapat penghargaan.


(33)

18 TEAM A

TEAM B TEAM C

Gambar 1. Penempatan siswa pada meja turnamen Slavin (Narulita, 2005: 168)

A-1 A-2 A-3 A-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja Turnamen

1

Meja Turnamen

2

Meja Turnamen

3

Meja Turnamen

4

B-1 B-2 B-3 B-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

C-1 C-2 C-3 C-4 Tinggi Sedang Sedang Rendah


(34)

19

Gambar 2. Aturan permainan Teams Games Tournament (TGT)

 Pemain yang jawabannya benar dapat menyimpan kartu soal tersebut. Jika ada penantang yang jawabannya salah, maka ia harus mengembalikan kartu yang ia menangkan sebelumnya (jika ada) ke tumpukan kartu.

 Apabila tidak ada satupun jawaban yang benar, maka kartu tersebut dikembalikan ke tumpukan.

Pembaca

1) Mengambil sebuah kartu bernomor dan carilah soal yang berhubungan dengan nomor tersebut.

2) Bacalah pertanyaan dengan keras. 3) Cobalah untuk menjawab

Penantang I

Setuju dengan pembaca atau menantang dengan memberikan jawaban yang berbeda.

Penantang II

1) Mengambil kunci jawaban dan meletakkannya di meja dalam keadaan terbalik.

2) Setuju dengan pembaca atau menantang dengan memberikan jawaban yang berbeda.


(35)

20

 Putaran berikutnya bergerak satu posisi ke kiri, penantang I sebagai pembaca, penantang II sebagai penantang I, pembaca sebagai penantang II. Permainan berlangsung sampai jam pelajaran habis atau kartu habis.

 Setelah turnamen selesai, masing-masing peserta mencatat banyaknya kartu yang dimenangkan pada lembar skor turnamen, pada kolom yang ditandai dengan permainan.

 Menghitung skor tim dan mempersiapkan penghargaan untuk tim dengan skor tertinggi.

 Memeriksa poin turnamen pada lembar skor turnamen, kemudian memindahkan tiap poin turnamen ke lembar rangkuman tim

Meja Turnamen 1

Tabel 3. Contoh Lembar Skor Turnamen Pemain Tim Permainan

1

Permainan 2

Poin Turnamen

Dian Mawar 5 20

Bella Melati 14 60

Jaka Anggrek 11 40

Keterangan:

Poin 60 untuk siswa yang mencapai skor tinggi (tertinggi)

Poin 40 untuk siswa yang mencapai skor menengah (lebih rendah) Poin 20 untuk siswa yang mencapai skor rendah (terendah)


(36)

21

 Menghitung skor tim untuk diberi penghargaan

Skor rata-rata tim tertinggi : Tim super diberi penghargaan Skor rata-rata tim menengah : Tim hebat diberi ucapan selamat Skor rata-rata tim rendah : Tim baik diberi ucapan selamat Tim Melati

Anggota

Bella 50

Anisa 40

Vino 60

Lia 60

Ali 40

Sanji 50

Skor tim total 300 Rata-rata tim 50

6. Kelebihan dan Kekurangan Teams Games Tournament (TGT) a. Kelebihan Teams Games Tournament (TGT)

1) Dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

2) Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.

3) Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil. 4) Motivasi belajar siswa bertambah.

5) Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan. 6) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa


(37)

22

7) Siswa dapat menelaah sebuah pokok bahasan dan mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa. Selain itu, dengan adanya kerja sama antar siswa akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.

b. Kekurangan Teams Games Tournament (TGT)

1) Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.

2) Sering kekurangan waktu dalam proses pembelajaran.

3) Kemungkinan terjadi kegaduhan apabila guru tidak dapat mengelola kelas dengan baik.

B. Kajian Prestasi Belajar IPA 1. Pengertian Prestasi Belajar

Kata “prestasi” mengandung arti hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Prestasi menunjukkan keberhasilan seseorang terhadap usaha yang telah dilakukan atau dikerjakannya. Dalam kejuaraan atau perlombaan, prestasi ditunjukkan dengan peringkat seseorang dalam suatu kejuaraan atau perlombaan itu. Prestasi dalam kegiatan pembelajaran lazimnya ditunjukkan dengan angka yang diperoleh dari nilai tes. Prestasi menurut Muhibbin Syah (2002: 141) adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.


(38)

23

Selanjutnya untuk memahami pengertian tentang belajar berikut dikemukakan beberapa pengertian belajar diantaranya menurut Morgan dalam (Mulyani dan Johar, 1998: 15) bahwa belajar adalah setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. Belajar merupakan aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Pengertian tentang prestasi belajar dikemukakan oleh Suratinah Tirtonegoro (dalam Jamilah Susmawati, 2012: 12), bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka, huruf-huruf atau kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Prestasi belajar menjadi indikator keberhasilan siswa dalam menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa prestasi menjadi sumber informasi seberapa jauh siswa telah berhasil melaksanakan tugas belajarnya. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari usaha belajar berupa angka atau huruf yang


(39)

24

diperoleh dari nilai tes yang menunjukkan tingkat keberhasilan belajar siswa dalam periode tertentu.

Nilai tes tersebut menjadi tolak ukur bagi guru dalam menentukan tingkat prestasi belajar kognitif yang telah dicapai siswa. Anderson (2015: 100) membagi dan menyusun secara hierarkis dimensi proses kognitif mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai yang paling tinggi dan kompleks. Dimensi proses kognitif itu adalah mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Pada jenjang sekolah dasar dimensi proses kognitif dimulai dari proses mengingat (C1) dimana siswa menjawab pertanyaan dengan mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang, contoh mengingat kembali tanggal peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Proses memahami (C2) siswa mulai dituntut untuk mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru, contoh menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa penting di Indonesia. Proses mengaplikasikan (C3) siswa dituntut menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu, misalnya membagi satu bilangan dengan bilangan lain. Proses menganalisis (C4) siswa sudah sampai pada kegiatan menguraikan informasi atau materi pelajaran ke dalam beberapa bagian dan menentukan hubungan antarbagian itu dan hubungan antarbagian tersebut dengan keseluruhan struktur atau tujuan, misalnya menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis.


(40)

25

Pada tingkat yang lebih tinggi siswa sudah sampai pada proses mengevaluasi (C5) siswa dituntut agar dapat mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar, misalnya memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan data-data amatan atau tidak. Dimensi proses kognitif yang paling tinggi siswa sudah sampai pada proses mencipta (C6) yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau membuat suatu produk yang orisinal.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada banyak, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu.

Faktor intern mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik. Faktor intern dibedakan menjadi tiga faktor yaitu: 1) Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan tubuh dan cacat tubuh. 2) Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, minat, bakat, kematangan, dan kesiapan. 3) Faktor kelelahan.

Faktor ekstern dilihat dari lingkungan sosial siswa dapat dibedakan menjadi tiga. Faktor-faktor tersebut diantaranya: 1) Faktor yang berasal dari lingkungan keluarga yang meliputi pola asuh orang tua, hubungan antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, perhatian orang tua, dan latar belakang kebudayaan keluarga. 2) Faktor


(41)

26

dari lingkungan sekolah yaitu model pembelajaran, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, hubungan antar siswa, dan media pembelajaran. 3) Faktor dari masyarakat yaitu teman bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, dan kebudayaan masyarakat setempat.

2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Kata “IPA” merupakan singkatan dari kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural artinya alamiah, ada sangkut pautnya dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Secara harfiah IPA disebut sebagai ilmu tentang alam, yaitu ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau Sains. IPA mempelajari alam semesta yang mencakup benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati dengan alat indera maupun yang tidak dapat diamati dengan alat indera. Wahyana (dalam Trianto, 2010: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

IPA atau sains adalah pengetahuan manusia tentang alam semesta yang diperoleh dengan cara yang terkontrol (Maslichah Asy’ari, 2006: 7). Terkontrol disini mengandung pengertian bahwa


(42)

27

pengetahuan IPA diperoleh dari hasil pengamatan dan eksperimen yang dilakukan dengan teliti mengikuti langkah-langkah dan cara kerja yang sistematis. Dengan demikian, penjelasan tentang IPA adalah pengetahuan manusia tentang gejala-gejala alam dan benda-benda yang diperoleh dengan cara observasi, eksperimen atau uji coba yang berdasarkan pada hasil pengamatan manusia.

b. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Laksmi Prihantoro (dalam Trianto, 2010: 137) mengatakan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk IPA merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari objek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan dalam kehidupan.

Selain itu IPA hakikatnya merupakan ilmu pengetahuan atau sains yang mempelajari serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Dengan demikian, pembelajaran IPA lebih ditekankan pada bagaimana siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun


(43)

konsep-28

konsep, teori-teori dan sikap ilmiah yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

c. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran IPA

Dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 fungsi dan tujuan pembelajaran IPA di sekolah dasar yaitu:

1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan tuhan.

6) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.


(44)

29 3. Pengertian Prestasi Belajar IPA

Prestasi belajar merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Hal ini karena prestasi belajar menjadi sumber informasi bagi guru untuk melihat seberapa jauh siswanya telah berhasil menyelesaikan tugas belajarnya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 700) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Prestasi belajar IPA adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran IPA yang dinyatakan dalam bentuk nilai (Retno Wahyu Hidayati, 2011: 21). Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi proses pembelajaran. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai dari usaha belajar berupa angka atau huruf yang diperoleh dari nilai tes yang menunjukkan tingkat keberhasilan belajar siswa dalam periode tertentu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar IPA adalah hasil usaha belajar berupa penguasaan terhadap pengetahuan dan keterampilan yang ada pada mata pelajaran IPA, yang ditunjukkan dengan nilai tes dan lazimnya dinyatakan dalam bentuk angka atau huruf. Prestasi belajar IPA menjadi informasi bagi guru untuk menentukan seberapa jauh siswa telah berhasil menguasai pengetahuan, pemahaman, dan penerapan konsep-konsep IPA.


(45)

30 C. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Usia sekolah dasar merupakan masa terpenting bagi tahapan perkembangan anak. Usia anak sekolah dasar berkisar antara 6 sampai 12 tahun. Mengapa dikatakan tahapan terpenting bagi perkembangan anak, karena kesuksesan tahapan perkembangan ini juga menentukan kesuksesan perkembangan selanjutnya. Secara umum karakteristik anak usia sekolah dasar sebagaimana dikemukakan Logan, dkk (dalam Mulyani & Johar, 1998: 12) sebagai berikut:

1. Anak usia sekolah dasar secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan tertarik dengan dunia sekitar yang mengelilingi mereka.

2. Mereka senang bermain dan lebih suka bergembira/riang.

3. Mereka suka mengatur dirinya sendiri untuk menangani berbagai hal, mengeksploitasi suatu situasi dan mencoba hal-hal baru.

4. Mereka biasanya tidak suka dengan kegagalan dan tidak suka mengalami ketidakpuasan.

5. Mereka belajar dengan efektif ketika mereka merasa puas dengan situasi yang terjadi.

6. Mereka belajar dengan cara bekerja, mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.

Dengan memperhatikan karakteristik anak sekolah dasar tersebut, maka seorang guru tidak boleh asal suka begitu saja dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah atau kelasnya. Guru dalam mengembangkan pembelajaran di kelas dituntut agar tidak menyimpang dari prinsip-prinsip


(46)

31

psikologis yang ada. Dengan adanya usaha perbaikan sistem pembelajaran ini diharapkan siswa akan lebih tertarik untuk belajar, serta mendapat bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup.

D. Penelitian yang Relevan Penelitian ini relevan dengan:

1. Moehammad Soetikno dengan judul penelitiannya “Peningkatan Motivasi dan Prestasi Belajar IPA Materi Perkembangan Makhluk Hidup melalui Model Teams Games Tournament pada Siswa Kelas IV SDN Ngembatpadas Gemolong Kabupaten Sragen”. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar pada materi perkembangan makhluk hidup. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan siklus I dan II. Pada pelaksanaan siklus I dari 27 siswa sebesar 63 % atau 17 siswa berhasil mencapai nilai KKM, sedangkan pada pelaksanaan siklus II meningkat menjadi 85,2 % atau 23 siswa mencapai nilai KKM.

2. Artikel Jurnal oleh Modesta Yani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Tadulako dengan judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Bala Keselamatan Jono Oge Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament”. Dari hasil penelitian serta analisis data pada siklus I dan II,

terlihat adanya peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Aktivitas siswa meningkat dari siklus I sebesar 60 % menjadi 91, 6 % pada siklus


(47)

32

II. Prestasi belajar siswa juga meningkat, pada siklus I sebanyak 9 siswa dari 19 siswa mencapai nilai KKM, sedangkan pada siklus II siswa yang mencapai nilai KKM naik menjadi 16 siswa.

E. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA merupakan salah satu tindakan edukatif yang dilakukan guru di kelas. Suatu tindakan dikatakan edukatif apabila tindakan tersebut berorientasi pada pengembangan diri siswa (pengetahuan, sikap, dan keterampilan). Pembelajaran IPA bertujuan agar siswa dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep IPA, mendorong siswa meningkatkan rasa ingin tahu tentang alam semesta. Selain itu pembelajaran IPA juga bertujuan agar siswa memiliki sikap positif untuk selalu menjaga alam semesta agar tidak rusak. Untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, di dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen penting yaitu guru, siswa, media pembelajaran, metode pembelajaran, materi pelajaran, sumber belajar, dan lain sebagainya. Secara langsung komponen-komponen tersebut akan mempengaruhi cara guru dalam menyampaikan materi yaitu bagaimana guru memilih model pembelajaran yang cocok untuk mengatasi permasalahan pembelajaran.

Masalah yang muncul dalam pembelajaran IPA di kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap berkaitan dengan keaktifan dan prestasi belajar IPA siswa yang masih rendah dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut terjadi karena guru masih mengandalkan metode klasikal berupa metode ceramah dan tanya


(48)

33

jawab dimana siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran, sehingga siswa kurang termotivasi untuk belajar, merasa bosan, dan mengantuk ketika pembelajaran berlangsung. Dari situasi tersebut perlu adanya inovasi pembelajaran yang dapat memotivasi siswa agar lebih aktif dan lebih memperhatikan materi pelajaran.

Pembelajaran yang menyenangkan dapat menjadi solusi masalah tersebut. Guru bertugas menciptakan pembelajaran yang menyenangkan untuk mengatasi faktor penghambat tercapainya prestasi belajar dari faktor eksternal siswa. Penggunaan model pembelajaran yang berprinsip pada pembelajaran yang menyenangkan berpengaruh terhadap minat dan motivasi siswa dalam belajar. Apabila siswa memiliki minat dan motivasi belajar yang tinggi, siswa akan terdorong untuk memperhatikan pelajaran. Dengan demikian siswa akan memperoleh pengetahuan dan pemahaman konsep yang cukup, sehingga siswa akan memiliki prestasi belajar yang baik.

Pembelajaran yang menyenangkan dapat diwujudkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament

(TGT). Pembelajaran TGT ini memberikan kebebasan bagi siswa untuk bekerja bersama kelompoknya dalam menyelesaikan tugas akademik tertentu. Ciri khas pembelajaran TGT yaitu adanya kegiatan belajar kelompok dimana siswa dapat bekerja sama, saling bertukar informasi, mengemukakan ide dan gagasannya, serta mengajari teman-teman kelompoknya. Selain itu adanya game atau turnamen mendorong siswa belajar lebih aktif karena setiap anggota kelompok akan mewakili kelompoknya untuk berkompetisi dalam


(49)

34

meja turnamen yang dilaksanakan pada akhir unit pembelajaran dan membawa perolehan poin untuk kelompok asal masing-masing.

Model pembelajaran TGT merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang menyenangkan. Dalam suasana yang menyenangkan dan saling bekerja sama, siswa akan menyadari kekurangan diri dan kelebihan diri masing-masing, sehingga akan meningkatkan sikap saling menghargai satu sama lain. Pembelajaran TGT juga menuntut siswa agar memperhatikan dengan seksama materi yang dipelajarinya, karena materi tersebut akan digunakan sebagai bahan pertanyaan ketika turnamen berlangsung.

Penerapan pembelajaran TGT diharapkan agar pembelajaran IPA dapat berjalan dengan efektif, serta mampu merangsang siswa agar belajar lebih aktif. Selain itu dengan adanya permainan dan turnamen diharapkan tercipta suasana belajar yang menyenangkan, sehingga akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Siswa akan lebih tertarik untuk belajar dan lebih memperhatikan materi pelajaran yang diajarkan. Dengan motivasi belajar yang tinggi, maka prestasi belajar IPA siswa akan meningkat. Prestasi belajar IPA di sekolah dasar mencakup hasil belajar kognitif berupa penguasaan pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisis konsep-konsep IPA.


(50)

35

Gambar 3. Bagan Kerangka Pikir

F. Definisi Operasional Variabel

1. Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran kooperatif yang didalam pembelajarannya diawali dengan penyajian materi dan diakhiri dengan suatu game/turnamen akademik. Teams

1. Prestasi belajar IPA siswa masih rendah.

2. Guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran.

3. Siswa merasa bosan dan kurang termotivasi untuk belajar aktif.

Model Pembelajaran TGT

1. Presentasi kelas, kelompok belajar, permainan, turnamen, dan penghargaan.

2. Pembelajaran yang menyenangkan 3. Belajar sambil bermain

Prestasi Belajar IPA


(51)

36

Games Tournament (TGT) mengoptimalkan penguasaan konten melalui kompetisi dan juga sikap berkooperatif.

2. Prestasi belajar IPA

Prestasi belajar IPA yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPA yang dinyatakan dalam bentuk angka. Nilai tersebut diperoleh dari nilai tes yang dilakukan setiap siklus.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan teori-teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan peneliti yaitu “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap”.


(52)

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran di kelas. PTK menurut (Suharsimi Arikunto, 2006: 91) merupakan suatu pencermatan kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas dan diamati hasilnya dengan seksama.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan langkah kolaboratif yaitu peneliti bekerja sama dengan guru kelas untuk menggali dan mengkaji permasalahan tentang prestasi belajar IPA siswa kelas V MI YAPII Planjan Cilacap yang masih rendah. Dalam penelitian ini guru bertindak sebagai pengajar dan peneliti sebagai observer. Setelah berhasil mengidentifikasi masalah, guru dan peneliti kemudian memberikan tindakan serta mengamati kegiatan siswa. Hasil dari penelitian dianalisis dan dievaluasi untuk melihat apakah tindakan yang diberikan sudah berhasil atau belum. Jika belum mencapai kriteria keberhasilan, maka guru dan peneliti membuat perencanaan ulang untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V MI YAPPI Planjan Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Siswa kelas V berjumlah 34 orang yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 14 siswa


(53)

38

perempuan. Sedangkan objek penelitian adalah meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas V MI YAPPI Planjan yang beralamat di jalan S. Parman No. 1 Desa Planjan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap. Waktu penelitian dilaksanakan pada Bulan Agustus 2016.

D. Desain Penelitian

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model Kemmis & Mc Taggart. Model Kemmis & Mc Taggart berorientasi pada siklus spiral refleksi yang terdiri dari empat komponen diantaranya perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) serta perencanaan kembali untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.

Model Kemmis & Mc Taggart merupakan satu perangkat yang terdiri empat komponen (perencanaan, tindakan, observasi, refleksi). Keempat komponen tersebut dipandang sebagai satu siklus atau satu putaran kegiatan. Jadi setelah suatu siklus selesai diimplementasikan, kemudian diikuti dengan adanya perencanaan kembali yang dilaksanakan pada siklus selanjutnya. Pada model Kemmis & Mc Taggart komponen tindakan dan observasi dijadikan sebagai satu kesatuan. Hal tersebut dikarenakan kenyataan implementasi tindakan dan observasi merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan secara tegas.


(54)

39

Pengembangan model PTK yang dilakukan oleh Kemmis & Mc Taggart dapat digambarkan dengan diagram alur yang berbentuk spiral. Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang-ulang sampai tujuan penelitian tercapai.

Gambar 4. Siklus spiral model Kemmis & Mc Taggart (Suharsimi, 2006: 3)

Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa dalam satu siklus terdapat empat komponen atau tahap kegiatan. Secara rinci prosedur pelaksanaan tindakan terdiri dari dua komponen yaitu:

1. Perencanaan

Prosedur pertama yang harus dilakukan dalam penelitian yaitu perencanaan. Peneliti melakukan perencanaan diantaranya dengan:


(55)

40

b. Melakukan observasi untuk menemukan masalah yang terjadi dalam pembelajaran IPA.

c. Melakukan diskusi dengan guru mengenai kendala yang sering dihadapi ketika guru sedang mengajar.

d. Menginformasikan kepada guru tentang langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT.

e. Mengklarifikasi persetujuan dan kesediaan guru untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

2. Implementasi Tindakan Siklus I

a. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap perencanaan biasa disebut dengan rancangan tindakan. Pada tahap ini peneliti menentukan titik-titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati. Secara rinci tahap perencanaan tindakan berupa kegiatan sebagai berikut:

1) Membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai materi yang akan diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran TGT

yang disusun oleh peneliti dan diperiksa oleh guru dan dosen pembimbing.

2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dan mempersiapkan alat dan bahan untuk eksperimen.

3) Membuat kartu bernomor, soal pertanyaan, dan kartu kunci jawaban. 4) Membuat soal permainan berupa teka-teki silang.


(56)

41

5) Membuat soal evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif siswa serta membuat lembar observasi untuk guru dan lembar observasi untuk siswa.

b. Tahap Tindakan (Acting) dan Tahap Observasi (Observing)

Pelaksanaan tahap tindakan dan tahap observasi dilakukan secara bersamaan. Tahap tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi dari rancangan tindakan yaitu guru mengajar siswa dengan menggunakan RPP yang telah dibuat oleh peneliti, sedangkan peneliti melakukan observasi terhadap aktivitas siswa. Hal pertama yang dilakukan guru ketika penyajian materi yaitu memunculkan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Setelah itu siswa belajar kelompok dalam kelompok homogen untuk mendalami materi, melakukan eksperimen, dan berlatih permainan dengan soal teka-teki silang. Kemudian masing-masing siswa mewakili kelompoknya untuk mengikuti turnamen dalam kelompok heterogen pada meja turnamen yang telah ditentukan sebelumnya. Saat observasi, peneliti juga mendokumentasikan setiap kegiatan dalam tahap tindakan. Pada akhir siklus kemudian diadakan tes menggunakan soal evaluasi untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dan sebagai data prestasi belajar siswa.


(57)

42 c. Tahap Refleksi (Reflecting)

Tahap refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Setelah guru selesai melakukan tindakan, kemudian guru dan peneliti bersama-sama mengevaluasi jalannya proses pembelajaran. kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk menemukan masalah atau kendala yang dihadapi ketika pelaksanaan tindakan. Kemudian peneliti menganalisis hasil evaluasi dari data yang diperoleh. Apabila hasil penelitian belum mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan, maka guru dan peneliti merencanakan kembali rencana tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. Dengan kata lain, guru dan peneliti membuat rencana tindakan ulang untuk melaksanakan siklus tindakan berikutnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Non tes

Pengumpulan data dengan teknik non tes menggunakan observasi. Observasi digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran dan mencatat hasil pengamatan pada lembar observasi.

2. Tes

Teknik tes digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang berhubungan dengan prestasi belajar IPA pada aspek kognitif (tingkat C1, C2, C3, C4). Jenis tes yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis bentuk obyektif berupa soal pilihan ganda. Tes


(58)

43

bentuk obyektif ini menuntut siswa memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lembar Observasi

Pada penelitian ini lembar observasi digunakan untuk mencatat dan mengumpulkan data atau informasi tentang proses pelaksanaan pembelajaran IPA. Aspek-aspek yang diamati diantaranya sebagai berikut:


(59)

44

Tabel 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi Untuk Guru No. Aspek yang diamati Butir yang diamati

Nomor butir

1. Kegiatan pembuka

Melakukan presensi terhadap siswa

1 Pemberian apersepsi 2 Penyampaian tujuan

pembelajaran

3

2. Penyajian kelas

Menyajikan informasi/pokok materi pelajaran sesuai KD

4 Penguasaan materi pelajaran 5 Penggunaan bahasa yang baik

dan benar

6

3. Tim/kelompok

Membentuk kelompok heterogen

7 Keterampilan membimbing

diskusi kelompok

8 Mengembangkan sikap peduli

dan tanggungjawab siswa.

9 Mengawasi jalannya

permainan akademik

10

4. Turnamen

Membentuk kelompok homogen

11 Menginformasikan tata tertib,

penilaian, dan pelaksanaan turnamen

12

Membimbing jalannya turnamen

13 Menghitung perolehan poin

tiap kelompok

14

5. Penghargaan kelompok

Menginformasikan hasil perolehan poin tiap kelompok

15 Pemberian penghargaan 16 6. Evaluasi Evaluasi pembelajaran 17

7. Kegiatan penutup

Menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa

18 Membimbing siswa untuk

menyimpulkan hasil pembelajaran

19

Menyampaikan materi selanjutnya


(60)

45

Tabel 5. Kisi-kisi Pedoman Observasi Aktifitas Belajar Siswa No. Aspek yang diamati Butir yang diamati

Nomor butir

1. Keaktifan Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan

2

2. Kedisiplinan dan Kejujuran

Mematuhi peraturan turnamen 8 Mematuhi perintah guru 9 Jujur dalam mengerjakan soal 10

3. Kerjasama

Menerima dan mampu menyesuaikan diri dalam kelompok

3

Bertanggungjawab dan dapat bekerjasama dalam kelompok

4

4. Minat dan motivasi belajar

Memperhatikan penjelasan dari guru

1

Semangat dalam mengikuti pelajaran

5

Antusias dalam mengikuti permainan akademik

6

Tertarik melakukan eksperimen

7

2. Tes Tertulis (Obyektif)

Instrumen tes tertulis bentuk obyektif digunakan untuk mengukur tingkat prestasi belajar kognitif. Berikut kisi-kisi instrumen tes obyektif:


(61)

46

Tabel 6. Kisi-kisi Instrumen Tes Tertulis Siklus I Kompetensi

Dasar Indikator

Tingkat Kognitif Nomor Butir Soal 1.4 Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia.

Menjelaskan pengertian peredaran darah tertutup dan peredaran darah besar

C2 1, 11

Menyebutkan bagian-bagian jantung C1 2, 3, 10, 18, 20 Menjelaskan fungsi dari jantung C2 12 Mengurutkan proses peredaran darah

kecil melalui gambar

C3 13

Menyebutkan saluran pada sistem peredaran darah

C1 19

Menjelaskan peran saluran pada sistem peredaran darah

C2 4, 15

Menjelaskan proses terjadinya peredaran darah

C2 5

Menginterpretasikan data dengan tepat dan membuat/menyusun kesimpulan

C3 6

Menguraikan ciri-ciri dari berbagai macam pembuluh darah

C4 7

Menjelaskan fungsi sistem sirkulasi darah

C2 8

Menyebutkan jenis peredaran darah pada manusia

C1 16

1.5

Mengidentifikasi penyakit / gangguan pada organ peredaran darah manusia

Menyebutkan penyakit keturunan yang menyebabkan darah sukar membeku

C1 9

Menyebutkan penyakit akibat kekurangan darah

C1 14


(62)

47

Tabel 7. Kisi-kisi Instrumen Tes Tertulis Siklus II Kompetensi

Dasar Indikator

Tingkat Kognitif Nomor Butir Soal 2.1 Mengidentifikasi cara tumbuhan hijau membuat makanan

Menyebutkan bagian-bagian tumbuhan.

C1 1, 2, 4, 9

Menyebutkan tempat penyimpanan cadangan makanan pada tumbuhan

C1 11, 12, 13, 18

Menjelaskan fungsi bagian-bagian tumbuhan.

C2 3

Menjelaskan proses fotosintesis sebagai proses pembuatan makanan pada tumbuhan.

C2 10, 14

Menyebutkan bahan-bahan yang diperlukan tumbuhan untuk membuat makanan

C1 5, 6

Menyebutkan hasil dari proses fotosintesis

C1 8

Menganalisis ciri-ciri proses fotosintesis

C4 17

2.2

Mendeskripsikan ketergantungan manusia dan hewan pada tumbuhan hijau sebagai sumber makanan

Menyebutkan bagian tumbuhan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dan hewan.

C1 7, 19, 20

Menganalisis jenis tumbuhan yang termasuk sayuran

C4 15

Menerapkan cara menanggulangi tanah yang tidak subur.


(63)

48 G. Teknik Analisis Data

Setelah semua data dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Menganalisis data berarti ingin memberikan nilai dan makna terhadap data yang sudah dikumpulkan. Hasil analisis data kemudian dapat digunakan untuk memberikan masukan perbaikan kegiatan selanjutnya. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif untuk mengukur prestasi belajar siswa. Berikut ini rumus yang dapat digunakan dalam analisis data kuantitatif:

a. Nilai Akhir belajar Siswa

Untuk menentukan nilai akhir yang diperoleh masing-masing siswa dapat menggunakan rumus:

Keterangan:

NA = Nilai Akhir Siswa

SP = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimal

b. Persentase Tuntas Belajar

Rumus yang dapat dipakai untuk mengetahui tuntas belajar siswa dalam kelas:

SP

NA = X 100 SM

∑ siswa yang mencapai KKM

P = X 100 %


(64)

49 Keterangan:

P = Persentase Ketuntasan ∑ = Jumlah

H. Indikator Keberhasilan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap berhasil apabila telah mencapai kriteria yang ditentukan. Kriteria keberhasilan dari penelitian tindakan ini diperoleh apabila sebanyak ≥ 75 % siswa sudah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 65.


(65)

50 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di ruang kelas V MI YAPPI Planjan yang berada di Jalan S. Parman No. 1 Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Penelitian dilakukan pada jam pelajaran IPA sehingga tidak mengganggu jadwal pelajaran yang sudah tertata. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

1. Tahap Pratindakan

Data awal tentang prestasi belajar IPA siswa kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap diperoleh dari hasil penelitian pada tahap pratindakan. Data tersebut diperoleh dari tes yang diberikan sebelum tahap tindakan dilakukan. Pemberian tes awal atau tes sebelum tindakan bertujuan untuk mengetahui prestasi belajar IPA siswa sebelum diadakan tindakan dengan penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe Teams Games Tournament. Dari tahap pra tindakan, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 8. Ketuntasan Belajar IPA Tahap Pratindakan

No. Kriteria Keberhasilan Pratindakan

Jumlah Persen (%)

1. Tuntas 5 14,71%

2. Belum Tuntas 29 85,29%


(66)

51

Tabel diatas menunjukkan data tentang jumlah siswa yang tuntas belajar. Dari 34 siswa, yang tuntas sebanyak 5 orang atau sebesar 14,71% dan yang belum tuntas sebanyak 29 orang atau sebesar 85,29% dengan nilai rata-rata kelas sebesar 53,09. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam diagram berikut ini:

Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar IPA Pratindakan Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa sebelum tindakan dilakukan, prestasi belajar IPA siswa kelas V pada mata pelajaran IPA masih rendah. Oleh karena itu peneliti melaksanakan tindakan untuk meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas V MI YAPPI Planjan Cilacap dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT).

14,71%

85,29%

0 5 10 15 20 25 30 35

Siswa Tuntas Siswa Belum Tuntas

Ju

m

lah

S

iswa

Pra Tindakan

Siswa Tuntas


(67)

52 2. Pelaksanaan Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pelaksanaan siklus I diawali dengan tahap perencanaan yang memuat strategi pelaksanaan tindakan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan siklus I diantaranya:

1) Membuat RPP mata pelajaran IPA materi organ peredaran darah manusia.

2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS). 3) Membuat daftar kelompok heterogen.

4) Mempersiapkan alat dan bahan untuk kegiatan eksperimen. 5) Membuat lembar observasi untuk guru dan siswa.

6) Mempersiapkan permainan akademik berupa teka-teki silang. 7) Membuat soal turnamen dan lembar skor turnamen.

8) Membuat kartu bernomor dan kartu jawaban. 9) Membuat soal evaluasi.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pembahasan tentang pelaksanaan tindakan siklus I akan dijelaskan sebagai berikut:

1) Siklus I pertemuan pertama

Hari/tanggal : Selasa, 9 Agustus 2016

Materi : Organ peredaran darah manusia Jam Pelajaran : 4-5


(68)

53 Standar Kompetensi:

1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Kompetensi Dasar:

1.4Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia.

1.5Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia.

Indikator Pencapaian Kompetensi:

1. Menjelaskan organ peredaran darah manusia.

2. Membedakan antara sistem peredaran darah besar dan kecil. 3. Membandingkan antara pembuluh nadi dan pembuluh balik. 4. Menjelaskan gangguan yang dapat terjadi pada sistem

peredaran darah manusia.

5. Membandingkan jumlah denyut nadi/jantung sebelum dan setelah melakukan aktifitas.

Tujuan Pembelajaran:

1. Melalui penjelasan dari guru, siswa dapat menjelaskan alat peredaran darah manusia dengan benar.

2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membedakan antara sistem peredaran darah besar dan kecil dengan tepat.

3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membandingkan antara pembuluh nadi dan pembuluh balik dengan tepat.

4. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan gangguan pada organ peredaran darah manusia dengan benar.


(69)

54

5. Melalui eksperimen, siswa dapat membandingkan jumlah denyut nadi/jantung sebelum dan sesudah melakukan aktifitas dengan tepat.

Kegiatan Awal

Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam dan melakukan apersepsi untuk membangun pengetahuan awal siswa dalam mempelajari materi yang baru. Guru melakukan apersepsi dengan bertanya “Anak-anak, pernahkan tangan atau kakimu terluka? Apa yang keluar dari luka tersebut?” siswa menjawab “Pernah pak, ada darah yang keluar”. Kemudian guru melanjutkan “Ya benar, pada saat tangan, kaki atau anggota tubuh lain terkena benda tajam akan terluka dan mengeluarkan darah. Hal ini terjadi karena darah mengalir dalam tubuh kita. Setelah guru selesai menyampaikan apersepsi, guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, tetapi langsung menginformasikan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan Inti

a) Presentasi Kelas

Pada awal kegiatan inti merupakan langkah pertama bagi guru dalam menerapkan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yaitu tahap presentasi kelas. Guru menjelaskan materi tentang organ peredaran darah manusia. Setelah menyajikan materi secara singkat, guru memberikan


(70)

55

kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang sedang dipelajari. Namun, tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan.

b) Belajar Kelompok

Pembentukan tim atau kelompok heterogen dilakukan ketika siswa memasuki tahap belajar kelompok. Kelompok heterogen yaitu pengelompokan siswa secara merata, baik dari aspek kemampuan akademiknya, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Jadi dalam satu kelompok heterogen terdapat siswa yang kemampuan akademiknya tinggi, sedang, dan rendah. Guru membagi siswa dalam 6 kelompok heterogen, dimana setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa. Kelompok yang sudah terbentuk kemudian diberi nama yang diambil dari nama-nama bunga yaitu Mawar, Melati, Tulip, Matahari, Kamboja, dan Anggrek. Setelah semua siswa berkumpul dalam kelompok masing-masing, guru membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS). Sebelum siswa mulai mengerjakan LKS, terlebih dahulu guru meminta siswa untuk bersama-sama mempelajari kembali materi yang telah disampaikan guru.

Kegiatan yang ada dalam LKS meliputi eksperimen atau kegiatan percobaan mengukur dan membandingkan jumlah denyut nadi sebelum dan sesudah melakukan aktifitas yang dilakukan siswa. Kegiatan percobaan ini dimaksudkan agar


(71)

56

siswa mendapat pengalaman langsung (real experience) dalam belajarnya, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari karena siswa mengalami langsung. Pembahasan LKS dilakukan secara bersama-sama, guru memberikan kesempatan kepada kelompok yang ingin menyampaikan hasil pekerjaannya. Setelah itu guru memberikan koreksi terhadap hasil pekerjaan siswa.

c) Permainan

Pembahasan LKS selesai kemudian dilanjutkan dengan permainan akademik sebagai sarana bagi siswa agar dapat berlatih soal-soal. Bentuk permainan yang dilakukan yaitu permainan akademik berupa permainan teka-teki silang. Siswa bertugas menebak kata yang sesuai dengan pernyataan dan menulisnya pada kotak yang memiliki nomor mendatar dan menurun.

Kegiatan Akhir

Memasuki kegiatan akhir, guru hanya menanyakan hal-hal yang belum dipahami siswa, guru tidak mengajak siswa untuk merangkum materi yang telah dipelajari dan tidak membimbing siswa untuk membuat kesimpulan hasil pembelajaran. Pada akhir pelajaran guru menginformasikan pelaksanaan turnamen pada pertemuan selanjutnya dan meminta siswa untuk mempersiapkan


(72)

57

diri dengan belajar materi yang telah dipelajari. Kemudian guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

2) Siklus I pertemuan kedua

Hari/tanggal : Rabu, 10 Agustus 2016

Materi : Organ peredaran darah manusia Jam Pelajaran : 7-8

Standar Kompetensi:

1. Mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Kompetensi Dasar:

1.4 Mengidentifikasi organ peredaran darah manusia.

1.5 Mengidentifikasi gangguan pada organ peredaran darah manusia.

Indikator Pencapaian Kompetensi:

1. Menjelaskan organ peredaran darah manusia.

2. Membedakan antara sistem peredaran darah besar dan kecil. 3. Membandingkan antara pembuluh nadi dan pembuluh balik. 4. Menjelaskan gangguan yang dapat terjadi pada sistem

peredaran darah manusia.

5. Membandingkan jumlah denyut nadi/jantung sebelum dan setelah melakukan aktifitas.

Tujuan Pembelajaran:

1. Melalui penjelasan dari guru, siswa dapat menjelaskan alat peredaran darah manusia dengan benar.


(73)

58

2. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membedakan antara sistem peredaran darah besar dan kecil dengan tepat.

3. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat membandingkan antara pembuluh nadi dan pembuluh balik dengan tepat.

4. Melalui diskusi kelompok, siswa dapat menjelaskan gangguan pada organ peredaran darah manusia dengan benar.

5. Melalui eksperimen, siswa dapat membandingkan jumlah denyut nadi/jantung sebelum dan sesudah melakukan aktifitas dengan tepat.

Kegiatan Awal

Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam. Kemudian menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan turnamen “Apakah kalian semalam sudah belajar dan sekarang siap untuk mengikuti turnamen?” Siswa menjawab “Sudah pak”. Guru kemudian meminta siswa membentuk kelompok baru sesuai daftar kelompok turnamen yang telah dibuat yaitu kelompok homogen (kemampuan akademik sama). Selanjutnya guru menginformasikan kepada siswa tentang tata tertib, penilaian, dan aturan permainan. Kegiatan Inti

a) Turnamen

Setelah semua siswa diberi informasi tentang aturan pelaksanaan turnamen, guru kemudian membagikan soal turnamen, kartu bernomor, dan kartu jawaban. Guru juga


(1)

166 Lampiran 32. Surat Izin Penelitian


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Konsep Sistem Koloid

0 7 280

Peningkatan hasil belajar kimia siswa dengan mengoptimalkan gaya belajar melalui model pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) penelitian tindakan kelas di MAN 11 Jakarta

0 27 232

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teams Games Tournament Terhadap Prestasi Belajar Alquran Hadis Siswa (Quasi Eksperimen Di Mts Nur-Attaqwa Jakarta Utara)

1 51 179

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di MTs Islamiyah Ciputat

1 40 0

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament (tgt) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen pada Kelas XI IPA Madrasah Aliyah Negeri Jonggol)

0 5 199

Penerepan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Kelas VIII-3 SMPN 3 Kota Tangerang Selatan 2015/2016 Dalam Pelajaran IPA

0 4 10

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA.

0 2 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT(TGT) DALAM PEMBELAJARAN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA

0 0 195