12.1. ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM d40d6218c7 BAB XIIBAB 12 ASPEK KELEMBAGAAN KEDIRI FIX

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

BAB 12

ASPEK KELEMBAGAAN
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal

diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola
dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber
daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan
kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme
kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut.
Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen
harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

12.1. ARAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN BIDANG CIPTA KARYA
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan
peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan Kota Kediri.
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala
Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang
ditetapkan melalui Pemerintah Daerah.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan
PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan
terhadap pemerintah kabupaten/kota.

XII-1

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat
dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi:
“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan

yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.
(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang
pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang
menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat
pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Daerah
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya
dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk
dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat
terdiri dari 3 subbagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014
Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan
akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan
ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta
pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.
Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk

memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan
standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan
dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi
pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan
dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan
mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

XII-2

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010-2025
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada
Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah
daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan
sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan

kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan
pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.
Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak
tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu
kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan
dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu:
a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan
dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen
perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;
b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda;
c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi
unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan
publik, kepagawaian dan diklat;
d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi,
serta pembangunan dan pengembangan e-government;
e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen
pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen
individiu berdasarkan kompetensi;

f.

Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);

XII-3

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah,
pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja
Utama (IKU);
h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja
masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
i.

Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam

Pembangunan Nasional
Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses
pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua
instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah.
Presiden

menginstruksikan

untuk

melaksanakan

pengarusutamaan

gender

terselenggaranya

guna


perencanaan,
pelaksanaan,

penyusunan,
pemantauan,

dan

evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan

nasional

yang

berperspektif gender sesuai dengan
bidang

tugas


dan

fungsi,

serta

kewenangan masing-masing.
Terkait PUG, Kementerian PU dan
Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah
mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu
diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan
prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan
Minimum
Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi
tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam
Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan

XII-4


Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang
Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM.
Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi
penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab
dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan
pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi
yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun
kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan
Organisasi Perangkat Daerah
Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah.
Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah
(Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan
SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk
memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal

kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat
permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti
perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung
kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam
perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah: beban kerja,
standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan
pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan
dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan
daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan
pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk
XII-5

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri


menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

12.2. KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI
12.2.1. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Pembentukan, susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pekerjaan Umum di Kota Kediri saat
ini sudah menyesuaikan dengan peraturan pemerintah no 41/2007 adapun kedudukan, tugas dan
fungsi dari dinas PU Kota Kediri tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 11
Tentang Tugas Pokok Dan Fungsi
1.

Dinas Pekerjaan Umum merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
Sekretaris Daerah.

2.

Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum.

3.

Dinas Pekerjaan Umum dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat dua
mempunyai fungsi :
a. perumusan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum, bina marga, cipta karya, pengairan dan
tata ruang.
b. penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum dibidang pekerjaan umum, bina
marga, cipta karya, pengairan dan tata ruang.
c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pekerjaan umum, bina marga, cipta karya,
pengairan dan tata ruang.
d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Pasal 12
Tentang Susunan Organisasi
(1) Susunan organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari :
a. Kepala Dinas
b. Sekretariat, membawahi :
1. Sub Bagian Umum;
2. Sub Bagian Keuangan;
3. Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan

XII-6

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

c. Bidang Bina Marga, membawahi :
1. Seksi Survey dan Perencanaan Bina Marga
2. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Bina Marga;
d. Bidang Cipta Karya, membawahi :
1. Seksi Survey dan Perencanaan Cipta karya
2. Seksi Tata bangunan
1. Seksi Permukiman
e. Bidang Pengairan, membawahi :
1. Seksi Survey dan Perencanaan Pengairan
2. Seksi Pembangunan dan Pemeliharaan Pengairan
f.

Bidang Tata Ruang, membawahi :
3. Seksi Pemanfaatan Tata Ruang
1. Seksi Pengendalian Tata Ruang

g. UPTD

(2) Bagan Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum sebagaimana terlampir dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
(3) UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Walikota.

XII-7

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

XII-8

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

12.3. ANALISIS KELEMBAGAAN
Kemitraan pada hakikatnya merupakan wujud yang ideal dalam peran serta masyarakat
dalam pembangunan. Kemitraan didasari atas hubungan antar pelaku yang bertumpu pada ikatan
usaha yang saling menunjang dan saling menguntungkan, serta saling menghidupi berdasarkan
asas kesetaraan dan kebersamaan. Setiap pelaku usaha memiliki potensi, kemampuan dan
keistimewaan sendiri, walaupun berbeda ukuran, jenis, sifat, dan tempat usahanya. Setiap pelaku
usaha juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. dengan kelebihan dan kekurangan itu timbul
kebutuhan kerjasama dan kemitraan. Dengan demikian, kelebihan-kelebihan akan dilipatgandakan
dengan memaksimalkan manfaat yang mungkin diperoleh. Sedangkan kekurangan-kekurangan
dapat diusahakan untuk dikurangi, atau bahkan dihilangkan sama sekali, dengan kerjasama yang
saling menutupinya.
Kemitraan dalam pembangunan pada dasarnya mengandung hakekat keadilan dalam
perolehan keuntungan dan manfaat, pembebanan biaya dan penanggungan risiko yang timbul
dalam kegiatan usaha tersebut. Dengan demikian, kemitraan yang dikembangkan adalah kemitraan
yang setara antara para pelaku sesuai dengan kemampuan kontribusinya. Kemitraan yang setara
memerlukan pula pemahaman yang kuat terhadap hak dan tanggung jawab serta peranan dari
masing-masing pelaku. Menjadi tantangan kita bersama untuk mengembangkan semangat dan
suasana yang mendorong tumbuhnya kemitraan dan mengembangkan pola-pola yang praktis dan
menarik, serta menjamin keuntungan bagi semua pihak.
Dalam hal ini, pihak-pihak yang terlibat tentu harus memiliki tanggung jawab karena
kemitraan bukanlah bertepuk sebelah tangan. Meskipun semua pihak memiliki tanggung jawab,
pemerintah tetap harus mengambil prakarsa paling tidak untuk menciptakan iklim yang merangsang
bagi usaha kemitraan, antara lain dengan:
a. Mengembangkan kebijaksanaan dan strategi pembangunan yang jelas, yang tercermin baik pada
tujuan, arahan maupun indikator-indikator kebijaksanaan (policy indicators).
b. Menetapkan prioritas pembangunan yang realistis dan diikuti oleh semua pihak, baik pemerintah
maupun dunia usaha dan masyarakat, untuk itu perlu kesepakatan diantara berbagai pelaku
pembangunan ini, dan karena itu perlu ada dialog-dialog.

XII-9

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

c. Memantapkan mekanisme komunikasi yang lancar dan transparan. transparansi erat kaitannya dengan
tingkat partisipasi dan oleh karena itu, sejak pada tahap awal mekanisme kemitraan yang transparan
harus dikembangkan dan dimantapkan.
d. Mengembangkan pilihan-pilihan atas pola-pola kemitraan yang dapat mencakup kepentingankepentingan yang ada di berbagai lapisan dan golongan masyarakat, sehingga masyarakat dapat
berperanserta seluas-luasnya dalam kemitraan pembangunan.
e. Menyiapkan rencana pengembangan kemitraan yang mencakup rencana investasi pemerintah, swasta
dan masyarakat sebagai bagian dari pembangunan nasional.
f.

Menyiapkan kerangka peraturan dan arahan serta pedoman yang dapat menjadi acuan terutama bagi
swasta dan masyarakat dan juga menjamin kepastian usaha.

Pengembangan kemitraan dalam pembangunan dapat mencakup dua pola dasar, yaitu
Pertama, dalam bentuk peran serta swasta dan masyarakat dalam pembangunan yang sifatnya
memberikan lebih banyak peluang untuk berpartisipasi pada kegiatan yang semula merupakan
tugas pemerintah, atau dengan kata lain, pemerintah memberi ijin pemanfaatan aset milik
pemerintah (konsesi)kepada pihak swasta dan masyarakat untuk digunakan dalam jangka waktu
tertentu guna melakukan tugas-tugas pelayanan umum. Kedua, kerjasama kemitraan antara
masyarakat, swasta dan pemerintah melalui pengembangan formula pembagian modal kerja yang
menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Dalam rangka ini dikembangkan pola-pola
kerjasama kemitraan yang mencakup pembagian keuntungan dan sekaligus juga risikonya.
Untuk mewujudkan kemitraan dalam bentuk-bentuk tersebut, perlu kesepakatan dalam
persepsi kemitraan antara swasta maupun pemerintah. Swasta tidak hanya mempertimbangkan
aspek keuntungan ekonomi jangka pendek saja, apalagi yang bersikap spekulatif, tetapi sudah
harus memperhatikan kesinambungan pembangunan, atau lebih mengkonseptualisasikan pemikiran
investasi yang berwawasan jangka panjang.
Baru-baru ini, Bappenas bersama Bank Dunia telah menyelenggarakan konferensi
internasional tingkat tinggi mengenai infrastruktur, yang tujuannya adalah mencari jalan yang tepat
untuk mendorong kemitraan dan partisipasi swasta dalam pembangunan prasarana. Dari hasil
konperensi tersebut telah disimpulkan bahwa yang terpenting bukanlah dana, tetapi justru perlunya
kebijakan dan kerangka yang jelas untuk membangun kemitraan antara pemerintah dan swasta
dalam pembangunan infrastruktur. Adanya kerangka itu dapat mengurangi ketidakpastian yang

XII-10

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

sampai sekarang ini dirasakan, khususnya di kalangan swasta, misalnya kerangka tentang
kelembagaan, kontrak, dan produksi termasuk jasa.
Secara potensial ada peluang-peluang yang terbuka lebar untuk menumbuhkembangkan
kemitraan yang saling menguntungkan dalam pembangunan nasional, khususnya dalam
pembangunan perkotaan. Potensi dan peluang yang besar ini terutama disebabkan oleh makin
meningkatnya kemampuan masyarakat di perkotaan untuk memperoleh pelayanan perkotaan yang
makin berkualitas dengan sistem penyediaan yang lebih baik. Kemampuan masyarakat saat ini
sangat berkembang, terutama untuk membayar pelayanan yang lebih baik tersebut memberi
landasan keekonomian yang kuat bagi pengembangan kemitraan dalam penyediaan pelayanan
prasarana dan sarana yang tersedia.
Di kabupaten/kota, kegiatan yang digerakkan oleh swasta dan masyarakat mencapai sekitar
60-70 persen. Saat ini pihak swasta telah melaksanakan kegiatan pembangunan dalam berbagai
sektor, dalam skala mikro maupun makro serta secara mandiri maupun bermitra dengan pemerintah.
Peran swasta itu dapat diperkirakan akan terus meningkat. Selama ini kemitraan telah berkembang
dalam prasarana ekonomi yang kelayakannya tinggi, seperti jalan tol, listrik, telepon. namun, khusus
di kota-kota megapolitan, metropolitan, dan kota-kota besar lainnya, peluang kemitraan dalam
penyediaan air bersih, prasarana dan sarana penyehatan lingkungan, persampahan, jalan kota,
rumah sakit, sekolah-sekolah unggulan, dan prasarana serta sarana sosial lainnya terbuka cukup
lebar.
Berdasarkan cara pandang kota sebagai pusat pelayanan ekonomi wilayah/kawasan, maka
hendaknya kota tidak hanya dilihat sebagai unit yang berdiri sendiri secara individual, tetapi
dipandang sebagai satu kesatuan dalam suatu sistem. Berkaitan dengan peningkatan peran swasta
dalam berbagai bentuk pembangunan skala besar seperti pembangunan perumahan, kota baru,
kota satelit dan lain-lain, maka kegiatannya perlu dilaksanakan dalam suatu kerangka sistem
perkotaan yang lebih luas, disamping pembangunan sistem internal kotanya sendiri.
Dengan demikian, dapat terwujud keterpaduan dan sinkronisasi system prasarana kota dan
antara kota yang berdampingan atau berdekatan, baik yang dibangun pemerintah maupun yang
dibangun oleh swasta. Selain itu juga dapat saling mendukung dengan sistem dalam kota intinya
dan juga mendukung keterkaitan dengan kota-kota lainnya.

XII-11

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

Dengan kata lain, sinkronisasi pembangunan regional merupakan tantangan yang harus
diatasi dengan meningkatnya berbagai bentuk pembangunan skala besar oleh pihak swasta.
Dalam banyak hal, memang kegiatan swasta sudah tidak lagi berskala mikro, tetapi sudah
sampai pada skala makro yang berdampak makro pula, seperti pengembangan permukiman skala
besar atau kota baru, penyediaan sistem telekomunikasi melalui satelit, pembangunan pusat-pusat
tenaga listrik, dan sebagainya. Mengingat makin besarnya bentuk dan nilai partisipasi swasta dalam
pembangunan daerah yang berskala besar seperti itu, maka sinkronisasi investasi pembangunan
menjadi imperatif agar terjadi sinergi yang optimal antara berbagai pelaku pembangunan. Kegiatan
yang saling tumpang tindih harus dapat dihilangkan. Disisi lain, adanya sinkronisasi dapat mengisi
‘gap’ atau kekosongan dari suatu kegiatan pembangunan.
Kemitraan adalah pola yang sesuai dengan prinsip-prinsip partisipasi masyarakat yang
seluas-luasnya yang ingin kita dorong dalam perekonomian dan pembangunan. Kemitraan juga
dapat memberi pemecahan atas dilema efisiensi dan pemerataan kesempatan, karena efisiensi tidak
mengharuskan pemusatan kekuatan ekonomi pada kelompok tertentu. Kemitraan merupakan
jawaban terhadap monopoli yang dalam sistem ekonomi pasar dan liberal menjadi penyakit yang
senantiasa menjadi masalah bagi negara yang menganut paham itu. Kemitraan haruslah didorong
tidak saja antara pemerintah dengan usaha besar, tetapi juga dengan usaha kecil dan koperasi,
serta antara usaha swasta besar, menengah dan kecil. Dengan demikian kemitraan adalah usaha
yang tepat dan tidak bertentangan dengan prisip-prinsip ekonomi yang mendasar, dalam
membangun ekonomi yang berdasarkan demokrasi.
Berdasarkan kajian kelembagaan dapat dilihat bahwa dalam lingkup instansi keciptakaryaan
masih diketemukan beberapa hal diantaranya: lemahnya koordinasi, kelembagaan, dan
ketatalaksanaan. Perubahan paradigma pembangunan sejalan dengan semangat reformasi
mengindikasikan bahwa dalam struktur organsasi dan ketatalaksanaan kelembagaan memerlukan
beberapa langkah penyesuaian terkait dengan tata kepemerintahannya, peran masyarakat dan
swasta dalam pengelolaan infrastruktur keciptakaryaan. Penguatan peran masyarakat, pemerintah
daerah, dan swasta diperlukan dalam rangka memperluas dan memperkokoh basis sumber daya.
Pada aspek institusi, lemahnya koordinasi antarinstansi dan antardaerah otonom telah menimbulkan
pola pengelolaan kecitakaryaan yang kurang efisien, bahkan tidak jarang saling berbenturan. Pada
sisi lain, kesadaran dan partisipasi masyarakat, sebagai salah satu prasyarat terjaminnya

XII-12

Penyusunan Rencana Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM)
Kota Kediri

keberlanjutan pola pengelolaan keciptakaryaan, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan
karena masih terbatasnya kesempatan dan kemampuan.

XII-13