RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

BAB III
ARAHAN PEMBANGUNAN
BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN

3.1. ARAHAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DAN ARAHAN
PENATAAN RUANG

Infrastruktur permukiman memiliki fungsi strategis dalam pembangunan nasional
karena turut berperan serta dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi angka
kemiskinan, maupun menjaga kelestarian lingkungan. Oleh sebab itu, Ditjen Cipta
Karya berperan penting dalam implementasi amanat kebijakan pembangunan nasional.

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
A . Peraturan Presiden nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019
Arahan RPJPN untuk RPJMN 3 Bidang Cipta Karya, meliputi :
a. Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian
selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar
(jalan, air dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu;
b. Beberapa arahan dalam bidang infrastruktur adalah:

 Terpenuhinya penyediaan air minum & sanitasi untuk memenuhi
kebutuhan dasar masyarakat 100% akses air minum dan sanitasi;
 Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana pendukung, didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka
panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel kota tanpa
permukiman kumuh.
 Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang;
 Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi;
 Konservasi sumber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi
sumber daya air dan pengembangan sumber daya air;
 Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung
pembangunan pertanian.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III - 1

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Konsep RPJMN Tahun 2015 – 2019 terkait Bidang Cipta Karya :
a. Sasaran Umum : Pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar

layanan minimum.
b. Indikator pencapaian (100 : 0 : 100) :
 Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100%;
 Berkurangnya Proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan
permukiman tidak layak menjadi 0 %;
 Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100%.

B. Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019
Berdasarkan Rencana Strategis Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat 2015-2019, Pembangunan infrastruktur permukiman pada
dasarnya dimaksudkan untuk mencapai 3 (tiga) strategic goals yaitu: a) meningkatkan
pertumbuhan ekonomi kota dan desa, hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran
pusat-pusat pertumbuhan ekonomi desa dan meningkatkan akses infrastruktur bagi
pertumbuhan ekonomi lokal; b) meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimaksudkan
untuk mengurangi kemiskinan dan memperluas lapangan kerja; c) meningkatkan kualitas
lingkungan, yang bermaksud untuk mengurangi luas kawasan kumuh, meningkatkan
kualitas penyelenggaraan penataan kawasan permukiman dan meningkatkan pelayanan
infrastruktur permukiman.
Untuk itu, pembangunan infrastruktur permukiman juga diarahkan untuk
mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional lainnya seperti

penanggulangan kemiskinan, pengembangan kota hijau, dan penataan kawasan
strategis. Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Ditjen Cipta Karya turut
berkontribusi dengan melaksanakan program pemberdayaan masyarakat (P2KP,
PPIP, Pamsimas, dan Sanimas), serta program pro rakyat klaster 4 sesuai dengan
Direktif Presiden RI. Dalam hal pengembangan kota hijau, Ditjen Cipta Karya turut
berperan dengan menginisasi penyelenggaraan green waste (TPA Sanitary landfill
dan TPST 3R), green water (IPA Reverse Osmosis dan Pamsimas), green building
dan green open space (revitalisasi kawasan). Ditjen Cipta Karya juga mendapatkan
mandat membangun infrastruktur permukiman pada kawasan strategis seperti daerah
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar. Pada kawasan tersebut telah dilaksanakan
peningkatan kualitas lingkungan permukiman serta pembangunan prasarana air
minum dan sanitasi.
Dalam mendukung pembangunan infrastruktur permukiman, telah dilakukan
upaya pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan infrastruktur
permukiman untuk memastikan keterpaduan dan keberlanjutan infrastruktur
terbangun. Dalam periode 2010-2014, Ditjen Cipta Karya turut berkontribusi dalam
perumusan UU No 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, dan UU
No 20/2011 tentang Rumah Susun dan peraturan pelaksananya, serta terlibat dalam
perumusan berbagai peraturan turunan UU No 18/2008 tentang Pengelolaan
KABUPATEN JEMBRANA 2017


III-2

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Persampahan, dan UU No 28/2002 tentang Bangunan Gedung. Upaya pembinaan
dilakukan melalui pendampingan pemerintah daerah dalam merumuskan NSPK
daerah serta menyusun dokumen perencanaan seperti RPI2JM, RPKPP, SSK,
RISPAM dan RTBL. Untuk fungsi pengawasan, Ditjen Cipta Karya terus melakukan
monitoring secara berkala melalui pengembangan sistem informasi (e-Monitoring)
dan melakukan evaluasi tahunan dengan menyusun LAKIP.
VISI
Berdasarkan visi, misi dan indikator kinerja outcome yang telah dijabarkan, visi
Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-2019 adalah:
“Terwujudnya permukiman perkotaan dan perdesaan yang layak huni dan
berkelanjutan melalui penyediaan infrastruktur bidang keciptakaryaan yang
terpadu dan inklusif melalui pengembangan kawasan permukiman, pembinaan
penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum dan
pengembangan penyehatan lingkungan permukiman.”


MISI
Berdasarkan arahan kebijakan serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada
dalam pembangunan infrastruktur permukiman, maka misi yang akan dicapai oleh
Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam periode lima tahun ke depan adalah:
1. Melaksanakan fungsi pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam bidang Cipta
Karya dengan mengedepankan prinsip keterpaduan, inklusifitas, dan berkelanjutan.
2. Melaksanakan keterpaduan pembangunan infrastruktur permukiman serta penataan
bangunan dan lingkungan berdasarkan penataan ruang dan Wilayah Pengembangan
Strategis (WPS).
3. Menyediakan infrastruktur air minum dan sanitasi di perkotaan dan perdesaan dalam
rangka pemenuhan target RPJMN 2015-2019.
4. Meningkatkan kemandirian pemerintah daerah serta mendorong kemitraan dengan
masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur
permukiman.
5. Mewujudkan organisasi yang efisien, tata laksana yang efektif dan SDM yang
profesional dengan menerapkan prinsip good governance

TUJUAN
Tujuan dalam Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan penjabaran
visi dan sasaran strategis yang hendak dicapai dalam rangka mencapai sasaran nasional

yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019. Selain itu, tujuan Direktorat Jenderal Cipta
Karya merupakan penjabaran dari tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yaitu menyelenggarakan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
dengan tingkat kondisi ketersediaan, keterpaduan, serta kualitas dan cakupan pelayanan
yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan masyarakat,
menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta berkelanjutan yang
berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih sejahtera.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-3

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Pencapaian tujuan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat perlu didukung
oleh setiap satminkal di lingkungan kementerian salah satunya Direktorat Jenderal Cipta
Karya. Dalam pencapaian tujuan tersebut, dukungan Ditjen Cipta Karya adalah melalui
penyelenggaraan pembangunan bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk
mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak guna mewujudkan kualitas hidup
manusia Indonesia sejalan dengan prinsip “infrastruktur untuk semua”.
Berdasarkan arahan tersebut, tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya 2015-2019 adalah:

Penyelenggaraan dukungan layanan infrastruktur dasar permukiman yang
berkualitas dengan prinsip “infrastruktur untuk semua” melalui pembangunan
yang terpadu, inklusif dan berkelanjutan.
SASARAN STRATEGIS
Setelah mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, target
SDGs adalah memastikan ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi
berkelanjutan bagi semua orang, juga membangun kota dan permukiman warga yang
inklusif, aman, dan kukuh. Target tersebut merupakan tantangan berat Indonesia di
bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100%,
mengurangi kawasan kumuh hingga 0%, dan menyediakan akses sanitasi layak 100%
untuk masyarakat Indonesia. Target tersebut lebih dikenal sebagai Gerakan Nasional
100-0-100 sebagai aktualisasi visi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam mewujudkan permukiman layak huni
dan berkelanjutan. Ditjen Cipta Karya bertekad bekerja tidak sekedar business as
usual, tidak bisa hanya bekerja berbasis output tanpa penyempurnaan perangkat dan
melakukan terobosan. Perlu dilakukan perbaikan baik dari segi fungsi, teknis,
kualitas/mutu, administrasi, dan kelembagaan dalam penyelenggaraan pembangunan
infrastruktur permukiman. Dalam penyelenggaraan gerakan 100-0-100, Ditjen Cipta
Karya akan melibatkan semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, dunia
usaha, maupun masyarakat, mengingat target yang sangat tinggi dan kebutuhan dana

yang sangat besar.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang
Dalam sistem perwilayahan Nasional, struktur ruang merupakan Sistem pusat
permukiman yang meliputi PKN, PKW, dan PKL sebagai satu kesatuan sistem yang
berhirarki.
A. Arahan RTRWN
Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang WIlayah
Nasional, Negara sebagai Ibu Kota Kabupaten Jembrana ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Wilayah, tahapan pengembangan PKW di Kabupaten Jembrana
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-4

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

berdasarkan RTRWN adalah II/B, yakni merupakan prioritas pengembangan jangka
menengah dengan arahan mendorong pengembangan sentra-sentra Produksi, untuk
mendukung arahan tersebut tersebut, fungsi yang diemban oleh Negara sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah adalah :

1. sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;
2. sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau
beberapa kabupaten; dan/atau
3. sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa
kabupaten.

Gambar 3.1
Arahan Pengembangan Struktur Ruang
Kabupaten Jembrana dalam Rencana Tata Ruang Nasional

Struktur Ruang yang ditetapkan dalam RTRWN, terutama penetapan Kota
Negara sebagai PKW pada saat ini memerlukan kajian lebih mendalam, mengingat
munculnya paradigma baru berkaitan dengan dimekarkannya Kecamatan Negara
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-5

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana

sehingga merubah struktur ruang di Kabupaten Jembrana pada saat ini.
Keterkaitan PKW Negara dengan PKN Denpasar – Bangli - Gianyar Tabanan (Sarbagita) mempunyai dampak berganda berupa pengaruh ke depan
maupun ke belakang, fungsi PKW Negara sebagai simpul kedua kegiatan eksporimpor dan sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi
atau beberapa kabupaten, relatif belum berjalan sebagaimana yang telah ditentukan
hal ini sebagai dampak dari fungsi dan kecenderungan PKN Sarbagita sebagai
Kawasan Strategis Nasional dalam pengembangan kegiatan pariwisata, sehingga
fungsi yang berjalan di PKW Negara adalah sebagai simpul transportasi yang
melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten terutama untuk jalur pariwisata.
Adapun pola pemanfaatan ruang yang diarahkan berdasarkan RTRWN di
Kabupaten Jembrana meliputi, kawasan konservasi (Taman Nasional Bali Barat),
kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Prioritas utama pengembangan kawasan konservasi di Kabupaten Jembrana
adalah rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan lindung nasional yang meliputi
Taman Nasional dan Taman Nasional Laut (I/A/IV), dalam hal ini Taman Nasional
Bali Barat.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-6


RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Gambar 3.2
Arahan Pola Ruang Kabupaten Jembrana
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Arahan untuk pengembangan Kawasan Konservasi dan Kawasan Lindung
adalah :
1.

Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan konservasi dan kawasan lindung
yang semakin terdesak oleh kegiatan budidaya hingga mencapai luasan
minimal 30% dari keseluruhan luas wilayah;

2.

Mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air
untuk menjaga ketersedian air sepanjang tahun;

3.

Mengendalikan

pertumbuhan

pusat-pusat

permukiman

perkotaan

dan

perdesaan yang berpotensi mengganggu kawasan-kawasan yang rawan
bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan produksi
pangan melalui pengendalian aspek kependudukan dan kegiatan sosialekonominya;
4.

Menetapkan kawasan sempadan pantai, sempadan sungai dan kawasan sekitar
waduk dan mata air sebagai kawasan berfungsi lindung ;

5.

Mengelola kawasan sekitar waduk, danau, dan situ secara bijaksana agar
proses pendangkalan waduk dapat dicegah.

Sedangkan untuk kawasan budidaya, arahan pengembangannya antara lain:
1.

Mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan dalam hal ini PKW Negara
sebagai pusat pelayanan jasa koleksi dan distribusi sebagai media penjalaran
pelayanan

dan

pengembangan

ekonomi

kepada

kawasan-kawasan

belakangnya;
2.

Mengendalikan perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya
dari ancaman kenaikan muka air laut akibat fenomena pemanasan global;

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-7

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

3.

Mengendalikan pembangunan kawasan perkotaan secara menerus di sepanjang
koridor jaringan jalan primer

mendorong pengembangan kota-kota

menengah;
4.

Membatasi dan merelokasi kawasan-kawasan permukiman yang berada pada
kawasan-kawasan berfungsi lindung dan dilindungi;

5.

Mendorong pengembangan pusat-pusat permukiman secara berhirarkis dan
terkait secara fungsional;

6.

Mendorong pertumbuhan pembangunan kota ke arah vertikal dengan
mempertimbangkan daya dukung lingkungan;

7.

Mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional melalui
berbagai upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan;

8.

Pemanfaatan potensi keindahan alam dan budaya di kawasan pariwisata
guna mendorong pengembangan pariwisata;

9.

Memperhatikan kelestarian nilai budaya, adat-istiadat, serta mutu dan
keindahan lingkungan alam dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

B. Arahan RTR Jawa-Bali
RTR Pulau Jawa-Bali merupakan penjabaran struktur dan pola pemanfaatan
ruang wilayah nasional ke dalam kebijaksanaan dan strategi pemanfaatan ruang
Pulau Jawa-Bali.

RTR Pulau Jawa-Bali disusun berdasarkan kebijaksanaan berikut:
a. Mempertahankan Pulau Jawa-Bali sebagai lumbung pangan nasional melalui
berbagai
b. upaya menetapkan dan mempertahankan kawasan produksi pangan;
a. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan lindung yang semakin terdesak
oleh,
b. Kegiatan budidaya hingga mencapai luasan minimal 30% dari keseluruhan
luas wilayah Pulau Jawa-Bali, khususnya di Pulau Jawa bagian Selatan dan
Pulau Bali bagian Tengah;

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-8

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

c. Mempertahankan sumber-sumber air dan merehabilitasi daerah resapan air
untuk menjaga ketersedian air sepanjang tahun;
d. Mengendalikan pertumbuhan pusat-pusat permukiman perkotaan dan
perdesaan yang berpotensi mengganggu kawasan-kawasan yang rawan
bencana serta mengancam keberadaan kawasan lindung dan kawasan
produksi pangan melalui pengendalian aspek kependudukan dan kegiatan
sosial-ekonominya;
e. Mengendalikan secara ketat pengembangan industri hingga ambang batas
toleransi lingkungan yang aman bagi keberlanjutan pembangunan;
f. Mengintegrasikan kegiatan industri ke dalam zona-zona dan kawasankawasan industri yang telah ditetapkan;
g. Mendorong pusat-pusat permukiman perkotaan sebagai pusat pelayanan jasa
koleksi dan distribusi di Pulau Jawa-Bali;
h. Mengembangkan zona-zona pemanfaatan minyak dan gas untuk wilayah
perairan laut dan/atau lepas pantai;
i. Mempertahankan dan merehabilitasi kawasan cagar budaya.
Arahan kebijakan pengembangan dalam RTR Jawa-Bali Yang berkaitan
dengan Kabupaten Jembrana khususnya dan Provinsi Bali pada umumnya
disajikan pada tabel 3.1 berikut.
Tabel
Kebijakan Pengembangan Kabupaten Jembarana
Dalam RTR Pulau Jawa-Bali
No

Kebijakan Pengembangan

1

Mendorong pengembangan Kota Negara

2

Memberdayakan fungsi kota-kota sesuai dengan kedudukannya dalam tatanan sistem
perkotaan;

3
Peningkatan jaringan Jalan Lintas dan Jalan Pengumpan di Pulau Bali untuk mendukung
fungsinya sebagai jaringan jalan arteri primer yang menghubungkan kota-kota pesisir di
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-9

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Pulau Bali pada ruas-ruas : Gilimanuk – Seririt – Singaraja –Amlapura – Padang Bai, dan
Padang Bai – Semarapura – Gianyar – Denpasar – Tabanan– Negara – Gilimanuk,
Denpasar – Mengwi – Bedugul – Singaraja, Tohpati – Kusamba,Kuta – Tanah Lot, dan
Bringkit – Batuan - Purnama
4

Mengembangkan simpul jaringan penyeberangan lintas antar provinsi denganeksternal
Pulau Jawa-Bali yang memiliki interaksi kuat yakni : Ketapang –Gilimanuk.

5

Pembangunan dan pemeliharaan bendungan-bendungan pada beberapa daerah aliran
sungai

6

Mencegah terjadinya erosi dan/atau sedimentasi pada kota-kota atau kawasan kawasan
budidaya (pertanian, perkebunan, pariwisata, dan industri) khususnya yang berada pada
kelerengan terjal;

7

Mengendalikan luasan hutan lindung Pulau Jawa – Bali sebesar 3.420.325 ha dan 100.200
Ha di Provinsi Bali;

8

Mempertahankan keberadaan zona-zona resapan tinggi

9

Menetapkan kawasan sempadan pantai, sungai, mata air dan sekitar waduk sebagai
kawasan berfungsi lindung padaRTRW Provinsi, Kabupaten, Kota dan Kawasan;

10

Mengelola

kawasan

sekitar

waduk,

danau,

dan

situ

secara

bijaksana

agar

prosespendangkalan waduk dapat dicegah
11

Mengelola Kawasan Cagar Budaya meliputi Situs Gilimanuk

12

Mengendalikan perkembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan budidaya
dariancaman kenaikan muka air laut akibat fenomena pemanasan global, terutama
yangberada di sepanjang Pantai Selatan Bali.

13

Mengembangkan wisata bahari di Kepulauan Seribu, Kepulauan Karimun Jawa,

14

Mengembangkan paket wisata terpadu Jawa-Bali;

15
Meningkatkan upaya promosi untuk meningkatkan daya tarik wisatawan mancanegara
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-10

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

dan nusantara.
16

Menetapkan dan pembatasan eksploitasi air tanah oleh kegiatan industri pada
sekitarkawasan lindung dan/atau kawasan permukiman perkotaan.

17

Membatasi kegiatan permukiman yang sudah ada pada kawasan lindung;

Sumber : RTR Jawa-Bali, 2008

Arahan RTRW Provinsi Bali
Rencana struktur ruang wilayah Provinsi Bali, terdiri atas :
a.

sistem perkotaan yang berkaitan dengan kawasan perdesaan; dan

b.

sistem jaringan transportasi sebagai prasarana wilayah.

1. Sistem Perkotaan
Sistem Perkotaan Provinsi Bali ditetapkan sebagai berikut :
a. PKN terdiri dari Kawasan Perkotaan Denpasar–Badung–Gianyar–

Tabanan (Sarbagita);
b. PKW terdiri dari Kawasan Perkotaan Singaraja, Kawasan Perkotaan

Semarapura dan Kawasa Perkotaan Negara;
c. PKL terdiri dari Kawasan Perkotaan Bangli, Kawasan Perkotaan

Amlapura, dan Kawasan Perkotaan Seririt; dan
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-11

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

d. PPK terdiri dari atas: kawasan-kawasan perkotaan Gilimanuk,

Melaya,

Mendoyo,

Pekutatan,

Lalanglinggah,

Bajera,

Megati,

Kerambitan, Marga, Baturiti, Penebel, Pupuan, Petang, Nusa Dua,
Tampaksiring,

Tegalalang,

Payangan,

Sampalan,

Banjarangkan,

Dawan, Susut, Tembuku, Kintamani, Rendang, Sidemen, Manggis,
Padangbai, Abang, Bebandem, Selat, Kubu, Tianyar, Gerokgak,
Busungbiu, Banjar, Pancasari-Candikuning, Sawan, Kubutambahan,
Tejakula, Celukan Bawang, Pengambengan.

Dalam konteks RTRWP Bali, implikasi system perkotaan terhadap wilayah
perencanaan adalah :


Terdapat PKW (Kawasan Perkotaan Negara) pada lokasi yang
berbatasan langsung dengan wilayah kecamatan dan memiliki
kecenderungan menyatu.



Kawasan Perkotaan Melaya dan Kawasan Perkotaan Gilimanuk
diarahkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-12

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Gambar 3.3
Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi Bali

Sumber : Perda 16 Tahun 2009

2. Sistem Jaringan Transportasi
Untuk mendukung fungsi sistem perkotaan, maka pengembangan
sistem jaringan transportasi sebagai komponen struktur ruang di Provinsi
Bali diarahkan sebagai berikut.
1.

Pengembangan

jaringan

transportasi

darat

diarahkan

pada

pemeliharaan, peningkatan, pembangunan baru dan studi jalan
alternatif, meliputi antara lain :
a. Rencana pengembangan jalan nasional bebas hambatan antar
kota, mencakup:
1) Kuta–Tanah Lot–Soka;
2) Canggu–Beringkit–Batuan–Purnama;
3) Tohpati–Kusumba–Padangbai;
4) Pekutatan–Soka;
5) Negara–Pekutatan;
6) Gilimanuk–Negara; dan
7) Mengwitani–Singaraja.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-13

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

b. Rencana pengembangan jalan nasional bebas hambatan dalam
kota, mencakup:
1) Serangan–Tanjung Benoa;
2) Serangan–Tohpati;
3) Kuta–Bandar Udara Ngurah Rai; dan
4) Kuta–Denpasar–Tohpati.
c. Pemeiharaan jalan nasional fungsi arteri primer, mencakup:
1) Gilimanuk–Negara–Pekutatan–Soka–Antosari–
Tabanan– Mengwitani;
2) Mengwitani–Denpasar–Tohpati–Dawan–Kusamba–
Angantelu–Padangbai;
3) Tohpati–Sanur–Pesanggaran–Pelabuhan Benoa; dan
4) Pesanggaran–Tugu Ngurah Rai–Bandara Ngurah Rai.
d. Pemeliharaan jalan nasional fungsi kolektor primer, mencakup :
1) Denpasar–Tohpati–Sakah–Blahbatuh–Semebaung–
Gianyar–Sidan–Klungkung–Gunaksa;
2) Cekik–Seririt–Singaraja–Kubutambahan–Amed–
Amlapura– Angantelu;
3) Mengwitani–Singaraja; dan
4) Soka–Seririt.
e. Pemeliharaan dan pengembangan jalan provinsi fungsi kolektor
primer terdiri atas sebaran ruas jalan yang menghubungkan
antar PKW, antar PKW dengan PKL, antar PKL dengan PKL di
seluruh wilayah kabupaten/kota.
f. Pelabuhan penyeberangan adalah :
1) pemantapan Pelabuhan Gilimanuk dan Padangbai;
2) rencana pengembangan Pelabuhan Amed; dan
3) pelabuhan Mentigi di Nusa Penida dan Pelabuhan
Gunaksa, sebagai pelabuhan penyeberangan dalam
provinsi.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-14

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

g. Pengembangan angkutan umum dan terminal, mencakup:
1) pengembangan secara bertahap sistem terpadu angkutan
umum massal antar kota dan Kawasan Metropolitan
Sarbagita;
2) Pengembangan Terminal Type A Mengwi di Kabupaten
Badung dan Terminal Type A Banyuasri di Kabupaten
Buleleng dan Terminal tipe

B menyebar di

tiap

kabupaten/kota dan pusat-pusat kegiatan; dan
3) terminal khusus pariwisata dalam bentuk sentral parkir di
pusat-pusat kawasan pariwisata yang telah berkembang.
h. Pengembangan sistem jaringan transportasi darat lainnya,
mencakup:
1) pengembangan

terminal

barang dan

jaringan

lintas

angkutan barang; dan
2) pengembangan

jaringan

perkeretaapian

di

Kawasan

Metropolitan Sarbagita.

2.

Jaringan pelabuhan laut diarahkan pada penataan fungsi dan
pengembangan pelabuhan yang meliputi:
a. Pelabuhan Benoa, sebagai jaringan transportasi laut untuk
pelayanan kapal penumpang, pariwisata, angkutan peti kemas
ekspor-impor barang kerajinan, garmen, seni, sembilan bahan
pokok dan ekspor ikan;
b. Pelabuhan Celukan Bawang berfungsi

sebagai

jaringan

transportasi laut untuk pelayanan kapal penumpang dan barang;
c. Pelabuhan Tanah Ampo sebagai pelabuhan Pariwisata;
d. Pelabuhan Labuhan Amuk berfungsi sebagai pelabuhan khusus
Depo Minyak;

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-15

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

e. Pelabuhan Pengambengan dan Kedonganan berfungsi sebagai
pelabuhan khusus perikanan;
f. Pelabuhan Sangsit, Pegametan, Kusamba, Buyuk dan Sanur,
untuk pelayanan kapal pelayaran rakyat angkutan penumpang
dan barang; dan
g. Pelabuhan Labuhan Lalang, untuk pelayanan kapal pelayaran
rakyat angkutan penumpang

3.

Pengembangan sistem transportasi udara terdiri atas Bandar Udara
Internasional Ngurah Rai di Kabupaten Badung dan Bandara
Domsetik Letkol. Wisnu di Kecamatan Gerokgak Kabupaten
Buleleng, serta alternatif pengembangan bandar udara baru di
Kabupaten Buleleng.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-16

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Gambar
Rencana Sistem Jaringan Transportasi Provinsi Bali

Sumber : Perda 16 Tahun 2009

Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Lainnya
1.

Sistem Jaringan Energi : PLT yang telah ada (interkoneksi tenaga listrik
Jawa-Bali, PLTD dan PLTG Pesanggaran, PLTG Gilimanuk, PLTG
Pemaron serta interkoneksi PLTD Kutampi (Nusa Penida) dengan PLTD
Jungut Batu (Nusa Lembongan), PLT Baru (PLTU Bali Timur, PLTU
Celukan Bawang, PLTU Nusa Penida dan di lokasi lainnya setelah melalui
kajian; dan Pengembangan PLT

Terbarukan beserta Jaringan transmisi

tenaga listrik meliputi : Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) serta system jaringan pipa
minyak dan gas, setelah melalui kajian
2.

Sistem Jaringan Telekomunikasi : meliputi Pengembangan jaringan
terestrial, meliputi jaringan abel maupun non kabel didukung sebaran STO

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-17

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

dan menara telekomunikasi dan Base Transceiven Station (BTS) serta
Jaringan satelit

3.

Sistem Jaringan Sumber daya Air : Pelesdtarian SDA (sungai, waduk
dan danau di Wilayah Sungai Bali–Penida, cekungan air tanah (CAT) lintas
kabupaten/kota, Jaringan Irigasi, Jaringan Prasarana air baku

4.

Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan : Sebaran Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) TPA Regional Sarbagita di Kota Denpasar, TPA Regional
Bangli di Kabupaten Bangli dan sebaran TPA Lainnya, Pengembangan
sistem pengelolaan air limbah setempat, perpipaan terpusat skala kota dan
sistem pembuangan terpusat skala kecil pada kawasan permukiman padat
perkotaan , SPAM Perkotaan dan Perdesaan

Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali
Penetapan kawasan strategis provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan
sebarannya pada Gambar 3.5.
Tabel 3.2
Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali
No.

Klasifikasi Kawasan Strategis

1. Kawasan

Strategis

kepentingan

Sebaran Lokasi

berdasarkan 1. Daerah Latihan Militer Pulaki
pertahanan

keamanan/hankam
2. Kawasan

Strategis

kepentingan

berdasarkan 1. Pelabuhan
pertumbuhan

ekonomi.

:

Pelabuhan

Gilimanuk,

Pelabuhan

Padangbai, Pelabuhan Benoa, Pelabuhan Celukan
Bawang,

Pelabuhan Gunaksa, Pelabuhan Amed,

Pelabuhan Sangsit, Pelabuhan Pegametan, Pelabuhan
Pariwisata Tanah Ampo, Pelabuhan Perikanan Pantai
Pengambengan, Pelabuhan Depo Minyak Labuhan
Amuk.
2. Bandar Udara : Bandar Udara Ngurah Rai, Lanud
Kol. Wisnu.
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-18

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

No.

Klasifikasi Kawasan Strategis

Sebaran Lokasi
3. Kawasan Pariwisata Kawasan Pariwisata Nusa Dua,
Tuban, Kuta, Sanur, Ubud, Lebih Soka, Perancak,
Candikusuma, Batuampar, Kalibukbuk, Nusa Penida,
Candidasa, Ujung, Tulamben. Air Sanih.
4. Kawasan Daya Tarik Wisata Khusus (KDTWK)
Kintamani, Bedugul-Pancasari, Tanah Lot,
Palasari, Gilimanuk.
5. Kawasan Industri: Kawasan Industri Celukan
Bawang, Kawasan Industri Pengambengan.
6. Kawasan Metropolitan Sarbagita dan Civic Center
Renon.
7. Kawasan sepanjang jalan Arteri Primer/Nasional.
8. Terminal Penumpang Type A Mengwi.

3. Kawasan

Strategis

berdasarkan 1. Kawasan Radius Kesucian Pura Sad Kahyangan dan

kepentingan sosial budaya.

Dewata Nawa Sanga berdasarkan Konsepsi Rwa
Bhineda,

Tri

Winayaka/Padma

Guna,

Catur

Bhuana

Lokapala,

meliputi

:

Sad
Pura

Lempuyang Luhur (Puncak Gunung Lempuyang
Kabupaten Karangasem), Pura Andakasa (Puncak
Gunung Andakasa Kabupaten Karangasem), Pura
Batukaru (Lereng Gunung Batukaru Kabupaten
Tabanan), Pura Batur (Tepi Kawah Gunung Batur
Kabupaten Bangli), Pura Goa Lawah (Kabupaten
Klungkung), Pura Luhur Uluwatu (Bukit Pecatu
Kabupaten Badung), Pura Pucak Mangu (Kabupaten
Badung), Pura Agung Besakih (Lereng Gunung
Agung Kabupaten Karangasem), Pura Pusering Jagat
(Pejeng Kabupaten Gianyar), dan Pura Kentel Gumi
di Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung.
2. Kawasan Warisan Budaya meliputi : Kawasan
Jatiluwih, Kawasan Taman Ayun dan Kawasan
DAS Tukad Pekerisan

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-19

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

No.

Klasifikasi Kawasan Strategis

4. Kawasan

strategis

kepentingan

Sebaran Lokasi

berdasarkan 1. Kebun Raya Eka Karya Bedugul.

pendayagunaan 2. Rencana eksplorasi minyak bumi lepas pantai di

sumber daya alam dan/atau

Barat Laut Pulau Bali.

teknologi tinggi.
5. Kawasan

strategis

berdasarkan 1. Taman Nasional Bali Barat, Teluk Benoa, Taman

kepentingan fungsi dan daya

Wisata Alam (TWA) Bawah Laut di Nusa

dukung lingkungan hidup.

Lembongan dan Pulau Menjangan, Cagar
Alam/Hutan Lindung Batukaru.
2. Seluruh Kawasan Hutan, Gunung dan
Perbukitan
3. DAS untuk sungai potensial lintas
Kabupaten/Kota.
4. Danau Alam di Provinsi Bali.
5. Potensi Cekungan Air Bawah Tanah
(berdasarkan hidrogeologi/jenis-jenis batuan).
6. Kawasan rawan bencana gunung berapi (Gunung
Agung dan Gunung Batur).

Sumber : Lampiran Perda Prov. Bali No. 16 Tahun 2009
tentang RTRWP Bali 2010 - 2030

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-20

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Rencana Pola Ruang Provinsi Bali

Sumber : Perda 16 Tahun 2009

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-21

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Penetapan Kawasan Strategis Provinsi Bali

Sumber : Perda 16 Tahun 2009

C. RTRW Kabupaten Jembrana
Penataan ruang wilayah kabupaten bertujuan untuk mewujudkan ruang
wilayah sebagai pusat pengembangan wilayah Bali Barat sekaligus penyangga
pelestarian lingkungan alam Bali yang hijau, lestari, aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan, berbasis keterpaduan kegiatan pertanian, perindustrian, sumber daya
pesisir dan kelautan yang terintegrasi dengan pariwisata menuju pemerataan
pengembangan wilayah dan kesejahteraan masyarakat berlandaskan Tri Hita Karana.

1. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah
Kebijaan Penataan Ruang Wilyah Kabupaten Jembrana adalah :
1. pemantapan fungsi wilayah sebagai pusat pengembangan Bali Bagian
Barat;

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-22

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

2. peningkatan jangkauan pelayanan sistem jaringan prasarana wilayah untuk
mendukung peningkatan produktivitas dan pemerataan pelayanan kepada
masyarakat;
3. pemantapan wilayah yang hijau dan lestari sebagai penyangga pelestarian
lingkungan Pulau Bali;
4. pemantapan wilayah sebagai pusat kegiatan pertanian, industri dan
pendayagunaan sumber daya pesisir dan kelautan dengan konsep
agropolitan dan minapolitan
5. pengembangan kepariwisataan berwawasan lingkungan yang terintegrasi
dengan pertanian dan potensi sumber daya pesisir dan kelautan; dan
6. peningkatan fungsi kawasan untuk menunjang pertahanan dan keamanan
negara.

Beberapa Strategi Prinsip Penataan Ruang Wilyah Kabupaten Jembrana adalah :
1. memantapkan Kawasan Perkotaan Negara yang berfungsi PKW sebagai
pusat kegiatan wilayah Bali Bagian Barat sekaligus ibukota Kabupaten
Jembrana yang terintegrasi dangan Pusat Kegiatan Nasional (Kawasan
Perkotaan Sarbagita) dan PKW lainnya di Bali (Kawasan Perkotaan
Singaraja);
2. mengembangkan pusat-pusat kegiatan dalam wilayah meliputi keterpaduan
fungsi Pusat Pusat kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK),
pusat kegiatan pariwisata, Kawasan Industri, Pelabuhan, Kawasan
Agropolitan, Kawasan Minapolitan yang terpadu dan terintegrasi dengan
Kawasan Perkotaan Negara (PKW) dan kawasan perdesaan;
3. memantapkan wilayah sebagai pusat kegiatan industri skala nasional
berbasis pemanfaatan hasil pertanian dan sumber daya pesisir dan kelautan;
4. meningkatkan kualitas dan keterpaduan pelayanan sistem jaringan
transportasi darat dan penyeberangan, termasuk rencana pengembangan
jalan bebas hambatan yang melintasi wilayah

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-23

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

5. meningkatkan keterpaduan perlindungan, pemeliharaan, penyediaan sumber
daya air dan distribusi pemanfaatannya untuk irigasi dan air minum secara
merata sesuai kebutuhan;
6. meningkatkan

pelayanan

pengelolaan

persampahan

dan

partisipasi

masyarakat untuk mendukung Jembrana bersih; dan
7. mengembangkan sistem pengolahan air limbah yang ramah lingkungan.
8. melindungi dan melestarikan kawasan lindung yang telah ditetapkan secara
nasional dan lokal dalam wilayah;
9. mengembangkan partispasi masyarakat dan konsep-konsep kearifan lokal
dan budaya Bali dalam pelestarian lingkungan;
10. mempertahankan kawasan pertanian tanaman pangan yang beririgasi
(subak) untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan, ketahanan pangan,
pelestarian lingkungan dan pelestarian budaya;
11. mengembangkan RTH kawasan Perkotaan paling sedikit 30 (tiga puluh)
persen dari luas kawasan perkotaan; dan
12. mengembangkan sistem mitigasi bencana dan penanggulangan bencana
secara terpadu disertai pengembangan jalur-jalur dan tempat evakuasi.
13. memantapkan wilayah sebagai pusat kegiatan industri skala nasional
berbasis pemanfaatan hasil pertanian dan sumber daya pesisir dan kelautan;
14. mengembangkan kawasan agropolitan berbasis komoditas unggulan
perkebunan dan Kawasan Pengambengan sebagai kawasan industri yang
terintegrasi dengan pengembangan kawasan minapolitan; dan
15. mengembangkan

Kawasan

Pariwisata

Candikusuma

dan

Kawasan

Pariwisata Perancak didukung daya tarik pantai, ekosistem pertanian dan
pesisir yang berwawasan lingkungan;
16. memantapkan dan meningkatkan kegiatan perekonomian perdesaan
berbasis pertanian, industri kecil, dan pariwisata kerakyatan yang
dilengkapi sarana dan prasarana penunjang;
17. melindungi dan melestarikan kawasan lindung, kawasan pesisir dan laut
serta kawasan budidaya pertanian yang berpotensi sebagai daya tarik
wisata.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-24

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

2. Rencana Struktur Ruang
A. Sistem Perkotaan
(1) Kawasan Perkotaan Negara sebagai Pusat Kegiatan Wilayah
(PKW), meliputi:
a. wilayah Kelurahan Lelateng, Kelurahan Loloan Barat,

Kelurahan Banjar Tengah, dan Kelurahan Baler Bale Agung
di Kecamatan Negara; dan
b. wilayah Kelurahan Loloan Timur, Kelurahan Sangkar

Agung, Desa Budeng, Kelurahan Dauhwaru, Kelurahan
Pendem, Desa Batu Agung, dan Desa Dangin Tukadaya di
Kecamatan Jembrana.
(2) Kawasan Perkotaan Gilimanuk berfungsi Pusat Kegiatan Lokal
Promosi (PKLp) mencakup Kelurahan Gilimanuk, di Kecamatan
Melaya.
(3) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) meliputi:
a. Kawasan Perkotaan Melaya mencakup kawasan perkotaan
Desa Melaya, di Kecamatan Melaya;
b. Kawasan Perkotaan Pengambengan mencakup kawasan
perkotaan Desa Baluk, kawasan perkotaan Desa Tegal Badeng
Barat, kawasan perkotaan Desa Tegal Badeng Timur, kawasan
perkotaan

Desa

Cupel

dan

kawasan

perkotaan

Desa

Pengambengan, di Kecamatan Negara;
c. Kawasan

Perkotaan

Mendoyo

mencakup

Kelurahan

Tegalcangkring dan kawasan perkotaan Desa Pergung, di
Kecamatan Mendoyo;
d. Kawasan Perkotaan Yeh Embang mencakup Kawasan
Perkotaan Desa Yeh Embang Kauh, Kawasan Perkotaan Desa
Yeh Embang dan Kawasan Perkotaan Desa Yeh Embang
Kangin, di Kecamatan Mendoyo;

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-25

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

e. Kawasan Perkotaan Pekutatan mencakup kawasan perkotaan
Desa Pekutatan dan Kawasan Perkotaan Desa Pulukan, di
Kecamatan Pekutatan;
B. Sistem Perwilayahan
Pusat Pelayanan Lokal (PPL) sebagai pusatpelayanan antar desa,
meliputi:
a. PPL di Kecamatan Melaya terdiri atas :
1.

PPL

Blimbingsari

melayani

kawasan

perdesaan

Desa

melayani

kawasan

perdesaan

Desa

Blimbingsari;
2.

PPL

Candiksuma

Candikusuma dan Desa Nusasari;
3.

PPL Ekasari melayani kawasan perdesaan Desa Ekasari dan
Desa Warnasari;

4.

PPL Tukadaya melayani kawasan perdesaan Desa Tukadaya
dan Desa Tuwed; dan

5.

PPL Manistutu melayani kawasan perdesaan Desa Manistutu

b. sebaran PPL di Kecamatan Negara terdiri atas:
1.

PPL Kaliakah – Banyubiru melayani kawasan perdesaan Desa
Kaliakah, Desa Banyubiru dan Desa Berangbang;

2.

PPL Baluk melayani kawasan perdesaan Desa Baluk dan Desa
Cupel;

3.

PPL Tegal Badeng Barat melayani kawasan perdesaan Desa
Tegal Badeng Barat dan Desa Tegal Badeng Timur;

c. sebaran PPL di Kecamatan Jembrana terdiri atas:
1.

PPL Perancak melayani kawasan perdesaan Desa Perancak;

2.

PPL Yeh Kuning melayani kawasan perdesaan Desa Yeh
Kuning dan Desa Air Kuning;

d. sebaran PPL di Kecamatan Mendoyo terdiri atas:

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-26

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

1.

PPL Mendoyo Dauh Tukad melayani kawasan perdesaan Desa
Mendoyo Dauh Tukad, Desa Mendoyo Dangin Tukad dan
Desa Poh Santen;

2.

PPL

Penyaringan

melayani

kawasan

perdesaan

Desa

Penyaringan;
3.

PPL Delod Berawah melayani kawasan perdesaan Desa Delod
Berawah;

4.

PPL Yeh Sumbul melayani kawasan perdesaan Desa Yeh
Sumbul

e. sebaran PPL di Kecamatan Pekutatan terdiri atas:
1.

PPL Medewi melayani kawasan perdesaan Desa Medewi;

2.

PPL

Penyaringan

melayani

kawasan

perdesaan

Desa

Penyaringan;
3.

PPL Gumbrih melayani kawasan perdesaan Desa Pangyangan,
Desa Gumbrih dan desa Pengeragoan;

4.

PPL Asah Duren melayani kawasan perdesaan Desa Asag
Duren dan Desa Manggissari.

C. Prasarana Wilayah :
a. Sistem jaringan prasarana wilayah terdiri atas : sistem jaringan
prasarana utama dan sistem jaringan prasarana lainnya.
b. Sistem

jaringan

prasarana

utama meliputi

sistem

jaringan

transportasi.
1. Jalan arteri primer : merupakan jalan nasional yang melintasi
wilayah, terdiri atas ruas jalan : ruas jalan Cekik – Gilimanuk,
ruas jalan Negara – Cekik, ruas jalan Jalan Ahmad Yani – Jln
Udayana – Batas Kota Negara, ruas jalan Pekutatan –
Negara, ruas jalan Jalan Sudirman – Jalan Gajah Mada – Batas
Kota Negara dan sebagian ruas jalan Antosari – Pekutatan

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-27

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

2. Jalan kolektor primer 1 (K-1) sebagai jalan nasional : ruas jalan
Seririt – Cekik;
3. Jalan kolektor primer 2 (K-2) : ruas Jalan Dr. Sutomo – Jalan
Gatot Subroto – Batas Kota Negara, ruas Jalan Ngurah Rai –
Jalan Sertu Dwinda; dan bagian dari ruas jalan Pekutatan –
Pupuan; Jalan kolektor primer 3 (K-3), ruas jalan : ruas jalan
Negara – Pengambengan, ruas Jalan Danau Buyan – batas Kota
Negara, ruas jalan Simpang Rambut Siwi – Pura Rambut Siwi;
dan ruas jalan Pengambengan – Cupel – Banyubiru sebagai
jalan provinsi.
4. Jalan kolektor primer 4 (K-4) : ruas Jalan Tegal Cangkring –
Delod Berawah, ruas Jalan Delod Berawah – Air Kuning – Yeh
Kuning – Perancak, ruas Jalan Mendoyo Dangin Tukad – Air
Kuning, ruas Jalan Lelateng – Pantai Baluk Rening, ruas Jalan
Tegal Badeng Timur – Cupel
5. ruas Jalan Candikusume – Bendungan Palasari, ruas Jalan
lingkar Gilimanuk, rencana ruas jalan Loloan Timur – Budeng
– Hutan Bakau – Perancak sebagai jalan kabupaten
6. Jalan lokal primer yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
desa, antar-ibukota kecamatan, ibukota kecamatan dengan pusat
desa, dan antardesa serta Jalan sistem sekunder di Kawasan
Perkotaan
7. Rencana pengembangan jaringan jalan baru, terdiri atas : jalan
lingkar utara Kawasan Perkotaan Negara; jalan lingkar selatan
Kawasan Perkotaan Negara; peningkatan jalan akses ke
kawasan pariwisata; peningkatan jalan poros Penyaringan- Yeh
Sumbul bagian utara; peningkatan dan pengembangan Jalan
Pekutatan – Jembrana; pembangunan jalan inspeksi sepanjang
sungai tukad Ijo Gading; pengembangan jalan penghubung
utama di bagian Selatan Kabupaten Jembrana; pengembangan

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-28

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

baru ruas-ruas jalan di kawasan perkotaan; dan pengembangan
baru ruas-ruas jalan antar dusun di kawasan perdesaan.
8. Terminal penumpang meliputi : terminal tipe B (Terminal
Negara dan Terminal Gilimanuk), terminal tipe C (di Melaya,
Mendoyo, Pengambengan dan Pekutatan) dan sentral parkir
khusus di pusat-pusat kawasan efektif pariwisata.
9. Terminal angkutan barang : di Kawasan Pengambengan, Kota
Negara, dan Gilimanuk.
10. Jaringan penyeberangan merupakan rangkaian kelanjutan
sistem jaringan jalan nasional yang melintasi perairan Selat
Bali, meliputi Pelabuhan Gilimanuk
11. Sistem jaringan perkeretapian ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. Sistem jaringan prasarana lainnya
Meliputi beberapa system jaringan prasarana wilayah, meliputi :
1.

Sistem jaringan energi, meliputi pembangkit tenaga listrik
(jaringan interkoneksi

tenaga

listrik Jawa-Bali, PLTG

Gilimanuk, rencana jaringan crossover tenaga listrik JawaBali, Pengembangan PLT Alternatif serta Transmisi tebaga
listrik meliputi : jaringan kabel Jawa-Bali, Saluran Udara
Tegangan Tinggi (SUTT), rencana jalur lintasan jaringan
crossing Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
Jawa-Bali, sistem jaringan LNG (liquid natural gas),
2.

Rencana sistem jaringan telekomunikasi, meliputi : Sistem
jaringan kabel (STO Negara dan STO Gilimanuk), Sistem
jaringan nirkabel dan jaringan satelit pendukung Jimbarwana
Network

3.

Sistem jaringan sumber daya air meliputi :

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-29

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

a. Wilayah Sungai Bali-Penida terdiri atas 43 (empat puluh
tiga) DAS meliputi : DAS lintas wilayah (Tukad Yeh Leh,
Tukad Pangyangan, Tukad Yeh Lebah, Tukad Pulukan,
Tukad Medewi, Tukad Yeh Satang, Tukad Yeh Sumbul dan
3 (tiga) DAS tanpa nama intermitten; dan DAS dalam
wilayah (17 sungai kontinyu dan 1 sungai continue.
b. Cekungan air tanah (CAT) meliputi CAT Negara dan CAT
Gilimanuk, Jaringan Irigasi meliputi : 75 DI terdiri atas 3
DI kewenangan pemerintah Provinsi Bali (DI Yeh Leh, DI
Benel dan DI Palasari) dan 73 DI kewenangan pemerintah
kabupaten,

Bendungan

Palasari

seluas

1.300

ha,

Bendungan Benel 1.047 ha, Rencana pengembangan
Bendungan Pohsanten, Mendoyo.

4.

Sistem prasarana pengelolaan lingkungan, meliputi :
a. SPAM kawasan perkotaan dengan sistem perpipaan
meliputi : SPAM Kawasan Perkotaan (Gilimanuk,
Melaya, Negara,

Pengambengan,

Mendoyo, Yeh

Embang, Perkotaan, dan Pekutatan) serta SPAM kawasan
perdesaan dengan sistem perpipaan maupun bukan
perpipaan Sistem pengelolaan persampahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:
b. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah meliputi : TPA
Peh dan TPA Yeh Sumbul, Pembangunan TPS/SPA
(Sistem Peralihan Angkut) di Desa Yeh Embang dan Desa
Pekutatan
c. Sistem pengolahan air limbah terdiri atas: pengolahan air
limbah setempat (on site) dan sistem pengolahan air
limbah terpusat (off site) dengan sistem perpipaan dalam
jangka panjang dengan pengolahan di: IPAL Negara,
IPAL Pengambengan, IPAL Gilimanuk, IPSL Perancak,
IPSL Candikusuma dan pengembangan jaringan air
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-30

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

limbah komunal di kawasan-kawasan padat permukiman
dalam bentuk Sistem Sanitasi Masyarakat (Sanimas);
d. Sistem jaringan drainase, meliputi pemisahan antara
jaringan drainase dengan jaringan irigasi dan jaringan air
limbah, Rehabilitasi sarana dan prasarana pencegah banjir,
Peningkatan

sistem

drainase

di

Kelurahan

Balerbaleagung, Normalisasi Sungai Tukad Ijo Gading,
Peningkatan sistem jaringan drainase di Desa Mendoyo
Dangin Tukad

5.

Jalur evakuasi bencana

Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana 2010-2030

D. Rencana Pola Ruang Wilayah
1) Kawasan Lindung
Rencana pengembangan kawasan lindung seluas kurang lebih
44.969 Ha atau 53,4% dari luas wilayah kabupaten, terdiri dari .
1. Kawasan Hutan Lindung
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-31

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

2. Kaw. Yang Memberikan Perlindungan
3. Kawasan Bawahannya;

a. Kawasan resapan air.

4. Kawasan Perlindungan Setempat
a.

Kaw suci (gunung, campuhan, pantai, laut, mata air.
cathus patha Agung)

b.

Kawasan tempat suci (DK, KT, Pura lain)

c.

Kawasan sempadan pantai;

d.

Kawasan sempadan sungai;

e.

Kawasan sempadan jurang;

f.

Kawasan sekitar bendungan;

5. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, Dan Cagar
Budaya
a.

kawasan Taman Nasional

b.

kawasan Pantai Berhutan Bakau

c.

Taman Wisata Alam

d.

kaw konservasi pesisir & pulau2 kecil

e.

kaw cagar budaya & ilmu pengetahuan

6. Kawasan Rawan Bencana Alam
a. kawasan rawan tanah longsor;
b. Kawasan rawan banjir
c. kawasan gelombang pasang
7. Kawasan Lindung Geologi.
a. Kawasan rawan bencana alam geologi (kaw rawan
gempa bumi, Kaw. rawan gerakan tanah, kaw rawan
tsunami, kawa rawan abrasi)
b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air
tanah (kawasan imbuhan air tanah dan sempadan mata
air)
8.

Kawasan Lindung Lainnya.
a. Kawasan perlindungan plasma nutfah
b. Ruang tebuka Hijau Kota

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-32

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

E. Kawasan Budidaya
Rencana pengembangan kawasan budidaya seluas kurang lebih 39.208
Ha atau 46,7% dari luas wilayah, terdiri dari :
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
2. Kawasan Hutan Rakyat
3. Kawasan Peruntukan Pertanian
a. Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan
b. Kawasan Peruntukan Hortikultura
c. Kawasan Peruntukan Peternakan
d. Kawasan Peruntukan Perkebunan
e. Kawasan Peruntukan Perikanan
f. kawasan Perikanan Tangkap
g. kawasan Budidaya Perkanan
h. kawasan Industri Perikanan dan Kelautan
4. Kawasan Peruntukan Pariwisata
a. kawasan Pariwisata;
b. kawasan Daya tarik Wisata Khusus
c. Daya Tarik Wisata
5. Kawasan Peruntukan Permukiman
a. kawasan Permukiman Perkotaan;
b. kawasan Permukiman Perdesaan
6. Kawasan Peruntukan Fasilitas Penunjang Permukiman
7. Kawasan Peruntukan Kegiatan Pertambangan
8. Kawasan Peruntukan Industri
9. Kawasan Peruntukan Lainnya
10. Kawasan Peruntukan Prasarana Transportasi

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-33

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana 2010-2030

F. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten
Kawasan strategis kabupaten ditetapkan berdasarkan sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi, sudut kepentingan sosial dan budaya; dan sudut
kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
Kawasan strategis yang terdapat di wilayah kabupaten terdiri atas:
a.

kawasan strategis provinsi yang terdapat di wilayah kabupaten;
dan

b.

kawasan strategis kabupaten.

1) Kawasan strategis provinsi yang terdapat di wilayah kabupaten.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi meliputi
1. Kawasan Perkotaan Negara di Kecamatan Negara dan Kecamatan
Jembrana;
2. Pelabuhan Gilimanuk, di Kecamatan Melaya;
KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-34

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

3. Pelabuhan Pengambengan, di Kecamatan Negara;
4. Kawasan Pariwisata Perancak, di sebagian kecamatan Jembrana,
Kecamatan Mendoyo dan Kecamatan Pekutatan;
5. KDTWK Palasari, di Kecamatan Melaya;
6. KDTWK Gilimanuk di Kecamatan Gilimanuk;
7. Kawasan Industri Pengambengan di Kecamatan Negara; dan
8. Kawasan sepanjang jalan nasional/arteri primer.

Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup meliputi:
1. Hutan Lindung di seluruh wilayah Kecamatan;
2. Taman Nasional Bali Barat di Kecamatan Melaya;
3. seluruh kawasan gunung;
4. seluruh pesisir; dan
5. DAS antar kabupaten.

2) Kawasan strategis Kabupaten Jembrana
Kawasan strategis kabupatendari sudut kepentingan pertumbuhan
ekonomi meliputi:
1. Kawasan Perkotaan Negara;
2. Kawasan Perkotaan Gilimanuk;
3. Kawasan Perkotaan Melaya;
4. Kawasan Perkotaan Mendoyo;
5. Kawasan Perkotaan Yeh Embang;
6. Kawasan Perkotaan Pekutatan;
7. Kawasan Agrowisata Pekutatan;
8. Kawasan Minapolitan Pengambengan.
9. Kawasan Efektif Pariwisata Perancak
10. Kawasan Efektif Pariwisata Candikesuma
11. Kawasan Efektif Pariwisata Palasari

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-35

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya meliputi:
1. Kawasan radius kesucian Pura Dang Kahyangan terdiri atas:


kawasan Pura Rambut Siwi, Desa Yeh Embang Kangin,
Kecamatan Mendoyo;



kawasan Pura Gede Perancak, Desa Perancak, Kecamatan
Jembrana;



kawasan Pura Amertasari,

Kelurahan Loloan Timur,

Kecamatan Jembrana;


kawasan Pura Jati,

Desa Pengambengan, Kecamatan

Negara;


kawasan Pura Majapahit, Desa Baluk, Kecamatan Negara;
dan



kawasan Pura

Indra

Kusuma,

Desa

Candikusuma,

Kecamatan Melaya
2. Kawasan Museum Manusia Purba Gilimanuk; dan
3. Kawasan Pemerintahan dan Core Budaya Kota Negara

Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan hidup meliputi:
1. Kawasan Taman Wisata Alam Perancak dan sekitarnya;
2. Kawasan pesisir dan laut, di semua kecamatan;
3. Kawasan Bendungan Palasari dan sekitarnya di Kecamatan
Melaya; dan
4. Kawasan Bendungan Benel dan sekitarnya di Kecamatan Negara.

Kawasan strategis kabupaten diatur lebih lanjut dalam Rencana Rinci
Tata Ruang yang dapat sekaligus bergabung dengan RTR Kawasan
lainnya dan ditetapkan dengan peraturan daerah paling lama 36 (tiga
puluh enam) bulan sejak penetapan RTRW Kabupaten Jembrana.

KABUPATEN JEMBRANA 2017

III-36

RPIJM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN JEMBRANA 2015-2019

Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten

3.2 Arahan Rencana Pembangunan
Kabupaten Jembrana

Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Arahan RPJMD Kabupaten Jembrana di Bidang Cipta Karya adalah
Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dengan
memperhatikan kelestarian lingkungan dengan sasaran antara lain :
1. Meningkatnya