DOCRPIJM 3452510120 BAB IXBab 9. Aspek Pembiayaan Lap Akhir RPI2JM Banjar

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

BAB

ASPEK PEMBIAYAAN
Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,
diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab
Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong
untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan
permukiman di daerah meningkat.Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah
perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan
rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki
keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman.Pemerintah
daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami
bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan
pemenuhan standar pelayanan minimal.Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat
dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya
yang dilakukan pemerintah daerah.
Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun

langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.
Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk:
a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan
bidang Cipta Karya,
b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor
swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya,
c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang CiptaKarya.

9.1. ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR
Pembiayaan pembangunan Infrastruktur perlu memperhatikan arahan dalam peraturan
dan perundangan terkait, antara lain :
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah
diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, kecuali urusan pemerintahan yang

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-1

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019


menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi,
moneter dan fiskal nasional, serta agama.
2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah
didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan
digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana Perimbangan
terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU
dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.Sedangkan DAK
digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar
prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum,
kriteria khusus, dan kriteria teknis.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota:
Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi urusan,

termasuk bidang pekerjaan umum.Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat
wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan
ditetapkan oleh Pemerintah.Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama
diserahkan kepada daerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan
prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.
5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman
daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan
Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung
kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan
pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:
a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun
sebelumnya;
b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan
pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;
c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;
d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari
pemerintah;
e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan


IX-2

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha
dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010):
Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan
usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana
persampahan.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011):
Struktur APBD terdiri dari:
a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan
Pendapatan Lain yang Sah.
b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.
c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.
8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana
Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian

sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang
Cipta Karya adalah sebagai berikut :
a. Bidang Infrastruktur Air Minum
DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan system penyediaan air
minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan di
perdesaan termasuk daerah pesisir dan
permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program
percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium
Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:
- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;
- Tingkat kerawanan air minum.
b. Bidang Infrastruktur Sanitasi
DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah,
persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat
berpenghasilan

rendah

di


perkotaan

yang

diselenggarakan

pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk
derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi

melalui

proses

program peningkatan

sasaran/target MDGs yang dengan

kriteria teknis:
- kerawanan sanitasi;
- cakupan pelayanan sanitasi.


LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-3

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan
Dilaksanakan Sendiri.
Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk
satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non
Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja
harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati.Gubernur
sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang
dilaksanakan di

daerah


dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah

dan

pengembangan lintas sektor.
Berdasarkan peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana
kegiatan pembangunan infrastruktur yang dibahas dalam RPIJM meliputi :
1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Kementerian kepada Satuan Kerja di tingkat
provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan
Sanitasi.
2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya
yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman
dengan skala provinsi/regional.
3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana
lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur
permukiman dengan skala kabupaten/kota.
4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta
(KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).
5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan
pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana
yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara
terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan
pelayanan bidang infrastruktur
Sebagai langkah konkrit dalam pembiayaan investasi infrastruktur sebagai fokus
pembangunan sesuai amanat APBN, maka Pemerintah telah menerbitkan PP No. 1/2008 tentang
Investasi Pemerintah, menggantikan PP No. 8/2007. PP No. 1/2008 memberikan perluasan
cakupan investasi, tidak hanya dalam bentuk Public Private Partnership (PPP), melainkan
investasi dalam bentuk surat berharga maupun investasi langsung.
Investasi Pemerintah yang dimaksudkan PP No.1/2008 adalah penempatan sejumlah
dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk investasi pembelian surat berharga dan
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-4

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya yang

bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum.
Investasi Pemerintah sesuai PP No. 1/2008 ini dilaksanakan oleh Badan Investasi
Pemerintah dalam bentuk :
a) investasi surat berharga, dan/atau,
b) investasi langsung.
Badan ini merupakan unit pelaksana investasi atau badan hukum yang kegiatannya
melaksanakan investasi pemerintah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.Investasi
langsung dimaksudkan utuk mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.
Investasi langsung dilakukan dengan cara :
a) public private partnership (PPP) yang dapat berupa Badan Usaha dan/atau BLU,
b) non public private partnership yang dapat berupa Badan Usaha, BLU, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, BLUD, dan/atau badan hukum asing,
c) investasi langsung meliputi bidang infrstruktur dan bidang lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan.
Sedangkan investasi surat berharga dilakukan dengan cara pembelian saham dan/atau
surat utang melalui pasar modal, yakni melalui :


Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan

perusahaan.



Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang yang
diterbitkan perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain (hanya dapat dilakukan apabila
penerbit surat utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali).
Dalam pelaksanaannya, investasi dengan kedua cara tersebut dilakukan didasarkan pada

penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat dilakukan oleh Penasihat Investasi.
Investasi dalam bentuk surat berharga dimaksudkan untuk mendapatkan manfaat ekonomi. Hal
ini diperlihatkan pada gambar berikut:
Dari uraian diatas, maka dalam rencana pembiayaan investasi di bidang Infrastruktur,
terdapat beberapa sumber dana untuk pembiayaan investasi tersebut, antara lain melalui :
1. APBN
2. APBD Provinsi
3. APBD Kabupaten/Kota
4. Pinjaman Perbankan
5. Pinjaman melalui Pusat Investasi Pemerintah (PIP)
6. Coorporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan
7. Dana Hibah
8. Dan Lain-Lain
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-5

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

9.2. PROFIL APBD KABUPATEN BANJAR
9.2.1. Komponen Penerimaan Pendapatan
Sebagaimana dijelaskan dalam PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
dan Permendagri No. 13 tahun 2006, tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. menjelaskan
bahwa kebijakan perencanaan pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana dan merupakan hak daerah dalam 1
(satu ) tahun anggaran. Seluruh pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD secara bruto
mempunyai arti pendapatan yang dianggarkan tidak boleh dikurangi dengan belanja yang
digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian
pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka bagi hasil. Pendapatan daerah ini ditetapkan
berdasarkan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai setiap sumber pendapatan.
Pendapatan daerah dikelompokan kedalam sumber-sumber penerimaan daerah yang
terdiri dari sumber penerimaan :
a. Pendapatan Asli Daerah ( PAD ),
b. Dana Perimbangan dan,
c. Pendapatan Lain-Lain Yang Sah.
Termasuk dalam kelompok Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) adalah :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) Yang Sah.

9.2.2. Komponen Pengeluaran Belanja
Selanjutnya Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 dan Permendagri No. 13 Tahun
2006,untuk belanja Daerah meliputi semua pengeluaran daerah yang merupakan urusan
pemerintah daerah selama tahun anggaran yang berkenaan dan dialokasikan dalam 2 ( dua )
kelompok belanja daerah yang terdiri dari :
a. Belanja Daerah Tidak Langsung yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan.
b. Belanja Daerah Langsung adalah belanja yang dikeluarkan dan dianggarkan terkait secara
langsung kepada pelaksanaan program dan kegiatan.


Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari ini terdiri dari :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-6

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

5. Belanja Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kabupaten dan Pemerintah Desa
7. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kabupaten/Kabupaten dan Pemerintah
Desa
8. Belanja Tidak Terduga


Belanja langsung terdiri dari :
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal

9.2.3. Komponen Pembiayaan
Komponen ini adalah sebagai pengimbang perbedaaan antara pendapatan dan biaya
dalam anggaran daerah. Unsur utama dalam komponen ini adalah sisa anggaran tahun lalu yang
merupakan saving keuangan daerah. Komponen Pembiayaan tersebut adalah :
A. Penerimaan Pembiayaan Daerah
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
B. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman Daerah

9.2.4. Profil Keuangan Daerah
A. Penerimaan Daerah
1. Trend Perkembangan Penerimaan
Perkembangan pendapatan Daerah selama 7 tahun terakhir telah menunjukkan
perkembangan yang cukup menggembirakan Pendapatan Daerah menunjukkan trend yang
terus meningkat. Pendapatan Daerah pada tahun 2007 sebesar Rp. 519.17 milyar, terus
meningkat dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 1,226.64 milyar atau mengalami peningkatan
sebesar Rp. 707.48 milyar,- atau selama lima tahun naik 236.27%. Dalam hal ini terjadi
kenaikan rata-rata per tahun sebesar Rp. 101.07 milyar. Perkembangan realisasi setiap
tahunnya dapat dilihat pada tabel berikut
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-7

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Tabel 9.1.
Perkembangan Realisasi Pendapatan dari tahun 2007-2013 (Rp. milyar)
NO
1
1.1.

URAIAN

APBDP
TA
2007

APBDP
TA
2008

APBDP
TA
2009

APBDP
TA
2010

APBDP
TA
2011

APBDP
TA
2012

APBDP
TA
2013

36.75

31.1

35.12

36.86

96.3

105.13

190.97

PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah

1.1.1

Hasil Pajak Daerah

4.51

4.74

5.57

5.86

13.86

18.62

36.11

1.1.2

Hasil Retribusi Daerah

8.38

12.07

12.87

11.07

9.46

8.36

15.65

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
yang Sah
Dana Perimbangan

6.86

7.91

9.12

10.96

54.82

29.81

56.23

17

6.38

7.56

8.97

18.16

48.34

82.98

454.22

539.32

588.22

617.33

658.24

776.47

847.99

1.1.4
1.2
1.2.1.

61.4

104.07

147.2

190.64

185.71

186.8

229.96

1.2.2.

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak
Dana Alokasi Umum

339.3

371.22

378.15

374.54

429.33

535.6

590.53

1.2.3

Dana Alokasi Khusus

53.52

64.03

62.87

52.15

43.2

54.07

27.5

Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah
Pendapatan Hibah

28.19

38.37

98.33

171.14

169.98

190.31

187.68

-

11.5

13

24.5

29

18

18.86
5

24
2.37

59.92
23.86

59.92
86.72

58
80.68

92.3
70.01

4.33

0.5

1.55

2.3

10

519.16

608.79

721.67

1.3
1.3.1
1.3.3

1.3.4
1.3.5

Dana Bagi Hasil Pajak dari
Provinsi dan Pemerintah Daerah
lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi
atau Pemerintah Daerah Lainnya
Jumlah Pendapatan

825.33

924.52

1071.91 1226.64

Sumber : BPS Kab. Banjar dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah

Dari data realisasi Pendapatan Daerah dari tahun 2007-2013 tersebut apabila dilihat
lebih lanjut maka rata-rata pertumbuhan pendapatan pertahun 19.47 % yang masing masing
sumber pertumbuhannya sebagai berikut :
- Pendapatan Asli Daerah dengan rata-rata pertumbuhan pertahun sebesar 59,95 %/tahun
- Pendapatan Dana Perimbangan rata-rata pertumbuhan pertahun 12,39 %
- Lain-lain Pendapatan yang sah 80,82 %/tahun
Pendapatan dari Pendapatan Asli Daerah dalam 7 (tujuh) tahun terakhir cenderung
meningkat dalam jumlah nominal namun kontribusinya terhadap pendapatan berfluktuasi
sesuai dengan kondisi penerimaan dari sumber PAD tersebut, pada tahun 2007 kontribusinya
sebesar Rp. 36.75 milyar dan terus meningkat sehingga pada tahun 2013 mencapai Rp. 190.97
milyar, Kontribusi tertinggi pada PAD ini adalah dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
dimana pada tahun 2007 mencapai Rp. 17.00 milyar dan terus meningkat sehingga pada tahun
2013 mencapai Rp. 82.98 milyar.
Pendapatan asli daerah dari Pajak Daerah dalam 7 (tujuh) tahun terakhir mengalami
peningkatan secara nominal, dimana pada tahun 2007 sebesar Rp. 4.51 milyar dan terus
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-8

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

meningkat sehingga pada tahun 2013 mencapai Rp. 36.11 milyar. Sedangkan dari retribusi
daerah kontribusinya terhadap pendapatan juga mengalami fluktuasi, dimana pada tahun 2007
kontribusinya sebesar Rp. 8.38 milyar, tahun 2008 sebesar Rp. 12.07 milyar, pada tahun 2009
sebesar Rp. 12.87 milyar pada tahun 2010 menurun sehingga menjadi sebesar Rp. 11.07 milyar
danpada tahun 2011 turun menjadi sebesar Rp. 9.46 milyar dan pada tahun 2012 sebesar Rp.
8.36 milyar, namun pada tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup tajam hampir dua kali
dari tahun 2012 yaitu sebesar 15.65 milyar.
Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan secara nominal
setiap tahunnya meningkat cukup besar dan signifikan, yaitu pada tahun 2007 sebesar Rp. 6.86
milyar hingga tahun 2013 meningkat hampir 10 kalinya menjadi Rp. 56.23 milyar. Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah secara nominal setiap tahunnya meningkat, pada tahun 2007
sebesar Rp. 17.00 milyar, kemudian mengalami penurunan hingga separuhnya pada tahun 2008
menjadi Rp. 6.38 miyar, batru kemudian sejak tahun 2009 mulai mengalamin peningkatan
kembali sebesar Rp. 7.56 milyar hingga tahun 2013 melonjak cukup tajam hingga 5 kali lipat
sebesar Rp. 82.98 milyar.
Sumber pendapatan Pemerintah Kabupaten Banjar dari pendapatan asli daerah masih
terbatas, pendapatan asli daerah menjadi persoalan yang sangat penting bagi sumber-sumber
pendapatan daerah di masa yang akan datang. Dari tabel 8.1. terlihat bahwa Pemerintah
Kabupaten Banjar masih tergantung pada dana dari pemerintah pusat. Kontribusi dana
perimbangan cenderung terus meningkat, pada tahun 2007, kontribusinya sebesar Rp. 454.22
milyar dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 847.99 milyar. Dalam dana perimbangan ini
kontribusi tertinggi adalah penerimaan dari DAU yang setiap tahunnya meningkat, yang mana
pada tahun 2007 sebesar Rp. 339.30 milyar, di tahun 2013 mencapai Rp. 590.53 milyar. Hal ini
menunjukkan bahwa masih terdapat ketergantungan daerah pada penerimaan DAU dari
Pemerintah Pusat. Dalam upaya perencanaan target pendapatan daerah dari kelompok PAD
ditetapkan secara rasional dengan mempertimbangkan realisasi penerimaan tahun lalu, potensi,
asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi penerimaan tersebut, objek
penerimaan dan rincian objek penerimaan.
Pendapatan daerah dari lain-lain pendapatan yang sah kontribusinya juga cenderung
meningkat, tahun 2007 kontribusinya sebesar Rp. 23.86 milyar dan terus meningkat, sehingga
pada tahun 2013 mencapai Rp. 187.68 milyar, yang mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya yaitu tahun 2012 sebesar Rp. 190.31 milyar. Grafik pendapatan daerah
sebagaimana diatas dapat dilihat pada gambar berikut ini :

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-9

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Grafik 9.1.
Grafik Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Banjar Tahun 2007 - 2013
1400
1200

Rp. Milyar

1000
800
600
400
200
0

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Pendapatan Asli Daerah

36,75

31,1

35,12

36,86

96,3

105,13

190,97

Dana Perimbangan

454,22

539,32

588,22

617,33

658,24

776,47

847,99

Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah

28,19

38,37

98,33

171,14

169,98

190,31

187,68

PENDAPATAN DAERAH

519,16

608,79

721,67

825,33

924,52 1071,91 1226,64

2. Trend Besaran Porsi Penerimaan Daerah
Secara nominal, pendapatan daerah setiap tahunnya menunjukkan trend yang
meningkat, kecuali pada Sumber pendapatan dari Hasil Retribusi Daerah yang berfluktuasi.
Tetapi bila dilihat prosentase kontribusi dari masing-masinmg elemen pendapatan daerah
tersebut terdapat fluktuasi prosentase kontribusinya sebagai berikut :

Tabel 9.2.
Kontribusi Realisasi Pendapatan dari tahun 2007-2013
NO
1
1.1.

URAIAN

APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013

PENDAPATAN DAERAH
Pendapatan Asli Daerah

7.08%

5.11%

4.87%

4.47% 10.42%

9.81% 15.57%

1.1.1

Hasil Pajak Daerah

0.87%

0.78%

0.77%

0.71%

1.50%

1.74%

2.94%

1.1.2

Hasil Retribusi Daerah

1.61%

1.98%

1.78%

1.34%

1.02%

0.78%

1.28%

1.1.3

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
1.32% 1.30% 1.26% 1.33% 5.93% 2.78% 4.58%
yang Dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 3.27% 1.05% 1.05% 1.09% 1.96% 4.51% 6.76%
yang Sah
Dana Perimbangan
87.49% 88.59% 81.51% 74.80% 71.20% 72.44% 69.13%

1.1.4
1.2
1.2.1.
1.2.2.

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan
Pajak
Dana Alokasi Umum

11.83% 17.09% 20.40% 23.10% 20.09% 17.43% 18.75%
65.36% 60.98% 52.40% 45.38% 46.44% 49.97% 48.14%

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-10

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

NO
1.2.3
1.3
1.3.1
1.3.3
1.3.4
1.3.5

URAIAN
Dana Alokasi Khusus

APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
10.31% 10.52% 8.71% 6.32% 4.67% 5.04% 2.24%

Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah
Pendapatan Hibah

5.43%

6.30% 13.63% 20.74% 18.39% 17.75% 15.30%

0.00%

1.89%

1.80%

2.97%

3.14%

1.68%

Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi
dan Pemerintah Daerah lainnya
Dana Penyesuaian dan Otonomi
Khusus
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
Pemerintah Daerah Lainnya

3.63%

3.94%

8.30%

7.26%

6.27%

8.61%

0.96%

0.39%

3.31% 10.51%

8.73%

6.53%

0.83%

0.08%

0.21%

0.00%

0.25%

0.93%

100%

100%

100%

100%

100%

100%

Jumlah Pendapatan

100%

Sumber : BPS Kab. Banjar dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah

Dari tabel terlihat bahwa Pendapatan dari Pendapatan Asli Daerah kontribusinya
terhadap pendapatan berfluktuasi sesuai dengan kondisi penerimaan dari sumber PAD tersebut,
pada tahun 2007 kontribusinya sebesar 7.08% pada tahun 2008 turun menjadi sebesar 5.11%
dan tahun 2009 menjadi sebesar 4.87%, di tahun 2010 menurun kembali menjadi 4.47%, tahun
2011 meningkat menjadi 10.42% dan di tahun 2012 menurun menjadi 9.81% hingga mengalami
peningkatan yang cukup besar pada tahun 2011 sebesar 15.57 %. Pendapatan asli daerah dari
pajak daerah kontribusinya terhadap pendapatan juga cenderung meningkat, pada tahun 2007
kontribusinya sebesar 0.88%, pada tahun 2008 sebesar 0.78%, dan pada tahun 2009 menjadi
0.77%, pada tahun 2010 sebesar 0.71%, tahun 2011 kembali meningkat sebesar 1.50 %, tahun
2012 meningkat kembali menjadi 1.75 % dan tahun 2013 meningkat satu setengah kali menjadi
2,94 %.
Sedangkan dari retribusi daerah kontribusinya terhadap pendapatan juga mengalami
tren penurunan, pada tahun 2007 kontribusinya sebesar 1.63%, pada tahun 2008 sebesar
1.98%, pada tahun 2009 sebesar 1.79%, pada tahun 2010 sebesar 1.34%, pada tahun 2011
sebesar 1.03% dan pada tahun 2012 sebesar 0.79%, namun pada tahun 2013 mengalami
penoingkatan kembali cukup besar yaitu 1,28 % walaupun besar proporsinya tidak sebesar
tahun 2007. Pendapatan asli daerah dari lain-lain pendapatan yang sah kontribusinya juga
cenderung meningkat, tahun 2007 kontribusinya sebesar 3.27%, pada tahun 2008 sebesar
1.05%, dan pada tahun 2009 menjadi 1.05%, pada tahun 2010 sebesar 1.09%, tahun 2011
sebesar 1.97% dan di tahun 2012 meningkat hingga 2,5 kali lipat tahun sebelumnya menjadi
4.55%, kemudian meningkat kembali sebesar 6,76 % pada tahun 2013.
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah kontribusi terhadap pendapatan daerah pun
berfluktuasi, pada tahun 2007 sebesar 3,27 %, kemudian secara berturut-turut selama 3 tahun
mengalami penurunan yaitu pada tahun 2008 sebesar 1,05 %, tahun 2009 sebesar 1,05 %, tahun
2010 agak meningkat sebesar 1,09 %, tahun 2011 meningkat kembali sebesar 1,96 %, tahun
2012 meningkat sebesar 4,51 % dan pada tahun 2013 terjadi lagi peningkatan 6,76 %. Bila
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-11

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

dibandingkan dengan tahun 2007, maka kontribusi lain-lain pendapatan daerah yang syah ini
mengalami peningkatan.
Grafik 9.2.
Grafik Kontribusi Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Banjar Tahun 2007 - 2013
100,00%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Pendapatan Asli Daerah

7,08%

5,11%

4,87%

4,47%

10,42%

9,81%

15,57%

Dana Perimbangan

87,49%

88,59%

81,51%

74,80%

71,20%

72,44%

69,13%

Lain-Lain Pendapatan Daerah
Yang Sah

5,43%

6,30%

13,63%

20,74%

18,39%

17,75%

15,30%

B. Pengeluaran Daerah (Trend Perkembangan Belanja)
Belanja daerah menurut kelompok belanja, terdiri dari belanja tidak langsung dan
belanja langsung, dimana kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan,
sedangkan kelompok belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.Belanja daerah yang merupakan semua
Pengeluaran kas daerah dalam periode waktu satu tahun.anggaran yang sifatnya mengurangi
kekayaan Pemerintah Daerah. Gambaran realisasi belanja daerah tahun 2007 – tahun 2012

adalah sebagaimana tabel berikut ini :

Tabel 9.3.
Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Banjar Tahun 2007 - 2013
( dalam Rp. milyar)
NO
2
2.1.

URAIAN

APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP
TA
TA
TA
TA
TA
TA
2007
2008
2009
2010 2011
2012

2.1.1

BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung
Belanja Pegawai

2.1.2

Belanja Bunga

-

-

-

-

-

2.1.3

Belanja Subsidi

-

-

-

-

-

269.34
207.53

332.63 379.24 483.49 526.66
266.79 316.55 402.95 467.85

577.61
527.72

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

APBDP
TA
2013
597.27
549.93

IX-12

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

NO

URAIAN

2.1.4

Belanja Hibah

2.1.5

Belanja Bantuan Sosial

2.1.6

2.1.8

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/
Kab/Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kab/Kota & Pemerintahan
Desa
Belanja Tidak Terduga

2.2.
2.2.1

Belanja Langsung
Belanja Pegawai

2.2.2
2.2.3

2.1.7

APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP
TA
TA
TA
TA
TA
TA
TA
2007
2008
2009
2010 2011
2012
2013
0.65
1.4 20.99
1.54
7.84
9.13
31.34

24.64

23.64

20.75

16.38

0.9

5.31

1.25

1.75

3.00

3.00

3.00

3.00

2.91

26.19
3.03

35.8
3

31.53
3.12

33.88
1.92

36.55
1.34

35.65
2.5

29.29
0.7

337.19
35.39

371.20 433.56 449.50 397.96
41.92
44.67 40.98 43.66

552.43
57.66

583.03
60.68

Belanja Barang dan Jasa

109.86

135.77 146.46

128.65 162.95

185.36

220.53

Belanja Modal

191.94

193.51

242.43 279.87 191.35

309.41

301.82

Jumlah Belanja 606.53 703.83 812.80 932.99 924.62 1,130.04 1,180.30
Sumber : BPS Kab. Banjar dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah

Dari tabel diatas terlihat bahwa kecenderungan belanja Kabupaten Banjar dari tahun ke
tahun cenderung mengalami kenaikan, kecendrungan belanja daerah ini berbanding lurus
dengan peningkatan pendapatan daerah. Pada tahun 2007 jumlah belanja sebesar Rp.606.53,milyarterus mengalami kenaikan setiap tahunnya dan pada tahun 2013 jumlah belanja menjadi
sebesar Rp. 1.180,30,- milyar, sehingga sejak tahun 2007 – 2013 telah terjadi kenaikan belanja

daerah sebesar Rp. 573.77 milyar atau rata-rata per tahun sebesar Rp. 95,63 milyar. Kenaikan
belanja daerah ini sejalan dengan kenaikan penerimaan pendapatan daerah.
Dalam belanja daerah ini terlihat pada komponen Belanja Tidak Langsung peningkatan
belanja tidak langsung, yang mana pada tahun 2007 senilai Rp. 269.34,- milyar setiap tahunnya
mengalami peningkatan dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 597.27,- milyar. Dalam komponen
belanja tidak langsung ini terlihat bahwa komponen belanja pegawai merupakan komponen
yang tertinggi dalam biaya tidak langsung, yaitu pada tahun 2007 sebesar Rp. 207,53 milyar
setiap tahun mengalami peningkatan sehingga tahun 2012 mencapai Rp. 549,93 milyar. Pada
belanja hibah terlihat trend peningkatan, yang semula pada tahun 2007 tidak terdapat belanja
hibah, pada tahun 2008 mulai adanya belanja hibah sebesar Rp. 0.65 milyar dan terus meningkat
sehingga tahun 2013 mencapai Rp. 9,13 milyar. Tetapi pada komponen belanja bantuan social,
terlihat kecendrungan menurun, pada tahun 2007 sebesar Rp. 31.34 milyar, terus menurun
setiap tahunnya, sehingga pada tahun 2013 hanya sebesar Rp. 5,31 milyar. Dan pada komponen
belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa terlihat
kecendrungan tetap, yang mana pada tahun 2007 sebesar Rp. 1.25 milyar, tahun 2008 sebesar
Rp. 1.75 milyar dan untuk tahun selanjutnya hingga tahun 2013 sebesar Rp. 2,91 milyar. Belanja
Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa terlihat
berfluktuasi, pada tahun 2007 sesar Rp. 26.19 milyar terus meningkat, pada tahun 2008
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-13

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

mencapai Rp. 35.80 milyar, tahun 2009 turun sebesar Rp. 31.53 milyar, tahun 2010 naik menjadi
Rp. 33.88 milyar, tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 36.55 milyar, tahun 2012 turun menjadi
Rp. 35.65 milyar hingga tahun 2013 turun kembali menjadi Rp. 29,29 milyar. Sedangkan pada
komponen Belanja Tidak Terduga, terlihat pula berfluktuasi, dimana pada tahun 2007 belanja
ini sebesar Rp. 3.03 milyar, tahun 2009 menurun menjadi Rp. 3.00 milyar dan tahun 2009
meningkat menjadi Rp. 3.12 milyar, tahun 2010 menurun menjadi Rp. 1.92 milyar, tahun 2011
turun menjadi Rp. 1.34 milyar, tahun 2012 meningkat menjadi Rp. 2.50 milyar dan tahun 2013
turun cukup drastic hanya sebesar 0,7 milyar.
Sedangkan dalam komponen belanja langsung, terlihat pula peningkatannya, yaitu pada
tahun 2007 sebesar Rp. 337.19 milyar terus meningkat dan pada tahun 2013 mencapai
Rp.583.03 milyar. Dalam komponen biaya langsung ini komponen belanja tertinggi adalah dalam
komponen belanja modal yaitu pada tahun 2007 senilai Rp. 191.94 milyar dan tahun 2013
mencapai nilai Rp. 301.82 milyar. Kemudian belanja langsung terbesar kedua adalah belanja
barang dan jasa, pada tahun 2007 belanja barang dan jasa sebanyak Rp.109.86 milyar dan pada
tahun 2013 belanja barang dan jasa mencapai Rp. 220,53 milyar. Dalam komponen Belanja
Pegawai, terlihat kecendrungan peningkatan, yang mana pada tahun 2007 sebesar Rp. 35,39,terus meningkat setiap tahunnya, dan pada tahun 2013 mencapai Rp. 60,68 milyar. Grafik dari
belanja daerah ini adalah sebagai berkut :
Grafik 9.3.
Grafik Belanja Derah Pemerintah Kabupaten Banjar Tahun 2007 – 2013
1400
1200

Rp. MIyar

1000
800
600

400
200
0

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Belanja Tidak Langsung 269,34

332,63

379,24

483,49

526,66

577,61

597,27

Belanja Langsung

337,19

371,20

433,56

449,50

397,96

552,43

583,03

BELANJA DAERAH

606,53

703,83

812,8

932,99

924,62

1130,04

1180,3

Sedangkan komposisi masing-masing komponen dalam Belanja Daerah ini adalah
sebagaimana tabel berikut ini :
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-14

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Tabel 9.4.
Kontribusi Realisasi Belanja Daerah dari tahun 2007-2013
NO
2
2.1.

APBDP
TA
2007

URAIAN

APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP
TA
TA
TA
TA
TA
TA
2008
2009
2010
2011
2012
2013

BELANJA DAERAH
Belanja Tidak Langsung

44.41% 47.26% 46.66% 51.82% 56.96% 51.11% 50.60%

2.1.1

Belanja Pegawai

34.22% 37.91% 38.95% 43.19% 50.60% 46.70% 46.59%

2.1.2

Belanja Bunga

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

2.1.3

Belanja Subsidi

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

0.00%

2.1.4

Belanja Hibah

0.00%

0.09%

0.17%

2.25%

0.17%

0.69%

0.77%

2.1.5

Belanja Bantuan Sosial

5.17%

3.50%

2.91%

2.22%

1.77%

0.08%

0.45%

2.1.6

Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi/
Kab/Kota dan Pemerintahan Desa
Belanja Bantuan Keuangan Kepada
Provinsi/Kab/Kota & Pemerintahan
Desa
Belanja Tidak Terduga

0.21%

0.25%

0.37%

0.32%

0.32%

0.27%

0.25%

4.32%

5.09%

3.88%

3.63%

3.95%

3.15%

2.48%

0.50%

0.43%

0.38%

0.21%

0.14%

0.22%

0.06%

2.1.7

2.1.8
2.2.

Belanja Langsung

55.59% 52.74% 53.34% 48.18% 43.04% 48.89% 49.40%

2.2.1

Belanja Pegawai

5.83%

2.2.2

Belanja Barang dan Jasa

18.11% 19.29% 18.02% 13.79% 17.62% 16.40% 18.68%

2.2.3

Belanja Modal

31.65% 27.49% 29.83% 30.00% 20.69% 27.38% 25.57%
Jumlah Belanja

100 %

5.96%

100 %

5.50%

100 %

4.39%

100 %

4.72%

100 %

5.10%

100 %

5.14%

100 %

Sumber : BPS Kab. Banjar dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah

Grafik 9.4.
Grafik Komposisi Belanja Derah Pemerintah Kabupaten Banjar Tahun 2007 – 2013
100%
90%
80%
70%

60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Belanja Tidak Langsung

44%

47%

47%

52%

57%

51%

51%

Belanja Langsung

56%

53%

53%

48%

43%

49%

49%

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-15

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Dari tabel pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Banjar sebagaimana diatas, terlihat
adanya defisit anggaran yang harus ditutupi oleh Pembelanjaan Daerah sebesar defisit tersebut.
Adapun besaran defisit tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 9.5.
Gambaran Defisit Anggaran Pemerintah Kabupaten Banjar Tahun 2007 - 2013
( dalam Rp. milyar)
NO

URAIAN

1

PENDAPATAN DAERAH

2

BELANJA DAERAH
Surplus/Defisit

APBDP
TA
2007

APBDP
TA
2008

APBDP
TA
2009

APBDP
TA
2010

APBDP
TA
2011

APBDP
TA
2012

519.16

608.79

721.67

825.33

924.52 1,071.91 1,226.64

606.53
-87.37

703.83
-95.04

812.80
-91.13

932.99
-107.66

924.62 1,130.04 1,180.30
-0.10
-58.13
46.34

-16.83% -15.61% -12.63% -13.04% -0.01% -5.42%
Sumber : BPS Kab. Banjar dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah

APBDP
TA
2013

3.78%

Untuk menutupi defisit tersebut, maka digunakan komponen Pembiayaan Daerah, yang
terdiri dari :
a. Penerimaan Pembiayaan Daerah
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya.
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
6. Penerimaan Piutang Daerah
b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
3. Pembayaran Pokok Utang
4. Pemberian Pinjaman Daerah

9.2.5. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah Kabupaten Banjar pada kurun waktu 2007-2013 mengalami
fluktuasi, yang significant dengan perubahan dalam deficit anggaran belanja dan belanja
daerah.Dalam pembelanjaan daerah ini, terlihat bahwa dalam penerimaaan pemniayaan daerah
terlihat berflutuasi, demikian pula dalam pengeluaran daerah. Gambaran Pembiayaan Daerah ini
dapat dilhat pada tabel 9.6. berikut ini.

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-16

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Tabel 9.6.
Kontribusi Realisasi Pembelanjaan Daerah dari tahun 2007-2012
NO

APBDP APBDP APBDP APBDP APBDP
TA 2009 TA 2010 TA 2011 TA 2012 TA 2013

URAIAN
3

3.1.

PEMBIAYAAN DAERAH

107.66

0.09

71.44

294

74.32

38.48

8.09

92.68

315

-

-

-

-

Penerimaan Pembiayaan Daerah

3.1.1

Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran
Sebelumnya

3.1.2

Pencairan Dana Cadangan

3.1.3

Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

3.1.4

Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah

3.1.5
3.1.6

-

-

-

-

25.44

80.81

-

-

Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman

-

-

Penerimaan Piutang Daerah

-

-

-

99.76

119.29

8.09

-

-

-

8.63

11.63

Jumlah Penerimaan Pembiayaan Daerah
3.2

91.13

92.68

315

7.56

21

21

0.24

-

Pengeluaran Pembiayaan Daerah

3.2.1

Pembentukan Dana Cadangan

3.2.2

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah

3.2.3

Pembayaran Pokok Utang

-

-

0.44

3.2.4

Pemberian Pinjaman Daerah

-

-

-

8.63

11.63

8

21.24

21

91.13

107.66

0.09

71.44

294

Jumlah Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Netto
3.3

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenan
(SILPA)

-

-

345.43

Sumber : BPS Kab. Banjar dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan aset Daerah

Jika dilihat lebih detail dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan,
terlihat bahwa pada komponen Penerimaan Pinjaman Daerah dan obligasi daerah yang terlihat
trend meningkat, sedangkan komponen lainnya mengalami fluktuasi.
Grafik 9.5.
Grafik Pembelanjaan Derah Pemerintah Kabupaten Banjar Tahun 2007 – 2012
300
250

Rp. MIyar

200
150
100
50
0

2009

2010

2011

2012

2013

PEMBIAYAAN DAERAH

91,13

107,66

0,09

71,44

294

Penerimaan Pembiayaan
Daerah

99,76

119,29

8,09

92,68

315

Pengeluaran Pembiayaan
Daerah

8,63

11,63

8

21,24

21

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-17

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Dari data APBD selama 7 (tujuh) tahun terakhir dari sisi pendapatan dapat dikemukakan
permasalahan Pendapatan Daerah Kabupaten Banjar sebagai berikut :
1. Penerimaan PAD mengalami peningkatan secara nominal, namun secara riil mengalami
penurunan dan laju perkembangannya masih relatif rendah.
2. Proporsi pendapatan PAD dari total pendapatan Pemerintah Kabupaten Banjar cenderung
turun.
3. Pendapatan dari Dana Perimbangan mengalami peningkatan secara significant secara
nominal namun dari segi proporsinya cenderung menurun terhadap jumlah pendapatan
4. Kontribusi BUMD masih rendah sebagai sumber pendapatan.
5. Sumber pendapatan pemerintah Kabupaten Banjar masih bertumpu pada pendapatan
konvensional, masih tergantung dari penerimaan non PAD.
Dari kelima permasalahan utama pendapatan daerah dapat diuraikan permasalahan
spesifik pendapatan daerah, antara lain :
1. Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need ) yang tidak seimbang dengan kapasitas
fiscal ( fiscal Capacity ) yang dimiliki.
2. Kualitas layanan publik yang masih belum memadai .
3. Belum maksimalnya pengelolaan potensi PAD.
4. Belum maksimalnya sistem Perpajakan Daerah, walaupun telah menunjjukan peningkatan.
5. Masih rendahnya Investasi di Kabupaten Banjar.
6. Masih belum cukupnya sumber daya finansil dan masih perlunya peningkatan kualitas
sumberdaya manusia yang ada.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peningkatan kemampuan keuangan daerah
merupakan upaya yang terus dilakukan. Upaya-upaya tersebut secara umum adalah :
1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Peningkatan pendapatan asli daerah merupakan upaya konvensional yang dapat dilakukan
dalam meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Pada dasarnya ada tiga upaya yang
akan dilakukan dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah, yaitu :
a) Penyesuaian tarif pajak dan retribusi sesuai dengan tingkat harga dan tingkat inflasi, hal
ini perlu dilakukan karena dalam beberapa tahun terakhir tarif tersebut belum pernah
disesuaikan sehingga tarif tersebut terlalu rendah dibandingkan dengan tingkat harga.
b) Melakukan studi dalam upaya mencari kemungkinan terhadap jenis pajak dan retribusi
baru sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
c) Meningkatkan efisisensi dan efektifitas pengelolaan pendapatan asli daerah.
2. Pengembangan Perusahaan Milik Daerah.
Pengembangan perusahaan milik daerah ditempuh melalui peningkatan penyertaan modal,
dengan semakin meningkatnya penyertaan modal maka akan semakin besar pula deviden
yang akan diterima sebagai bagian dari laba perusahaan daerah tersebut.
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-18

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

3. Pemanfaatan Pinjaman Daerah
UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah memberikan peluang bagi pemerintah daerah untuk memanfaatkan pinjaman,
namun demikian pemanfaatan pinjaman memerlukan penelitian yang cukup mendalam
karena hal ini akan berkaitan dengan kemampuan untuk membayar cicilan dan bunga
sehingga tidak memberatkan pemerintah daerah di kemudian hari.
4. Peningkatan Efisiensi Penggunaan Keuangan Daerah
Peningkatan kemampuan keuangan daerah juga dilakukan melalui efisiensi pemanfaatan
keuangan daerah, hal ini dilakukan dengan menetapkan standar harga dan standar analisa
belanja dalam penyusunan anggaran.
5. Peningkatan Kerjasama dengan Pihak Swasta.
Upaya ini dilakukan melalui kerjasama dengan pihak swasta dalam membangun sarana dan
prasarana umum dengan prinsip saling menguntungkan. Dengan kerjasama dengan pihak
swasta beberapa keuntungan yang akan diperoleh antara lain ; dapat memiliki suatu fasilitas
tanpa mengeluarkan dana selain aset yang telah dimiliki dan selama masa pengelolaan akan
memperoleh penerimaan (royalti) tanpa menanggung resiko.

9.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR
Meskipun pembangunan infratruktur khususnya infrastruktur permukiman merupakan
tanggung jawab Pemda, Pemerintah Pusat juga turut melakukan pembangunan infrastruktur
sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di
lingkungan Kementerian menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT)
sesuai dengan peraturan yang berlaku, sebagaimana penyaluran anggaran bidang Cipta Karya di
Kementerian PU (Permen PU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu
kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan
realisasinya di daerah tersebut.

9.3.1. Perkembangan Investasi Pembangunan Infrastruktur
Bersumber dari APBN
Dari 9 sektor infrastruktur yang menjadi bahasan pada sub bab ini, kelengkapan data
pembangunan infrastruktur yang bersumber dari dana APBN hanya didapatkan pada 4 sektor
dalam bidang Cipta Karya. Dengan demikian paparan dalam bagian ini menguraikan tentang
perkembangan pendanaan bersumber dari APBN hanya untuk bidang cipta karya. Di samping
APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan
pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi
Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan
mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.
LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-19

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

Tabel 9.7.
APBN Cipta Karya di Kabupaten Banjar dalam 6 Tahun Terakhir
ALOKASI APBN (000. Rp)
2009
SEKTOR
Pengembangan Air
Minum
Pengembangan PLP
Pengembangan
Pemukiman
Penataan Bangunan &
Lingkungan

2010

2011

2012

10,360,000

5,197,000 11,183,360

790,800

2,114,205

600,000

2013

2014

Usulan
2015

Total

1,398,149

6,200,000

50,891,509

8,543,000

378,000

3,800,000

16,226,005

3,300,000

4,354,839

6,393,130

25,955,983

982,540

14,611,826

300,000 16,253,000

1,549,472

4,057,882

3,169,950

3,130,710

3,160,000

3,050,109

4,720,000

1,000,000

1,699,177

5,030,710 28,096,000

7,830,165 17,375,670 107,685,323

1,800,000

1,822,500

1,822,500

10,900,000

1,050,000

1,500,000

600,000

8,650,000

2,502,500

1,999,996

12,202,496

4. PISEW

11,000,000 11,000,000 11,000,000 11,000,000

2,000,000 17,600,001

63,600,001

TOTAL
DAK Bidang Sanitasi
dan Air Minum

17,837,500 18,110,000 15,707,500 13,850,000

5,322,500 22,022,497

92,849,997

TOTAL

15,860,272 12,304,991 21,187,515

PNPM
1. P2KP

1,450,000

1,800,000

2. PPIP

2,500,000

3,000,000

3. PAMSIMAS

2,887,500

2,310,000

TOTAL

3,205,000

1,721,630

2,205,000

2,502,500

1,295,200

1,620,840

1,602,820 4.065.336

2.869.790

16.380.616

36,902,772 32,136,621 38,190,215 20,501,550 35,021,320 33.917.998 20.245.460 216.915.936

Sumber : PPK Randal PIP Kalsel, Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air
minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem
penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan
dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi
digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase)
yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang
diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh
Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.Dana
DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.
Dari data diatas tampak bahwa investasi sektor cipta karya di Kabupaten Banjar selama
kurun waktu 7 tahun terakhir (hingga rencana tahun 2015 yang sudah disetujui DIPA nya)
cukup besar mencapai Rp. 217 milyar, dengan alokasi setiap tahunnya berkisar antara Rp. 20
milyar s/d Rp. 38 milyar, walaupun mengalami fluktuatif setiap tahunnya.
Dari tiga sumber pendanaan APBN untuk sektor cipta karya, ternyata investasi terbesar
berasal dari program regular Ditjen Cipta Karya Kementerian PU yaitu dalam 7 tahun terakhir
nilai investasinya sekitar Rp. 108 milyar (51 %), sementara itu untuk program PNPM sebesar rp.
93 milyar (44 %) dan DAK bidang sanitasi dan air minum sekitar Rp. 9 milyar (5 %)

LAPORAN AKHIR / Aspek Pembiayaan

IX-20

PENYUSUNAN RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH
KABUPATEN BANJAR TAHUN 2015-2019

9.3.2. Perkembangan Investasi Pembangunan Infrastruktur
Bersumber dari APBD
Investasi infrastruktur di Kabupaten Banjar yang bersumber dari dana APBD Kabupaten
Banjar pada tahun 2014 sebesar Rp. 93,6 milyar dari anggaran yang direncanakan atau
disiapkan sebesar Rp. 97,3 milyar. Angka belanja APBD sektor cipta karya tersebut setara
dengan 3 kali lipat dari investasi dana APBN pada tahun yang sama. Kondisi ini menunjukkan
besarnya perhatian dan keberpihakan Pemerintah Kabupaten Banjar terhadap pemenuhan
kebutuhan peumahan dan permukiman yang layak bagi warganya yang termasuk dalam
program pemgembangan sektor cipta karya.
Tabel 9.8.
Investasi Pembangunan Infrastruktur Cipta Karya Bersumber dari Dana APBD Tahun 2014
Sektor Cipta Karya

Anggaran

Belanja

Serapan

Pengembangan Permukiman (Bangkim)

43,197,327,300

40,918,253,386

94.72%

Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)

17,587,172,100

17,209,401,341

97.85%

Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL)

28,840,945,400

27,854,359,968

96.58%

Pengembangan Air Minum

7,706,126,000

7,643,133,800

99.18%

Jumlah

97,331,570,800

93,625,148,494

96.19%

Sumber : Pemerintah Kabupaten Banjar
Sementara itu untuk pendanaan infrastruktur secara keseluruhan dalam kurun waktu 5 tahun
terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup besar setiap tahunnya, yaitu r