DOCRPIJM 2ce331881f BAB IXBab 9. ASPEK KEUANGAN DAERAH

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

Bab 9 Aspek Pembiayaan Kabupaten Lampung Selatan Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, maka Pemerintah Kabupaten mempunyai kewajiban untuk

  menyelenggarakan dan melaksanakan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya. Urusan pemerintahan daerah dimaksud meliputi : Urusan Wajib dan Urusan Pilihan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Birokrasi dalam melaksanakan urusan pemerintahan daerah tersebut secara umum berperan menjalankan 3 (tiga) fungsi utama, yaitu: fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemerintahan umum. Fungsi pelayanan berhubungan dengan unit organisasi pemerintahan yang pada hakikatnya merupakan bagian atau berhubungan dengan masyarakat. Fungsi utamanya adalah pelayanan publik (public service) langsung kepada masyarakat. Fungsi pembangunan berhubungan dengan organisasi pemerintah yang menjalankan salah satu urusan pemerintahan daerah guna mencapai tujuan pembangunan. Fungsi pokoknya adalah

  Development function atau adaptive function. Fungsi ketiga adalah pemerintah umum yang

  berhubungan dengan rangkaian organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum termasuk memelihara ketertiban dan keamanan. Fungsinya lebih kepada fungsi pengaturan (regulative function).

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  Guna melaksanakan ketiga fungsi utama tersebut secara optimal diperlukan dukungan anggaran yang memadai yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk melaksanakan semua urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang menggambarkan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Daerah dalam kurun waktu satu tahun. APBD selain itu juga merupakan instrumen dalam rangka mewujudkan pelayanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut maka pengalokasian anggaran belanja yang secara rutin merupakan kebutuhan dalam rangka pelaksanaan setiap urusan pemerintahan daerah menjadi tolok ukur bagi tercapainya kesinambungan serta konsistensi pembangunan daerah secara keseluruhan menuju tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama.

  Bertitik tolak dari target kinerja pembangunan daerah yang akan dicapai dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya yang ada, maka dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah perlu mengarahkan dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna dengan disertai pengawasan dan pengendalian yang ketat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan agar target kinerja pembangunan daerah yang telah ditetapkan dapat tercapai.

  Mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, maka penyusunan APBD Kabupaten Lampung Selatan didasarkan pada Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang telah disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Kebijakan Umum APBD (KUA) dimaksudkan sebagai pijakan dan dasar bagi Pemerintah Daerah dan DPRD dalam membahas dan menyepakati PPA yang selanjutnya menjadi bahan utama penyusunan RAPBD, oleh karena itu KUA tersebut juga memberikan landasan dan pedoman bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun datang dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangannya.

  Rencana program dan kegiatan beserta anggarannya dimaksud dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) serta rencana pelaksanaannya sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

  Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada hakikatnya merupakan perwujudan amanat rakyat kepada eksekutif dan legislatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  pelayanan umum kepada masyarakat dalam batas otonomi daerah yang dimiliki. Bertitik tolak pada hal tersebut, maka setiap penyusunan APBD Kabupaten Lampung Selatan disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip:

  1. Partisipasi Masyarakat Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBD sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui akan hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBD.

  2. Transparansi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat yang meliputi: tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis/ obyek belanja serta korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan.

  Oleh karena itu, setiap pengguna anggaran harus bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Transparansi dan akuntabilitas anggaran, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan, maupun akuntansinya merupakan wujud pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan DPRD kepada rakyat.

  3. Disiplin Anggaran Anggaran daerah disusun berdasarkan kebutuhan riil dan prioritas masyarakat di daerah sesuai dengan target dan sasaran pembangunan daerah. Dengan demikian, dapat dihindari adanya kebiasaan alokasi anggaran pembangunan ke seluruh sektor yang kurang efisien dan efektif.

  Anggaran yang tersedia pada setiap pos/ rekening merupakan batas tertinggi belanja/ pengeluaran. Oleh karena itu, tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan melampaui batas kredit anggaran yang ditetapkan.

  4. Keadilan Anggaran Pajak daerah, retribusi daerah dan pungutan daerah lainnya yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan kemampuan untuk membayar, masyarakat yang memiliki kemampuan pendapatan rendah secara proporsional diberi beban yang sama, sedangkan masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk membayar tinggi diberikan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  beban yang tinggi pula. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut pemerintah daerah dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain daripada itu dalam mengalokasikan belanja daerah, harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan. Pemerintah Daerah di dalam menetapkan besaran pajak dan retribusi harus mampu menggambarkan nilai-nilai rasional dan transparan terkait dengan penentuan hak-hak dan tingkat pelayanan yang diterima oleh masyarakat di daerah. Mengingat, adanya beban pembiayaan yang dipikul langsung maupun tidak langsung oleh kelompok masyarakat melalui mekanisme pajak/ retribusi, serta adanya keharusan untuk merasionalkan anggaran yang lebih menguntungkan bagi kepentingan masyarakat dan mampu merangsang pertumbuhan ekonomi daerah sesuai mekanisme pasar.

  5. Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, untuk dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, maka dalam perencanaan anggaran perlu diperhatikan: a. Penetapan secara jelas tujuan dan sasaran, hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai; b. Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja serta penetapan harga satuan yang rasional.

  6. Taat Azas Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebagai kebijakan daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah di dalam penyusunannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, kepentingan umum dan peraturan daerah lainnya.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

9.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

  Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

  1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintah daerah

  diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang- undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

  2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

  Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, serta Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: Dana

  Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanai kegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional. Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan

  Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26 urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayanan minimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusan wajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepada daerah disertai dengan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana, serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman

  daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajib memenuhi persyaratan:

  a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan APBD tahun sebelumnya; b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5; c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

  d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari pemerintah; e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkan persetujuan DPRD.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan

  Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan.

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan

  Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:

  a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana

  Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut:

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  a. Bidang Infrastruktur Air Minum DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untuk program percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/ target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:

  Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;

  • Tingkat kerawanan air minum.
  • b. Bidang Infrastruktur Sanitasi DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggara-kan melalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis:
  • kerawanan sanitasi; cakupan pelayanan sanitasi.
  • 9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

  Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPI2-JM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

  Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPI2-JM bidan Cipta Karya meliputi:

  1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada.

  Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

9.2 PROFIL APBD KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

  Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten Lampung Selatan selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut : a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

9.2.1 Komponen Penerimaan Pendapatan

  Pendapatan daerah merupakan penerimaan uang melalui kas rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar sebagai hak pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan lain-lain PAD.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  Kondisi umum masing-masing sumber pendapatan daerah Kabupaten Lampung Selatan adalah sebagai berikut:

1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari:

  1)

  Pajak Daerah;

  2) Retribusi Daerah; 3)

  Hasil Pengelolaan PERUSDA dan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan;

4) Lain-lain PAD.

  Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 9.1 PAD Kabupaten Lampung Selatan Tahun Anggaran 2010

  URAIAN JUMLAH (Rp) Pendapatan Asli Daerah (PAD) 40.748.191.000,- Pajak Daerah

  10.977.222.000,- Retribusi Daerah 19.834.738.000,-

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 3.178.856.000,-

  

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 6.757.375.000,-

Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011

  Seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas bahwa hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010 adalah sebesar Rp. 40.748.191.000,- dimana pendapatan terbesar didapat dari hasil retribusi daerah sebesar Rp.19.834.738.000,- atau sebesar 75,62% dari total keseluruhan PAD.

  Pajak daerah didapat dari pajak hotel,restoran,hiburan,reklame,penerangan jalan,penggalian dan pengelolaan bahan galian golongan C. Dimana pendapatan pajak paling besar didapat dari pajak penerangan jalan yaitu sebesar 88,23%. Secara rinci bias dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9.2 Pajak Daerah Kabupaten Lampung Selatan 2010

  % REALISASI ANGGARAN RINCIAN REALISASI (Rp) TERHADAP (Rp) ANGGARAN

  1. Pajak Hotel 60.000.000,- 44.170.000,- 73,6

  2. Pajak Restoran 662.500.000,- 344.339.000,- 52,0

  3. Pajak Hiburan 30.000.000,- 20.090.000,- 67,0

  Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011

  70,3 91,5 68,3

  188.163.000,-

  5. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 10.355.965.000,- 912.600.000,-

  4. Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan

  3. Tuntutan Ganti Kerugian Daerah

  2. Penerimaan Jasa Giro

  1. Hasil Penjualan Aset Daerah yang Tidak Dipisahkan

  RINCIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) % REALISASI TERHADAP ANGGARAN

Tabel 9.4 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Kabupaten Lampung Selatan 2010

  Hasil PAD dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan didapat dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah sebesar Rp. 3.178.856.000,- Sedangkan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

  Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011

  1.808.000.000,- 14.433.489.000,- 4.165.712.000,- 1.235.536.000,-

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM) RINCIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) % REALISASI TERHADAP ANGGARAN

  3. Retribusi Perizinan tertentu 20.517.680.000,- 4.554.874.000,-

  2. Retribusi Jasa Usaha

  1. Retribusi Jasa Umum

  RINCIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) % REALISASI TERHADAP ANGGARAN

Tabel 9.3 Retribusi Pajak Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

  Retribusi daerah didapat dari retribusi jasa umum, jasa usaha, perizinan tertentu dimana hasil terbesar didapat dari retribusi jasa umum sebesar 72,77%.

  110,1 47,2 Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011

  8.800.000,- 1.500.000,- 175.512.000,- 9.685.459.000,- 707.650.000,- 40,3

  6. Pajak Penggalian dan Pengelolaan Bahan galian golongan C 435.500.000,-

  5. Pajak Penerangan Jalan

  4. Pajak Reklame

  • 2.200.000,- 3.384.884.000,- 1.228.072.000,- 151.318.000,-
  • 1.993.100.000,- 32,7 134,6 80,4
  • 90,6

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM) 2) Dana Perimbangan

  17.499.110.000,- 505.873.706.000,- 71.311.000.000,- 134,72

  3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus; 4. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya.

  2. Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya;

  1. Pendapatan Hibah;

  Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri dari:

  630.005.445.000,- dimana sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum yaitu sebesar 80,3%..

  Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011 Dari tabel di atas menunjukkan bahwa penerimaan dari dana perimbangan sebesar Rp.

  120,83 88,06 94,50

  4. Dana Alokasi Khusus 26.219.155.000,- 14.482.471.000,- 574.456.586.000,- 75.457.700.000,- 35.321.629.000,-

  Dana Perimbangan Kabupaten Lampung Selatan terdiri dari:

  3. Dana Alokasi Umum

  2. Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam

  1. Hasil Bagi Pajak

  RINCIAN ANGGARAN (Rp) REALISASI (Rp) % REALISASI TERHADAP ANGGARA N

Tabel 9.5 Dana Perimbangan Kabupaten Lampung Selatan

  3. Dana Alokasi Khusus (DAK); Dana Perimbangan yang diterima Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010 adalah sebagai berikut:

  2. Dana Alokasi Umum (DAU);

  1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak;

3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 9.6 Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Lampung Selatan Tahun

  2010

  % REALISAS

  I ANGGARAN RINCIAN REALISASI (Rp) TERHADA (Rp) P ANGGAR AN

  339.400.000,- -

  • 1. Pendapatan Hibah

  

2. Dana Bagi Hasil Pajak dari Propinsi 29.924.606.000,- 28.588.893.000,- 95,54

  

3. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 139.196.541.000,- 52.808.545.000,- 37,94

  4. Bantuan Keuangan dari Provinsi

  Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011 Dana yang didapat dari lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah sebesar Rp.

  81.736.838.000,- yang sebagian besar berasal dari dana penyesuaian dan otonomi khusus yaitu 64,61%.

9.2.2 Komponen Pengeluaran Belanja

  Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan kabupaten yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja dalam rangka pelaksanaan urusan wajib digunakan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Sedangkan pelaksanaan urusan yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  kondisi, kekhasan dan potensi keunggulan daerah, seperti: perikanan, pertanian, perkebunan, kehutanan dan pariwisata. Belanja menurut kelompok belanja terdiri dari Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti: a. Belanja Pegawai;

  b. Bunga;

  c. Subsidi;

  d. Hibah;

  e. Bantuan Sosial;

  f. Belanja Bantuan Keuangan; g. Belanja Tidak Terduga.

  Sedangkan Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, seperti: a. Belanja Pegawai;

  b. Belanja Barang dan Jasa; c. Belanja Modal.

  Belanja Daerah Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 9.7 Belanja Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

  % REALISASI ANGGARAN RINCIAN REALISASI (Rp) TERHADAP (Rp) ANGGARA N

BELANJA TIDAK LANGSUNG 563.973.624.000,- 520.002.848.000,- 92,2

  

1. Belanja Pegawai 498.669.785.000,- 448.256.966.000,- 89,9

  2. Belanja Bunga - - -

  • 3. Belanja Subsidi - -

  

4. Belanja Hibah 28.157.179.000,- 39.972.075.000,- 142,0

  

5. Belanja Bantuan Sosial 13.875.076.000,- 14.040.510.000,- 101,2

  

6. Belanja Bantuan Keuangan 20.220.450.000,- 17.209.797.000,- 85,1

  

7. Belanja Tidak Terduga 3.015.134.000,- 523.500.000,- 17,4

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM) % REALISASI ANGGARAN RINCIAN REALISASI (Rp) TERHADAP (Rp) ANGGARA N

BELANJA LANGSUNG 373.799.469.000,- 193.671.636.000,- 51,8

  

1. Belanja Pegawai 44.129.888.000,- 30.456.696.000,- 69,0

  

2. Belanja Barang dan Jasa 166.791.213.000,- 83.812.632.000,- 50,3

  

3. Belanja Modal 162.878.368.000,- 79.402.308.000,- 48,7

Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa besar belanja daerah tahun 2010 adalah Rp.

  713.674.484.000,- dimana pengeluaran yang paling besar adalah untuk belanja pegawai yaitu sebesar 62,81% dari total belanja daerah.

9.2.3 Komponen Pembiayaan

  Pembiayaan adalah semua transaksi keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus. Anggaran defisit manakala anggaran belanja lebih besar daripada anggaran pendapatan dan sebaliknya akan terjadi anggaran surplus manakala anggaran pendapatan lebih besar dari anggaran belanjanya. Pembiayaan Daerah Kabupaten Lampung Selatan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9.8 Pembiayaan Daerah Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010

  URAIAN JUMLAH (Rp)

1. Penerimaan Pembiayaan Daerah 501.070.000,-

  

a. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah 318.420.000,-

Tahun Sebelumnya

b. Penerimaan Kembali Penerimaan Pinjaman 182.650.000,-

2. Pengeluaran Pembiayaan Daerah 25.224.696.000,-

  

a. Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah 87.200.000,-

Daerah

b. Pembayaran Pokok Utang 25.137.496.000,-

  c. Pemberian Pinjaman Daerah Sumber Lampung Selatan Dalam Angka, 2011

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

9.3 PERMASALAHAN DAN ANALISIS KEUANGAN

  Permasalahan utama pada kondisi keuangan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan adalah pada upaya optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD), permasalahan yang masih dijumpai adalah:

  a. Dari kondisi Potensi PAD yang ada sehingga masih memiliki ketergantungan Pemerintah Daerah kepada Dana Perimbangan;

  b. Secara teknis penentuan target PAD oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) sudah dilakukan secara maksimal sesuai dengan potensi pajak dan retribusi yang ada di wilayah perkotaan;

  c. Penerimaan PAD dari lain-lain Pendapatan masih diupayakan untuk mecari solusi serta langkah-langkah pemecahan masalah secara komprehensif; d. Perusahaan Daerah masih memerlukan peningkatan manajemen pengelolaan sehingga dapat memberikan kontribusi kepada PAD secara maksimal; e. Perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah dengan memperhatikan keseimbangan dengan potensi wilayah perkotaan yang ada; f. Perlu adanya upaya penggalian sumber-sumber pendapatan daerah yang baru dengan tetap memperhatikan kemampuan masyarakat dan potensi yang ada wilayah perkotaan yang ada serta tidak memberatkan dunia usaha dan masyarakat;

  g. Dalam hal pelayanan perlu ditempuh melalui penyederhanaan sistem dan prosedur administrasi pajak dan retribusi daerah serta meningkatkan ketaatan wajib pajak dan pembayar retribusi daerah. Permasalahan lain adalah di dalam perencanaan maupun pelaksanaan Belanja Daerah. Pada tahap perencanaan masih dijumpai beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD belum sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD dan perencanaan strategis daerah serta masih ditemukan adanya ketidaksesuaian antara target kinerja yang akan dicapai dengan perincian kegiatan dan anggaran yang akan dilaksanakan. Demikian juga dalam hal penetapan target kinerja keluaran (output) dan hasil (output) tidak jelas indikator capaian kinerjanya. Sedangkan pada tahap pelaksanaan, umumnya terkendala pada ketersediaan waktu pelaksanaan khususnya pada pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditetapkan pada APBD Perubahan.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

9.4 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Pada bagian ini akan dibahas mengenai investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di Kabupaten Lampung Selatan selama kurun waktu 5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

  

9.4.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN

dalam 5 Tahun Terakhir

  Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT).

  Untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di Kabupaten Lampung Selatan dalam kurun waktu tahun anggaran 2010-2014 dapat dilihat dalam tabel berikut .

Tabel 9.9 Alokasi Dana APBN Cipta Karya di Kabupaten Lampung Selatan

  Tahun 2010-2014

  Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi Alokasi SEKTOR TA 2010 TA 2011 TA 2012 TA 2013 TA 2014 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Pengembangan Air Minum 1.344.416.000 5.697.500.000 12.254.550.000 5.858.500.000 Pengembangan PLP 1.026.000.000 4.571.000.000 750.000.000 6.612.350.000 Pengembangan Permukiman 1.606.607.000 19.607.138.000 5.136.346.000 6.327.284.000 2.850.000.000 Penataan Bangunan & Lingkungan

  1.800.000.000 9.750.000.000 1.650.000.000 TOTAL 2.632.607.000 27.322.554.000 20.583.846.000 20.981.834.000 15.320.850.000

  Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan, 2014

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

Gambar 9.1 Trend Alokasi Dana APBN Cipta Karya

  di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010-2014 (Rp.000) Dari gambaran diatas menunjukkan bahwa pertumbuhan alokasi dana pembangunan bidang cipta karya di Kabupaten Lampung Selatan yang bersumber dari dana APBN mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Sektor yang mengalami pertumbuhan sangat baik adalah pada sektor air minum, dari tahun 2011 hingga tahun 2013 mengalami kenaikan dan kemudian mengalami penurunan pada tahun 2014. Sedangkan untuk sektor bangkim mendapatkan alokasi yang sangat besar pada tahun 2011, dimana dialokasikan kepada pembangunan infrastruktur di kawasan kumuh perkotaan dan perdesaan. Untuk sektor PBL, Kabupaten Lampung Selatan mengalami kekosongan alokasi anggaran pembangunan bidang cipta karya yang bersumber dari APBN pada tahun 2010 dan 2014.

  Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional. Prioritas nasional yang terkait dengan bidang Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis.

  Perkembangan Dana Alokasi Khusus (DAK) di Kabupaten Lampung Selatan pada 2010-2014 untuk pembangunan disektor air minum dan sanitas dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 9.10 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten Lampung Selatan

  Tahun 2010-2014

JENIS DAK 2010 2011 2012 2013 2014

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

DAK Air Minum 1.078.500.000 1.360.700.000 1.437.780.000 1.397.620.000 2.055.250.000 DAK Sanitasi 1.034.800.000 1.105.400.000 1.139.310.000 1.231.260.000 1.702.410.000

  Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan, 2014

Gambar 9.2 Trend Dana Alokasi Khusus (DAK) Cipta Karya

  di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010-2014 (Rp.000) Perkembangan jumlah alokasi untuk DAK di Kabupaten Lampung Selatan sangat baik, hal ini terlihat bahwa anggaran yang terealisasi dari tahun 2010-2014 mengalami peningkatan.

  Khususnya pada sektor air minum dimana anggaran yang terealisasi lebih besar jika dibandingkan dengan DAK pada sektor sanitasi. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

  sektor air minum di Kabupaten :Lampung Selatan, terkait dengan desa rawan air dan penduduk yang berpenghasilan rendah (MBR). Dukungan dari pemerintah sangat berarti bagi masyarakat untuk dapat memenuhi kebutuhan akan air minum yang layak dikonsumsi.

9.4.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

  Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada.

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

Tabel 9.11 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

  di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010-2014

  TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 TAHUN 2014 SEKTOR ALOK-ASI % ALOK-ASI % ALOK-ASI % ALOK-ASI % ALOK-ASI % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Pengembangan 1.186.350.000 51,03 0,00 2.861.560.000 57,06 2.137.382.000 37,99 2.436.275.000 49,23 Air Minum Pengembangan

  1.138.280.000 48,97 150.000.000 1,07 1253241000 24,99 1.629.386.000 28,96 2.512.651.000 50,77 PPLP Pengembangan 0,00 13.810.000.000 98,93 900.000.000 17,95 1.700.000.000 30,21 0,00 Permukiman Penataan

Bangunan dan 0,00 0,00 0,00 160.000.000 2,84 0,00

Lingkungan Total Belanja

APBD Bidang 2.324.630.000 100,00 13.960.000.000 100,00 5.014.801.000 100,00 5.626.768.000 100,00 4.948.926.000 100 ,00

Cipta Karya

  Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Lampung Selatan, 2014 Aspek Pembiayaan Kabupaten Lampung Selatan

Bab IX - 20

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM)

Gambar 9.3 Trend Alokasi Dana APBD Cipta Karya

  di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010-2014 (Rp.000) Pelaksanaan pembangunan bidang cipta karya di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2010-2014 secara rata-rata per sektor masih 6 milyar, hal ini juga terkait dengan kapasitas fiskal Kabupaten Lampung Selatan yang rendah. Pada tahun 2011 kegiatan di sektor BANGKIM di Kabupaten Lampung Selatan sangat tinggi, hal ini terkait dengan pembangunan dibidang infrastruktur jalan baik itu berupa rehabilitasi maupun peningkatan kualitas jalan.

9.5 PROYEKSI KEMAMPUAN KEUANGAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPI2-JM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

9.5.1 Proyeksi Penerimaan dan Belanja

  Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

  Tabel 9.12 R

  Proyeksi Sumber Penerimaan APBD Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2009 - 2013 e nc a na

  As p T PENERIMAAN APBD ek e NO URAIAN BAGIAN DAN POS TAHUN DASAR 2007 Proyeksi r (%) 2009 2010 2011 2012 201300,00% rpa

   Pem

1 PENDAPATAN

  du a Dana Alokasi Umum 600.921.000.000 (0,18) 886.892.668.145 1.077.451.937.179 1.308.955.095.277 1.590.199.416.167 193187237079704,00% bi b Dana Alikasi Khusus 59.110.000.000 (0,41) 170.651.548.841 289.957.850.622 492.673.847.432 837.113.116.346 142235755604070,00% da ayaan c Dana Bagi Hasil Pajak 58.896.397.894 (0,11) 75.030.831.096 84.686.711.411 95.585.227.896 107.886.298.095 12177041968597,00% n Bi d Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (Non Pajak) 73.687.798.000 (0,43) 229.817.693.987 405.861.077.937 716.756.015.284 1.265.800.574.073 223542050454662,00%

  P da

JUMLAH PENDAPATAN 792.615.195.894 (0,30) 1.362.392.742.069 1.857.957.577.149 2.613.970.185.890 3.800.999.404.682 571142085107033,00%

  ro g

  2 PENDAPATAN ASLI DAERAH

  • ng

  K ra abu a Pajak Daerah 6.824.193.837 (0,11) 8.699.764.748 9.822.806.441 11.090.820.173 12.522.520.204 1413903659138,11%

   C m b Retribusi Daerah 7.053.393.533 1,50 1.132.951.480 454.064.876 181.980.354 72.934.180 2923059812,93% ip p c Bagian Laba BUMD 8.325.825.538 (0,83) 280.089.225.962 1.624.542.030.264 9.422.485.991.832 54.651.243.619.632 31698199729471900,00%

  Inve at ta d Penerimaan Lainnya yang sah 8.325.825.538 (0,28) 16.268.966.281 22.741.875.905 31.790.152.538 44.438.453.651 6211911567807,77% en

   K JUMLAH PENDAPATAN ASLI DAERAH 30.529.238.446 (0,82) 306.190.908.471 1.657.560.777.486 9.465.548.944.897 54.708.277.527.667 31705828467758700,00% s a ta

  3 PENERIMAAN PEMBIAYAAN Lam ry

  • si

  a SILPA 59.672.509.556 (0,44) 192.945.730.403 346.948.974.181 623.872.787.618 1.121.828.522.619 201723694179253,00% a

   I (

  • b Pencairan Dana Cadangan

  0,00% nf R p

  P ung

  0,00% r - c Penerimaan Pinjaman - a

  I2

  • d Hasil Penjualan Aset

  0,00% s

  • -JM

  e Penerimaan Lain-Lain

  • 0,00% tr

   S u el JUMLAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN 59.672.509.556 (0,44) 192.945.730.403 346.948.974.181 623.872.787.618 1.121.828.522.619 201723694179253,00% k ) at

JUMLAH PENDAPATAN 882.816.943.895 (0,72) 1.861.529.380.942 3.862.467.328.816 12.703.391.918.404 59.631.105.454.968 32478694247045000,00%

  tu an r Ja n g k a M e n e ng a h

  B a b

  IX

  • - 2

  2

  Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya (RPI2-JM) Proyeksi Sumber Penerimaan APBD - SILPA

  2.500.000.000.000 2.000.000.000.000 1.500.000.000.000

  SILPA 1.000.000.000.000 500.000.000.000

  • 2009 2010 2011 2012 2013

Gambar 9.4 Grafik Proyeksi Penerimaan APBD (SilPA)

  Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2009 – 2013 Proyeksi penerimaan daerah yang akan masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah mengalami pertumbuhan yang baik, dimana trend pertumbuhan menunjukkan kenaikan penerimaan dari tahun ke tahun. Penerimaan terbesar APBD Kabupaten Lampung Selatan hingga 5 tahun kedepan berasal dari pos SILPA yang merupakan bagian dari penerimaan pembiayaan.

  Aspek Pembiayaan Kabupaten Lampung Selatan

  R e nc a na T e rpa du da n P ro g ra m Inve s ta si

   I nf r a s tr u k tu r Ja n g k a M e n e ng a h Bi da ng C ip ta K a ry a ( R P

  I2 -JM ) B a b

  IX

  • - 2