KEKUATAN PEMBUKTIAN OTOPSI FORENSIK VIRTUAL DALAM TINDAK PIDANA Repository - UNAIR REPOSITORY

  penyusunan disertasi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya juga penulis sampaikan kepada:

  1. Prof. Dr. Moh. Nasih, S.E., MT., Ak., CMA., CA., Selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya dan Prof. Dr. Fasich, Apt. Selaku Rektor Universitas Airlangga Surabaya periode tahun 2006-2015 yang memperkenankan penulis untuk mengikuti pendidikan Pada Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

  2. Prof. Dr. Drs. Abd Shomad, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Universitas Airlangga, Dekan Fakultas Hukum Universitas Prof. Dr. Muhammad Zaidun, S.H., M.S., Periode tahun 2008-2015, Prof. Dr. Eman., S.H., M.S., (alm) Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga periode 2015-2016 dan serta seluruh Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga yang telah berkenan menerima penulis sebagai mahasiswa pada Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga.

  3. Prof. Dr. Hj. Sri Hajati, S.H., M.S., Ketua Program Studi Doktor Ilmu Hukum, Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Ketua Program Studi Doktor Ilmu Hukum tahun 2012, Dr. Lina Hastuti, S.H., M.H., Sekretaris Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan Iman Prihandono, S.H., M.H., LL.M., Ph.D, serta Ibu Fifi Juniarti, S.H., C.N., M.H., LL.M. Ph.D Sekretaris Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan tidak lupa juga kepada seluruh staf pengelola Program Doktor Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

  Hukum Universitas Airlangga (Ibu Nissa, Ibu Hermi, Bapak Amin dan Ibu Titiek) yang bersedia melayani kepentingan penulis selama studi.

  4. Ketua Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada Prof. Dr. Eddy O.S. Hiariej, S.H., M.H., yang telah membantu penulis dalam rangka penelitian ke Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta

  5. Para Dosen Program Studi Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga, yang terhormat: Prof. Dr. M. Zaidun, S.H., M.Si., Prof. Dr. Frans Limahelu, S.H., LL.M., Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., M.S., LL.M., Prof. Dr. Eman., S.H., M.S (alm)., Prof Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H., Nurul Barizah S.H., LL.M., Ph.D., yang telah banyak memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap Ilmu Hukum.

  6. Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Selaku Penasehat Akademik dan guru yang dalam kesibukannya tetap bersedia berdiskusi, mengarahkan dan memberikan dukungan kepada penulis dalam penulisan Naskah Kualifikasi.

  7. Para penguji dalam Ujian Kualifikasi Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., M.Si., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., Mhum., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Prof. Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H., Prof.

  Dr. Eman, S.H., M.S (alm)., Prof. Dr. Yohanes Sogar Simamora, S.H., M.H., Dr. Sarwirini, S.H., M.H.

  8. Para Dosen Mata Kuliah Pengembangan Keilmuan dan Keahlian (MKPKK), Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Agus Yudha Hernoko,

  S.H., M.H., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., atas diskusi dan masukkan dalam menambah bekal ilmu pengetahuan hukum bagi penulis.

  9. Para penguji dalam Ujian Proposal, Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. M. Arief Amrullah, S.H., M.Hum., (Universitas Jember), Prof. Dr. Yohanes Sogar Simamora, S.H., M.H., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Prof. Dr. Budi L. Kagramanto, S.H., M.M., M.H., dan Prof Dr. Drs. Abd. Shomad., S.H., M.H.

  10. Para Dosen Mata Kuliah Penunjang Disertasi (MKPD), Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. M. Arief Amrullah, S.H., M.Hum., (Universitas Jember), Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., atas waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan memberikan masukkan dan dorongan bagi penulis.

  11. Para penguji dalam Ujian Kelayakan, Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., M.Si., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H., Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Dr.

  Sarwirini, S.H., M.S., Dr. Toetik Rahayuningsih, S.H., M.Hum., dan Dr. Astutik, S.H., M.H.

  12. Senior pada Program Doktor Ilmu Hukum AKBP Dr. Adang Oktori, S.H., M.H., AKBP Dr. Yahman, S.H., M.H., dan Dr. July Esther, S.H., M.H.

  13. Rekan-rekan Mahasiswa Program Doktor Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga Angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan rasa kebersamaan selama menempuh pendidikan pada Program Doktor Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

  Universitas Airlangga : Dr. A’an Efendi, S.H., M.H., Hadi Soe topo, S.H., M.Kn., Dr. Sang Putu Ayu Rahayu, S.H., M.H., RM. Armaya Mangkunegara, S.H., M.H., Dr. I.G.NG. Indra S.R., S.H., M.H., Dr. Siti Kotijah, S.H., M.H., Iwansyah, S.H., M.H., Yory Yusran, S.H., M.H., Dr. Muhammad Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn., Muhammad Aswan Rauf, S.H., M.Kn., Dr. Devi Rahayu, S.H., M.Hum., Dr. Ninis Nugraheni, S.H., M.H., Rohman Budijanto, S.H., M.H., Dr. Diana Damayanti Putong, S.H., M.H., Miando Pasuna Parapat, S.H., M.H., Dr. Rusdianto S, S.H., M.H., Widhayani Dian Pawestri, S.H., M.H., Sugiarto Raharjo Japar, S.H., M.H., Lucky Dafira Nugroho, S.H., M.H., Rotua Puji Astuti, S.H., M.H., Dr. H. Freddy Poernomo, S.H., M.H., Fani Martiawan Kumara Putra, S.H., M.H., Rioavianto, S.H., M.Kn., Bambang Sugeng Ariadi Subagyono, S.H., M.H., Harjono, S.H., M.H., Mangatur Sianipar, S.H., M.H., Dayu Darma Yanti, S.H., M.Kn., Dr. Reifon Cristabella Eventia, S.H., M.H.

  15. Kepala Bidang Kedokteran dan Kesehatan (KABIDDOKKES) Polda Jatim Kombespol dr. Budi Heriyadi, M.M., dr. Budiono, MARS selaku Kabiddokkes Periode 2013-Mei 2016, Kombespol dr. Umar Shahab, SS.T., MK., selaku Kabiddokkes periode 2015-Mei 2016, Kombespol dr. Hery Wijatmoko, Sp.F., selaku Kabiddokkes Polda Nangroeh Aceh Darussalam yang telah memberikan dukungan, motivasi dan arahan kepada penulis baik dalam dukungan sarana dan prasarana maupun tambahan materi dalam penulisan disertasi ini.

  16. Kepada para Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Jajaran Polda Jatim Karumkit Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso Surabaya Kombespol dr. Prima Heru Yulianto, MARS., Kombespol Aris Budianto, Sp. THT., Karumkit periode 2014-Juli 2016., AKBP dr. Miyarsi, MARS, selaku Karumkit Bhayangkara Ngajuk dan dr. Lusianto Madyo Nugroho, M.Mkes, selaku Karumkit Bhayangkara Wahyu Tutuko Bojonegoro. Terimkasih atas sarana dan bimbingannya selama penulisan disertasi ini.

  17. Rasa hormat saya kepada para komandan, dokter forensik, senior dan teman- teman saya di BIDDOKKES dan RS. Bhayangkara H.S. Samsoeri Mertojoso AKBP drg. Ony Swasono., AKBP dr. Christina Hardono, Sp.P., MARS., AKBP Drs. Suwardi., AKBP drg. Waloejoe Noegroho, S.Pros Kasubbiddokpol periode 2012, AKBP DR. dr. Samy Hastry Purwanti, Sp.F., (Kasubbiddokpol Polda Jateng), AKBP Puji Asmono, M.KL., AKBP dr.

  Bayu Darma Shanti, Sp. PD., KGH., Kompol Firman, AMK., Kompol dr. Andri Julianto, Sp. And, KIC., Kompol dr. C. Bambang Widhiatmoko, Sp.F., dr. Tutik Purwanti, Sp.F., drg. Ach. Syaiful Ahla., drg. Yurika Artanti., dr.

  Theresia Fifi, Sp.PA., dr. Ari Dewi., AKP Untung., Ipda Nanang Eka Kirana., Ipda Ircham Ashari, Amd,Kep.,S.H., M.KL., Ipda Bagus Tejo Purnomo, AMK., SH., Aiptu Waluyo Soebagyo, Aiptu Seger, Aiptu Ignatius Aman, Bripka Ach. Effendy, Amd.Kep, Bripka Deris Hendris, S.Kep,Ners., Brigadir Erwan Hartanto, S.Kep.Ners., M.Psi., Brigadir Stephen, AMK., Bripda Doris Mada dan Ila Bety, Amd.Keb yang telah memberikan dukungan moril, waktu, arahan, bimbingan dan praktek langsung tentang substansi penulisan yang saya teliti.

  18. Para dokter Forensik dan Medicolegal di RSUD. Dr. Soetomo Surabaya Prof.

  Dr. Med. dr. H.M. Soekry. EK, Sp.F., DFM., Prof. Dr. H.Sudjari Solichin, Sp.F (K)., dr. H. Agus Moch Algozi, Sp.F(K)., DFM, S.H., Dr. dr. Ahmad Yudianto SH., Sp.F., M.Kes., drg. Wieke Lutviandari, DFM., dr. Abdul Azis, Sp.F dan dr. Warih Wilianto, Sp.F.

  19. Rasa hormat dan bangga kepada guru-guru saya di SD Negeri 03 Dompu (NTB), SLTP Negeri I Dompu (NTB), SPK (Sekolah Perawat Kesehatan) Bima dan Para Dosen Saya di Fakultas Hukum dan Magister Hukum Universitas Bhayangkara Surabaya.

  20. Kedua Orang Tua yang sangat saya cintai dan saya banggakan Ayahanda H.

  Abubakar Usman (Alm) dan Ibunda Hj. Hamidah Umar atas doa, motivasi, dan pengorbanan yang luar biasa serta kakak saya Rosnanigsih, S.Pd, Syarifuddin, Sahlim, dan Sudirman Terima kasih atas doa dan perhatian yang tulus selama ini.

  21. Mertua Saya Bapak Armin dan Hj. Aisah atas doa, motivasi dan nasehat yang sangat luar biasa yang tulus selama ini.

  22. Secara khusus kepada Istri yang tercinta, Ririn Andriani, Amd.Keb. dan anak- anakku yang menjadi semangat hidup dan belajarku M.Shaqil Gilang Permana Putra dan M. Kheidra Syailendra Terima Kasih atas semua doa, kasih sayang, dan perhatian yang tulus serta dukungan moril serta kesabaran dalam menanti dan menemani selama ini. Semoga niat baik kita segera terlaksana dan mendapat berkah.

  Penulis yakin bahwa semua dukungan dan doa yang ditujukan oleh semua pihak kepada penulis mendapat berkah dari Allah SWT. Kiranya kepada Allah SWT yang Maha Sempurna. Semoga segala amal ibadah kita diterima Allah SWT. Amiin.

  Surabaya, Pebruari 2017 Penulis

  Iwansyah

  

RINGKASAN

  Disertasi ini berjudul “ Kekuatan Pembuktian Otopsi Forensik Virtual Dalam Tindak Pidana ” yang mengangkat dan men eliti permasalahan hukum, yakni: 1. Kedudukan otopsi forensik virtual dalam tindak pidana.

  2. Kekuatan pembuktian Otopsi Forensik Virtual dalam tindak pidana.

  Sesuai dengan permasalahan hukum di atas, maka penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, dengan pendekatan perundang-undangan (statute

  

approach ), yakni menelaah semua undang-undang dan peraturan lain dalam

  bidang hukum acara pidana yang berkaitan dengan isu hukum dengan maksud untuk mencari ratio legis dan dasar ontologis lahirnya undang-undang sehingga mampu menangkap kandungan filosofis serta mempelajari konsistensi antara undang-undang dengan undang-undang lainnya. Selain itu, digunakan juga pendekatan konseptual (conceptual approach), yakni pendekatan yang beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum, khususnya hukum acara pidana sehingga dapat menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan prinsip hukum yang relevan dengan isu hukum sehingga mampu membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu hukum, dan dibantu dengan pendekatan kasus (case approach) yakni menelaah kasus-kasus yang berkaitan dengan isu hukum yang dihadapi dan pendekatan perbandingan hukum (comparative approach).

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa arti penting dilakukannya otopsi forensik baik yang konvensional maupun yang virtual adalah untuk mengetahui hubungan kausal antara perbuatan pelaku dan akibat matinya korban, atau untuk mengetahui sebab pasti matinya korban, sebagaimana tertuang dalam visum et

  

repertum . Keberadaan Visum et repertum dibuat agar suatu perkara pidana

  menjadi jelas sehingga dapat berguna bagi kepentingan pemeriksaan dan untuk keadilan serta diperuntukkan bagi kepentingan pemeriksaan perkara pidana di peradilan. Visum et Repertum khusus yang berasal dari Otopsi Forensik Virutal yang mempunyai tingkat akurasi yang tepat dalam hal menentukan sebab kematian khusus untuk kasus-kasus tertentu misalnya pada kasus pneumotoraks atau emboli udara yang sangat sulit didiagnosis melalui autopsi konvensional.

  Saat tubuh dibuka oleh petugas forensik, maka udara akan keluar dan tidak dapat lagi dideteksi dan masih banyak lagi keunggulan dalam kasus-kasus lainnya, sehingga hasil Visum et Repertum dari otopsi forensik virtual merupakan alat bukti yang sempurna dan mengikat hakim, dan hakim harus menerimanya, sepanjang telah dilakukan sesuai dengan Standart Operasional Prosedur dan peralatan yang digunakan telah memenuhi ketentuan kalibrasi (kecuali bisa dibuktikan sebaliknya).

  Dalam hal terjadinya peristiwa pidana yang menyebabkan matinya orang sementara alat bukti yang lain (saksi) yaitu seseorang yang melihat sendiri, mendengar sendiri atau di alaminya sendiri maka saksi diam (silent witness) berupa fakta-fakta fisik yaitu mayat diharapkan mampu mengungkap sebagian misteri yang ada didalamnya. Pengupayaan keberadaan saksi diam (mayat) dalam kaitannya sebagai usaha untuk mengungkap misteri tersebut maka diperlukan apa yang disebut otopsi forensik (bedah mayat) baik yang konvensional maupun yang virtual. Keterangan dokter ahli forensik dan medikolegal atas hasil pemeriksaan terhadap seseorang yang meninggal dunia, yang diduga sebagai akibat kejahatan yang berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut dokter ahli kedokteran forensik dan medikolegal akan membuat kesimpulan tentang perbuatan dan akibat dari perbuatan itu. Proses pembuatan visum et repertum berdasarkan pada apa yang dokter ahli kedokteran kehakiman saksikan, apa yang didengar dan dilihatnya, sehingga merupakan perbuatan hukum yang berkonsekuensi hukum, serta apa yang dilakukan oleh dokter tersebut memang diminta oleh aparat penegak hukum, sementara aktivitasnyapun berdasarkan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Segala sesuatu yang berkenan dengan kesaksian atas kematian korban atau setidak-tidaknya patut disangka menjadi korban tindak pidana mempunyai kekuatan sebagai alat bukti Keterangan Ahli, disamping itu, visum et repertum adalah merupakan surat yang dibuat atas sumpah jabatan yaitu jabatan sebagai dokter ahli kedokteran forensik dan medikolegal, sehingga oleh karenanya visum et repertum dapat dikatagorikan sebagai alat bukti surat, sebagaimana tersebut dalam ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf c KUHAP.

  Perlindungan hukum korban kejahatan sebagai bagian dari perlindungan kepada masyarakat, dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti melalui pemberian restitusi dan kompensasi, pelayanan medis dan bantuan hukum. Otopsi forensik konvensional dan virtual terhadap korban mati, merupakan salah satu pelayanan terhadap korban guna memberikan perlindungan hukum bagi korban, sehingga tercapai suatu tujuan untuk mengetahui hubungan kausal antara perbuatan pelaku dan akibat matinya korban. Berdasarkan otopsi forensik, yang tertuang di dalam visum et Repertum dilihat dan ditemukan pada korban Visum et repertum, akan menunjukkan tentang hasil pemeriksaan seorang dokter tentang apa yang dilihatnya, apa yang dikemukakannya dan apa yang ia dengar sehubungan dengan orang yang luka, seseorang yang terganggu kesehatannya, terkhusus seseorang yang mati, yang telah dilakukan otopsi forensik (bedah mayat). Berdasarkan pemeriksaan tersebut diharapkan akan terungkapnya mengenai sebab-sebab terjadinya kematian, serta kualifikasi luka yang berdasarkan ilmu kedokteran forensik, dalam kaitannya dengan kemungkinan telah terjadinya tindak pidana.

  Guna menghindari alasan-alasan penolakan otopsi forensik konvensional, maka dapat dilakukan tehnik otopsi forensik virtual, yang dalam pelaksanaannya tidak diperlukan pembukaan rongga-rongga badan, pembedahan maupun pemotongan atau pengirisan jaringan tubuh. Dengan menggunaan teknik pemindaian dimungkinkan melihat secara komplet keadaan tubuh dalam 3 (tiga) dimensi. Semua informasi yang penting seperti posisi dan ukuran luka maupun keadaan patologis lainnya dapat diketahui dan didokumentasikan tanpa harus melakukan tindakan invasif. Disamping itu, tehnik otopsi forensik virtual juga dapat memberikan perlindungan hukum terhadap korban mati.

  

SUMMARY

  

VIRTUAL FORENSIC AUTOPSY VALIDITY

OF EVIDENCE IN A CRIMINAL ACT

This dissertation titled " Virtual Forensic Autopsy Validity of Evidence in a Criminal Act ”were lifted and researching legal issues, namely: 1. The Position Virtual Forensic in Criminal Act.

  In accordance with the above legal issues, this research is a normative legal

research, withstatute approach In accordance with the above legal issues, this

research is a normative legal research, with the approach of legislation which

examines all legislation and other regulations in the field of criminal procedural

law relating to legal issues with a view to seek the ratio legis and the basic

ontological formulation of laws so as to capture the content of philosophical and

study the consistency between the legislation with other legislation. In addition,

use is also conceptual approach that approaches that depart from the views and

doctrines that developed in science, in particular the law of criminal procedure so

as to find the ideas which spawned notions of law, legal concepts, and principles

law relevant to the legal issues, so as to build a legal argument in solving legal

issues, and helped with case approach that examines cases relating to legal issues

encountered, and the comparative approach.

  The results of study show that Forensic autopsy on the victim dies, is one of

the service for the victim, in order to reach a goal to determine the causal

  

relationship between the act and the perpetrators of the death of the victim. Based

on the autopsy forensics, as stipulated in the post mortem, will show the results of

the examination a doctor about what he saw, what he has put forward and what

he heard in connection with the wounded man, one who disturbed his health,

especially those of a person who died, who had forensic autopsy (post-

mortem).Based on the investigation is expected to be the unfolding of the causes

of death, as well as the qualifications wounds by forensic medical science, in

relation to the possibility of the occurrence of a crime.

  Position forensic autopsy is to determine the causal relationship between

the act and the perpetrators of the death of the victim, or to determine the cause

the death of the victim, as stated in the post mortem. To avoid the reasons for the

rejection of conventional forensic autopsy, the forensic autopsy techniques do

virtual, which in practice is not required opening, surgery and body cavities and

cutting body tissue. As well as by the use of scanning techniques that allow viewed

in the complete state of the body in three dimensions, all the important

information such as the position and size of the wound or other pathological

conditions can be known and documented without having to perform invasive

actions.

  Visum mortem existence made that a criminal case be clear so that it can be

useful for the purpose of examination and to cater for the interests of justice as

well as examination of criminal cases in court. A post mortem can bind judges,

especially judges can not infer more than a doctor and usually do a post mortem,

were entirely taken over by a judge, as a form of the judge's discretion.

  The process of making a post mortem is based on what the doctor forensic

medical professionals have seen, what is heard and seen, so it is a legal act legal

consequences. As well as what is done by the physician is required by law

enforcers, while the activity was based on the knowledge he had. Everything was

pleased with the testimony on the death of the victim, or at least ought alleged to

be victims of crime have the power as evidence statements of the experts. In

addition, a post mortem is a letter made on oath that position as a doctor of

medicine judiciary, and therefore a post mortem can be categorized as

documentary evidence, as mentioned in Article 184 paragraph (1) letter c of the

Criminal Procedure Code.

  

ABSTRACT

  

VIRTUAL FORENSIC AUTOPSY VALIDITY

OF EVIDENCE IN A CRIMINAL ACT

  In the case of criminal act that caused the death of people as evidence in another (the witness) is someone who sees himself, to hear themselves or in their own natural laws, the witnesses silent (silent witness) in the form of physical facts that the bodies should be able to unravel some mysteries inside it. The insistence on the presence of witnesses silent (dead body) in relation to an attempt to unravel the mystery will require what is called a forensic autopsy (post-mortem), both conventional and virtual. This research was conducted to find the Position virtual

  

forensic autopsy in proving the crime, and Virtual Autopsy forensic validity of

evidence in a criminal act.

  The research is a legal research using conceptual, statute, case, and

comparative approaches for answering the legal issues. The results of this research

is consist of two things which are: firstly, Position autopsy forensics in a virtual

criminal act is based on Article 184 Criminal Procedure Code has been

determined that the various legal evidence is witness testimony, expert

testimonies, letters, instructions and information from the defendant, although the

Criminal Code does not affirm the strength of the evidence was hierarchical but

implies that there comes out first that witness statements are those which have a

higher position or important than other evidence. Results Visum mortem autopsy

forensic virtual position should be higher than the evidence of other, that the

evidence was binding on the judge, do not judge interprets itself or a judge must

accept it as a perfect proof, if it has been done in accordance with the Standard

Operating Procedures and equipment used in compliance with the provisions of

calibration. Secondly, its Validity is the forensic autopsy virtual (OFV) is

excellent in determining the cause of death specific to certain cases, for example

in the case of pneumothorax or air embolism is very difficult to diagnose through

conventional forensic autopsy (OFK). Based on the autopsy forensic virtual,

contained in his post mortem, will show the results of the examination a doctor

about what he saw, what he has put forward and what he heard in connection with

the wounded man, one who disturbed his health, especially those of a person who

died, who has done a forensic autopsy (post-mortem). Based on the investigation

is expected to be the unfolding of the causes of death, as well as the qualifications

wounds by forensic medical science, in relation to the possibility of the

occurrence of a crime.

  Keywords: Validity Of Evidence - Forensic Virtual Autopsy - Criminal Act