PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MEMILIH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI NGENDROKILO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010 - Test Repository

  

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MEMILIH

STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PAI

SISWA S D NEGERI NGENDROKILO KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2 0 1 0

S K R I P S I

Diajukaln untuk Memperoleh Gelar

  V*

Oleh:

  

MUHAMMAD ROFIUDIN

NIM: 11408245

JURUSAN TARBIYAH

  

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

S A L A T I G A

  ABSTRAKSI Muhammad Rofiudin. 2010. Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Memilih

  

Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar PAI Siswa SD Negeri Ngendrokilo

Kabupaten Magelang Tahun 2010. Program Studi Pendidikan Agama Islam

  Jurusan SI Ekstensi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran dengan prestasi belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010

  Pembahasan yang muncul adalah “Apakah ada hubungannya kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010.

  Berdasarkan permasalahan yang diajukan tersebut, maka hipotesis yang muncul adalah: Ha : “Ada hubunganya antara kreativitas guru memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010” diterima. Untuk memecahkan permasalahan dan membuktikan hipotesis yang diajukan penulis mengadakan penelitian di SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang dengan obyek penelitian adalah siswa kelas VI (enam) dan menggunakan sampling seluruh populasi kelas VI (enam) karena banyaknya populasi hanya 26 (duapuluh enam) anak. Setelah data diperoleh melalui metode dokumentasi dan metode angket, kemudian nilai nilai tersebut dianalisis dengan analisa Product Moment Correlation dari

  

Karl Pearson. Ternyata terdapat hubungan yang signifikan antara kreativitas guru

  dalam memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010 dimana di dapatkan nilai korelasi sebesar 0,540 lebih besar dari nilai r hitung 0,388 pada taraf signifikansi 5%, serta hasil output dari software SPSS. 17 yang menunjukkan Sig-2 tailed sebesar 0,004 lebih kecil dari 0,005.

  Untuk mengetahui besar kontribusi variabel kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran dilakukan uji regresi linier sederhana dengan hasil variabel tersebut member kontribusi positif sebesar 29,1% terhadap peningkatan hasil belajar PAI siswa SD Negeri Ngendrokilo.

  KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02, Telp (0298)323706,323433 Salatiga

  PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudara Muhammad Rofiudin dengan No Induk : 114 08 245 yang berjudul: “PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MEMILIH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI NGENDROKILO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010” Telah dimunaqosahkan dalam sidang panitia ujian jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari Sabtu, 28 Agustus 2010 bertepatan dengan tanggal 18 Romadhon 1431 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah

  Salatiga 28 Agustus 2010

  18 Romadhon 1431 H Panitia Ujian

  Ketua Sidang Sekretaris Sidang .Imam Sutomo,M.Ag.

  hmat Ha/ivadi.MPd.

  /N lP . 1958088271983031002 NIP. 197510042003121002

  KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323706,323433,fa0 2 3 4 3 3 Salatiga

PERSETUJUAN PEMBIMBING

  Nomor : Salatiga 11 Agustus 2010

  Lampiran : 1 (satu) naskah Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

  Kepada Yth.Ketua STAIN Di Salatiga

  Assalamualaikum Wr, Wb

  Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa: Nama : MUHAMMAD ROFIUDIN NIM : 11.408.245 Jurusan /Progdi

  : PAI / Ekstensi Judul

  : PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM MEMILIH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR PAI SISWA SD NEGERI NGENDROKILO MAGELANG TAHUN 2010 Untuk diajukan dalam sidang Munaqosah Skripsi.

  Demikian untuk menjadikan periksa.

  Wassalamu’alaikum wr,wb

  MOTTO

  Mengerjakan sesuatu yang setengah-setengah tidak akan saya lakukan, mengerjakannya sampai tuntas atau tidak dilakukan sama sekali.

  Ada tiga hal cara pintar untuk dilakukan:

  1. Melalui Pemikiran, itu adalah yang paling mulia

  2. Melalui contoh / meniru , itu yang paling mudah 3. Melalui pengalaman, itu yang terpahit.

  Gunakan wajahmu ke sinar matahari maka bayang-bayangmu tersebut jatuh dibelakangmu.

  

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

  Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga apa yang saya inginkan telah terwujud yaitu, skripsi yang berjudul “Pengaruh Kreativitas Guru dalam Memilih Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa SDN Ngendrokilo Kabupaten Magelang tahun 2010”

  Skripsi yang saya tulis ini merupakan syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam

  Negeri ( STAIN ) Salatiga , Banyak pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini sampai akhirnya dapat terselesaikan. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada:

  1. Bapak Ketua STAIN Salatiga

  2. Bapak Ketua Jurusan Tarbiyah

  3. Bapak Ketua Program Studi SI Ekstensi

  4. Bapak Dosen Pembimbing Skripsi

  5. Segenap Civitas Akademika STAIN Salatiga

  6. Kepala Sekolah SDN Ngendrokilo

  7. Kepala Madrasah Ibtidaiyah Banjaragung dan semua pihak yang telah membantu dalam pengerjaan skripsi ini.

  Apa yang telah dituliskan disini masih banyak kekurangan dalam segala hal, baik dari segi tulisan maupun isi, untuk itu masukan dari semua pihak diterima dengan lapang dada agar skripsi ini menjadi lebih baik dan lebih bermakna Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat khususnya SD Negeri Ngendrokilo Kabupaten Magelang

  Salatiga Agustus 2010 Penulis

DAFTAR ISI

  i Halaman Judul ii Abstraksi iii Halaman Persetujuan Pembimbing

  Halaman Pengesahan iii iv

  Halaman Motto Halaman Persembahan v vi

  Surat Pemyatan Keaslian Skripsi vii Halaman Kata Pengantar

  1 BAB I PENDAH ULUAN

  A. Latar Belakang Masalah

  1

  4 B. Perumusan Masalah

  C. Tujuan Penelitian

  5

  5 D. Manfaat Penelitian

  E. Garis Besar Skripsi

BAB II T INJAUAN TEO R IT IS PENELITIAN

  10 A. Belajar

  24 B. Kreativitas

C. Strategi Belajar

  29 D. Hasil Belajar

  29 E. Pendidikan Agama Islam

  30

  31 F. Hasil Pendidikan Agama Islam

G. Kerangka Pikir

  31 H. Hipotesis

  32

BAB III METODE PENELITAN ( KORELASI)

  34 A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

  48 BAB IV H A SIL DAN PEM BAH ASAN

  62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  61 B. Saran

  54 BAB V K ESIM PULA N DAN SARAN

  53 B. Hasil Penelitian dan Analisis Data

  53 A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

  42 I. Metode Analisis Data

  34 B. Tempat dan Waktu Penelitian

  40 H. Pengujian Instrumen Penelitian

  39 G. Instrumen Penelitian

  38 F. Definisi Operasional Variabel

  37 E. Variabel Penelitian

  36 D. Metode Pengumpulan Data

  35 C. Populasi dan Sampel

A. Kesimpulan

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Sekolah merupakan lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi siswa. Pendidikan formal adalah pendidikan yang berlangsung secara teratur, bertingkat dan berkesinambungan. Sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang dilakukan secara tertentu tetapi tidak mengikuti peraturan yang ketat.

  Sebagai penyelenggara pendidikan formal, sekolah mengadakan kegiatan secara berjenjang dan berkesinambungan. Disamping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal juga. Berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan prestasi belajar anak didiknya. Dalam proses belajar mengajar terdapat banyak hal yang mendukung dan saling berkaitan dalam dunia pendidikan dan proses belajar mengajar

  Pendidikan diharapkan mampu menghasilkan output yang berkualitas. Dari berbagai macam karakteristik imput yang masuk lembaga pendidikan itu diharapkan mampu menghasilkan output yang baik dan berkualitas. Demikian itu merupakan tugas dari lembaga pendidikan yang tidak bisa diabaikan.

  Guru sebagai ujung tombak pendidikan dalam hal ini diharapkan mampu memaksimalkan segenap sumber daya yang ada baik dari dalam dirinya sendiri maupun sarana di sekitarnya agar output dari lembaga pendidikan yang diampunya mencapai hasil maksimal diranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

  Sesuai dengan tuntutan saat ini dimana guru diharapkan mampu melaksanakan rambu rambu pendidikan yang diamanatkan dalam UU no 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Permendiknas No 22, 23, dan 24 tahun 2006 yang menjadi rambu rambu bagi guru dalam melaksanakan tugas.

  Kita ketahui bersama bahwa rambu - rambu di atas merupakan acuan bagi tenaga pendidik dalam pengembangan kurikulum. Guru sebagai tenaga pendidik sangat dibutuhkan tingkat kreatifitasnya dalam pengembangan indikator sesuai kompetensi dasar yang tertuang dalam Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus.

  Berangkat dari permasalahan diatas maka guru diharapkan lebih kreatif, kritis dan mampu mengeluarkan ide ide yang sifatnya inovatif agar hasil belajar siswanya mencapai target yang direncanakan. Seorang guru harus mampu mengembangkan ketrampilan berfikir kreatif, bagaimana memecahkan masalah secara kreatif, dan mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk berfikir kreatif dan inovatif

  Kreatifitas menurut Lumsdaine(1995:14) adalah mempergunakan imajinasi dan berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan orang lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna. Artinya untuk menjadi kreatif guru harus mengembangkan pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi individu dengan

  

2 lingkungannya sehingga diperoleh cara - cara baru untuk mencapai tujuan yang lebih bermakna.

  Akan tetapi pada saat ini menurut hemat penulis masih ada sebagian guru yang menggunakan strategi pembelajaran konvensional dan belum mencoba menerapkan strategi - strategi pembelajaran baru yang lebih inovatif.

  Menurut Agus Sujanto (1996:53) Pelaksanaan pengajaran sering hanya guru mendikte dan si anak mencatat dan kemudian menghafalkannya persis seperti bunyi catatan dan sama sekali tidak ada kaitan dengan pengertian ataupun perubahan perbuatan anak karenanya.

  Menurut Suharman (2005:375), Kreativitas tidak hanya dilakukan oleh orang yang memang pekeijaannya menuntut pemikiran kreatif (sebagai suatu profesi) tetapi juga dapat dilakukan oleh orang - orang biasa di dalam menyelesaikan tugas - tugas dan mengatasi masalah.

  Keberhasilan pencapaian hasil belajar tidak bisa lepas dari pemilihan metode dan strategi belajar yang tepat . Ketepatan metode dan strategi belajar sangat membantu siswa dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

  Metode merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi . Sedangkan strategi pembelajaran adalah langkah langkah yang dipilih oleh guru dalam mnyampaikan materi pembelajaran. Dengan demikian kreatifitas pemilihan metode dan strategi pembelajaran mutlak diperlukan seorang guru dalam menentukan hasil belajar siswa. Guru menjadi kurang kreatif dikarenakan alasan - alasan sebagai berikut:

  1. Malas berfikir, bertindak , dan berusaha melakukan sesuatu

  2. Impulsif

  3. Menganggap remeh orang lain

  4. Mudah putus asa , cepat bosan dan tidak tahan uji

  5. Cepat puas

  6. Tidak berani menanggung resiko

  7. Tidak percaya diri

  8. Tidak disiplin

  9. Tidak tahan menerima kritik Dari uraian diatas peneliti ingin mencari gambaran yang kongkrit dan akurat mengenai hal ini dan tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “

  

Pengaruh Kreatifitas Guru dalam Memilih Strategi Pembelajaran Terhadap

Hasil Belajar PAI di SD Ngendrokilo Magelang Tahun 2010”

B. Perumusan Masalah

  Dengan mamperhatikan latar belakang masalah yang tertera diatas maka dapat dikemukakan rumusan masalah yang ada sebagai berikut

  1. Apakah kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar PAI di SD Ngendrokilo Magelang tahun 2010?

  2. Adakah pengaruh yang signifikan antara kreativitas guru dalam memilih strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI di SD Ngendrokilo tahun 2010 ?

  C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui bahwa kreatifitas guru dalam memilih strategi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar PAI di SD Ngendrokilo Magelang tahun 2010.

  2. Untuk mengetahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kreatifitas guru dalam memilh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar PAI di SD Ngendrokilo tahun 2010

D. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

  1. Manfaat teoritis Dengari adanya penelitian ini dapat menambah literature yang berupa sumbangan Ilmu Pengetahuan bagi Mahasiswa pada umumnya dan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga pada khususnya

  2. Manfaat praktis Meningkatkan pengetahuan penulis tentang masalah-masalah yang terkait dengan penelitian ini dan diharapkan akan berguna bagi pihak - pihak yang berminat terhadap masalah yang sama

  3. Manfaat metodologis Dapat melaksanakan tindakan ilmiah serta menyusun metode-metode yang tepat sehingga tujuan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.

  E. Garis Besar Skripsi Gambaran umum dari skripsi ini dapat dijelaskan sebagai berikut

  1. Bagian Awal , Mencakup Halaman Sampul Depan, Halaman Judul, Halaman Pengesahan, Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Tabel

  2. Bagian Isi, terdiri d a ri:

  2.1 BAB I PENDAHULUAN terdiri dari :

  A. Latar Belakang Masalah ; memuat uraian secara umum tentang hal-hal yang berkaitan dengan variabel penelitian ini, kemudian menjurus kepada hal hal yang bersifat lebih spesifik khususnya yang berkaitan dengan fenomena atau permasalahan yang timbul di obyek penelitian, kemudian mengarah kepada arti pentingnya penelitian dilakukan.

  B. Perumusan Masalah merupakan rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan yang dapat diteliti secara jelas dan diuji melalui pengumpulan dan analisis data. Disamping itu juga memuat batasan atau asumsi yang dipergunakan dalam penelitian.

  C. Tujuan Penelitian, memuat tujuan dalam penelitian ini yang di uraikan dalam dua buah kalimat pernyataan

  D. Manfaat Penelitian, memuat manfaat yang dapat di petik dari penelitian ini baik secara teoritis, praktis, maupun metodologis.

  E. Garis Besar Skripsi, memuat gambaran umum dari susunan skripsi ini yang di tuliskan secara naratif dalam bentuk beberapa paragraph pernyataan.

  2.2 BAB II KAJIAN TEORI , memuat kerangka teori, konsep, definisi ataupun preposisi yang ada hubungannya dengan variabel - variabel penelitian. Kerangka teoritis ini dibuat untuk memecahkan masalah penelitian dengan menggambarkan variabel dan hubungan antar variabel penelitian. Disamping itu , dalam kajian teori ini juga ditujukan untuk menjadi landasan dalam pengembangan model penelitan dan perumusan hipotesis. Dalam Penelitian ini dijelaskan mengenai: A. Belajar

  B. Kreativitas

  C. Kreativitas Guru

  D. Strategi Pembelajaran

  E. Hasil Belajar

  F. Pendidikan Agama Islam

  G. Hasil Pendidikan Agama Islam

  H. Kerangka Pikir I.

  Hipotesis

  7

  2.3 BAB m METODE PENELITIAN ( K O RELA SI), menjelaskan tentang jenis penelitian yang digunakan, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampling (beserta tehnik yang digunakan dalam pemilihan sampel dan nara sumber), tehnik pengumpulan data, alat pengukur data, serta diungkapkan tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dimuat dalam

  BAB III meliputi: A. Pendekatan Penelitian {Kuantitatif) B. Jenis Penelitian C. Tempat dan Waktu Penelitian D. Populasi dan Sampling E. Metode Pengumpulan Data F. Variabel Penelitian G. Definisi Operasional Variabel H. Instrumen Penelitian I. Pengujian Instrumen Penelitian J. Metode Analisis Data

  2.4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, berisi gambaran umum, data yang berkaitan dengan obyek penelitian , baik berupa data primer maupun data sekunder. Data yang disajikan tersebut kemudian di bahas sebagaimana yang disebutkan dalam BAB I I I .

  Dalam Bab ini hal-hal yang dijelaskan meliputi:

  A. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian B. Hasil Penelitian dan Analisis Data, meliputi

  3. Bagian Penutup ,berisi:

  A. Kesimpulan, memuat rangkuman hasil analisis dan pembahasan yang pada dasarnya merupakan jawaban atas permasalahan yang diajukan sebelumya

  B. Rekomendasi berisi masukan atau saran berkenaan dengan kesimpulan yang diperoleh, khususnya bagi pembuat kebijakan dalam penentuan atau pengambilan tindakan yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan, menyempurnakan prosedur kerja, serta saran bagi peneliti lain yang sedang atau akan melakukan penelitian dengan topik sejenis.

  4. Bagian Akhir, bagian ini meliputi:

  A. Daftar Pustaka, memuat referensi yang diacu dan dibaca langsung dalam menyusun penelitian ini dan disajikan menurut abjad nama penulis tanpa noitior urut

  B. Lampiran, berisi lampiran - lampiran berupa tabel dan dokumen - dokumen lain yang menunjang pelaksanaan penelitian ini.

BAB II KAJIAN TEORI A. Belajar

1. Pengertian Belajar Pengertian belajar selalu dikaitkan dengan perubahan tingkah laku.

  Perubahan dari hasil belajar antara lain dengan sikap, pengetahuan, pemahaman terhadap apa yang telah dipelajari. Perubahan tingkah laku ini di peroleh dari pengalaman dan latihan - latihan, bukan perubahan yang sifatnya sementara, seperti yang diungkapkan oleh IL Pasaribu sebagai berikut, ’’Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara”.(Pasaribu, 1983:59).

  Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan (kondisi) belajar yang lebih efektif. Sistem lingkungan belajar seperti ini terdiri dari berbagai komponen-komponen yang saling mempengaruhi. Komponen komponen itu misalnya tujuan pengajaran yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa yang memainkan peranan serta dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana prasarana belajar mengajar yang tersedia.

2. Jenis Jenis Belajar

  Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai cirri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jenis belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.

  Jenis-jenis belajar yang diuraikan dalam pembahasan berikut ini merupakan penggabungan dari pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun begitu, dari pendapat ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis belajar tertentu yang tidak dibahas dalam kesempatan ini, dengan pertimbangan sifat buku yang dibahas.

  Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis,

  

belajar kaedah, belajar konsef/pengertian, belajar keterampilan motorik, dan

belajar estetik.

1. Belajar arti kata-kata

  Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang yang disebutkan dengan kata itu. Namun lam kelamaan dia mengetahui juga apa arti kata “kucing” atau “anjing”, Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya “kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu bertubuh kecil dengan telinga yang kecil dari pada anjing.

  Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat menggunakannya, tidak urung ditemukan kesalahan penggunaan. Mengerti arti kata-kata merupakan dasar-dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam setiap kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting dalam belajar.

2. Belajar Kognitif

  Tak dapat disangkal bahwa belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Objek-objek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental.

  Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa pengalamannya kepada temuannya. Ketika dia menceritakan pengalamannya selama dalam perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau kalimat yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

  Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki, maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran kognitif orang itu.

  Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak berproses ketika memberikan tanggapan terhadap ojek-objek yang diamati.

  Sedangkan belajar itu sendiri adalah proses mental yang bergerak kea rah perubahan.

  3. Belajar Menghafal

  Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu waktu bila diperlukan dapat diingat kembali kealam dasar.

  Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan, yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian, dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.

  4. Belajar Teoritis

  Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta (pengetahuan) dalam suatu kerangka organisasi mental, sehingga dapat difahami dan digunakan untuk memecahkan problem, seperti teijadi dalam bidang-bidang studi ilmiah. Maka, diciptakan konsep-konsep, relasi-relasi di antara konsep- konsep dan struktur-struktur hubungan. Misalnya, “bujur sangkar” mencakup semua persegi empat; iklim dan cuaca berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman; tumbuh-tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-metode untuk memecahkan problem-problem secara efektif dan efesien, misalnya dalam penelitian fisika.

5. Belajar Konsep

  Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap objek-objek yang dihadapinya, sehingga objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek dihadirkan dalam kesadaran orang dalam bentuk repressentasi mental tak berperaga. Konsep sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

  Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus

  

didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada objek-objek

  dalam lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan, rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman, bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa, bahkan dengan mikroskop sekalipun. Untuk memberikan pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan menggunakan lambang bahasa.

  Akhirnya, belajar konsep adalah berfikir dalam konsep dan belajar pengertian. Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir.

  Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.

6. Belajar Kaidah

  Belajar kaidah (rule) termasuk dari jenis belajar kemahiran intelektual

  

(intellectual skill), yang dikemukakan oleh Gagne. Belajar kaidah adalah bila dua

  konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang mereprentasikan suatu keteraturan. Orang yang telah mempelajari suatu kaidah, mampu menghubungkan beberapa konsep.

  Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan ilmu selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi.

7. Belajar Berpikir

  Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan, tetapi tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan.masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode beketja tertentu.

  Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen.

  

Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu

jawaban yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah.

  Berpikir divergen adalah berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan

  diperoleh jawaban-jawaban unit yang berbeda-beda tetapi benar. Konsep Dewey tentang berpikir menjadi dasar untuk pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

  a. Adanya kesulitan yang dirasakan dan kesadaran akan adanya masalah.

  b. Masalah itu dipeijelas dan dibatasi.

  c. Mencari informasi atau data dan kemudian data itu diorganisasikan.

  d. Mencari hubungan-hubungan untuk merumuskan hipotesis-hipotesis, kemudian hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau ditolak.

  e. Penerapan pemecahan terhadap masalah yang dihadapi sekaligus berlaku sabagai pengujian kebenaran pemecahan tersebut untuk dapat sampai pada kesimpulan.

  Langkah-langkah dalam pemecahan masalah adalah sebagai berikut.

  a. Kesadaran akan adanya masalah.

  b. Merumuskan masalah.

  c. Mencari data dan merumuskan hipotesis-hipotesis.

  d. Menguji hipotesis-hipotesis itu.

  e. Menerima hipotesis yang benar.

  Meskipun diperlukan langkah-langkah, menurut Dewey, tetapi pemecahan masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat antara macam-macam langkah tersebut. Lebih-lebih apabila orang berusaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

2. Prinsip-Prinsip Belajar

  Telah dipahami belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah, berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan.

  Tetapi tidak semua perubahan berarti belajar.

  Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan

  

efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat

  melapangkan jalan ke arah keberhasilan. Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional;

  1. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;

  2. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan intruksional',

  3. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;

  4. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;

  5. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya;

  6. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang;

  7. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif;

  8. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;

  9. Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapakan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respon yang diharapkan;

  10. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa

3. Teori Belajar

  Proses pembelajaran merupakan tahapan-tahapan yang dilalui dalam mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa atau peserta didik. Salah satu peran yang dimiliki oleh seorang guru untuk melalui tahap-tahap ini adalah sebagai fasilitator. Untuk menjadi fasilitator yang baik guru harus berupaya dengan optimal, mempersiapkan rancangan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak didik, demi mencapai tujuan pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh E.Mulyasa (2007:93), bahwa tugas guru tidak hanya menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate o f learning) kepada seluruh peserta didik. Untuk mampu melakukan ini si guru harus mampu menyiapkan proses pembelajarannya.

  Proses pembelajaran yang akan disiapkan oleh seorang guru hendaknya terlebih dahulu harus memperhatikan teori-teori yang melandasinya, dan bagaimana implikasinya dalam proses pembelajaran. Berikut ini akan dibahas teori-teori belajar dan implikasinya dalam proses pembelajaran. Diantaranya :

  1. Teori Gagne , Gagne beranggapan bahwa hirarki belajar itu ada, sehingga penting bagi guru untuk menentukan urutan materi yang harus diberikan terlebih dahulu. Keberhasilan siswa belajar kemampuan yang lebih tinggi, ditentukan apakah siswa itu memiliki kemampuan belajar yang rendah atau tidak. Menurut Gagne ada 8 tipe belajar yaitu : Belajar Isyarat • Belajar Stimulus Respon • Belajar merangkaikan • Belajar asosiasi verbal

  Belajar diskriminasi • Belajar konsep Belajar prinsip / hukum • Belajar pemecahan masalah •

  Sebagai implikasinya maka proses belajar mengajar harus memperhatikan kejadian instruksional yang meliputi (1) menarik perhatian, (2) menjelaskan tujuan, (3) mengingat kembali apa yang telah dipelajari, (4) memberikan materi pelajaran, (5) memberi bimbingan belajar, (6) member kesempatan, (7) memberi umpan balik tentang benar tidaknya tindakan yang dilakukan, (8) menilai hasil belajar, dan (9) mempertinggi retensi dan transfer

  2. Teori Piaget, menurut prinsip teori Piaget (a) Manusia tumbuh beradaptasi dan berubah melalui perkembangan fisik, kepribadian, sisioemosional, kognitif dan bahasa ;(b) pengetahuan datang melalui tindakan; (c) perkembangan kognitif sebagian besar tergantung seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungan.

  Implikasinya dalam proses pembelajaran yaitu: (1) memusatkan perhatian berflkir atau proses mental anak, tidak sekadar hasilnya tetapi juga prosesnya, (2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam pembelajaran, penyajian pengetahuan jadi tidak mendapat tekanan, (3) memaklumi perbedaan individual, maka kegiatan pembelajaran diatur dalam kelompok kecil, (4) peran guru sebagai seorang yang mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman luas.

  3. Teori Bruner, didalam teorinya Bruner mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi 3 tahap representasi yang berurutan yaitu (a) enactive representation, segala pengertian anak tergantung kepada responnya; (b) iconic representation, pola berfikir anak tergantung kepada organisasi visual (benda-benda yang konkrit) dan organisasi sensorisnya; dan (c) symbolic representation, anak telah memiliki pengertian yang utuh tentang sesuatu hal, pada periode ini anak telah mampu mengutarakan pendapatnya dengan bahasa.

  Implikasi teori ini adalah : (a) menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; (b) anak akan berusaha membandingkan realita diluar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya; dan (c) dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikannya kembali struktur-struktur idenya dalam rangka mencapai kesimbangan di dalam benaknya. Untuk itu siswa akan mencoba melakukan sintesis, analisis, menemukan informasi baru dan menyingkirkan informasi yang tidak perlu.

  4. Teori Ausubel , dia berpendapat bahwa belajar penemuan itu penting, tetapi dalam beberapa situasi tidak efisien , ia lebih menekankan guru sentral, sehingga Ausubel kurang menekankan belajar aktif. Penekanannya pada ekspositorik. Ausubel menekankan pengajaran verbal yang bermakna (meaningful verbal instruction)

  5. Teori Vygotski, beranggapan bahwa pembelajaran terjadi bila anak - anak bekeija atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya, atau tugas-tugas itu berada dalam zone o f proximal development, maksudnya adalah perkembangan kemampuan siswa sedikit diatas kemampuan yang sudah dimilikinya.

  Implikasinya yaitu dengan memberikan bantuan penuh kepada anak dalam tahap-tahap awal pembelajaran yang kemudian berangsur-angsur dikurangi dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggungjawab semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.

  6. Teori Konstruktivis, ide-ide Piaget, Vygotsky, Bruner dan lain-lain membentuk suatu teori pembelajaran yang dikenal dengan teori

  Konstruktivis. Ide utamanya adalah : (a) siswa secara aktif membangun

  pengetahuannya sendiri; (b) agar benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa harus bekeija memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri; (c) belajar adalah proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbs; dan (d) belajar adalah proses membangun pengetahuan yang selalu diubah secara berkelanjutan melalui asimilasi dan akomodasi informasi baru.

  Menurut Suradjiono, dalam Susilo (2000:116), pembelajaran adalah keija mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Guru berperanan member dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih namun siswa tetap kunci pembelajaran Implikasi dari teori ini adalah (1) memusatkan perhatiannya kepada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar hasilnya saja; (2) mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran, (3) menekankan pembelajaran top-down mulai dari komplek ke sederhana, daripada bottom-up dari yang sederhana bertahap berkembang ke kompleks ,dan (4) menerapkan pembelajaran koperatif.

B. Kreatifitas

1. Pengertian Kreativitas

  Pengertian kreativitas selalu dikaitkan dengan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan, maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya (Tabrani & Rusyan, 1991 :189).

  Seseorang dikatakan kreatif tentu ada indikator-indikator yang menyebabkan seseorang itu disebut kreatif. Indikator yang sebagai ciri dari kreativitas dapat diamati dalam dua aspek yakni aspek aptitute dan nonaptitute. Ciri-ciri aptitute adalah ciri-ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri nonaptitute adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan oleh (Munandar, 1992:73) menunjukan indikator kreativitas sebagai berikut:

  1. Dorongan ingin tahu besar

  2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

  3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

  4. Bebas dalam menyatakan pendapat

  5. Mempunyai rasa keindahan

  6. Menonjol dalam salah satu bidang seni

  7. Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh oleh orang lain.

  8. Rasa humor tinggi

  9. Daya imajinasi kuat

  10. Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal, yang jarang diperlihatkan orang lain)

  11. Dapat bekeija sendiri

  12. Senang mencoba hal-hal baru

  13. Kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi)

  Dari uraian mengenai ciri-ciri kreativitas diatas maka dapat dipahami bahwa seseorang dikatakan kreatif apabila dalam interaksinya dengan lingkungan ciri-ciri dari kreativitas mendominasi dalam aktivitas kehidupannya, dan melakukan segalanya dengan cara-cara yang unik. Semua ciri-ciri tersebut secara konstruktif dapat dimunculkan dalam diri setiap individu, sebab setiap individu memiliki potensi kreatif. Tidak ada seorang pun yang tidak memiliki kreatifitas, hal ini memberikan makna bahwa setiap orang memiliki potensi kreatif dalam dirinya (Treffinger, 1980:115).

  Kreativitas agar dapat terwujud membutuhkan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).

  Pada setiap orang ada kecenderungan atau dorongan untuk mewujudkan potensinya, untuk mewujudkan dirinya; dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas seseorang. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Munandar, 1999:80). Motivasi

  

intrinsik ini yang hendaknya dibangun dalam diri individu sejak dini. Hal ini

  dapat dilakukan dengan memperkenalkan individu dengan kegiatan-kegiatan kreatif, dengan tujuan untuk memunculkan rasa ingin tahu, dan untuk melakukan hal-hal baru.

  Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara konstruktif ikut mendorong munculnya kreativitas. Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Individu memerlukan kondisi yang mampu dan memungkinkan individu tersebut mengembangkan sendiri potensinya. Maka penting mengupayakan lingkungan (kondisi eksternal) yang dapat memupuk dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya.

2. Jenis - Jenis Kreativitas

  Hadi Pramono dalam blognya 2009/07/31 /tujuh-jenis-kreativitas/) menyebutkan 7 jenis kreativitas antara lain: a. Verbal/linguistic: kemampuan memanipulasi kata secara lisan atau tertulis b. Matematis/logis: Kemampuan memanipulasi sistem nomor dan konsep logis c. Spasial: Kemampuan melihat dan memanipulasi pola dan desain

  d. Musikal: Kemampuan mengerti dan memanipulasi konsep musik, seperti nada irama, dan keselarasan e. Kinestis-tubuh: Kemampuan memanfaatkan tubuh dan gerakan, seperti dalam olah raga atau tari f. Interpersonal: Kemampuan memahami orang lain, pikiran, serta perasaan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PENGORGANISASIAN PEMBELAJARAN MODEL ELABORASI TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII MTS NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 57

PENGARUH INTENSITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DI SD GUGUS TERAMPIL KECAMATAN SECANG KABUPATEN MAGELANG

6 40 164

BAB IV HASIL PENELITIAN - KREATIVITAS METODE PEMBELAJARAN GURU PAI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DI SMP ISLAM AL-BADAR KEDUNGWARU TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA NEGERI 1 PEMATANG SIANTAR SKRIPSI

0 0 14

PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK NEGERI 6 PALU

0 0 6

KEDISIPLINAN GURU DALAM MENGAJAR PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR PAI SISWA KELAS II MAN I SALATIGA TAHUN 2007/2008 - Test Repository

0 0 92

PERSEPSI SISWA TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PAI DI SD NEGERI CANDIGARON 02 DESA CANDIGARON KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2007/2008 - Test Repository

0 1 97

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN FIQ1H DENGAN MEDIA GAM BAR PADA SISWA KELAS IV DI MI ARROSYIDIN SURODADI KECAMATAN CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2 0 0 8 - Test Repository

0 0 80

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEBAGAI SARANA MENINGKATKAN AKHLAQUL KARIMAH SISWA KELAS LIMA SD NEGERI TLOGOREJO KEC GRABAG KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2007/2008 - Test Repository

0 0 127

PENGARUH PROFESIONALISME GURU TERHADAP KEBERHASILAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PAI KELAS V DI SD NEGERI GIRIREJO 3 KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2009 SKRIPSI

0 0 119