PENGARUH FRAKSI HEKSAN, KLOROFORM DAN METANOL DARI DAUN E U P A T O R IU M T R IP L W E R V E VAHL TERHADAP PERTUMBUHAN PLASMODIUM FALCIPARUM IN VITRO
/ KJC
rr 7)3 V g r H«s
SRI H A S T U T I ?
(os- 9 0 i[ioi)
E U P A T O R IU M T R IP L W E R V E
PLASM O D IU M FALC IPA R U M
^ H I j * . U K A V'.W A N 0 «**
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA S U R A B A Y A 1995
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PENGARUH FRAKSI HEKSAN, KLOROFORM DAN M ETAN OL DARI DAUN
VAHL TERHADAP PERTUM BUHAN
IN V ITR O S K R I P S I
M I L I K
FERPUSTAKAAN °VHZTERSI?AS A IR L A N O O V
S U R A B A Y A PENGARUH FRAKSI HEKSAN, KLOROFORM DAN METANOL DARI DAUN Eupatorium triplinerve V a h l .
TERHADAP PERTUMBUHAN Plasmodium falciparum
IN VITRO
S K R I P S I
D I B U A T U N T U K M E M E N U H I P E R S Y A R A T A N M E N C A P A I O E L A R
S A R J A N A F A R M A S I P A D A F A K U L T A S F A R M A S I
U N I V E R S I T A S A I R L A N O O A S U R A B A Y A
' < rDra. Aty W i d y a w a r u y a n t i , Apt, dr. Anni Syafriah, MS Pembintbing Berta Pembioibing Serta
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna meraenuhi persyaratan mencapai gelar sarjana pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. ' Selama pelaksanaan penelitian dan penyasunan skripsi ini ba ny ak hambatan yang harus dihadapi dan semua ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan bantuan dari berbagai pihak khususnya Bapak/Ibu dosen pembimbing. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bp. Prof.DR.Sutarjadi selaku Pembimbing Utama, Ibu Dra. Aty Widyawaruyanti dan dr.Anni Syafriah,MS. selaku Pembimbing Serta yang telah dengan sabar memberikan pengarahan dan saran-saran dalam menyelesaikan skripsi i n i .
2. Kepala Jurusan Biologi Farmasi, Kepala Lab. Fitokimia dan Kepala Lab. Botani Farmasi-Farmakognosi Fakultas Farmasi Universitas Airlangga b es er ta seluruh Staff dan Karyawan yang lelah memberikan sarana dan prasarana serta membantu dalam pelaksanaan skripsi ini. i
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ii
3. Direktur Tropical Disease Recearch Center Surabaya b eserta Staff dan Karyawa ya ng telah memberikan kesempatan dan fasilitas laboratorium.
4. K ep al a Jurusan Parasitologi dan Ke pa la Jurusan Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga be se r ta seluruh Staff dan Karyawan yang telah m emberikan bantuan fasilitas laboratorium.
5. Ke pal a Badan Penelitian dan Pengembangan Bagian Penyakit Menular Bersumber B in atang Departemen Kesehatan Jakarta Pusat beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan kesempatan dan bantuan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian ini.
6. Ibu Dra. Siti Masroerah-Broto Sutaryo dan keluarga yang telah memberikan kesempatan, bantuan fasilitas dan bi ay a serta dengan sabar membimbing kami selama pelaksanaan penelitian ini.
7. Ibu Drh. Suhintam Pusarawati, M.Kes. yang telah membimbing selama penyelesaian penelitian ini.
8. Bp. Drh. Chairul Anwar,MS, Staff pengajar dari Lab. Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Unair yang telah membantu dalam pengambilan foto-foto Flasmodium falciparum Welch.
9. Bp/Ibu Dosen Fakultas Farmasi Unair terutama panitia dan penguji skripsi yang telah berkenan memeriksa dan memberikan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
i l l10. Ibu dan saudara-saudaraku tercinta yang selalu memberikan motivasi dalam belajar dan menyelesaikan skripsi ini.
11. Rekan - rekan mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah swt senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya atas kebaikan yang telah diberikan. Mengingat keterbatasan penulis maka kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata skripsi ini saya persembahkan u nt uk Almamater te rc in ta Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya semoga dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan. Amin. Surabaya, Januari 1995 Penyusun
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR ISI
H A L A M A N
KATA P E NG A NT AR ........................................ ... i DAFTAR ISI ............................................. iv DAFTAR G AM B A R ......................................... vii DAFTAR TABEL ..................... •.................... viii D AFTAR SINGKATAN ...................................... ix DAFTAR L AM PI RA N ....................................... x RINGKASAN .............................................. xi
BAB I PENDAH UL UA N ................................. ... 1
1. Latar Belakang Masalah ............... ... 1 2. Perumusan Masalah ....................
6 3. Hipotesis ..............................
6 4. Tujuan Penelitian ....................
6 BAB II TI NJ AU AN PUSTAKA ........................... ... 7
1. Tinjauan tentang Tanaman Eupatorium
triplinerve V a h l ... 7 1.1. Klasifikasi Tanaman .................
7
1.2. Penyebaran Tanaman ................... ... 7 1.3. Morfologi Tanaman ....................
3
1.4. Kandungan Tanaman .................... ... 9 1.5. Khasiat Tanaman .......................
10
2. Penelitian Tanaman Obat yang Mempunyai Aktivitas Antimalaria
11
3. Tinjauan tentang Plasmodium falciparum
14 3.1. Klasifikasi Plasmodium falciparum ...
14 3.2. Morfologi Plasmodium falciparum ....
15 3.3. Siklus Hidup Plasmodium falciparum ..
17 4. Klasifikasi Antimalaria ..............
20 5. Tujuan Pengobatan ....................
21 i v
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
V BAB III METODE PENELITIAN .......................... .. 24
1. Bahan Penelitian ...................... .. 24
1.1. Daun Eupatorium triplinerve Vahl. ... 24
1.2. Plasmodium Falciparum ................ .. 24
1.3. Bahan Pembanding ....................... .. 25
1.4. Pelarut ................................ .. 25
1.5. Bahan Untuk Uji In Vitro ................ 26
2. A l a t ............................... .. 26
2.1. Alat yang Akan Digunakan Untuk
Eupatorium
Pembuatan Ekstrak Daun
triplinerve Vahl .. 26
2.2. Alat yang Digunakan U nt uk Uji Aktivitas 26
Eupatorium
3. Pembuatan Ekstrak Daun
triplinerve V a h l .. 27
4. Prosedur Pembiakan Sinambung Plasmodium
Falciparum .. 30
4.1. Sterilisasi Alat-alat ................ .. 30
4.3. Penyiapan Eritrosit U nt u k Mendukung Pembiakan .. 33
4.4. Penyiapan Sel Parasit Un tuk Pembiakan
33
4.5. Menghitung P arasitemia ................ .. 35
4.6. Sub Kultur (Inokulasi Biakan) ........ .. 35
4.7. Sinkronisasi .......................... .. 35
5. Teknik Uji Aktivitas Antimal ar ia .... 37
5.1. Penyiapan Suspensi Sel Parasit ........ 37
5.2. Penyediaan Lempeng Sumur Mikro yang Mengandung Bahan Uji dan Kontrol .. 37
5.3. Prosedur Pengujian Efek Antima la ria
6. Evaluasi Hasil Pengujian Aktivitas Antimalaria ...........................
55 2.4. Kesimpulan ............................
77 vi
72 LAMPIRAN ...............................................
71 DAFTAR PUSTAKA ........................................
70 BAB VII SARAN-SARAN .................................
61 BAB VI KESIMPULAN ..................................
57 BAB V PEMBAHASAN ..................................
3. Kurva Log Kadar vs Log Prosen Penghambatan ..........................
56
55 2.5. Uji LSD ................................
2.3. Perbandingan Harga F hitung dangan F tabel ................................
40 6.1. Cara Pembuatan Sediaan Darah Tebal ...
51
51 2.2. Harga F Hitung ........................
50 2.1. Menentukan Ho dan Ha .................
49 2. Analisis Data .........................
1. Hasil Penghitungan Prosen Penghambatan Pertumbuhan Plasmodium falciparum ...
49
44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN AN AL ISI S DATA ........
41 7. Analisis Data .........................
40 6.2. Perhitungan Prosen Pe ng ha mb ata n ....
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR GAMBAR
HAL. A M A N
Gambar 1 : Morfologi Plasmodium falciparum ..... ... 16 Gambar 2 : Daur H idup Plasmodium falciparum ....
23 G amb ar 3 : Ekstraksi Serbuk Daun Eupatorium
triplinerve Vahl. ........... ............ 29
Gambar 4 : Gambaran Lempeng Sumur Mikro untuk Uji Aktivitas Antimalaria ............ ... 42 Gambar 5 : Kurva Log Konsentrasi vs Log Prosen Penghambatan ........................... ... 45 Gambar 6 : Kurva Log Kadar vs Log % P enghambatan Fraksi Heksan ......................... ... 59
%
Gambar 7 : Kurva Log Kadar vs Log Penghambatan Fraksi Kloroform ......................... 60
%
Gambar 3 : Kurva Log Kadar vs Log Penghambatan Fraksi Metanol ....................... ... 61 Gambar 9 : Tanaman Eupatorium triplinerve Vahl. ..
82 Gambar 10 : Hapusan Darah Tipis Plasmodium falciparum sebelum sinkronisasi .................. ... 83 Gambar 11 : Hapusan Darah Tipis Plasmodium falciparum setelah sinkronisasi .................. ... 83 Gambar 12 : Hapusan Darah Tebal Kontrol Negatif ....
84 G ambar 13 : Hapusan Darah Tebal Kontrol Positif .... 84 Gambar 14 : Hapusan Darah Tebal K^ Fraksi Heksan
85 Gambar 15 : Hapusan Darah Tebal Fraksi Kl oro fo rm
85 Gambar 16 : Hapusan Darah Tebal K 0 Fraksi Metanol
86 o vii
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR TABEL
H A L A M A K
TABEL 1 : Tabel ANAVA untuk Rancangan Tersarang dengan jumlah Sub-sampling yang Be rb ed a ......................................
41 TABEL 2 : Tabel Selisih H ar ga Rata-rata Tiap Ke lo mp ok dengan Kontrol Positif (Yi*) .... 43 • TABEL 3 : D at a Prosen Pe nghambatan Pertumbuhan
Plasmodium falciparum
dari Berbagai F raksi
Eupatorium triplinerve
Daun V a h l ...........50 TABEL 4 : Data Konversi Y ke Log (Y + 1) dari Berbagai Fraksi Daun Eupatorium triplinerve Vahl. ..
51 TABEL 5 : Data Pengamatan untuk Rancangan T er sa ra ng .
51 TABEL 6 : Tabel ANAVA untuk Rancangan Tersarang dengan Jumlah S ub-sampling yang B er be da ..
54 TABEL 7 : Tabel Selisih Ha rg a Rata-rata Tiap Kelompok dengan Harga Rata-rata Kontrol Positif ......................
56 TABEL 8 : Tabel % Penghambatan Rata-rata dari Berbagai Fraksi Daun Eupatorium triplinerve V a h l ..............................
57 TABEL 9 : Hubungan Antara Log Kadar dengan Log Prosen Penghambatan ........................
58 vii i
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR S I N G K A T A N GBHN = G aris-garis Besar Haluan Negara R P M I = Rosewell Parla Memorial Institute RP-HS - RPMI - Human serum H E P E S = N-2-Hydroksi Ethyl Piperazin-N -2 -E th an e Sulfonic Acid C P D = Citrat Phosphas Dextrose A C D = Acid Citric Dextrose R B C = Red Blood Cells P A B A = Para Amino Benzoic Acid S S = Sum Square S S A = Sum Square A S S B = Sum Square B S S E = Sum Square Error M S A = Mean Square A M S B = Mean Square B M S E = Mean Square Error df = degree of freedom ix
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DAFTAR L A M P I R A N
H A L A M A N
LAMPIRAN
I Hasil Penghitungan % Penghambatan Pertumbuhan Plasmodium falciparum dari Berbagai Fraksi Daun
Eupatorium triplinerve V a h l .....
77 LAMPIRAN
II Konversi % P e n g ha m ba ta n ( Y ) ke Log ( Y + 1 ) dari Berbagai F r a k si Daun Eupatorium triplinerve V a h l ................................
78 LAMPIRAN
III Penghitungan % Penghambat Rata- rata dari Berbagai Fraksi Daun Eupatorium triplinerve V a h l .....
79 LAMPIRAN IV Daftar Harga F tabel ...........
33 LAMPIRAN
V Daftar Harga t tabel ...........
31 LAMPIRAN
VI Tanaman Eupatorium triplinerve V a h l ................................
82 LAMPIRAN
VII Plasmodium falciparum Foto ....
33 LAMPIRAN VIII Surat Keterangan Identifikasi Tanaman ..........................
87 x
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
R I N G K A S A N Pengobatan tradisional dengan menggunakan bahan tumbuhan maupun binatang telah lama dikenal oleh m asyarakat kita dan umumnya d ir as a ka n manfaatnya secara empirik. D at a ilmiah terutama d a ta klinik masih langka padahal GBHN telah men gamanatkan untuk menggali, meneliti dan mengembangkan obat tradisional ini menjadi obat tradisional Indonesia yang dapat diperta ng gun g jawabkan pe makaiannya dalam u pa ya pelayanan kesehatan. Untuk itu perlu dilakukan uji klinik obat-obat tradisional untuk memantapkan khasiatnya. Telah dilakukan uji aktivitas be be ra pa fraksi dari daun Eupatorium triplinerve Vahl. terhadap pertumbuhan
Plasmodium falciparum . Sebagai pembanding adalah
klorokuin diphosphat yang berkhasiat antimalaria.Pengamatuii dilakukan pada da ya hambat dari beberapa fraksi daun Eupatorium triplinerve Vahl. terhadap pertumbuhan Plasmodium falciparum in vitro dan hasilnya di bandingkan dengan kontrol.
Plasmodium falciparum
Hasil uji aktivitas terhadap galur 1-2300 menunjukkan kadar yang memberi efek pe nghambatan pertumbuhan Plasmodium falciparum secara b ermakna untuk fraksi heksan, kloroform dan metanol berkisar pada kadar 100 pg/ml - 10.000 Mg/ml. xi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Harga IC^q (kadar p en gh am ba tan pertumbuhan skizon
50 %) berkisar pada : u ntuk fraksi heksan = 236,175 ^2/ ml, untuk fraksi kloroform = 639,398 /Jg/ml dan untuk fraksi metanol = 646,847 pg/ml. Dari hasil pembuatan kurva log kadar vs log prosen pen gh am ba tan menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi
Eupatorium triplinerve
fraksi daun Vahl. menyebabkan
Plasmodium
pen in gk at an prosen p enghambatan pertumbuhan falciparum . Dari hasil pengujian tersebut maka diperkirakan tananan Eupatorium triplinerve Vahl. mempunyai khasiat a n t i m a l a r i a .
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB I P E N D A H U L U A N
Sebagai salah satu negara di d ae r a h tropik, Indonesia
mempunyai wilayah yang kaya akan bermacam-macani tumbuhan
dan d i a n t ar a ny a banyak yang b er ma nf aa t bagi kehidupan manusia, baik sebagai sumber pangan maupun sebagai bahan pengobatan. Sebagai bahan pengobatan, penggunaan obat tradisional telah dikenal sebagian besar rakyat Indonesia t dan digunakan secara turun temurun b erdasarkan pengalaman hidup sehari-hari. Masalah yang di ha da pi da la m penggunaan obat tradisional ini adalah sebagian besar kebenaran khasiat bahan yang digunakan belum dapat dibuktikan secara ilmiah melalui penelitian dan pe ng uj ia n yang sistematik. Karena itu pe me ri nt ah menghimbau se luruh rakyat Indonesia untuk terus melakukan penggalian, penelitian, pengujian serta p engembangan terhadap obat tradisional dan selanjutnya m em an faatkannya da la m rangka meningkatkan pelayanan kesehatan secara lebih luas dan merata, sekaligus memeli ha ra dan m en ge mba ng ka n warisan budaya bangsa [ 1 ,2 ]. Dalam permasalahan ini, meskipun penelitian tentang tumbuhan obat sampai sekarang m as i h terus belanjut, nanun cukup banyak tumbuhan obat di Indonesia yang belum
1
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2 dik et a hu i kandungan dan k hasiatnya secara pasti sebagai o b a t . Dari bermacam-macam kegunaan tumbuhan obat di Indonesia salah satu diantar an ya dapat berkhasiat sebagai antimalaria. Penggalian tumbuhan obat sebagai antimalaria masih terus ditingkatkan mengingat penyakit malaria di I ndo nesia sampai saat ini masih merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat karena d ew as a ini telah ditemukan adanya Plasmodium falciparum y a n g resisten terhadap klorokuin [3]. Menurut data epidemologi WHO tahun 1989, malaria ma si h endemik di 10 2 ne ga ra di d un i a dan lebih dari setengah penduduk du ni a masih terancam malaria. Oleh karena itu, malaria masih menjadi m as al ah kesehatan yang sangat penting. Di Indonesia sampai saat ini penyakit ma la r ia juga masih menjadi ma salah kesehatan karena di be be r ap a d aerah masih merupakan endemik. Angka kesakitan penyakit tersebut masih cukup tinggi terutama di luar Pulau Jawa dan Bali di mana terdapat campuran penduduk dari da er a h endemik dan non e nde mi k malaria. Di daerah tersebut sering terjadi ledakan w ab ah malaria yang me ni &b ul ka n banyak kematian. P e rk emba ng an dan penyebaran nyarauk Anopheles yang resisten terhadap insektisida, serta
Plasmodium falciparum
d i t em u ka n ny a yang resisten terhadap klorokuin akan menambah kesulitan dalam pemberantasan penyakit ini [4,5,6].
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3 Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit bersel tunggal yaitu protozoa yang termasuk dalam genus Plasmodium. Plasmodium ini mempunyai 4 (empat) spesies yang bersifat p ar as i ti k bagi manusia, antara lain Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax,
Plasmodium malariae , dan Plasmodium ovale. Dari keempat
Plasmodium falciparumspesis tersebut adalah spesies yang paling umum menginfeksi m an us ia di d ae r ah tropik dan sub tropik dan merupakan penyebab m alaria yang paling ber bahaya yaitu malaria tertiana m al ig na yang dapat menimbulkan kematian [7]. Kinina, suatu alkaloid ya ng diisolasi dari kulit
(Cinchona s p .)
batang kina merupakan obat malaria yang paling tua dan banyak digunakan oleh sebagian besar masyarakat di dunia. Setelah d ite mu ka n obat sintetik yang mempunyai struktur kimia mirip dengan kinina yaitu 4 -am inokinolin misalnya klorokuin, maka pemakai obat malaria mulai beralih ke obat sintetik tersebut. Namun demikian pada tahun 1959 di A merika latin mulai ditemukan galur Plasmodium falciparum y an g resisten terhadap - klorokuin dan kemudian diikuti d en ga n cepat di negara negara lain, bahkan ditemukan pula galur yang resisten terhadap obat sintetik lain. Adanya resistensi galur tersebut membuat para ilmuwan berpaling kembali kepada bahan alam untuk mencari obat ma la ri a yang baru, di sa mping mencari serum antimalaria [8],
Artemisinin (Qinghaosu), suatu senyawa seskuiterpen lakton yang terdapat dalam Artemisia annua suku Compositae telah berhasil diisolasi oleh p ar a ilmuwan dari Cina dan ternyata berkhasiat sebagai obat m alaria [9]. Penemuan Qin gh ao su ini merangsang p e ne l it i- pen el it i lain u nt uk mencari bahan alam antimalaria yang lain, sampai akhirnya d ite mukan pula senyawa 4-fenil kumarin yang diisolasi dari tumbuhan suku Rubiaceae yaitu Cautarea latiflora dan
Exostema caribaeum yang ternyata juga mempunyai aktivitas
anti Plasmodium falciparum in vitro CIO]. Dari tanaman
Diosma pilosa berhasil diisolasi s en ya wa antimalaria yaitu 5, 6, 7-trimetoksikumarin [11].
Sebagai negara Tropik, Indonesia merupakan daerah yang kaya akan sumber bahan alam y an g sangat potensial dan telah ba n ya k jenis tumbuhan yang d it el it i sebagai antimalaria. Tumbuhan tersebut antara lain Brucea javanica yang mengand un g zat antimalaria kuasinoid [12]. Tanaman
Carica papaya dan Tinospora tuberculata juga telah
diteliti dan berkhasiat sebagai obat malaria [13,14],
Eupatorium triplinerve
Vahl. atau dikenal sebagai Daun Prasman merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk bermac am- ma ca m pengobatan, diant ar an ya sebagai obat demam dan m al ari a [15,18]. Daun Prasman diketahui mengandung senyawa kumarin yaitu ayapin (6,7-metilendioksikumarin), dan senyawa golongan seskuiterpen . Selain itu juga m eng an du ng minyak atsiri
4 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5 yang mempunyai komponen t erpenting yaitu dimetil et er -t im ohidrokinon [17]. Ja ku po v ic h mengatakan bahwa
Eupatorium
genus kaya akan senyawa seskuiterpen lakton Dengan menggunakan pendekatan etnofarmakologi di mana tanaman tersebut telah digunakan sebagai antimalaria di India dan p endekatan kemotaksonomi yaitu adanya zat kandungan kumarin dan seskuiterpen dalam tanaman
Eupatorium triplinerve Vahl. y an g d iperkirakan berkhasiat
sebagai antim al ar ia seperti p a da penelitian sebelumnya d id u ga b a hw a tanaman Eupatorium triplinerve Vahl. m emp unyai khasiat sebagai antimalaria. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dianggap perlu untuk meneliti tanaman Eupatorium triplinerve Vahl, untuk mencari alternatif antimalaria yang lain.
Karena senyawa seskuiterpen lakton dari Artemisia
annua dan senyawa kumarin dari Cautarea latiflora dan Exostema caribaeum mempunyai aktivitas anti Plasmodium,
maka uji khasiat antimalaria dari tanaman Eupatorium
triplinerve Vahl. ini menggunakan Plasmodium falciparum
dan diamati d a ya hambatnya terhadap pertumbuhan parasit malaria tersebut. Bagian tanaman yang dipilih untuk penelitian ini adalah daunnya, karena diperkirakan zat kandungan yang berkhasiat sebagai antimalaria sebagian besar terdapat pada daun. Dalam penelitian ini digunakan fraksi tanaman dari tiga macam pelarut yaitu heksan, kloroform dan metanol.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
2. Per am us an Masalah Apakah fraksi heksan, kloroform dan metanol dari daun
Eupatorium triplinerve Vahl. mempunyai aktivitas
antima la ri a dengan cara menghambat p er tu mb uh an Plasmodium
falciparum in vitro.
3. Hipotesis 3.1. Fraksi heksan dari daun Eupatorium triplinerve Vahl. mempunyai aktivitas a n ti m al ar ia dengan cara menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum in v i t r o .
3.2. Fraksi kloroform dari daun Eupatorium triplinerve Vahl. mempunyai aktivitas antimal ar ia dengan cara menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum in v i t r o .
3.3. Fraksi metanol dari daun Eupatorium triplinerve Vahl. mempunyai aktivitas an ti mal ar ia dengan cara menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum in v i t r o .
4. T u j u a n Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fraksi heksan, kloroform dan metanol dari daun Eupatorium
triplinerve Vahl. terhadap pe rt um bu han Plasmodium falciparum in vitro.
BAB II TINJAUAN PUS T A K A
1. T i n j a u a n tentang tanaman
Eupatorium triplinerve Vahl.
1.1. Klasifikasi Tanaman Divisio Sub Divisio Class Sub Class Ordo Farailia Genus Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Sympetalae Asterales Asteraceae ( Compositae )
Eupatorium
Eupatorium triplinerveV a h l . [18] Species Sin o n i m [19, 20] : - Eupatorium ayapana Vent, ex Millin -
Eupatorium perfoliatum, Eupatorium aromaticus
Mama D a e r a h [15, 21] : - Sumatera : Daun Prasman, Daun Panahan, Acerang - Sunda : Jukut Prasman - J aw a : G od ong Prasman, Raja Pa na h 1.2. P e n y e b a r a n Tanaman Eupatorium triplinerve Vahl.
Eupatorium triplinerve
Vahl. berasal dari daerah Amerika tropik, dan ditemukan tumbuh liar di daerah Amazon [22], ba ny ak ditanam di India. Tanaman ini telah lama
7 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
di ba w a ke Jawa, tumbuh liar di daerah berbukit dan pegunungan rendah sampai dengan ketinggian 1.600 meter di atas permukaan air laut. Tanaman ini dapat tumbuh baik di terapat terbuka maupun ditempat terlindung dan sering d it an a m sebagai penutup tanah di perkebunan karet dan perkebunan teh karena mampu mencegah erosi. Selain itu juga sering ditanam sebagai tanaman obat [15].
1.3. Morfologl Tanaman Merupakan tanaman terna (herba) menahun, b anyak bercabang, batang merayap (repens) atau condong (ascendens). Tanaman ini mempunyai tinggi 0,5 meter sampai dengan 1 meter. Memiliki akar tunggang, tidak dalam masuk ke tanah, pada nodus yang terletak di atas tanah sering tumbuh akar. Berbatang basah (herbaceus) kecil-kecil berbent.uk bulat, sedikit berkayu dan berwarna kemerahan. Pada batang tersebut terdapat ruas di mana pada tiap nodus terdapat dua daun. Batang yang m asih muda b ia sanya b e r b u l u . Bentuk daun tunggal duduk berhadapan (folia opposita) b erb entuk lanset ( lanceolatus) atau sempit m em an ja ng ( o b l o n g u s ) . Tepi daun integer, pangkal dcun runcing (acutus) dan mempunyai ujung yang me ru ncing (a c u m i n a t u s ) . Daging daun becwarna hijau kemerahan dengan permukaan daun yang gundul (glaber) kadang sedikit berbulu.
8 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9 Tanaman ini mempunyai tulang daun menyirip (penninervis) dengan pangkal ibu tulang daun pada permukaan bawah agak menonjol dan berwarna kemerahan. Helai da un mempunyai ukuran panjang 3 - 12 cm, lebar 0,5 - 2,5 cm dengan tangkai daun yang pendek. Tangkai daun (petiole) mempunyai panjang 6 - 1 0 milimeter. Menurut Backer (1963) tumbuhan ini di Pulau Jawa jarang d ap at berbunga. Tanaman ini mempunyai bunga majemuk yang b e r j u m l a h 20 sampai 50 dan pa njang 6 - 7 milimeter. Kelopak bunga lepas berwarna hijau keunguan dan mempunyai bulu-bulu. Mahkota bunga berwarna putih kecil-kecil dengan panjang 3 , 5 - 5 milimeter, berbentuk jarum, mempunyai bulu putih dan pada bagian ujungnya b er warna coklat. Tanaman ini me mp unyai benang sari kecil, lepas dan kadang-kadang sebagian terikat. Bunga tersusun dalam bentuk malai yang rata. Adapun b uahnya mempunyai jenis kendaga [15,19].
1.4. K a n d u n g a n Tanaman
1. Minyak Atsiri Minyak atsiri diperoleh dari hasil destilasi d engan air dari tanaman segar. Minyak ini bersifat lebih ringan dari air, tidak berwarna dan berbaa seperti tumbuhan asal. Da l am minyak atsiri ini mengandung jenyawa seskuiterpen yaitu beta selinen dan monoterpen yaitu sineol [23, 24],
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
2. K um a ri n Dalam tanaman ini terdapat beberapa senyawa kumarin [15,17,25] antara lain : - Ayapanin - Ayapin (daun) ■ - Herniarin (daun) - Dafnetin (seluruh tumbuhan) - Dimetil eter dafnetin ( se luruh tumbuhan) - 7-metil eter dafnetin ( s el ur u h tumbuhan) - Hidrangetin (seluruh tumbuhan) - Umbelliferon (seluruh tumbuhan)
3. S en ya wa l ai n yaitu t i mo hi d ro ki n on d an dimetil eter timohid ro ki no n [17, 21]- .
1.5. Khasiat Ta na ma n
a. Minyak atsiri dari Eupatorium ayapana digunakan sebagai antifungi dan antibakteri [26],
b. Infus seluruh tanaman di gu nak an untuk menstimulasi menstruasi. Di India dan di Jawa daun atau se luruh tumbuhan yang dibuat da la m bentuk infus atau de kokta pahit dipakai untuk mengobati demam. Rebusan daun yang sangat pahit dapat dimanfaatkan sebagai obat hemostatik dan stimulansia, diberikan pula pada kelainan lambung dan perut antara lain diare kronik, diare cataral [17,21].
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
c. Ekstrak dari daun yang telah dikeringkan digunakan untuk pengobatan tukak lambung [27].
d. Daun segar yang di re mas-remas ditempelkan pada luka dipakai untuk membersihkan luka dan raengobati luka karena gigitan reptil yang berbisa. Daun yang diremas dan ditempelkan pa da dahi untuk mengobati sakit kepala. Sebagai obat d al am juga diberikan terhadap gigitan ular. Untuk obat sariawan mulut menggunakan daun segar yang di ku n ya h tetapi airnya tidak ditelan [15]. Di kepulauan Bourbon d ib udidayakan dan dikeringkan untuk di kirim ke Perancis yang dipergunakan sebagai pengganti teh Cina [15].
2. Penelitian Tanaman Obat yang Mempunyai Aktivitas Antimalaria Beberapa senyawa yang telah berhasil diisolasi dari tanaman obat yang mempunyai aktivitas antimalaria, antara lain :
a. Senyawa Golo n g a n Alkaloid Cinchona sp. Kulit batang merupakan obat antimalaria yang telah d ikenal sejak abad
XVII dan pada tahun 1820 telah berhasil diisolasi zat aktifnya yaitu senyawa alkaloid dengan inti kuinolin : kinina,
- * V k ■>*:■.£' A ' kinidina, sinkonina dan sinkonidina. Colin W. Wright juga telah berhasil mengisolasi senyawa febrifugin dari tanaman
t oks isitasnya lebih keoil d i ba nd in gk an dengan klorokuin Ke du a senyawa tersebut t er masuk da la m golongan seskuiterpen lakton [29].
d. Senyawa Golongan Triterpenoid Khalid dkk. berhasil mengisolasi senyawa gedunin, yaitu suatu senyawa t etr an ortriterpenoid dari tanaman
erikomalakton dan erikomanol [12],
Euryooma longifolia yang me ng an d un g erikomanon,
br useantinol dan brusein pada buahnya, juga akar dari
Bruoea javanica yang me ng an dun g bruseantin, brusatol,
c. Senyawa Golongan Kuasinoid Senyawa kuasinoid yang mempunyai khasiat antimalaria berhasil diisolasi dari tanaman suku Simarubaceae yaitu
annua dan senyawa yingzhaosu dari tanaman Artabotrys uneinatus yang mempunyai aktivitas a ntimalaria dan
. M
b. Sen y a w a Golongan S e s k u iterpen l a k t o n Seorang ilmuwan dari Ci na telah berhasil mengisolasi s enyawa artemisinin (Qinghaosu) dari tankman Artemisia
yang mempunyai aktivitas antimal ari a 64 - 100 kali lebih besar dari pada aktivitas kinina. Namun demikian sampai sekarang kinina masih dianggap sebagai a nt im al ar ia yang potensial [28].
Dichroea febrifuga
12 ' ______
I K ; - VP»S ■ - . ;
I I
Azadirachta indica [ 3 0 ] .Selain itu juga telah diisolasi
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
senyawa nimbolid, suatu senyawa triterpen yang terdapat dalam daun dan biji Azadirachta indica var. siaminensis oleh Rochanankij dkk. Kedua senyawa tersebut mempunyai aktivitas antimalaria [31].
e. Senyawa Golo n g a n Kumarin Noster berhasil mengisolasi senyawa 4-fenil kumarin dari tanaman
Cautarea latifflora
dan
Exostema caribaeum
yang berkhasiat sebagai antimalaria. Khalid juga berhasil mengisolasi senyawa antimalaria yang lain yaitu 5 ,6 ,7-trimetoksi kumarin dari tanaman Diosma pilosa CI O, 11].
f. Senyawa G o l o n g a n Lignan Dari tanaman Haplophyllum tuberculatum berhasil diisolasi se nyawa justisidin, suatu arilnaftalen lignan yang berkhasiat sebagai antimalaria [11].
g. Senyawa Golo n g a n Flavon Kuersetin adalah suatu senyawa flavon yang diisolasi dari tanaman Diosma pilosa y ang dilaporkan juga bersifat sebagai antimalaria. Menurut Divo, kuersetin mempunyai efek antimitokondria pada Plasmodium [11].
h. Senyawa Derivat Antrasena Dari akar Psorospernum febrifugum berhasil diisolasi sat antimalaria antranoid, yaitu vismion D [32]. Selain senyawa-senyawa di atas ma si h ada senyawa lain yang berkhasiat sebagai antimalaria, m as al ny a kossipol dari
13 ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14 tanaman Thespesia populnea, ekhitamin dari tanaman
Alstonia scholaris dan ft c aesalpinin dari tanaman
Caesalpinia bonducella [9].Penelitian untuk meneari obat m al ari a dari tanaman yang lain masih terus di kem ba ng ka n karena masih ada tumbuhan lain yang dapat d ik at ak an mempunyai aktivitas menghambat pertumbuhan Plasmodium falciparum yang juga
Psidium guajava
terdapat di Indonesia, antara lain :
Lantana camara Nyctanthes
(jambu biji), ( t e m b e l e k a n ) ,
arbortristis Carica papaya <sri gading) dan L. [14,33].
3. Tinj a u a n Tentang Plasmodiun falciparum Welch.
3.1. Klasifikasi Plasmodium falciparum Welch. Phylum : Protozoa Sub Phylum : Plasmodroma Class Sporozoa Ordo Haemosporida D anilewsky F amily Plasmodiidae Mesnil Genus Plasmodium
Species : Plasmodium falciparum Welch. [34] Sino n i m [35, 36] :
Plasmodium tenue
Stephens
Laverania malariae
Grassi & Feletti
Laverania falciparum
Welch. -
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15 Plasmodium falciparum
3.2. Morfologi
Plasmodium falciparum merup ak an parasit penyebab
malaria tertiana maligna. Parasit ini di dalam da ra h manusia mempunyai 2 (dua) bentuk, yaitu bentuk cincin dan g a m e t o s i t . Bentuk ci n c i n :
Plasmodium
Bentuk cincin dari ini lebih kecil dari
Plasmodium vivax., fj
mempunyai d iam et er kurang lebih 1 , tipis dan j um la hn ya 2 - 6 . Bentuk ini mempunyai nucleus yang berbentuk batang atau terbagi menjadi 2 (dua) granul. Setelah 12 jam terserang, semua skizon akan menghilang dari peredaran darah tepi. Gametosit : Gametosit merupakan bentuk yang telah dewasa, be rb entuk seperti sosis dengan diameter
10 12 fj. Bentuk ini - terdapat da la m peredaran darah tepi. Ada 2 (dua) macam g ametosit yaitu makrogametosit dan m i k r o g a m e t o s i t . Makrogametosit bernoda biru, m e ng an du ng kumpulan nucleus dan granul. Mikrogametosit bernoda biru lemah atau kemerahan, mengandung banyak nucleus yang mengkilat dan granul haemosoin yang lebih kecil dan tersebar. Pada pemeriksaan darah tepi b aik hapusan maupun tetes tebal terutama dijumpai parasit muda b en tu k cincin (ring form). Pada sediaan darah tebal stadium tropozoit juga
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16 ber bentuk cincin, gametosit b er bentuk pisang, banyak sekali bentuk cincin dan balon merah di sisi luar gametosit. Pada sediaan darah tipis tropozoit muda berben tu k tanda seru atau koma dan cincin terbuka, gameto si t be rb entuk pisang dan terdapat bintik maurer pada sel d ar ah merah (gambar 1). Dengan pengecatan pewarna Giemsa, tampak inti berwarna merah, p la sm a berwarna biru, sel darah b er wa rn a merah muda dan pigmen berwarna kuning tengguli sampai hitam tengguli [34, 37]. Gambar 1 j Murfologi Plasmodium falciparum dengan perbesaran 1535 kali [37] K etera n g a n :
b. Psrtumbuhan s k i z o n d a l a m e r i t r o s i t dengan bintik mauref'8 c - f Pe r t u m b u h a n dan fase skizogonik g — h Bentuk rnerozoit i. Bentuk mctkrogametoeit j. Bentuk mikrogametosit