BAB 12 PENCITRAAN KOPERASI DAN UMKM Oleh: Hindun - Pencitraan koperasi dan UMKM

BAB 12 PENCITRAAN KOPERASI DAN UMKM Oleh: Hindun Pentingnya Peningkatan Sumber Daya Manusia Pengembangan kegiatan usaha koperasi tidak dapat dilepaskan dari citra koperasi di masyarakat . Pencitraan koperasi dan UMKM seyogyanya dimulai

  dengan perhatian serius terhadap kemampuan sumber daya manusia koperasi dan UMKM melalui pendidikan. Lembaga pendidikan yang kokoh dan tangguh akan meningkatkan kinerja koperasi dan UMKM yang senyatanya di masa depan. Untuk itu perhatian dan dukungan yang serius untuk tumbuhnya institusi pendidikan koperasi dan UMKM yang bermutu harus menjadi perhatian kita bersama dan menjadi anggota nasional.

  Terlepas dari motivasi awal yang muncul, secara kuantitas gerakan koperasi mengalami peningkatan pencitraan. Namun, secara kualitas masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan terkait dengan koperasi. Baik itu dari kualitas sumber daya manusianya, maupun kinerjanya koperasi itu sendiri.

  Sejak awal kelahirannya Koperasi diharapkan menjadi soko guru perekonomian Indonesia. Pola pengorganisasian dan pengelolaannya yang melibatkan partisipasi setiap anggota dan pembagian hasil usaha yang cukup adil menjadikan koperasi sebagai harapan pengembangan perekonomian Indonesia. Dukungan dari pemerintah dan berbagai lembaga lainnya membuat koperasi dapat tumbuh subur di tanah air. Akan tetapi perkembangan koperasi tidak senantiasa semulus apa yang diharapkan dan dibayangkan. Banyak permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam setiap perkembangannya, harapan menjadikan koperasi menjadi soko guru perekonomian Indonesia belum dapat diwujudkan. Meski banyak contoh Koperasi yang telah berhasil membuat sejahtera anggotanya tetapi masih banyak hal yang perlu dibenahi.

  Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional, masih memiliki prospek yang bagus terkait dengan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Pemberdayaan koperasi berarti membangun ekonomi kerakyatan, ekonomi jaringan yang menghubung- hubungkan sentra kemandirian usaha masyarakat kedalam system perekonomian secara makro, serta memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan ekonomi sehingga akan berdampak pada kesempatan kerja produktif, berkurangnya kemiskinan maupun tercapainya ekonomi yang baik. Tentunya persoalan ini bisa dimaksimalkan dalam upaya melakukan pembinaan untuk menciptakan proses kemandirian koperasi secara professional. Koperasi dalam mewujudkan kemandiriannya perlu ditopang oleh konsep-konsep penyelenggaraan usaha yakni, idealisme koperasi, orintasi pasar, volume penjualan dan koordinasi dan integrasi marketingnya.

  Sampai dengan saat ini pada usia ke 62, sejak tanggal 12 Juli ditetapkan sebagai Hari Koperasi melalui Kongres I di Tasikmalaya pada tahun 1949, gerakan koperasi Indonesia mengalami dinamika tersendiri. Berbagai macam sikap pesimis dan optimis terus saja bermunculan. Tentunya pengurus koperasi harus bersikap lebih professional. Para pengurus koperasi jangan hanya menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai jabatan sampingan yang tidak dikerjakan secara sungguh-sungguh.

  Sampai saat ini, tidak sedikit dari mereka yang jadi pengurus koperasi tak lebih hanya sebuah jabatan sampingan saja, sehigga kondisi ini menghambat laju kemandirian secara professional. Untuk memeprbaiki citra, koperasi harus kembali pada nilai-nilai gerakan koperasi, yaitu persoalan kejujuran, keadilan, tanggung jawab social dan menolong diri sendiri dengan membanun koperasi yang professional. Konsumerisme merupakan tantangan terbesar bagi runtuhnya prinsip- prinsip dan nilai-nilai yang dikandung dalam koperasi itu sendiri.

  Selain itu, perkembangan gerakan koperasi Indonesia sendiri mengalami pasang surut. Berangkat dari lembaga sosial masyarakat, koperasi berinteraksi dengan banyak lembaga yang ada di masyarakat Indonesia. Kondisi ini membawa konsekuensi bahwa beberapa aspek eksternal saling berkaitan dan saling mempengaruhi, seperti system perekonomian yang di anut, kebijakan pemerintah yang diambil pada periode yang bersangkutan, kondisi sumber daya ekonomi dan sumber daya alam serta sumber daya manusia, budaya, dan nilai-nilai social setempat.

  

Semangat Wirakoperasi/Wirausaha Untuk

Meningkatkan Citra Koperasi dan UMKM

  Susidarto dalam tulisannya ‘Wirakoperasi atau Wirausaha’ menyatakan bahwa salah satu penyebab utama rendahnya citra koperasi dan UMKM adalah kurangnya atau rendahnya spirit kewirakoperasian di kalangan pengurus dan pengelola koperasi. Harus diakui bahwa citra koperasi belum, atau sudah tidak, seperti yang diharapkan. Masyarakat umumnya memiliki kesan yang negatif terhadap koperasi. Koperasi banyak diasosiasikan dengan organisasi usaha yang penuh dengan ketidak-jelasan, tidak professional. Citra koperasi tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi hubungan koperasi dengan pelaku usaha lain, maupun perkembangan koperasi itu sendiri. Memperbaiki dan meningkatkan citra koperasi secara umum merupakan salah satu tantangan yang harus segera mendapat perhatian. Salah satunya, spirit yang harus digali dan dibumikan oleh segenap pelaku koperasi.

  Akhirnya, banyak kalangan yang menyarankan untuk memajukan gerakan koperasi dan UMKM di Indonesia, perlu dikembangkan spirit kewirausahaan didalamnya. Namun, yang kurang disadari ialah bahwa kewirausahaan yang dianjurkan banyak kalangan yang tidak sesuai dengan kebutuhan koperasi itu sendiri. Selanjutnya, kewirausahaan yang dianut ini bersumber pada konsep liberal yang memuja keuntungan dan uang yang sebesar-besarnya sebagai tujuan utama dan menganggap persaingan adalah jiwa dari setiap usaha, seringkali tanpa mempersoalkan cara dan etika didalamnya. Koperasi dan UMKM tidaklah memerlukan kewirausahaan seperti itu, karena jelas semangatnya tidak sesuai. Bagi koperasi dan UMKM, yang diperlukan adalah semangat kewirakoperasian dan kewirausahaan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan dan kesejahteraan bersama yang berasaskan pada kekeluargaan, kerja sama, dan kesetiakawanan. Atas dasar perbedaan pandangan hidup, keduanya memang berusaha mengembangkan kualitas pribadi pada seseorang apa yang dianggap terbaik dan unggul.

  Keduanya merupakan himpunan pribadi berkualitas, yang bertujuan mengembangkan dan memajukan usaha, berani menghadapi berbagai kesulitan atau hambatan dan mencari solusinya, selalu percaya dan berani hidup di atas kaki sendiri, bersedia mengambil resiko dan memikul tanggung jawab atas segenap tindakannya. Kendati demikian, ada perbedaan mendasar yang terkait dengan tujuan dan asas.

  Bersamaan dengan itu, kondisi lingkungan koperasi dan UMKM ikut menentukan perkembangan koperasi dan UMKM itu sendiri. Lingkungan yang tidak ramah, yang mengganggu, apalagi yang memusuhi akan sangat menghambat perkembangan koperasi. Dalam tingkat perkembangan seperti saat ini, koperasi dan umkm terlalu lemah untuk dapat mengatasi kesulitan lingkungan dengan kekuatan sendiri. Oleh karena itu, pemerintah harus banyak membantu perkembangan koperasi dan umkm, terlebih bagi koperasi dan UMKM yang baru saja tumbuh dan berdiri.

  Ada beberapa kasus-kasus saat keterlibatan pemerintah di beberapa tempat sedemikian jauhnya, hingga koperasi dapat dikatakan sudah menjadi alat pemerintah setempat. Campur tangan pemerintah yang terlalu jauh sering terjadi, dan hal itu jelas keliru dan perlu dikoreksi. Koperasi dan UMKM tetap harus tumbuh dan berkembang dari bawah ke atas bukan dari atas kebawah. Pemerintah memang dibutuhkan kehadirannya oleh masyarakat dalam mendorong dan memfasilitasi koperasi dan UMKM. Mazhab dan paradigma yang keliru selama ini harus segera diubah agar koperasi dan UMKM tetap berkembang secara mandiri.

  Ketergantungan dinamika koperasi dan UMKM di Indonesia, memang tak terlepas dari campur tangan pemerintah. Kita bisa melihat fenomena ini semasih berjayanya Koperasi Unit Desa (KUD) dan UMKM. Pemerintah saat itu, mendorong pertumbuhan koperasi dan UMKM. Singkatnya, KUD dan UMKM banyak dimanjakan dengan berbagai fasilitas dan bantuan. Namun sedikit saja, KUD dan UMKM desa yang mampu bertahan hingga saat ini.

  Ketika kejayaan KUD sirna, masyarakat berbondong-bondong banyak yang mengajukan pendirian koperasi, apalagi sewaktu ramai-ramainya bantuan kredit usaha tani (KUT). Lagi-lagi, sedikit saja koperasi berbasis KUT yang bertahan. Selebihnya entah kemana, tidak ada pengembalian. Bahkan di Kabupaten Pandegelang sudah ada yang dibubarkan, karena sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk berkembang.

  Dinamika gerakan koperasi Indonesia diakui atau tidak, lebih difokuskan untuk pembangunan pada sector marjinal, seperti sector pertanian dan sector informal yang masih bergerak dengan fasilitas yang sangat miskin teknologi dan informasi. Koperasi termasuk alat yang tepat untuk memberikan kesempatan kepada sector tradisional ini untuk berintegrasi dengan masyarakat modern. Karena pada hakikatnya koperasi adalah gerakan masyarakat, terdapat anggapan umum bahwa inisiatif tidak akan timbul jika tidak ada program khusus dari pemerintah. Karenanya, di kebanyakan Negara berkembang, peranan pemerintah tampak menonjol, yang mengakibatkan ketergantungan dan kegagalan koperasi untuk mandiri.

  Sebagai bagian dari system ekonomi, koperasi dan UMKM memerlukan kesempatan untuk bekerja sebagai suatu system dalam rangka gerakan untuk mandiri (otonom).

  Prinsip otonomi sebagai pengejawantahan dari sikap mandiri suatu koperasi dan UMKM, merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk perkembangn koperasi dan UMKM dikemudian hari. Secara tidak langsung otonomi merupakan hal yang mutlak diperlukan untuk menegakkan prinsip-prinsip koperasi dan UMKM.

  Krisis ekonomi yang berkepanjangan, secara langsung atau tidak langsung telah mempengaruhi struktur dan roda perputaran ekonomi nasional. Dapat dipastikan hampir semua sektor yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi terkena dampaknya, sehingga wajar kalau banyak pengusaha yang menutup usaha mereka. Namun sebaliknya, koperasi dan UMKM terbukti mampu untuk bertahan di tengah krisis ekonomi. “Prospek masa depan koperasi sebagai badan usaha yang diharapkan menjadi soko guru perekonomian” seperti amanat konstitusi Negara sangat ditentukan oleh mampu tidaknya kemandirian (otonom) dilaksanakan untuk menjawab tantangan dan ancaman. Persaingan yang semakin tajam dalam dunia usaha membuat koperasi dan UMKM yang tidak mandiri dihadapkan pada situasi sulit untuk berkembang. Sementara itu, untuk menyiapkan koperasi dan umkm menjadi mandiri, tidak saja diperlukan aspek ekonomi-sosial, namun lebih jauh dan dalam harus mengarah pada sisi operasional koperasi dan umkm itu sendiri. Dengan begitu, jelas bahwa perubahan mendasar dari sisi manajemen, khususnya antisipasi terhadap perubahan ekonomi global menuntut juga perubahan pada manajemen koperasi.

  Kunci utama mewujudkan kemandirian koperasi dan UMKM adalah goodwill pemimpin negeri ini yang mempunyai visi yang jkelas dalam menciptakan kemandirian koperasi dan UMKM. Perubahan mindset pencitraan koperasi dan UMKM yang masih buruk dan perwujudan koperasi yang mandiri dan professional sangat ditunggu oleh rakyat. Seiring dengan keinginan tersebut, gerakan koperasi Indonesia yang sudah 62 tahun, Asisten Deputi urusan Tata Laksana Koperasi dan UKM Bidang Kelembagaan Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Nur Ediningsih mengharapkan gerakan koperasi Indonesia tumbuh lebih baik. “Yang jelas melalui hari jadi koperasi yang ke-62 ini kita harapkan koperasi akan tumbuh lebih baik karena dari segi kualitas saat ini masih kurang baik, meskipun dari segi kuantitas sudah banyak masyarakat yang membentuk koperasi,” katanya. Menurut dia, masih banyak koperasi yang belum berperingkat baik dan belum berdisiplin khususnya dalam melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) sekali setahun. “Hanya 40% dari koperasi kita yang aktif saat ini,” katanya.

  Pada akhir 2008, tercatat sebanyak 155.000 koperasi ada di Indonesia, dengan demikian hanya 62.000 koperasi yang aktif. Oleh karena itu, peringatan hari Koperasi tahun 2009 pada dasarnya masih menyisakan banyak pekerjaan rumah termasuk Kemenkop untuk menyelesaikan target pemeringkatan koperasi. Dengan pemeringkatan koperasi kita akan tahu bagaimana sebetulnya kualitas koperasi kita. Terdeteksinya peringkat koperasi diharapkan dapat memenuhi harapan bersama yakni “Memantapkan Peran Gerakan Koperasi dalam Dinamika Perubahan Global.” Kita juga berharap peringatan Hari Koperasi dapat menjadikan gerakan koperasi sebagai organisasi masyarakat yang kokoh dan mandiri serta memenuhi fungsinya sebagai mitra pemerintah dalam membangun bangsa.

  Guna mendukung tumbuhnya citra koperasi dan UMKM sebagai bentuk kongkret demokrasi ekonomi, ada beberapa hal yang perlu dan harus dilakukan dalam format pembangunan ekonomi, antara lain: 1) Penghapusan praktik-praktik monopoli dan oligopoly yang merugikan masyarakat. Sampai saat ini masalah monopoli dan oligopoly ini belum ditangani dengan baik, sehingga iklim usaha secara umum belum mendukung pembangunan perekonomian yang tangguh.

  2) Upaya untuk membuat struktur ekonomi lebih seimbang dengan jumlah pengusaha menengah yang tangguh yang makin banyak jumlahnya. 3) Pemberdayaan ekonomi lemah, khususnya usaha berskala kecil dan koperasi. Termasuk dalam hal ini adalah upaya untuk meningkatkan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan antae berbagai skala usaha. 4) Peran pemerintah seyogyanya diarahkan pada upaya pembinaan lembaga pencetak kader sumber daya manusia koperasi, bukan pada praktik usaha koperasi.

  Karena hal yang terakhir akan lebih banyak menciptakan ketergantungan permanen, sedangkan yang pertama akan menjamin kesinambungan pembangunan koperasi sebagai wujud demokrasi ekonomi. 5) Pemberdayaan institusi microfinance sebagai upaya memberdayakan koperasi dan UMKM.

  Maksud pencitraan adalah untuk member image kepada masyarakat bahwa ada gerakan koperasi nasional melalui berbagai kegiatan, seperti diskusi-diskusi terkait dengan perkoperasian, dan salah satu cara meningkatkan citra koperasi adalah pemberian penghargaan bagi koperasi terbaik dan berprestasi merupakan upaya yang dilakukan Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) RI untuk meningkatkan citra koperasi di Indonesia. Berbeda dengan koperasi di Negara-negara maju seperti Swedia yang telah menjdi tuan rumah di Negara sendiri, koperasi di Indonesia masih memerlukan banyak upaya untuk memperkuat unsur-unsur kelembagaannya.

  Standar penilaian yang ditetapkan kepada koperasi-koperasi terbaik yang menerima penghargaan sangat ditekankan pada penerapan prinsip-prinsip dasar koperasi. Selain bertujuan untuk memperkuat unsur kelembagaan, penetapan koperasi terbaik dan pemberian penghargaan kepada koperasi juga bertujuan untuk meningkatkan daya saing koperasi dalam perekonomian.

  Pentingnya pencitraan koperasi dan UMKM memang harus diperhatikan karena pencitraan koperasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberi image kepada masyarakat bahwa ada gerakan koperasi nasional melalui berbagai kegiatan, seperti diskusi- diskusi atau seminar terkait dengan perkoperasian. Upaya dalam meningkatkan citra koperasi dan UMKM terus menerus perlu dilakukan untuk menumbuh- kembangkan kesadaran akan makna penting kehidupan koperasi dan UMKM dalam masyarakat luas. Citranya bisa terdongkrak melalui penyertaannya dalam kurikulum pendidikan nasional secara mandiri.

  Menegakkan Citra Koperasi

  Untuk menegakkan citra koperasi dapat dilakukan dengan cara memberikan bimbingan teknis pengawasan koperasi kepada pengawas koperasi. Misalnya di bandung, Sebanyak 80 pengawas koperasi Bandung, mengikuti bimbingan teknis tentang pengawasan koperasi yang diadakan Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung di Hotel Narapati Bandung. Kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai tugas dan tanggung jawab pengawas, organisasi, serta manajemen dan akuntansi dan wawasan pengawasan internal. Peran pengawasan ini salah satu instrumen untuk menegakkan citra koperasi, sebagai koperasi yang terpercaya dengan fokus utama membangun kinerja koperasi yang terstandar.

  Koperasi sebagai sistem ekonomi memiliki tiga karakter utama, yakni pengelolaan yang demokratis, memelihara mental kerjasama, dan tanggung jawab sosial yang secara keseluruhan bermuara kepada demokrasi ekonomi. Pada posisi seperti ini koperasi tidak hanya menekankan kolektivitas dalam meraih pendapatan ekonomi, tetapi juga keuntungan sosial dan kultural, dengan fokus utama peningkatan kesejahteraan secara berkeadilan.

  Dengan adanya bimbingan pengawasan ini, selain menjalankan fungsi kontrol, seorang pengawas juga harus dapat memberikan saran untuk perbaikan dan analisa hasil pemeriksaan baik secara lisan maupun laporan secara tertulis. Dan juga peran koperasi akan meningkatkan kemampuan berkompetisi dengan badan usaha lain, sekaligus menjadi salah satu pilar yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

  

  Beberapa waktu lalu (oktober 2011) Kementerian Koperasi dan UKM menyosialisasikan perlunya memunculkan koperasi etalase, sebagai upaya meningkatkan citra lembaga perkoperasian di setiap wilayah kabupaten/kota. Yang dimaksudkan koperasi etalase adalah kegiatannya memiliki keunikan, inovatif dan kreatif, memiliki usaha spesifik berbasis keunggulan sumber daya lokal, manajemennya mampu menunjukkan keunggulan kompetitif.

  Kriteria penilaiannya tidak harus didasarkan atas keunggulan dari aspek besarnya sisa hasil usaha (SHU), kepemilikan modal sendiri, jumlah anggota dan lainnya lagi. Jadi, bisa saja koperasinya tidak besar, tetapi dapat memberdayakan koperasi tersebut menjadi tangguh dan mandiri.

  Sasaran dari penemuan koperasi etalase adalah agar koperasi semacam itu dapat menjadi lokomotif bagi kemajuan bisnis koperasi dan UMKM setempat, terutama dikaitkan dengan produk-produk industri kreatif. Koperasi demikian dapat berupa koperasi serba usaha, koperasi agrobisnis, koperasi wanita, koperasi unit desa maupun koperasi karyawan. Keunikan usaha maupun keunggulan yang dimilikinya dinilai layak ditunjukkan kepada masyarakat luas.

  Maka, tidak diragukan, Jawa Timur berpotensi menghadirkan sejumlah koperasi etalase, mengingat di provinsi itu terdapat 22.000 unit koperasi yang bergerak di berbagai kegiatan usaha. Setiap koperasi itu tentu memiliki keunikan masing-masing sesuai jenis kegiatan usaha yang dilakukannya. Sebagai contoh, beberapa KUD di Jatim cukup kompetitif melalui kegiatan di bidang persusuan dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal. Sejumlah koperasi wanita sangat eksis di bidang simpan pinjam dengan menerapkan sistem tanggung renteng, sehingga kerapkali sistem tersebut dipelajari pelaku koperasi dari luar Jawa. Ada pula koperasi karyawan yang mengelola rumah sakit yang representatif.

  Untuk menjabarkan pentingnya menemukan koperasi etalase di setiap kabupaten/kota, pihak Kementerian KUKM telah mengadakan rapat koordinasi di Surabaya diikuti Dinas Koperasi & UMKM Jatim serta dinas yang membidangi koperasi dan UKM dari 20 kabupaten/kota di Jatim.

  Asisten Deputi Urusan Pengembangan Sistem Bisnis Deputi Bidang Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM, Endah Srinani, mengatakan koperasi etalase merupakan koperasi yang terpilih berdasarkan persyaratan tertentu, dimana harus memiliki kelebihan/keistimewaan dalam bentuk keunikan, kekhasan, keunggulan, kepatutan yang dapat dipakai sebagai contoh.

  Sebagai ‘etalase’, maka koperasi tersebut harus layak dipamerkan, sebagai upaya membangun citra koperasi. Selain itu, koperasi bersangkutan pun bisa memperkenalkan diri atau mempromosikan produk, kegiatan atau kelembagaannya.

  Menurut Endah, jumlah koperasi secara nasional pada tahun 2011 mencapai 175.102 unit, diantaranya 71% aktif dan 29% tidak aktif. Masih banyak koperasi aktif, tetapi citra koperasi terkesan surut, sehingga perlu diperbaiki dengan meningkatkan kinerjanya antara lain melalui penetapan ikon koperasi di setiap daerah guna menstimulasi koperasi lainnya.

  “Terdapatnya koperasi unggulan di suatu kabupaten/kota juga merupakan penilaian keberhasilan capaian kinerja kepala dinas yang membidangi koperasi dan UKM,” tuturnya dalam rakor pengembangan koperasi etalasi di Hotel Inna Simpan, Surabaya, pada 16 Oktober lalu. Rakor dimaksudkan mencari masukan tentang pengembangan koperasi etalase melipti persamaan persepsi tentang definisi, kriteria, keunikan dan keunggulan lokal. Koperasi etalase bisa muncul berdasarkan ciri fisik, jenis koperasi, skala usaha ataupun komoditas. Untuk itu, penemuannya membutuhkan kecermatan dalam proses, seleksi agar diperoleh koperasi yang benar-benar memiliki keistimewaan.

  Dengan ditemukannya koperasi etalase, maka ada wahana bagi instansi pemerintah daerah guna menginformasikan keberhasilan program pembinaannya kepada koperasi. Di lain pihak, melalui predikat sebagai ‘etalase’, koperasi bersangkutan bisa memperkenalkan diri atau mempromosikan produk, kegiatan maupun kelembagaannya.

  Daftar Bacaan

  

  

  http://www.pelitaonline.com/read-cetak/4719/tegakkan- citra-koperasi/ Ismail, Iriani. 2011. Koperasi dan Usaha-Mikro-Kecil-

  Menengah. Malang: Lembaga Penertiban fakultas

  Pertanian Universitas Brawijaya Malang Nama : Hindun NRP : 100231100077 TTL : Bangkalan, 26 September 1990 Motto : “Kebiasaan belum tentu kebaikan, tapi kebaikan harus dibiasakan”

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

HUBUNGAN ANTARA STRES DAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

11 143 2