BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Grebeg Sudiro sebagai Media Komunikasi Harmonisasi Sosial oleh Masyarakat Jawa dan Keturunan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah

BAB IV DESKRIPSI OBYEK STUDI

  4.1 Gambaran umum Kampung Sudiroprajan

  Sudiroprajan adalah sebuah kampung yang meleburkan dua budaya dari dua etnis, yaitu Jawa dan Tionghoa yang menjadi satu dengan harmonisnya. Kampung yang dikenal dengan sebutan kampung Balong ini termasuk kawasan pusat perdagangan tetapi dilihat dari perkembangan sampai sekarang kampung Balong tetap menjadi Kampung Pecinan yang hanya di tempati orang-orang Tionghoa yang ekonominya menengah kebawah, mungkin dengan tingkat ekonomi menengah kebawah inilah yang menjadikan komunikasi sosial dengan masyarakat Jawa di sekitarnya berlangsung akrab, dan banyak sekali perkawinan campur yang terjadi antara masyarakat Jawa dan etnis keturunan Tionghoa.

  Gambar 1 Peta Kampung Sudiroprajan

  Sumber: wikimedia. Diunduh 27 November 2017 pukul 11:42 AM Menurut Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg Sudiro,

  “Acara Grebeg Sudiro adalah sebuah acara yang diadakan dengan tujuan untuk

mempersatukan budaya, maksudnya adalah untuk mempererat persaudaraan antara

1 etnis Jawa dan keturunan Tionghoa supaya lebih terjalin kerukunan .

  

  Sebenarnya acara Grebeg Sudiro berbeda dengan acara Imlek tetapi kebanyakan orang mengira acara Grebeg Sudiro adalah acara yang memperingati Hari Raya Imlek. Acara Grebeg Sudiro sendiri memang secara tidak sengaja diadakan pada waktu mendekati acara Imlek pada bulan Februari. Acara Grebeg Sudiro sendiri sebenarnya berbeda dengan Acara Imlek, perbedaan dari kedua acara tersebut terlihat dari tujuan acara sampai panitia penyelenggara juga sudah berbeda.

  Acara Grebeg Sudiro ini sudah terlaksana secara rutin sejak tahun 2008, dan dengan diadakannya acara Grebeg Sudiro ini menjadi bukti bahwa kerukunan yang terjalin di kampung Balong yang sudah terjadi sejak dulu hingga sekarang. Acara

  

Grebeg Sudiro inipun dijadikan sebagai acara tahunan di Kota Solo, hal ini terjadi atas

usulan Dinas Pariwisata Kota Solo.

4.2 Aspek Geografi dan Demografi

4.2.1 Kondisi Geografi

  Secara astronomis Kota Surakarta terletak antara 110º 45’ 15” dan 110º 45’ 35“ Bujur Timur dan antara 7º 36’ dan 7º 56’ Lintang Selatan. Adapun dari sisi ketinggian wilayah, Kota Surakarta termasuk kawasan dataran rendah. Ketinggiannya hanya sekitar 92 meter dari permukaan laut, sedangkan kemiringan lahan di Kota Surakarta berkisar antara 0-15%. Kota Surakarta rata-rata memiliki suhu udara antara 25,8°C sampai dengan 28,3°C pada tahun 2012. Adapun kelembaban udaranya antara 66% sampai dengan 88%. Pemanfaatan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65% dari total luas lahan, sedangkan sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian dan fasilitas umum.

  Secara Geografi, Kampung Sudirorajan terletak di dekat kota Surakarta. Menurut Rusbandinah salah satu pengurus Kelurahan “Salah satu komponen penting di Kampung Sudiroprajan adalah Pasar Gedhe.

  

Adanya Pasar Gedhe ini mengakibatkan Kampung Sudiroprajan kental dengan nuansa

2 perdagangan dan jasa .

  

  Dari segi kependudukan, Kelurahan Sudiroprajan dihuni oleh masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa. Masayarakat Jawa dan keturunan Tionghoa telah sejak lama berbaur dan berosisalisasi dengan baik sampai sekarang. Masyrakat yang bersinergis memunculkan budaya yang khas termasuk dalam hal kuliner.

4.2.2 Kondisi Demografi

  Kota Surakarta dengan luas wilayah 44,04 memiliki jumlah penduduk sebanyak 490.214 jiwa yang tersebar ke 5 wilayah kecamatan. Dalam tingkat pendidikan antara lain TK, SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Secara agama sudah bercampur antara lain Kristen, Katholik, Buddha, Hindu, Islam, dan Khong Hu Cu. Etnis hanya dua saja antara lain masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa. Jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan mulai dari usia dini hingga dewasa. Mata pencaharian bervariatif antara lain wiraswasta, professional, dan lain-lain. Secara kepadatan rata-rata adalah 12.594 jiwa/km2.Wilayah dengan penduduk terpadat adalah Kecamatan Serengan dengan kepadatan 19.394 jiwa/km2. Sedangkan wilayah dengan kepadatan terendah adalah kecamatan Jebres yaitu 10.127 jiwa/km2. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut:

  

Gambar 2

Tabel Kampung Sudiroprajan secara Demografi

Sumber: kota.surakarta. Diunduh 27 November 2017 pukul 12.50 PM

  “Luas wilayah Kampung Sudiroprajan sebesar 23 Ha. Dengan luas tersebut terbagi menjadi 9 RW dan 35 RT dengan 7 bagian kampung kota yang khas ”, Rusbandinah salah satu pengurus Kelurahan. Kampung Sudiroprajan didominiasi oleh sector perdagangan dan jasa baik formal maupun informal. Letak Kampung Sudiroprajan sangat strategis karena dekat dengan beberapa objek penting di Kota Surakarta.

  4.3 Struktur Organisasi Kampung Sudiroprajan

  Struktur Organisasi Kampung Sudiroprajan adalah satu sistem dalam kelembagaan dalam pengaturan tugas dan fungsi serta hubungan kerja. Berikut table sturktur organisasi di Kampung Sudiroprajan:

  

Gambar 3

Struktur Organisasi Kampung Sudiroprajan

  Sumber: kota.surakarta. Diunduh 27 November 2017 pukul 1:55 PM

  4.4 Sejarah Grebeg Sudiro Grebeg Sudiro merupakan sebuah tradisi baru yang menunjukkan potret diciptakan pada tahun 2007 oleh warga Sudiroprajan yaitu Wiharto ketua Kompak (Komunitas Perdagangan Masyarakat Pasar Gedhe), Henry (Ketua Klenteng), Sigit (Kelurahan), Jawul, Haryanto Ko Hok Sing, dan Sarjono Lelono Putro yang kemudian mendapat persetujuan dari Kepala Kelurahan Sudiroprajan beserta jajaran aparatnya, para budayawan, dan tokoh masyarakat serta LSM (Lembaga Sosial Masyarakat) di Kelurahan Sudiroprajan yang sungguh-sungguh pantas mendapat apresiasi karena peran pihak- pihak yang terlibat telah secara aktif mendorong terlaksananya “event

  budaya

  ” atau kegiatan budaya baru yang sungguh-sungguh indah dan membangunkan rasa persatuan.

  Grebeg Sudiro berasal dari kata Jawa, gumrebeg yang artinya riuh atau keramain

  yang juga dimaknai sebagai iring-iringan atau perayaan. Sedangkan Sudira, merupakan nama kampung tersebut. Sehingga

  “Grebeg Sudiro merupakan keinginan bersama-sama untuk mencapai satu tujuan 3

dan menyampaikan pesan yaitu kebhinekaan , ujar Jawul masyarakat Jawa salah satu

pendiri Grebeg Sudiro.

  sudah berlangsung sampai saat ini dari tahun 2007 memiliki

  Grebeg Sudiro tema-tema yang berbeda tetapi tetap mempunyai konsep yang sama yaitu kebhinekaan.

  Awal mulanya Grebeg Sudiro adalah sebuah event kampung, yang dirayakan dari kampung ke kampung. Namun karena yang diperkenalkan budaya yang unik antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa ternyata berhasil menyedot perhatian dari Pemerintah Kota Solo dan mendapat sambutan positif dari Pemkot Solo.

  “Terbukti dengan Pemkot Solo langsung mendaulat Grebeg Sudiro sebagai acara

agenda tahunan yang terjadwal di kalender event Dinas Kepariwisataan Kota

4 Surakarta , ujar Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg

  Sudiro.

3 Wawancara dengan Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus

  2017 pukul 2:54 PM

  Dengan adanya Grebeg Sudiro diharapkan masyarakat luas tidak takut untuk masuk di kampung ini dan mengetahui keberadaan kelurahan Sudiroprajan. Salah satunya juga menumbuhkan jiwa kreativitas dan inisiatif para warga Sudiroprajan dalam menarik perhatian masyarakat luas dengan membuat kerajinan khas asal Cina yaitu pernak-pernik seperti lampion, jodang, serta makanan khas Tionghoa salah satunya yaitu kue keranjang.

  “Kreativitas dan inisiatif yang ditumbuhkan ternyata berhasil merebut perhatian

masyarakat luas yang akhirnya menunjang dan meningkatkan perekonomian warga

5 Sudiroprajan , ungkap Donny Mahesa Widjaja keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro.

  Terbentuknya Grebeg Sudiro tidak terlepas pula dari pro dan kontra dalam perbedaan visi dan misi.

  “Pro dan kontra itu wajar, namanya manusia memilih ideologi, cara berpikir dan 6

sudut pandang yang berbeda- , ujar Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah

beda” satu pendiri Grebeg Sudiro.

  Perbedaan pro kontra tidak menimbulkan masalah, kenyataan tercapai kesepakatan yang sama-sama ingin menumbuhkan kerukunan dan kebersamaan antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa. Hal ini terlihat dari pelaksanaan Grebeg

  

Sudiro dari 2007 hingga sekarang 2017, kerukunan dan keharmonisan antar masyarakat

Jawa dengan keturunan Tionghoa terlihat begitu jelas bersatu dalam perbedaan.

4.5 Makna Grebeg Sudiro

  Event Grebeg Sudiro sendiri memiliki makna tersendiri. Grebeg Sudiro untuk

  menunjukkan rasa kebhinekaan dengan bersama-sama untuk mencapai kerukunan tanpa memandang ras, suku , dan agama.

  “Untuk mencapai kebhinekaan tersebut, harus memulai dari pesan yang harus

bisa disampaikan ke masyarakat, salah satunya menggunakan simbolisasi, makanya

5

setiap dilaksanakkan Grebeg Sudiro ada gunungan kue ranjang, di mana ingin

  

Wawancara dengan Donny Mahesa Widjaja keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro tanggal 22

Agustus 2017

  

menunjukkan perpaduan, berdasarkan filosofi yang ada bahwa gunungan berasal dari

7

masyarakat Jawa sedangkan kue ranjang berasal dari keturunan Tionghoa , ungkap

Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro.

  Grebeg Sudiro sendiri juga menjadi suatu langkah atau terobosan terbaru, karena

  dengan adanya Grebeg Sudiro bisa menunjukkan eksistensi, berupa ajang kreatifitas, salah satunya yaitu jodang, di mana semua individu di kampung Sudiroprajan akan berlomba-lomba supaya jodang tersebut dipamerkan pada saat puncak event tersebut.

  “Selain itu juga merupakan giat budaya, di mana event menyatukan perbedaan-

perbedaaan yang ada di masyarakat suatu adanya keselarasan , dan memiliki dampak

8

ke positif salah satunya kerukunan , ungkap Debora Septina keturunan Tionghoa panitia

   Grebeg Sudiro.

  Kunci kerukunan masyarakat Sudiroprajan adalah saling menerima dan saling menjaga. Ketika ada masalah, masyrakat Sudiroprajan memilih untuk menyelesaikan secara langsung dengan terbuka dan kekeluargaan.

  Hal ini sesuai dengan visi yang dituju oleh masyarakat Sudiroprajan, bahwa yang ingin dicapai melalui Grebeg Sudiro yaitu supaya melalui Grebeg Sudiro ini bisa menyebar ke seluruh Surakarta dan bisa menjadi percontohan di Kota Surakarta sebagai festival pembauran. Sedangkan misi yang diemban oleh Grebeg Sudiro adalah masyarakat Sudiroprajan masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa itu benar-benar bisa bersatu. Keturunan Tionghoa bisa menerima masyarakat Jawa, masyarakat Jawa juga bisa menerima keturunan Tionghoa.

4.6 Tujuan Pelaksanaan Grebeg Sudiro

  Setiap penyelenggaraan event selalu memiliki tujuan tertentu, demikian juga terhadap pelaksanaan event Grebeg Sudiro di Sudiroprajan. Tujuan dari pelaksanaan 7 Grebeg Sudiro di Sudiroprajan dapat ditinjau dari dua sudut pandang, antara lain:

  Wawancara dengan Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 2:54 PM a.

  Lahiriah

  Grebeg Sudiro diadakan tiap tahun yang memiliki konsep yang sama tetapi

  temanya selalu berbeda-beda. Agenda ini merupakan kegiatan ritual dan budaya dan

  

event kirab gunungan. Sebelum pelaksanaan puncak acara Grebeg Sudiro pastinya

  dilaksanakan kegiatan pra event yang disebut dengan kegiatan sedekah bumi. Dalam sedekah bumi sebenarnya ingin menunjukkan kearifan lokal yang ada di Sudiroprajan. Tujuan dari sedekah bumi meliputi dua yaitu sebagai keselamatan bangsa dan bagian dari filosofi Indonesia, di mana setiap adanya kegiatan hajatan rumah-rumah bersihkan baik dalam maupun luar dikarenakan malamnya akan dilewati kirap.

  “ Kirap sendiri merupakan bagian dari leluhur yang memaknai “ngabeki karo ibu 9

pertiwi menunjukkan sebagai wujud syukur karena sudah memberikan sedekah ,

ungkap Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro.

  Pra event sedekah bumi sudah menjadi satu paket dalam rangkaian acara

Grebeg Sudiro . Pra event sedekah bumi bertujuan untuk menunjukkan memperingati

  dan mengenang Sunan Paku Buwono II yang saat itu tengah melewati sebuah jembatan di atas sungai kecil di Kampung Mijen. Padaa saat melewati jembatan tersebut, tutup teko Sunan Paku Buwono II terjatuh dengan tidak sengaja, kemudian dicari-cari ternyata tidak ditermukan.

  “Berawal dari sebuah kejadian itu di atas sungai kecil, tempat itu kemudian oleh

Sunan Pakubuwono II diberi nama jembatan “Bok Teko” yang lambat laun menjadi ikon

10 dari kampung Sudiroprajan

  , ungkap Dwi Gendro Suwistino masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro.

  Banyak orang berdoa di tempat itu karena tutup teko dari Sunan Pakubuwono

  II yang dulu terjatuh tidak ditemukan, ternyata setelah dicari-cari yang keluar adalah seekor ular.

  “Hal ini diyakini oleh penduduk setempat, setiap keluarnya ular tersebut dari 9

jembatan di atas sungai kecil itu sebagai pertanda akan terjadi suatu bencana atau

Wawancara dengan Jawul masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 3:44 PM

  11

musibah , ungkap Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg

Sudiro.

  b.

  Batiniah Dalam hidup bermasyarakat, nilai sosial akan tercemin apabila hubungan antara dua atau lebih warga masyarakat mempunyai kepentingan yang sama dalam suatu usaha untuk mewujudukan tujuan yang sama pula. Dengan demikian kepentingan dan tujuan yang sama tersebut merupakan suatu gejala tertentu yang memiliki nilai sosial.

  Sehubungan dengan hal itu, maka dapat dikemukakan bahwa pelaksanaan upacara tradisi Grebeg Sudiro di Sudiroprajan merupakan kepentingan bersama antara anggota masyarakat penyelenggara.

  “Grebeg Sudiro secara batiniah difungsikan sebagai sarana perekat kerukunan 12

antar etnis, pluralisme, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan ,ungkap Jawul

masyarakat Jawa salah satu pendiri Grebeg Sudiro.

  Makna lain dari upacara tradisi Grebeg Sudiro adalah media integrasi dan memperlihatkan kebhinekaan etnis. Kampung Sudiroprajan dikenal sebagai kampung pecinan, tetapi di kawasan itu tinggal suku masyarakat Jawa yang akhirnya bercampur jadi satu dan membaur dalam seni dan budayanya. Pembauran antara masyarakat Jawa dengan keturunan Tionghoa di Sudiroprajan kemudian dikenal dengan istilah “kue

  ampyang

  ” yang muncul akibat proses perkawinan antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa. Ampyang yang terbuat dari kacang dan gula jawa merupakan bahan makanan ringan yang menonjolkan ciri khas dari masing-masing etnis yaitu kacang berasal dari Tionghoa sedangkan gula Jawa berasal Jawa.

4.7 Interaksi antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa

  Grebeg Sudiro adalah hasil cipta, rasa, dan karsa dari masyarakat Sudiroprajan

  yang kini mnejadi sebuah budaya baru di Kota Solo. Grebeg Sudiro sendiri merupakan 11 suatu produk budaya. Pembauran masyarakat Sudiroprajan menyebabkan adanya

  

Wawancara dengan Haryanto Ko Hok Sing keturunan Tionghoa salah satu pendiri Grebeg Sudiro tanggal 22 Agustus 2017 pukul 4:25 PM pembelajaran budaya dari masyarakat Jawa terhadap keturunan Tionghoa begitu pula sebaliknya. Dari pembauran tersebut dimulai dari komunikasi atau interaksi satu sama lain yang ada di Sudiroprajan.

  “Dari interaksi sendiri banyak pengalaman yang diperoleh, salah satunya secara

manajemen keuangan bahwa kita harus belajar, selain itu dari interaksi sendiri

munculah rasa persatuan dalam kebhinekaan, dan hal ini bisa memberikan contoh

kepada generasi selanjutnya bahwa dalam sebuah interaksi kita tidak memandang

13 , ungkap Didik masyarakat Jawa panitia Grebeg Sudiro. dalam ras, suku ataupun agama”

  Proses komunikasi yang berjalan dalam Grebeg Sudiro yaitu masyarakat Sudiroprajan, yaitu masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa saling berkomunikasi atau berinteraksi melalui media yaitu Grebeg Sudiro sehingga media penyampaian pesan tersebut menghasilkan kerukunan/kerharmonisan, yang berterapan dari kebhinekaan di Sudiroprajan. Grebeg Sudiro sebagai penggerak dalam kebudayaan, dalam interaksi sosial dapat membangun lebih komunikasi dari pra event sampai puncaknya event, sehingga mengenal budaya satu sama lain, juga subjektif orang juga dan memberikan feed back. Grebeg Sudiro mampu dijadikan tempat pembelajaran komunikasi atau interaksi antarsatu lain (masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa).

  Interaksi semakin membaik, karena tujuan utama yaitu ingin menginformasikan sebuah pesan ke kampung Sudiroprajan dan kota Solo, yaitu keharmonisan sosial. Sehingga Grebeg Sudiro bisa dijadikan percontohan untuk Kota Surakarta, bahkan kota lain, harapan yaitu mampu menjadi contoh bagi daerah lain ntuk bisa mengembangkan kebudayaan masing-masing daerah, bahkan bisa meniru persatuan antaretnis yang terjadi di Sudiroprajan hingga tercipta persatuan di kota Solo.

4.8 Kebudayaan Grebeg Sudiro di Kampung Sudiroprajan

  Budaya Grebeg Sudiro menyimpan potensi sebagai daya tarik wisata unggulan di Solo, Jawa Tengah. Grebeg Sudiro memiliki potensi menjadi daya tarik wisata unggulan di Solo. Pasalnya, kegiatan budaya ini memiliki makna yang kuat, yakni menjaga dan memperkuat pluralisme serta wujud akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa. Grebeg Sudiro juga melibatkan berbagai komponen masyarakat lintas agama, etnis, dan budaya.

  Biasanya dalam perayaan Grebeg Sudiro ialah saat perebutan hasil bumi, makanan yang disusun membentuk gunung. Tradisi rebutan didasari oleh falsafah Jawa ora babah ora mamah yang artinya, jika tidak berusaha tidak makan. Sedangkan, bentuk gunung memiliki maksud dari masyarakat jawa atas rasa syukur pada sang pencipta. Dalam Grebeg Sudiro gunungan disusun dari ribuan kue keranjang, kue khas orang tionghoa saat menyambut imlek. Gunungan ini diarak disekitar kawasan Sudiroprajan, diikuti pawai dari kesenian Tionghoa dan Jawa.

  “Dari kesenian barongsai, liong, wushu, kirab 14 jodang (kotak untuk menyimpan

penganan), gunungan yang berisi kue keranjang, bakpao, onde,onde, atraksi reog

ponorogo, tarian tradisional, pakaian tradisional, adat keraton sampai kesenian

14

kontemporer akan digelar di sepanjang jalan kawasan Sudiroprajan , ungkap Debora

   Septiana keturunan Tionghoa panitia Grebeg Sudiro.

  Segi pemain dalam kesenian juga sudah terjadi pluralisme antara masyarakat Jawa dan keturunan Tionghoa, dalam kesenian Barongsai yang memainkan orang masyarakat Jawa padahal kesenian tersebut merupakan keturunan Tionghoa, dan begitu sebaliknya.

Dokumen yang terkait

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran Dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Think Pair and Share Berbantu Media Video pada Siswa Kelas 5 Sem

0 0 61

Peran Keluarga Dalam Merawat Anak Yang Menderita Penyakit TB Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Getasan Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Keluarga dalam Merawat Anak yang Menderita Penyakit TB Paru di Wilayah K

1 4 32

BAB 1 PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1. Pengertian Hasil belajar - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii

0 0 13

BAB III METODE PENELITIAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Ajaran 2014/201

0 0 12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Aj

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Make A Match terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negri Kesongoii Kec.Tuntang Kab.Semarang Tahun Ajaran 2014/2015

0 0 41

Well-Being ; Sosiodemografi di Getasan Tugas Akhir - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Well-Being ; Sosiodemografi di Getasan

0 0 44

BAB 1 PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Grebeg Sudiro sebagai Media Komunikasi Harmonisasi Sosial oleh Masyarakat Jawa dan Keturunan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah

0 0 10

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Grebeg Sudiro sebagai Media Komunikasi Harmonisasi Sosial oleh Masyarakat Jawa dan Keturunan Tionghoa di Kampung Sudiroprajan, Solo, Jawa Tengah

0 0 17