Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu 2010 - 2030
1.1 LATAR BELAKANG
RTRW Kota Batu merupakan salah satu u dokumen pembangunan yang strategis karena dokumen tersebut menjadi acuan bagi setiap gerak ak dan langkah pembangunan, baik yang dilakukan
oleh pemerintah, pelaku usaha maupun masyarakat kat Kota Batu. Dinamika perkembangan wilayah Kota Batu tu saat ini lebih mengarah pada perkembangan Kota
Batu ke depan sebagai sentra pertanian, sentra ra wisata dengan ikon Kota Batu sebagai “Kota
Wisata”. Kebutuhan akan ruang di wilayah Kota a Batu untuk mendukung program pembangunan yakni pengembangan perdagangan hasil pertanian n dan penguatan industri pertanian (agro-industry),
penambahan ragam obyek dan atraksi wisata d dengan didukung sarana, prasarana dan unsur
penunjang wisata, serta meningkatkan kapabilitas itas SDM Kota Batu melalui jalur pendidikan dan membentuk sekolah unggulan bertaraf nasional b l bahkan internasional. Pengembangan Kota Batu
pada sektor pertanian, wisata dan pendidikan diar iarahkan khususnya yang sesuai karakteristik Kota
Batu dalam bidang ilmu pengembangan pertanian ian, pariwisata dan kerajinan, sehingga menuntut paradigma baru dalam membuat arahan penataan r n ruang sebagai panduan pembangunan Kota Batu.
Perubahan kualitas lingkungan khususnya d degradasi kawasan yang telah ditetapkan sebagai
kawasan lindung di Kota Batu, juga mendorong unt ntuk segera melakukan reorientasi dalam membuat arahan rencana tata ruang. Sebagian kawasan lind lindung yang dimaksud saat ini telah beralih fungsi
dan sebagian lagi mengalami kerusakan yang men engkawatirkan. Kerusakan kawasan lindung secara
umum mengakibatkan dampak lingkungan serius s di beberapa bagian wilayah Kota Batu, bahkan berdampak ke wilayah diluar wilayah Kota Batu. . Kondisi tersebut tidak sesuai dengan paradigma
pembangunan yang berkelanjutan.
Dasar dan pertimbangan lain perlunya evaluasi dan revisi terhadap produk Rencana Tata
1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RTRW KOTA BATU
Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2003-2013 yang telah ada sebelumnyameliputi faktor eksternal dan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Batu mengacu pada peraturan dan faktor internal, yakni :
kebijaksanaan, antara lain :
1. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Adanya Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, didalam pasal-pasal
A. Faktor Eksternal
Pokok);
2. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran undang-undang tersebut memuat aturan-aturan yang tegas dan lebih ketat, sehingga
Negara Republik I ndonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik diperlukan produk perencanaan tata ruang yang lebih aplikatif sesuai dengan ketentuan yang
I ndonesia Nomor 3274);
3. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik
telah ditetapkan.
Adanya Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata
I ndonesia Nomor 3317);
Ruang Wilayah Nasional, sehingga Keberadaan Kota Batu merupakan wilayah kotaperlu
4. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1990 Nomor 49,
disesuaikan peranannya sebagai PKN, PKW dan PKL
Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 3419);
Adanya Peraturan Daerah Propinsi Nomor 2 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
5. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman Propinsi Jawa Timur, sehingga keberadaan RTRW Kota Batu perlu adanya penyesuaian.
(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik I ndonesia Nomor 3469);
Perencanaan tata ruang Kota Batu di harapkan dapat memecahkan permasalahan isu global,
6. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya nasional dan regional, seperti; I su Lingkungan (Global Warming), I su Krisis Ekonomi Global, I su
(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Pengangguran dan Pengentasan Kemiskinan, I su Peningkatan I nvestasi, dan I su lainnya.
Republik I ndonesia Nomor 3470);
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
B. Faktor I nternal Hidup (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Berdasarkan faktor internal, Produk RTRW lama belum bisa mengakomodasi kebutuhan-
Negara Republik Indonesia Nomor 3699);
8. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1999 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
kebutuhan pembangunan akibat dari:
Arah kebijakan pembangunan 5 tahun ke depan (yang telah dijabarkan dalam RPJM Daerah).
I ndonesia Nomor 3881);
Keberadaan RTRW Kota Batu yang ada masih belum mampu mengakomodasikan kebutuhan-
9. Undang-undang Republik indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pembentukan Kota Batu (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara
kebutuhan dan program pembangunan secara optimal, sehingga diperlukan penyempurnaan
Republik I ndonesia Nomor 4118);
pembangunan fasilitas skala besar, seperti rencana rest area, rencana obyek wisata baru,
10. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran rencana perumahan PNS, rencana fasilitas olah raga (Sport Centre), kawasan perkantoran dan
Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
I ndonesia Nomor 4377);
lain sebagainya.
11. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Produk RTRW Kota Batu disusun pada tahun 2003, sehingga diperlukan upaya-upaya
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan penyesuaian melalui proses Evaluasi dan Revisi RTRW Kota Batu untuk kurun waktu tertentu ( Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4389);
12. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran
5 tahun).
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 84);
13. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,dimana jangka waktu RTRW
Didalam hasil penyusunan Rencana Tata Ruang yang baru nantinya didasarkan pada Undang-
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4421);
Kabupaten/ Kota adalah dua puluh (20) tahun dan ditinjau kembali satu (1) kali dalam lima (5) tahun
14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara atau lebih dari satu (1) kali dalam lima (5) tahun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433);
yang berlaku.
15. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 125);
16. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara 32. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia
Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Nomor 4444);
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 3934);
17. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 33. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 107, Tambahan Republik I ndonesia Nomor 4723);
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 3980);
18. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran 34. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68);
I ndonesia Tahun 2002 Nomor 119);
19. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah 35. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2003 Tentang Perum Kehutanan Negara (Lembaran (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 69);
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 67);
20. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral Dan 36. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4959);
Republik I ndonesia Tahun 2004 Nomor 147);
21. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran 37. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Negara Republik I ndonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga
I ndonesia Nomor 4966);
Listrik (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2005 Nomor 2);
22. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan 38. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Jalan Raya (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2009 Nomor 96; Tambahan Lembaran
Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 5025);
Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4490);
23. Undang-Undang Republik I ndonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan 39. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 20 tahun 2006 Tentang I rigasi (Lembaran Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140;
Negara Republik I ndonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 5059);
I ndonesia Nomor 4624);
24. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan 40. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 26 Tahun 2006 Tentang Perubahan Kedua Atas Pertanian Pangan Berkelanjutan Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2009 Nomor 149;
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 Tentang Penyediaan Dan Pemanfaatan Tenaga Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 5068);
Listrik (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2006 Nomor 56, Tambahan Lembaran
25. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan (Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor 4628);
Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
41. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan (Lembaran 3294);
Negara Republik I ndonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik
26. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di I ndonesia Nomor 4655);
Daerah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran
42. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Negara Republik Indonesia Nomor 3373);
Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota
27. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2007 Nomor 82);
Hak Pakai atas Tanah (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1996 Nomor 58, Tambahan
43. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 3643);
Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 4828);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta 44. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Bentuk dan Tata cara Peranserta masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
(Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
I ndonesia tahun 1996, Nomor 104);
Republik I ndonesia Nomor 4833);
29. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah 45. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 43 tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran
Negara Republik I ndonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
I ndonesia Nomor 4859);
30. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan suaka 46. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan I ndustri (Lembaran Negara alam (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
Nomor 4987);
31. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa Dampak Lingkungan Hidup 47. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2010 Republik I ndonesia Nomor 3838);
Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 5097);
48. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Penertiban Dan 71. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 tahun 2011 tentang Pedoman teknis Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16,
Pertanahan;
Tambahan Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 5098);
72. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang
49. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Wilayah Propinsi Jawa Timur;
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik I ndonesia Tahun 2010 Nomor 21; Tambahan
73. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 61 tahun 2006 tentang Pemanfaatan Ruang Pada Lembaran Negara Republik I ndonesia Nomor 5103);
Kawasan Pengendalian Ketat Skala Regional Di Provinsi Jawa Timur;
50. Peraturan Pemerintah Republik I ndonesia Nomor 24 Tahun 2010 Tentang Penggunaan Kawasan 74. Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 3 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30; Tambahan Lembaran
Batu tahun 2003-2013;
Negara Republik Indonesia Nomor 5112);
51. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum;
1.3 AZAS, MAKSUD DAN SASARAN PENYUSUNAN RTRW KOTA BATU
52. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung;
53. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2005, perubahan atas Perpres Nomor 36 Tahun 2005 1.3.1. A ZAS
tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum; Azas penataan ruang wilayah Kota Batu dapat disesuaikan dengan Undang-undang No 26.
54. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;
55. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 63 Tahun 1993 tentang Garis Sempadan dan Sungai, tahun 2007, azas penataan ruang yakni:
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai;
a) Keterpaduan
56. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998 tentang Tata Cara Peran serta Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Tata Ruang di Daerah;
b) Keserasian, keselarasan dan keseimbangan.
c) Keberlanjutan.
57. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang I zin Lokasi;
d) Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.
58. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan;
e) Keterbukaan
59. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Ruang f) Kebersamaan dan kemitraan.
Kawasan Rawan Bencana Tanah Longsor;
g) Perlindungan kepentingan umum.
60. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Daerah;
h) Kepastian hukum, keadilan dan Akuntabilitas.
61. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 Tahun 2009 tentang Pedoman Persetujuan
Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/ Kota, beserta Rencana Rincinya; AKSUD 1.3.2. M
62. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Maksud dari kegiatan ini adalah untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010- Rencana Tata Ruang Wilayah Kota;
63. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 tentang Penetapan Kawasan Lindung di Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur;
a. Menyajikan data – data lapangan yang dapat memberikan gambaran kondisi real perwujudan
64. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2002 tentang Pengelolaan Hutan Raya R. ruang di lapangan yang mempengaruhi pelaksanaan pengembangan tata ruang wilayah Kota Soeryo;
Batu.
65. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 tentang Pengelolaan Hutan di Jawa Timur;
b. Mengkaji setiap aspek pembangunan melalui kegiatan analisis data lapangan yang
66. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2005 tentang Penertiban dan mempengaruhi proses perencanaan dan pengembangan wilayah Kota Batu.
Pengendalian Hutan Produksi di Provinsi Jawa Timur;
c. Merumuskan konsep, strategi dan arahan pengembangan wilayah Kota Batu hingga 20 tahun
67. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 41 Tahun 2009 tentang Kriteria Teknis Kawasan Peruntukan Pertanian;
kedepan sebagai bahan dasar dalam merumuskan rancangan rencana kawasan.
68. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan;
1.3.3. S ASARAN
69. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41 Tahun 2007 tentang Pedoman KKriteria Teknis
Kawasan Budi Daya; Sasaran penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Batu adalah sebagai berikut :
70. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan a) terumuskan kebutuhan pengembangan wilayah;
Perkotaan; Perkotaan;
a. 600 – 1.00 0 DPL dengan luas 6.01 9,21 Ha
Jawa Timur, serta paradigma baru penataan ruang wilayah.
Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah:
c) terkendalinya pembangunan di wilayah kota; dan
1. Kecamatan Batu (terutama Desa Sidomulyo secara keseluruhan, sebagian besar Kelurahan
d) terciptanya keserasian antara kawasan lindung dan kawasan budidaya. Temas, Kelurahan Sisir, Kelurahan Ngaglik dan Desa Sumberejo serta sebagian kecil Desa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu menjadi pedoman untuk :
Oro-oro Ombo, Desa Pesanggrahan dan Kelurahan Songgokerto.
a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang Kota Batu
2. Kecamatan Junrejo (terutama Desa Junrejo, Torongrejo, Pendem, Beji, Mojorejo, Dadaprejo
b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah Kota Batu
dan sebagian Desa Tlekung)
c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah Kota Batu
3. Kecamatan Bumiaji (terutama pada sebagian kecil desa-desa yang ada di wilayah Kecamatan
d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan perkembangan perkembangan antar
Bumiaji)
bagian wilayah kota serta keserasian antarsektor
b. 1.000 – 1 .500 DPL dengan luas 6.493,64 Ha
e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah: sebagian besar desa-desa yang ada di
f. Penataan ruang kawasan strategis Kota Batu Kecamatan Bumiaji dan sebagian dari desa-desa yang ada di Kecamatan Batu (terutama wilayah Kelurahan Songgokerto, Desa Oro-oro Ombo dan Desa Pesanggrahan) serta di sebagian kecil
1.4 PROFI L WI LAYAH KOTA
Desa Tlekung yang berada di wilayah Kecamatan Junrejo.
c. 1.500 – 2 .000 DPL dengan luas 4.820,40 Ha
1.4.1. G AMBARAN U MUM K OTA Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah: sebagian kecil Desa Tlekung Kecamatan
Lingkup Wilayah penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Batu meliputi Junrejo. Selain itu juga terdapat di sebagian kecil Desa Oro-oro Ombo dan Desa Pesanggrahan,
seluruh wilayah administratif Kota Batu. Wilayah perencanaan secara administratif terdiri dari 3 (tiga) terutama di sekitar kawasan Gunung Panderman, Gunung Bokong serta Gunung Punuksari.
kecamatan yaitu : Sedangkan di wilayah Kecamatan Bumiaji, seluruh bagian desa mempunyai ketinggian ini,
1. Kecamatan Batu terutama kawasan-kawasan di sekitar Gunung Rawung, Gunung Tunggangan, Gunung
2. Kecamatan Junrejo
Pusungkutuk.
3. Kecamatan Bumiaji
d. 2.000 – 2 .500 DPL dengan luas 1.789,81 Ha
Luasan wilayah Kota Batu adalah 19.908,7Ha.Batas Wilayah Kota Batu sebagai berikut: Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini relatif sedikit, yaitu di sekitar Gunung Srandil serta
Sebelah Utara
: Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan
diujung Desa Oro-oro Ombo Kecamatan Batu yang berbatasan dengan Kecamatan Wagir. Untuk Sebelah Selatan : Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang
Kecamatan Bumiaji, ketinggian ini berada di sekitar Gunung Anjasmoro dan pada sebagian kecil Sebelah Barat
: Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang
di wilayah Desa Giripurno, Desa Bumiaji, Desa sumbergondo dan Desa Torongrejo. Sebelah Timur
: Kecamatan Karangploso dan Kecamatan Dau, Kabupaten Malang.
e. 2.500 – 3 .000 DPL dengan luas 707,32 Ha
Berikut PetaOrientasi1.1 dan PetaBatas Administrasi 1.2. Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah sebagian kecil desa-desa yang berada di
Secara umum wilayah Kota Batu merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Diantara wilayah Kecamatan Bumiaji, terutama pada wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Kecamatan
gunung-gunung yang ada di Kota Batu, ada tiga gunung yang telah diakui secara nasional, yaitu
Prigen.
Gunung Panderman (2.010 meter), Gunung Welirang (3.156 meter), dan Gunung Arjuno (3.339
f. > 3.000 DPL dengan luas 78 ,29 Ha
meter). Sedangkan kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari peta kontur Wilayah yang termasuk dalam ketinggian ini adalah pada beberapa desa di Kecamatan Bumiaji,
Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa, sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai khususnya di sekitar Gunung Arjuno (Desa sumbergondo), Gunung Kembar dan Gunung Wlirang
kemiringan lahan sebesar 25 – 40% dan kemiringan > 40.
(Desa Tulungrejo).
Sedangkan kemiringan lahan (slope) di Kota Batu berdasarkan data dari peta kontur Bakosurtanal 2001 diketahui bahwa, sebagian besar wilayah perencanaan Kota Batu mempunyai kemiringan lahan sebesar 25 – 40% dan kemiringan > 40. Rincian mengenai kemiringan ini adalah :
0 – 8 % seluas 2.207,21 Ha.
8 – 15 % seluas 2.223,73 Ha. 15-25 % seluas 1.799,37 Ha.
25 – 40 % seluas 4.529,85 Ha. > 40 % seluas 4.493, 33 Ha.
Dilihat dari formasi geologi diatas menunjukan bahwa Kota Batu merupakan wilayah yang subur untuk pertanian karena jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan gunung yang
c. Permukiman Wisata ( Villa)
mengelilingi Kota Batu, sehingga di Kota Batu mata pencaharian penduduk didominasi oleh sektor Sedangkan untuk kawasan permukiman berupa villa lebih banyak tersebar di beberapa pertanian. Kota Batu secara geologis tersusun atas endapan gunung api yang aktif pada masa
tempat antara lain disekitar Jalan Mawar, Jalan Trunojoyo, Jalan Flamboyan dan daerah lampau. Endapan hasil aktifitas gunung api ini sering disebut endapan Epiklastik dan Tiroklastika.
sekitar Songgoriti.
Kota Batu merupakan daerah pegunungan dengan hawa dingin dengan suhu udara 21,3 o C
Gambar 1.1
dan 34,2 o
C. Adapun Kota Batu memiliki 2 iklim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Persebaran Permukiman EstatE di Kota Batu
Kondisi hidrologi Kota Batu banyak di pengaruhi oleh sungai-sungai yang mengalir di bagian
pusat kota, sehingga akan berpengaruh juga terhadap perkembangan kota. Hidrologi di Kota Batu
dibedakan menjadi 3 (tiga ) jenis yaitu air permukaan, air tanah dan sumber mata air.Sampai saat
ini di wilayah Kota Batu telah diinventarisasi sebanyak 83 sumber mata air yang produktif dan
selama ini telah digunakan oleh PDAM Unit Batu, PDAM Kabupaten Malang, PDAM Kota Malang
Villa Klub Bunga
maupun digunakan oleh swasta dan masyarakat untuk berbagai keperluan.
A. Sistem Pusat Permukiman
Pemukiman di wilayah Kota Batu terdiri atas 2 jenis yaitu jenis permukiman/ perumahan alami
dan permukiman estate. Bangunan permukiman tersebut hampir semuanya merupakan bangunan
permanen dengan kondisi bangunan yang beragam. Kawasan perumahan/ permukiman penduduk
Bukit Batu Permata
umumnya tersebar merata disetiap wilayah yang ada Kota Batu dengan pola linier. Kepadatan paling
tinggi berada di Kecamatan Batu yaitu di Kelurahan Pesanggrahan tepatnya di sekitar Jalan Panglima
Sudirman, Jalan Hasanudin, Jalan Samadi, Jalan Cempaka. Untuk lebih jelasnya mengenai
permukiman tersebut adalah :
a. Permukiman Kampung
Permukiman kampung di Kota Batu tersebar di sepanjang poros jalan utama di wilayah
Vila Panderman
perencanaan. Kondisi perkampungan beberapa diantaranya telah tertata dan beberapa Permukiman agropolitan baik yang memiliki bentuk kompak ataupun menyebar umumnya
diantaranya belum tertata dengan baik. Pada umumnya tidak tertatanya perkampungan memiliki pusat pengembangan masing-masing yang sangat potensial mendorong
dilihat dari kondisi lingkungan dan ketersediaan fasilitas. perkembangan kawasan perdesaan yang ada, serta terdapat banyak perdesaan yang mampu
b. Permukiman Estate
mendorong perkembangan perdesaan dalam skala yang lebih luas;
Pada wilayah Kota Batu, perkembangan permukiman cukup pesat terutama permukiman
yang dikembangkan oleh developer. Permukiman jenis ini termasuk di dalam permukiman
B. Fasilitas Pendidikan
perkotaan. Berikut permukiman estat yang terdapat di Kota Batu : Untuk fasilitas pendidikan di Kota Batu pada tahun 2010 meliputi Taman Kanak-kanak (TK)
Green Apple Regency berlokasi di Kecamatan Junrejo dengan luas lahan 0,391 Ha
sejumlah 84 unit, Sekolah Dasar (SD) sejumlah 72 unit, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Perum Pondok Batu I ndah berlokasi di Kecamatan Junrejo dengan luas lahan 1,468
(SLTP) sejumlah 26 unit , Sekolah Menengah Umum (SMU) sejumlah 9 unit, Sekolah Menengah
Ha Villa Bukit Mas berlokasi di Kecamatan Junrejo dengan luas lahan 1,679 Ha
Kejuruan (SMK) 10 unit, Madrasah I btidaiyah (MI ) sejumlah 11 unit, Madrasah Tsanawiyah (MTs)
No.
Kecamatan
Jumlah Fasilitas ( Unit)
sejumlah 3 unit dan Madrasah Aliyah (MA) sejumlah 2 unit.
3 Bumiaji
Tabel 1.1 Jumlah
Fasilitas Pendidikan di Kota Batu Tahun 2 01 0
Sumber : Kota Batu Dalam Angka, 2009
Jumlah Fasilitas ( Unit )
No. Kecamatan
Gambar 1.2
Persebaran Fasilitas Kesehatan di Kota Batu
Sumber : Kota Batu Dalam Angka, 2009
a. Fasilitas Peribadatan Bidan Widiyani
Fasilitas peribadatan yang ada di kota Batu berupa masjid sejumlah 138 unit, langgar/ musholla
sejumlah 397 unit, Gereja sejumlah 14 unit, Wihara sejumlah 5 unit dan Pura sejumlah 1 unit
yang cenderung menyebar di setiap kecamatan. Sebagian besar penduduk Kota Batu beragama
I slam, hal ini bisa dilihat dari penyebaran jumlah fasilitas peribadatan yang mendominasi adalah
R.S. Paru Kec.Batu
masjid dan langgar/ musholla. fasilitas peribatan dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2
Fasilitas Peribadatan di Kota BatuTahun 201 0
R.S. William Booth Surabaya
Jumlah Fasilitas ( Unit )
No. Kecamatan
1 R.S.Baptis Batu
14 5 1 Kec.Junrejo
Sumber : Kota Batu Dalam Angka, 2009
b. Fasilitas Kesehatan PuskesmasPembantu Kec.Bumiaji
Pusat pelayanan kesehatan di Kota Batu dilayani oleh rumah sakit umum sejumlah 5 unit,
Puskesmas sejumlah 4 unit, puskesmas pembantu sejumlah 4 unit, posyandu sejumlah 186 unit,
rumah bersalin sejumlah 3 unit dan apotik sejumlah 10 unit yang lokasinya tersebar di seluruh
kecamatan.
Tabel 1.3
Fasilitas Kesehatan di Kota BatuTahun 201 0
Jumlah Fasilitas ( Unit)
No. Kecamatan
Rumah Puskes Puskesmas
R.S.Haji Kec.Batu
Sakit
mas
Pembantu
Bersalin
1 Batu
2 Junrejo
Gambar 1.3
c. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Persebaran Fasilitas Perkantoran Di Kota Batu
Skala perdagangan di Kota Batu meliputi perdagangan skala kecil, menengah dan besar yang
tersebar merata di seluruh kecamatan. Sedangkan menurut jenisnya meliputi supermarket/
swalayan sejumlah 26 unit, pertokoan sejumlah 2353 unit, ruko sejumlah 350 unit, restauran/
rumah makan sejumlah 45 unit, kios dan warung sejumlah 1231 unit. Adapun untuk persebaran
perdagangan tertinggi menurut skala berada di Kecamatan Batu meliputi 7 unit perdagangan
kecil, 17 unit perdagangan menengah dan 73 unit perdagangan besar. Begitu pula untuk jenis
perdagangan tertinggi juga berada di Kecamatan Batu sejumlah 3736 unit.
Kantor Pos dan Kantor Walikota di Jl P. Sudirman
Kantor Permukiman Purnawiraw an AU
Tabel 1.4
Jumlah Fasilitas Perdagangan di Kota Batu Tahun 2010
Kec. Batu
Kec. Bumiaji
Kec. Junrejo
1 Supermarket/ Swalayan
2 Pertokoan
3 Ruko 4 Restaurant/ RumahMakan
31 4 10 Kantor Bappeda di Sidomulyo
3 Ruko
4 Restauran/ Rumah
Kantor
Makan
CamatBatu
Sumber : Disperindag, 2009
Kantor DPR
C. Fasilitas perkantoran
Kantor
Kantor
Kejaksaan
Kota Batu pada umumnya masih memiliki kawasan perkantoran yang menyebar di setiap
DI SPENDUK CAPI L
wilayah. Hal ini di sebabkan karena masih banyak kantor pemerintah maupun swasta yang belum
terpusat. Untuk kawasan perkantoran cenderung memusat di Kecamatan Batu dengan jenis perkantoran antara lain yaitu kantor Walikota dan kantor pos berada di jalan P.Sudirman, kantor
Kecamatan Batu, kantor Pengendalian dampak lingkungan, Kantor Dinas Cipta Karya dan Tata
Ruang, Dinas Pariwisata dan Koramil, Kantor Lingkungan Hidup, kantor Pertanian, berada sekitar
Kantor Kantor PEPABRI
di jalan Dinas Perhubungan berada di jalan Dewi Sartika, Kantor POLRES Batu berada di Junrejo.
Bakesbanglinmas
Potensi persebaran fasilitas perkantoran dapat dilihat pada gambar 1.3
Kantor Kecamatan Batu, kantor Dispendukcapil, Kantor Pengairan Bina Marga,
Dinas Pariw isata dan Koramil, kantor Bakesbang Linmas berada di Jl. Ridw an,
kantor Dinas Perhubungan berada di jl.Dew i Sartika
D. Kaw asan Pertahanan dan Keamanan
1.4.2. K EPENDUDUKAN DAN S UMBER D AYA M ANUSI A
Kota Batu juga memiliki kawasan strategis yakni adanya kawasan militer Arhanud di Desa Jumlah penduduk Kota Batu pada tahun 2010 sebesar 206.980 jiwa yang tersebar di 3 Pendem, Kecamatan Junrejo. Di sekitar kawasan ini ada juga kawasan perumahan militer dan
kecamatan. Persebaran penduduk relatif memusat di Kecamatan Batu yaitu sebesar 97.881 jiwa Kantor Lanud sehingga harus diamankan dari penggunaan lahan yang memiliki intensitas
dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 49.373 jiwa dan perempuan sebesar 48.508 jiwa, kegiatan yang tinggi sehingga tidak menimbulkan masalah pada kawasan tersebut.Potensi
sedangkan untuk jumlah persebaran penduduk terkecil berada di Kecamatan Junrejo sebesar 50.447 persebaran kawasan militer dapat dilihat pada gambar 1.4
jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 25.447 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 25.000 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut;
Gambar 1.4
Tabel 1.5
Kaw asan Militer di Kota Batu
Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin Per Kecamatan di Kota Batu
Tahun 200 9
Luas
Jumlah
Jumlah Penduduk ( Jiw a) Kepadatan
No. Kecamatan
Wilayah(Km 2 ) Penduduk Laki-laki Perempuan ( jiw a/ Km )
Sumber : BPS Kota Batu, 2009
Untuk pertumbuhan penduduk di Kota Batu selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan
setiap tahunnya, dimana rata-rata kenaikan pertumbuhan penduduk dari tahun 2005 hingga tahun
2009 sebesar 0,04% . Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di wilayah perencanaan selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik pertumbuhannya pada gambar1.5
Gambar 1.5
Grafik Pertumbuhan Penduduk Kota Batu Tahun 2005- 2009
210000
200000
E. Sektor informal/ Pedagang kaki lima
190000
180000
Keberadaan pedagang kaki lima di Kota Batu tersebar di lokasi antara lain Jl.Bukit Berbunga,
Desa Sidomulyo Kecamatan Batu berupa tanaman hias, Jl.Kartini berupa buah – buahan dan
170000
Jl.Sudiro berupa pedagang makanan dan minuman Kelurahan Ngaglik Kecamatan Batu.
160000
2009
2004
Sumber : BPS Kota Batu, 2009
Jumlah penduduk Kota Batu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sehingga lereng yang terjal, lapisan tanah yang tebal, daya kohesinya kecil (tidak kompak), kejenuhan air berpengaruh terhadap kepadatan penduduk di setiap wilayah kecamatan. Berdasarkan data tahun
tinggi (adanya mata air), dan lajur patahan (sesar) menjadikan kawasan ini rawan longsor, yang 2007 menunjukkan tingkat kepadatan penduduk di Kota Batu sebesar 870 jiwa/ Km 2 , dimana
dipercepat oleh kegiatan manusia yang tidak memperhatikan lingkungan. Kawasan rawan longsor di Kecamatan Batu memiliki tingkat kepadatan paling tinggi dibandingkan kecamatan lainnya yaitu
Batu terdapat di Kecamatan Bumiaji. Wilayah kecamatan Bumiaji mempunyai kelerengan diatas sebesar 1.783 jiwa/ Km² dengan luas wilayah sebesar 45,46 Km² , sedangkan tingkat kepadatan
40% .
paling rendah sebesar 401 jiwa/ Km² berada di Kecamatan Bumiaji.
Gambar 1.7
Mata pencaharian penduduk di Kota Batu terdiri atas pertanian, pertambangan, industri,
BencanaAlam Dan KerusakanLingkungan
listrik, gas & air, konstruksi, perdagangan, komunikasi, keuangan, jasa, dan lainnya. Jumlah
penduduk menurut jenis mata pencaharian di Kota Batu didominasi oleh sektor jasa dan lainnya serta sektor pertanian, dimana masing-masing sektor menyerap tenaga kerja sebanyak 75.104 jiwa
untuk sektor jasa dan lain atau sebanyak 51,07% dari total jumlah keseluruhan penduduk menurut
mata pencaharian di Kota Batu, sedangkan sebanyak 34.546 jiwa untuk sektor pertanian atau
sebanyak 23,49% .
Gambar 1.6
Proporsi Jumlah Penduduk Menurut Mata PencaharianDi Kota Batu Tahun 2009
Pert anian Pert ambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
7,88%
1,20%
List rik, Gas & Air Bersih
1,81%
1,10%
Konst ruksi
20,69%
Perdagangan
Komunikasi
19,93% 0,89%
Keuangan
Jasa
5,56%
0,22%
1.4.4. P OTENSI S UMBER D AYA A LAM
Lainny a
Kaw asan Hutan Lindung
4,19%
Sumber : BPS Kota Batu, 2009
Kawasan hutan lindung berfungsi memberikan perlindungan bagi kawasan sekitarnya dan
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah erosi dan banjir yang mutlak fungsinya Berdasarkan kondisi eksisting yang ada di Kota Batu ini pola sebaran penduduk di dalam
sebagai penyangga kehidupan dan tidak dapat dialihkan peruntukkannya. Luas kawasan bermukim cenderung menyebar mengikuti pola jaringan jalan ada di setiap wilayah Kota Batu, akan
hutan lindung di Kota Batu adalah sebesar 5197,40 Ha ( termasuk sempadan sungai dan tetapi sebaran paling tinggi berada di Kecamatan Batu yaitu terutama di Kelurahan Sisir.
SUTT seluas 1.634,10 Ha) menyebar di seluruh kecamatan, kecamatan yang memiliki hutan lindung terluas adalah kecamatan Bumiaji yaitu 3674,40 Ha, selanjutnya Kecamatan Junrejo
sebesar 810,20 Ha dan yang terakhir Kecamatan Batu sebesar 622,80 Ha. Potensi persebaran
1.4.3. B ENCANA A LAM
kawasan hutan lindung dapat dilihat pada table 1.6
Kawasan rawan bencana tanah longsor adalah kawasan dengan kerentanan tinggi untuk
terkena bencana tanah longsor, terutama jika kegiatan manusia menimbulkan gangguan pada lereng
kawasan ini. Kawasan ini menempati puncak-puncak dan tubuh lajur gunung api tengah. Kondisi
Tabel 1.6 Taman Wisata Alam
Luas Hutan Lindung di Kota Batu Tahun 2009
Batu memiliki banyak objek wisata alam yang menarik. Diantaranya Taman Wisata Selekta.
Luas Lahan Hutan
No
Kecamatan Desa/ Kelurahan
Objek wisata andalan Batu yang menyediakan arena bermain, berenang, sepeda air dan
Lindung ( Ha)
Kecamatan Bumiaji
ekowisata berupa hutan pinus.Sebagai daerah penghasil utama apel, Batu juga memiliki
1 Tulungrejo
2649.20
tempat agrowisata di Kusuma Agrowisata. Selain itu bisa dinikmati hawa dingin pegunungan
46.50
2 Sumbergondo
di berbagai objek wisata yang tersebar di daerah pinggiran Kota Batu. Sebut saja Pemandian
3 Bumiaji
4 Pandanrejo
Air Panas Songgoriti, Pemandian Air Panas Cangar, Air Terjun Coban Rondo, Coban Rais,
5 Punten
200.80
Coban Talun, serta Coban Banteng. Ada pula objek wisata sejarah seperti Candi Renggo,
6 Bulukerto
219.10
Patung Ganesha, dan Junggo. Untuk kegiatan ekstrim, Gunung Panderman, G.Banyak, dan
7 Gunungsari
304.10
G.Arjuno, serta gua di Cangar dan Tlekung menawarkan keekstremannya masing-masing
melalui kegiatan mountain hiking, serta olahraga Paralayang.
Kecamatan Batu
1 Sisir
1.4.5. P OTENSI E KONOMI W
I LAYAH
2 Ngaglik
3 Temas
Perkembangan nilai PDRB di Kota Batu pada tahun 2009 didasarkan pada harga yang
4 Oro-oro Ombo
203.80
berlaku, dimana perkembangannya berdasarkan sektor/ sub sektor yang memberikan kontribusi
5 Pesanggrahan
297.20
terhadap PDRB meliputi sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik,
80.50
6 Songgokerto
gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi,
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Jumlah
622.80
Gambar 1.8
Kecamatan Junrejo Grafik Distribusi Sektoral terhadap PDRB Kota Batu Tahun 2009
50,00%
Pert anian
3 Mojerejo
45,00%
Pert ambangan Dan
4 Beji
40,00%
Penggalian
5 Torongrejo
35,00% Indust ri Pengolahan
6 Pendem
30,00%
List rik, Gas & Air Bersih
7 Dadaprejo
Jumlah Bangunan 810.20
25,00%
Sumber : Dinas Kehutanan, 2009
20,00%
Perdagangan, Hot el &
15,00%
Rest oran Pengangkut an &
Taman Hutan Raya
10,00%
Komunikasi Keuangan, Persew aan &
Tahura R. Soeryo memiliki potensi wisata yang cukup bervariasi selain flora dan fauna serta
5,00%
Jasa Perusahaan
0,00%
Jasa-jasa
pemandangan alam yang indah pada kawasan tersebut terdapat juga tempat pemandian
sumber air panas, Arboretum Cangar yaitu tempat koleksi tanaman langka, Arboretum
Sumber : BPS Kota Batu, 2009
Sumber Brantas, Gua-gua Jepang, Petapaan Abiyoso, Padang Rumput Lalijiwo, Pondok
Welirang, Puncak Welirang dan Petapaan I ndrokilo. Beberapa kegiatan wisata alam yang
dapat dilakukan diantaranya : lintas alam, menikmati pemandangan alam pegunungan,
berkemah, mandi air panas dan lain-lain.
Berdasarkan gambar diatas maka dapat dilihat jika sektor perdagangan, hotel dan restoran terbesar berada di Desa Sidomulyo Kecamatan Batu yang jika ditinjau secara agroklimat dan memberikan kontribusi terbesar yaitu sebanyak 20,34% dari total keseluruhan nilai PDRB Kota Batu.
agroekosistem, Desa Sidomulyo sangat cocok sebagai pusat pengembangan budidaya air tawar Sedangkan sektor terkecil kontribusinya adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar
dengan kondisi air yang memenuhi syarat secara teknis.
1.5 I SU- I SU STRATEGI S
Berdasarkan pembahasan mengenai PDRB di atas. Kegiatan-kegiatan perekonomian yang
menonjol dan memberi dampak cukup besar terhadap struktur pemanfaatan ruang wilayah Kota
I su yang berkaitan dengan pengembangan ruang wilayah kota :
Batu adalah sektor-sektor yang dijabarkan berikut ini:
A. Pemanasan global ( Global Warming)
Sektor PertanianTamanamPangan Pemanasan global (Global Warming) yang terjadi saat ini menyebabkan perubahan iklim.
Sektor pertanian yang ada di Kota Batu merupakan salah sektor yang mempunyai peranan besar
Perubahan iklim terjadi karena :
terhadap peningkatan perekonomian. Hasil produksi dari sektor pertanian yang ada di Kabupaten Komposisi atmosfer terganggu terutama sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia Batu antara lain padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Adapun hasil produksi terbesar
Populasi dunia terus meningkat, saat ini telah melampaui 6 milyar orang (6 kali lipat yaitu padi dengan hasil produksi sebesar 5.958,46Ton, sedangkan hasil produksi terkecil yaitu
selama abad ke-20) sehingga mengakibatkan peningkatan permintaan akan sumberdaya kacang tanah sebesar 104,49 Ton. Selain produksi tanaman pangan padi dan palawija, Kota Batu
alam, energi, pangan, dan barang-barang konsumsi. Proses tersebut akan menyumbang juga berpotensi besar sebagai daerah penghasil tanaman hias yang dominan berada di Kecamatan
sejumlah gas yang mengubah komposisi atmosfer dan kapasitasnya dalam mengatur Bumiaji.
suhu.
Sektor PertanianHortikultura Peningkatan pemanasan global disebabkan akumulasi gas-gas rumah kaca (greenhouse
Sektor perkebunan yang ada di Kota Batu merupakan salah sektor yang mempunyai peranan gases) yaitu karbondioksida, methan, nitrogen oksida,dan lain-lain. Selain itu sumber gas besar terhadap peningkatan perekonomian. Hasil produksi dari sektor perkebunan yang ada di Kota
rumah kaca yang lain adalah bahan bakar fosil yangapabila terbakar akan melepaskan CO2 Batu antara lain buah alpukat, buah jeruk siam/ keprok, buah pisang dan buah apel. Adapun hasil
ke atmosfir sehinggaberpengaruh terhadap pemanasan dan perubahan iklim global. produksi terbesar yaitu buah apel sebesar 712.558 Kwintal dengan daerah penghasil terbesar berada
Hutan dan perubahan iklim mempunyai hubungan yang unik. Di satusisi, perubahan iklim
di Kecamatan Bumiaji, hal ini dikarenakan kondisi topografi serta klimatologi di Kota Batu sangat global telah menekan hutan melalui peningkatansuhu rata-rata tahunan, mengganggu pola cocok untuk pengembangan tanaman holtikultura terutama buah apel. Sedangkan hasil produksi
curah hujan dan kondisicuaca yang ekstrim. Pada saat yang samahutan dan kayu terkecil yaitu buah pisang sebesar 8.108 Kwintal dengan persebaran terbesar di Kecamatan Batu.
yangdihasilkan menangkap dan menyimpan karbondioksida (CO2)mempunyai peran penting Sektor Peternakan
dalam mitigasi perubahan iklim. Di sisi lainketika hutan dirusak karena terbakar, illegal Sektor peternakan yang ada di Kota Batu terdiri atas ternak besar yang meliputi sapi potong, sapi
logging, perambahanhutan atau dipanen secara berlebihan maka hutan menjadi sumberdari perah, kerbau, dan kuda, ternak kecil yang meliputi kambing, domba, dan kelinci, serta unggas yang
gas rumah kaca.
meliputi ayam buras, ayam pedaging, ayam petelur dan itik. Produksi ternak terbesar berada di
B. Krisis Ekonomi Global
Kecamatan Batu, jika ditinjau dari kondisi klimatologi maka Kota Batu sangat cocok untuk Krisis ekonomi global yang berimbas pada kelangkaan likuiditas akan mempengaruhi pengembangan hewan ternak terutama sapi perah.
perekonomian karena itu investasi perlu terus didorong dan ditingkatkan guna mewujudkan Sektor Perikanan
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan serta dapat menyerap lebih banyak tenaga Sektor perikanan di Kota Batu meliputi hasil komoditi ikan di karamba, ikan di kolam dan ikan
kerja. Berkaitan dengan Pemilu TAHUN 2009 akan sangat dimengerti kecenderungan para hias. Adapun berdasarkan jenis komoditinya ikan di karamba dan ikan di kolam meliputi jenis ikan
investor untuk bersikap hati-hati dalam melakukan investasi atau ekspansi. Namun, data dari emas, ikan nila, ikan lele dan ikan patin dengan hasil produksi terbesar adalah jenis ikan mas
BKPM menunjukkan cukup banyak proyek yang akan dilaksanakan pada tahun 2009. Untuk sebesar 1726 kg dan untuk jenis ikan hias meliputi ikan koi, komet, grass carp dan ikan koki dengan
investasi sektor riil (Foreign Direct I nvestment/ FDI ), saat ini yang menarik adalah bidang usaha hasil produksi terbesar adalah ikan koi sebesar 7.376 kg. Daerah penghasil produksi ikan yang
yang berdimensi jangka panjang yang pengembaliannya kurang terpengaruhi oleh situasi yang berdimensi jangka panjang yang pengembaliannya kurang terpengaruhi oleh situasi
1.6 VI SI MI SI PENATAAN RUANG
telekomunikasi dan lainnya.
Visi penataan ruang di Kota Batu adalah “KOTA BATU SEBAGAI KOTA WI SATA DAN
C. Pengangguran Dan Pengentasan Kemiskinan AGROPOLI TAN DI JAWA TI MUR”
Kemiskinan dalam pengertian konvensional pada umumnya (income) komunitas yang berada
Misi penataan ruang di Kota Batu, meliputi :
dibawah satu garis kemiskinan tertentu. Masalah kemiskinan dan pengangguran di tanah air ini
a) Mendayagunakan secara optimal dan terkendali sumber-sumber daya daerah, baik Sumber Daya merupakan fenomena laten yang telah berlangsung cukup lama semenjak pemerintahan Orde
Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) maupun Sumber Daya Budaya (SDB) sebagai Lama hingga sekarang. Kenyataan ini menggambarkan bahwa kualitas pertumbuhan ekonomi
unsur-unsur internal untuk penopang upaya pengembangan K ota Batu ke depan. nasional selama ini masih sangat rendah. Selama kurun waktu lima tahun terakhir misalnya pada
b) Meningkatkan peran Kota Batu sebagai Kota Pertanian (Agropolitan), khususnya untuk jenis setiap satu persen angka pertumbuhan ekonomi, jumlah lapangan kerja yang tercipta hanya
tanaman sayur, buah dan bunga, serta menguatnya perdagangan hasil pertanian dan industri diperuntukkan bagi sekitar 250 ribu orang per tahun. Hal-hal yang patut diwaspadai terkait
pertanian (agro-industri) yang diperhitungkan baik pada tingkat regional (Jawa Timur) maupun dengan kemiskinan adalah :
tingkat nasional guna memperkuat ekonomi kerakyatan yang berbasis pertanian. Angka gizi buruk (malnutrisi) yang tinggi dan bahkan meningkat pada tahun-tahun terakhir:
c) Meningkatkan posisi dan peran Kota Batu dari "Kota Wisata" menjadi "Sentra Wisata" yang seperempat anak dibawah usia lima tahun menderita gizi buruk di Indonesia, dengan angka
diperhitungkan di tingkat regional atau bahkan nasional, dengan melakukan penambahan ragam gizi buruk tetap sama dalam tahun-tahunterakhir kendati telah terjadi penurunan angka
obyek dan atraksi wisata, yang didukung oleh oleh sarana dan prasarana serta unsur penunjang kemiskinan.
wisata yang memadai dengan sebaran yang relatif merata di penjuru wilayah Kota Batu guna Kesehatan ibu yang jauh lebih buruk dibandingkan dengan negara-negara di kawasan yang
memperluas lapangan pekerjaan dalam rangka mengatasi pengangguran dan meningkatkan sama angka kematianibu di Indonesia adalah 307 (untuk 100.000 kelahiran hidup), tiga kali
pendapatan warga maupun PAD Kota Batu yang berbasis pariwisata.