karya tulis ilmiah BAB 1 PENDAHULUAN

karya tulis ilmiah
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur`an adalah sumber dari segala sumber ajaran Islam. Kitab suci menempati posisi
sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmi-ilmu ke Islaman , tetapi juga
merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad
lebih sejarah pergerakan umat ini.
Al-Qur`an ibarat lautan yang amat luas, dalam dan tidak bertepi, penuh dengan keajaiban dan
keunikan tidak akan pernah sirna dan lekang di telan masa dan waktu. Maka untuk
mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan al-Qur`an diperlukan tafsir.
Penafsiran terhadap al-Qur`an mempunyai peranan yang sangat besar dan penting bagi
kemajuan dan perkembangan umat Islam. Oleh karena itu sangat besar perhatian para ulama
untuk menggali dan memahami makna-makna yang terkandung dalam kitab suci ini.
Sehingga lahirlah bermacam-macam tafsir dengan corak dan metode penafsiran yang
beraneka ragam pula, dan dalam penafsiran itu nampak dengan jelas sebagai suatu cermin
perkembangan penafsiran al-Qur`an serta corak pemikiran para penafsirnya sendiri.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an diantaranya
adalah metode Tafsir Al-Aqli Al-Ijtihadi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tafsir bil alra’yi (tafsir berdasarkan pikiran). Tafsir ini juga disebut tafsir bi al-‘aqli, tafsir bi al-dirayah
(tafsir berdasarkan pengetahuan) atau tafsir bi al-ma’qul. Tafsir bi al-ra’yi sering
dipergunakan oleh para mufassir untuk melegitimasi mazhabnya sesuai dengan ayat-ayat alQur’an dan menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan mazhabnya.

Metode tafsir yang lain yaitu tafsir Al-Isyari atau tafsir berdasarkan indikasi. Dalam hal ini
akan akan kami ketengahkan definisi tafsir AL-Isyari, syarat-syartanya, contoh-contohnya,
beberapa perdebatan ulma’ tentang tafsir tersebut. Begitujuga Analisis Mengenai Kelebihan
dan Kekurangan Tafsir Al-Isyari..
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengungkapkan berapa besar hubungan ke 3 paktor
tersebut terhadaf alqur’an. Maka dalam penulisan karya tulis ini penulis mengambil judul
“Berapa Besar hubungan Tafsir Isyari, The Hermeneutics, Hadis Dengan Alqur’an’’
B. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, penulis dapat mengidentifikasikan
masalah ini sebagai berikut:
1. Terjadi silang pendapat di antara ulama. Sebagian kalangan ada yang tidak membenarkan
untuk mengamalkan hadis dhaif Bahkan ada yang mengatakan bahwa Hadits tersebut bukan
dari Nabi Muhammad SAW
2. Dibutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui hubungan antara the hermeneutic dan
alqur’an
3. Masih minimnya orang yang tahu bahwa pembahasan,arti dan hubungan tafsir isyari,hadis
dan the hermeneutic dan alqur’an,
4. Banyak orang yang belum tahu hubungan ini sangatlah besar yang dapat membantu banyak
hal terhadap setiap manusia.


C. Pembatasan Masalah
Dari masalah yang telah diidentifikasikan, penulis membatasi pembahasan masalah ini pada
poin ketiga, yaitu: “Masih minimnya orang yang tahu bahwa pembahasan,arti dan hubungan
tafsir isyari,hadis dan the hermeneutic dan alqur’an”

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan beberapa masalah,
yaitu:
1. Apa fungsi, dan arti dari ?
-Alqur’an
-Tafsir isyari
-Hadits
-The hermeneutic
2. Bagaimana hubungan keempat pembahasan tersebut?
3. Bagaimana kelebihan/ perbedaan dari alqur’an , hadits, dan tafsir isyari
E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mendeskripsikan tentang:
1. Mengetahui apa alqur’an dalam pandangan penafsiran the hermeneutics,
2. Mengetahui bagaimana bentuk dan hubungan ke 4 poin tersebut
3. Mengetahui kelebihan, posisi dan hubungan ke 4 poin tersebut

F. Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan karya tulis ini adalah:
1. Sebagai bahan penulisan untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Alqur’an
a. Pengertian alqur’an

Secara Syari’at (Terminologi)
Adalah Kalam Allah ta’ala yang diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya,
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Naas.

Al Qur’an merupakan mu’jizat Nabi Muhammad SAW yang paling tinggi, paling besar dan
paling ampuh untuk mensklukksn orang-orang yang ingkar terhadap kenabian beliau.
Sekalipun Nabi Muhammad memiliki banyak mu’jizat, akan tetapi beliau tidak menggunakan
mu’jizat-mu’jizat yang lain sebagai tantangan terhadap orang-orang yang mengingkari
kenabian beliau. Oleh karena itu kemu’jizatan Al Qur’an merupakan bukti kenabian

Muhammad SAW, semenjak turunnya Al Qur’an sampai Hari Kiamat nanti. Sebab mu’jizat
Al Qur’an adalah mu’jizat yang dapat diindera dan dibuktikan oleh seluruh manusia di setiap
masa sampai Hari Kiamat. Hal ini memang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam
sabdanya :
“Setiap nabi pasti diberi sesuatu (mu’jizat) yang serupa dengannya, manusia akan
meyakininya, tetapi yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku.
Maka aku berharap menjadi Nabi yang paling banyak pengikutnya”. (HR Bukhari)
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Qur’an kepadamu (hai
Muhammad) dengan beransur-ansur.” (al-Insaan:23)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah,
mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya
sebagaimana dalam firman-Nya, “Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan al-Qur’an dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (al-Hijr:9)
Oleh kerana itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun musuh-musuh
Allah yang berupaya untuk merubah isinya, menambah, mengurangi atau pun menggantinya.
Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka tipudayanya.
Allah ta’ala menyebut al-Qur’an dengan sebutan yang banyak sekali, yang menunjukkan
keagungan, keberkatan, pengaruhnya dan keuniversalannya serta menunjukkan bahawa ia

adalah pemutus bagi kitab-kitab terdahulu sebelumnya.
Allah ta’ala berfirman, “Dan sesunguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang
dibaca berulang-ulang dan al-Qur’an yang agung.” (al-Hijr:87)
Dan firman-Nya, “Qaaf, Demi al-Quran yang sangat mulia.” (Qaaf:1)
Dan firman-Nya, “Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
berkah supaya mereka memerhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orangorang yang mempunyai fikiran.” (Shaad:29)
Dan firman-Nya, “Dan al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka
ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.” (al-An’am:155)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia.” (alWaqi’ah:77)
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan ) yang
lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang menjajakan amal
saleh bahawa bagi mereka ada pahala yang benar.” (al-Isra’:9)
Dan firman-Nya, “Kalau sekiranya kami menurunkan al-Qur’an ini kepada sebuah gunung,
pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan
perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (al-

Hasyr:21)
Dan firman-Nya, “Dan apabila diturunkan suatu surah maka di antara mereka (orang-orang
munafik) ada yang berkata, ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan
(turunnya) surat ini.? ‘ Adapun orang-orang yang beriman, maka surah ini menambah

imannya sedang mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka
ada penyakit, maka dengan surah ini bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya
(yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (at-Taubah:124-125)
Dan firman-Nya, “Dan al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi
peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai al-Qur’an (kepadanya)…” (alAn’am:19)
Dan firman-Nya, “Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah
terhadap mereka dengan al-Qur’an dengan jihad yang benar.” (al-Furqan:52)
Dan firman-Nya, “Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan
segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar gembira bagi orang-orang yang berserah
diri.” (an-Nahl:89)
Dan firman-Nya, “Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa
kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, iaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian* terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang Allah turunkan…” (al-Maa’idah:48)
Al-Qur’an al-Karim merupakan sumber syari’at Islam yang kerananya Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam diutus kepada seluruh umat manusia. Allah ta’ala berfirman,
Dan firman-Nya, “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqaan (al-Qur’an) kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam (jin dan manusia).”
(al-Furqaan:1)
b. Fungsi alqur’an

Al-Qur`an adalah sumber dari segala sumber ajaran Islam. Kitab suci menempati posisi
sentral bukan saja dalam perkembangan dan pengembangan ilmi-ilmu ke Islaman , tetapi juga
merupakan inspirator dan pemandu gerakan-gerakan umat Islam sepanjang empat belas abad
lebih sejarah pergerakan umat ini.
Al-Qur`an ibarat lautan yang amat luas, dalam dan tidak bertepi, penuh dengan keajaiban dan
keunikan tidak akan pernah sirna dan lekang di telan masa dan waktu. Maka untuk
mengetahui dan memahami betapa dalam isi kandungan al-Qur`an diperlukan tafsir.
Penafsiran terhadap al-Qur`an mempunyai peranan yang sangat besar dan penting bagi
kemajuan dan perkembangan umat Islam

2. Tafsir isyari
a. Pengertian tafsir isyari
Secara leksikal, kata tafsīr (Bahasa Arab) merupakan bentuk masdar dari fassara (fi’il mādhī),
yang akar katanya terdiri dari fa’, sin, dan ra’. Pada dasarnya, kata yang tersusun dari akar
kata semacam itu memiliki makna menerangkan sesuatu atau menjelaskannya.8 Sedangkan
bentuk masdar-nya berarti keterangan atau penjelasan.9
Adapun kata isyārī (B. Arab), jika ditinjau dari bentuknya merupakan verbal noun (masdar)
yang kemudian mendapat tambahan ya’ al-nisbah di akhir kata. Secara leksikal kata tersebut
berasal dari asyara – yasyiru – isyāratan, yang bermakna al-dalīl (tanda, indikasi, dan
petunjuk), juga bisa bermakna menunjukkan dengan tangan atau dengan akal, mengeluarkan

sesuatu dari lubang, mengambil sesuatu, dan menampakkan sesuatu.10

Berdasarkan telaah makna-makna lafaz di atas, maka sederetan makna tersebut berimplikasi
pada pengertian lafaz isyārī yang memiliki kecenderungan upaya untuk untuk menunjukkan
sesuatu yang tersembunyi agar bisa diketahui secara jelas, atau lebih menonjolkan makna
yang tersirat daripada makna tersurat. Kata tersebut bisa dijumpai dalam al-Qur’an hanya
sekali,11 yaitu dalam Surah Maryam ayat 29.
ْ ‫فَأ َ َشا َر‬‫يا‬
‫ب‬
َ ‫ت إِلَ ْي ِه قَالُوا آَ ْيفَ نُ َكلّ ُم َم ْن آَانَ فِي ْال َم ْه ِد‬
ِ ‫ص‬
Artinya: “maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata: "Bagaimana kami akan
berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?"
Telaah kebahasaan sebagaimana di atas juga mengindikasikan adanya pemahaman tentang
sesuatu yang menunjukkan untuk memperoleh kejelasan, yakni dari asalnya tidak tahu bisa
menjadi tahu, dari yang tidak tampak menjadi tampak, dari yang tersembunyi atau samar bisa
menjadi terlihat, dari yang abstrak menjadi konkret, dan dari yang terpendam menjadi di luar
(berada pada permukaan). Dengan demikian, secara etimologi, tafsir Isyāri memiliki makna
tafsir yang mengungkapkan makna atau maksud yang terpendam atau tersembunyi dalam
lafaz atau ayat al-Qur’an dengan kedalaman berpikir bahkan dengan zauq (perasaan hati)

yang extravagansa.
Secara terminologi, tafsir Isyāri, menurut al-Shābūnī, adalah takwil al-Qur’an yang berbeda
dengan lahirnya lafaz atau ayat, karena untuk isyarah-isyarah yang sangat rahasia, yang
hanya diketahui oleh sebagian ulū al-‘ilm atau ‘ārifīn (orang yang makrifat kepada Allah)
dari orang yang telah diterangi mata hatinya oleh Allah, sehingga mereka mampu
menemukan rahasia-rahasia yang tersembunyi dibalik ayat-ayat al-Qur’an. Atau bahkan
bagian makna-makna yang detail itu tertuang dalam hati mereka lantaran ilham ilahi, yang
mana hal itu memungkinkan mereka untuk mempertemukan makna tersebut dengan makna
lahirnya. 12
Menurut sebagian ulama, ilmu sebagaimana dimaksudkan di atas bukanlah seperti “ ‘ilm alkasbī” yang bisa didapat dengan cara membaca, mengingat dan menghafal, akan tetapi hal itu
lebih merupakan “ilmu laduni”, yakni ilmu pemberian yang boleh dikata sebagai pancaran
dari ketajaman takwa, istiqomah dan kebajikan.13 Menurut al-Zahabī, tafsir isyārī adalah
hasil riyādhah rūhiyah seorang sufi sehingga bisa menyingkap rahasia-rahasia dan i’tibar
dalam wujud isyarat yang suci yang muncul dengan sendirinya di dalam hatinya sebagai
ungkapan dari terkuaknya rahasia ayat-ayat karena makrifat kepada Allah
b. Fungsi tafsir isyari
Tafsir Isyari disamping mengarahkan sasaran penafsirannya pada pengungkapan makna ayatayat al Quran yang tersirat juga berusaha menelusuri daya cakup makna Al Quran, yang
tersusun dari maknanya yang tersurat.
3. Hadits
a. Pengertian hadits

adalah segala perkataan (sabda), perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi
Muhammad SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits
dijadikan sumber hukum dalam agama Islam selain Al-Qur'an, Ijma dan Qiyas, dimana dalam
hal ini, kedudukan hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur'an.
Ada banyak ulama periwayat hadits, namun yang sering dijadikan referensi hadits-haditsnya
ada tujuh ulama, yakni Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Turmudzi,
Imam Ahmad, Imam Nasa'i, dan Imam Ibnu Majah.
b. Fungsi hadits
ada tiga fungsi sunnah atau hadis dalam ajaranIslam.
1. Pertama, sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Kalau ada orang yang hanya
menggunakan al-Qur’an dan tidak mau menggunakan sunnah, maka dari mana ia

mengetahui bahwa salat zhuhur itu empat rakaat. Ternyata tidak ada keterangan dalam alQur’an mengenai salat zhuhur empat raka’at, thawaf tujuh kali dan seterusnya. Syarat ibadah
kita diterima oleh Allah SWT ada dua, yang tercantum dalam dua kalimah syahadah. Yang
pertama harus ada keikhlasan karena Allah sebagaimana dituangkan dalam syahadat tauhid,
yakni "Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah".Yang kedua, syaratnya adalah
harus mengikuti tuntunan Rasulullah yang dituangkan dalam syahadat rasul, yakni "Saya
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Oleh karena itu, tidak mungkin seorang
muslim meninggalkan hadis.
2. Kedua, hadis adalah sebagai pendukung terhadap ketetapan dalam

al-Qur’an.
Sebagai contoh al-Qur’an secara tegas mengharamkan riba. Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Lalu datanglah hadis-hadis yang juga mengharamkan riba.
3. Ketiga, hadis sebagai sumber hukum Islam. Hadis adalah sebagai sumber hukum kedua
setelah al-Qur’an. Banyak hadis menjelaskan sesuatu yang tidak disebut dalam al-Qur’an.
Salah satunya adalah tentang dihalalkannya memakan daging binatang yang disebut dlabb.
Dulu banyak yang menerjemahkan dlabb dengan biawak, padahal ternyata jauh berbeda
dengan biawak karena di Indonesia tidak ada. Penetapan halalnya binatang
dlabb ini adalah berdasarkan hadis Nabi Saw. Jadi, kedudukan dan fungsi hadis adalah
sumber hukum kedua setelah al-Qur’an. Sedangkan fungsinya adalah sebagai penjelas dan
penguat hukum yang ditetapkan dalam
al-Qur’an, juga sebagai sumber hukum yang berdiri sendiri yang tidak dijelaskan dalam
alqur’an.
4. The hermeneutic
a. Pengertian The hermeneutic
Secara sederhana, hermeneutika diartikan sebagai seni dan ilmu untuk menafsirkan teks-teks
yang punya otoritas, khususnya teks suci.Dalam definisi yang lebih jelas, hermeneutika
diartikan sebagai sekumpulan kaidah atau pola yang harus diikuti oleh seorang mufassir
dalam memahami teks keagamaan.Namun, dalam perjalanan sejarahnya, hermeneutika
ternyata tidak hanya digunakan untuk memahami teks suci melainkan meluas untuk semua
bentuk teks, baik sastra, karya seni maupun tradisi masyarakat.
Selanjutnya, sebagai sebuah metodologi penafsiran, hermeneutika bukan hanya sebuah
bentuk yang tunggal melainkan terdiri atas berbagai model dan varian. Paling tidak ada tiga
bentuk atau model hermeneutika yang dapat kita lihat. Pertama, hermeneutika objektif yang
dikembangkan tokoh-tokoh klasik, khususnya Friedrick Schleiermacher (1768-1834),
Wilhelm Dilthey (1833-1911) dan Emilio Betti (1890-1968).
Menurut model pertama ini, penafsiran berarti memahami teks sebagaimana yang dipahami
pengarangnya, sebab apa yang disebut teks, menurut Schleiermacher, adalah ungkapan jiwa
pengarangnya, sehingga seperti juga disebutkan dalam hukum Betti, apa yang disebut makna
atau tafsiran atasnya tidak didasarkan atas kesimpulan kita melainkan diturunkan dan bersifat
intruktif.Untuk mencapai tingkat seperti itu, menurut Schleiermacher, ada dua cara yang
dapat ditempuh; lewat bahasanya yang mengungkapkan hal-hal baru, atau lewat karakteristik
bahasanya yang ditransfer kepada kita. Ketentuan ini didasarkan atas konsepnya tentang teks.
Menurut Schleiermacher, setiap teks mempunyai dua sisi: (1) sisi linguistik yang menunjuk
pada bahasa yang memungkinkan proses memahami menjadi mungkin, (2) sisi psikologis
yang menunjuk pada isi pikiran si pengarang yang termanifestasikan padastyle bahasa yang
digunakan. Dua sisi ini menerminkan pengalaman pengarang yang pembaca kemudian
mengkonstruksinya dalam upaya memahami pikiran pengarang dan pengalamannya.
Menurut Abu Zaid, diantara dua sisi ini, Schleiermacher lebih mendahulukan sisi linguistik
dibanding analisa psikologis, meski dalam tulisannya sering dinyatakan bahwa penafsir dapat
memulai dari sisi manapun sepanjang sisi yang satu memberi pemahaman kepada yang lain

dalam upaya memahami teks.
b. fungsi Hermeneutika dan Tafsir.
` Berdasarkan definisi diatas, apa yang dimaksud hermeneutika sesungguhnya tidak berbeda
dengantafsîr dalam tradisi Islam. Menurut Dzahabi, tafsir adalah seni atau ilmu untuk
menangkap dan menjelaskan maksud-maksud Tuhan --dalam al- Qur`an-- sesuai dengan
tingkat kemampuan manusia (bi qadr al- thâqah al-basyariyah)
Dalam tradisi keilmuan Islam, tafsir ini kemudian berkembang menjadi dua aliran: tafsîr bi
al-ma’tsûr dan tafsîr bi al-ra’y. Tafsîr bi al-ma’tsûr adalah interpretasi al- Qur`an yang
didasarkan atas penjelasan al-Qur`an dalam sebagian ayat-ayatnya, berdasarkan atas
penjelasan Rasul, para shahabat atau orang-orang yang mempunyai otoritas untuk
menjelaskan maksud Tuhan, sementara tafsîr bi al-ra’y adalah interpretasi yang didasarkan
atas ijtihad.Dalam perbandingan diantara keduanya, model tafsir bi al- ma`tsûr sesuai dengan
model hermeneutika objektif. Sebagaimana hermeneutika objektif yang berusaha memahami
maksud pengarang dan masuk dalam tradisinya, tafsir bi al- ma`tsûr juga berusaha
menangkap maksud Tuhan dalam al- Qur`an dengan cara masuk pada kondisi realitas
historisnya saat turunnya ayat. Dalam pandangan tafsir bi al-ma`tsûr, yang paling mengetahui
maksud Tuhan adalah Rasul, para shabat dan mereka yang sezaman. Kita tidak akan dapat
menangkap maksud al-Qur`an tanpa bantuan mereka dan memahami realitas historis yang
melingkupinya. Karena itu, metode tafsirbi al-ma’tsûr senantiasa mengikatkan dan
menyandarkan diri pada tradisi masa Rasul, shahabat dan yang berkaitan dengan periode
awal turunnya al-Qur`an. Sementara itu, tafsir bi al-ra’y sesuai dengan model hermeneutika
subjektif. Sebagaimana konsep hermeneutika subjektif, tafsir bi al-ra’y tidak memulai
penafsirannya berdasarkan realitas-realitas historis atau analisa-analisa linguistik melainkan
memulai dari prapemahaman si penafsir sendiri kemudian berusaha mencari legitimasinya
atau kesesuaiannya dalam teks tersebut.
Pernyataan ini dapat dilihat pada interpretasi yang dilakukan Ibn Arabi tentang ayatDia
membiarkan kedua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu (QS. al-Rahman, 19).
Ibn Arabi yang sufistik memulai tafsirannya berdasarkan prinsip-prinsip ajarannya kemudian
mencari dukungannya dalam teks. Karena itu, menurutnya, yang dimaksud dua lautan dalam
ayat diatas adalah lautan substansi raga yang asin dan pahit dan lautan ruh yang murni, yang
tawar dan segar yang keduanya saling bertemu dalam wujud manusia.Yang lain dapat dilihat
pada al-Farabi, filosof yang terkenal dengan konsepnya tentang intelek aktif (al-`aql al-fa`âl).
Baginya, kataal-malaikah bukan berarti makhluk supra-natural dan supra-rasional Tuhan
dengan tugas-tgas khusus sebagaimana yang biasanya dipahami melainkan pengetahuan
orisinil yang berdiri sendiri atau intelek aktif yang mengetahui persoalan yang Maha Tinggi.
Ia adalah ruh suci, absolut dan dapat mengetahui dirinya sendiri.
Meski demikian jauh dan meski tafsir bi al-ra’y (sama juga hermeneutika subjektif) idasarkan
atas ijtihad, tetapi ia masih lebih banyak berkutat dalam lingkaran wacana, belum pada aksi.
Gadamer sendiri menyebut hermeneutika lebih hanya merupakan permainan bahasa, karena
segala yang biasa dipahami adalah bahasa (being that can be understood is language)
Kenyataan tersebut, menurut Hasan Hanafi, dikarenakan tradisi pemikiran Islam masih lebih
bersifat teosentris daripada antroposentris, lebih banyak bicara tentang Tuhan daripada
manusia sendiri.
Hermeneutika pembebasan mengisi kekurangan-kekurangan tersebut. Bagi hermeneutika
pembebasan, interpretasi bukan sekedar masalah memproduksi atau mereproduksi makna
melainkan lebih dari itu adalah bagaimana makna yang dihasilkan tersebut dapat merubah
kehidupan. Sebaik apapun konsep dan hasil interpretasi tetapi jika tidak mampu
membangkitkan semangat hidup masyarakat dan merubah mereka berarti nol besar. Bohong.
Perbedaan alqur’an dan hadits

a. sekalipun al-Qur'an dan as-Sunnah / al-Hadits sama-sama sebagai sumber hukum Islam,
namun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil. Perbedaanperbedaan tersebut antara lain ialah :
b. Al-Qur'an nilai kebenarannya adalah qath'I ( absolut ), sedangkan al-Hadits adalah zhanni (
kecuali hadits mutawatir ).
c. Seluruh ayat al-Qur'an mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. Tetapi tidak semua hadits
mesti kita jadikan sebagai pedoman hidup. Sebab disamping ada sunnah yang tasyri' ada juga
sunnah yang ghairu tasyri �. Disamping ada hadits yang shahih adapula hadits yang dha,if
dan seterusnya.Al-Qur'an sudah pasti otentik lafazh dan maknanya sedangkan hadits tidak. .
d. Apabila Al-Qur'an berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib,
maka setiap muslim wajib mengimaninya. Tetapi tidak harus demikian apabila masalahmasalah tersebut diungkapkan oleh hadits......

B. Kerangka Konseptual
Tingkatan

Dari kerangka konseptual diatas dapat dijelaskan pembagian dan fungsi yang harus dilakukan
karena kita sebagai ummat islam harus melaksanakan amal ma’ruf nahi mungkar

BAB III
METODOLOGI PENULISAN

A. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Metode deskriptif kualitatif adalah suatu metode yang digunakan untuk membuat gambaran
secara sistematis mengenai hubungan antara fenomena yang diteliti dan hasilnya tidak
dinyatakan dalam bentuk angka.
Metode deskriptif kualitatif digunakan karena dapat membantu tujuan yang ingin dicapai
yaitu untuk menjelaskan tentang bagaimana mengetahui fungsi dan arti pokok pembahasan
yang telah di uraikan.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan data karya tulis ini yaitu melalui studi
pustaka (Library Research) dan juga termasuk data-data dari internet. Penulis mengkaji
sejumlah referensi berupa buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, data di internet, dan karya tulis
lainnya yang relevan dengan judul karya tulis ini. Studi pustaka bermaksud untuk
menemukan teori yang dapat mendukung keabsahan penulisan.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari buku-buku
dan karya tulis lainnya yang merupakan hasil pemikiran orang lain. Data-data tersebut masih
berhubungan dengan pendidikan Islam.
D. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ini, digunakan sistematika sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pada bab pendahuluan ini penulis memaparkan gambaran umum/penertian tentang alqur’an,
hadist, tafsir isyari dan the hermeneutics secara umum dan hal-hal yang melatar belakangi
penulisan karya tulis ini.
b. Kajian Pustaka
Merupakan dasar untuk menganalisis permasalahan yang diperoleh dari beberapa referensi.
c. Metodologi Penulisan
Merupakan uraian tentang metode yang digunakan dalam menyusun karya tulis ini sehingga
dapat tersusun secara sistematis.
d. Pembahasan
Bab pembahasan ini merupakan inti dari penulisan, di mana dasar teori diperoleh , dianalisis,
dan dikaitkan antara satu dengan yang lainnya.
e. Penutup
Bab ini memuat simpulan dan saran dari keseluruhan penulisan.

BAB IV
PEMBAHASAN
A. Proses Turunnya alqur’an

Turunnya Qur’an merupakan peristiwa terbesar dalam sejarah manusia. Quran diturunkan
pertama kali pada malam lailatul qadar. Bagaimanakah proses turunnya Alquran secaran
detail ? Turunnya Alquran dibagi dalam dua tahap, yaitu turunnya secara sekaligus dan
turunnya secara berangsurangsur.
Dan ada beberapa perturunan alqur’an
- Turunnya Alquran secara sekaligus
- Turunnya Alquran secara berangsur‐angsur.
1. Turunnya Alquran secara sekaligus.
Alquran diturunkan pertama kali ke Baitul Izzah ‘secara sekaligus agar para malaikat
menghormati kebesarannya. Inilah maksud 3 Firman Allah berikut :
“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan‐penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan
yang batil.”(QS Al‐ Baqarah;185)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”(QS AL‐
Qadr;1)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.”(QS Ad‐Dukhan;3)
Ketiga ayat di atas itu tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi adalah malam lailatul
qadar dalam bulan Ramadan. Tetapi lahir (zahir) ayat‐ayat itu bertentangan dengan kejadian
nyata dalam kehidupan Rasulullah, di mana Qur’an turun kepadanya selama dua puluh tiga
tahun. Karena itulah para Ulama berpendapat bahwa Alquran turun dalam dua tahap,
pertama; secara sekaligus kedua ; secara berangsur‐angsur selama 23 tahun. Seperti kata Ibnu
Abbas berikut, tentang ini beliau mengucapkan perkataan serupa dalam tiga kesempatan
berbeda, katanya :
“Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada malam lailatul qadar. Kemudian setelah
itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun.” Pada kesempatan lain beliau juga berkata ;
“Qur’an itu dipisahkan dari az‐Zikr, lalu diletakkan di Baitul ‘Izza di langit dunia. Maka
Jibril mulai menurunkannya kepada Nabi s.a.w.”
“Allah menurunkan Qur’an sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya secara berangsur‐
angsur. Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul‐Nya s.a.w. bagian demi bagian.”

2. Turunnya Alquran secara berangsur‐angsur.
“dan Sesungguhnya Al Quran ini benar‐benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia
dibawa turun oleh Ar‐Ruh Al‐Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu
menjadi salah seorang di antara orang‐orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab
yang jelas.” (QS Asy‐Syu’ara’;192‐195)
“Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang‐orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar
gembira bagi orang‐orang yang berserah diri (kepada Allah).” ” (QS An‐Nahl;102)
“kitab (ini) diturunkan dari Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS Al‐Jasiyah)
“dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah[31] satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan
ajaklah penolongpenolongmu selain Allah, jika kamu orang‐orang yang benar.”(QS Al‐
Baqarah;23)
“Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya
(Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab‐kitab) yang
sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang‐orang yang beriman.”(QS
Al‐Baqarah;97)
Ayat‐ayat di atas menyatakan bahwa al‐Qur’anul Karim adalah kalam Allah dengan lafalnya
yang berbahasa Arab; dan bahwa Jibril telah menurunkannya ke dalam hati Rasulullah s.a.w.;
dan bahwa turunnya ini bukanlah turunnya yang pertama kali ke langit dunia. Tetapi yang
dimaksudkan adalah turunnya Qur’an secara bertahap. Ungkapan (untuk arti menurunkan)
dalam ayat‐ayat di atas menggunakan kata tanzil bukannya inzal. Ini menunjukkan bahwa
turunnya itu secara bertahap dan berangsur‐angsur. Ulama bahasa membedakan antara inzal
dengan tanzil. Tanzil berarti turun secara berangsur‐angsur sedang inzal hanya menunjukkan
turun atau menurunkan dalam arti umum.
Qur’an turun secara berangsur‐angsur selama dua puluh tiga tahun: tiga belas tahun di Mekah
menurut pendapat yang kuat, dan sepuluh tahun di Medinah. Penjelasan tentang turunnya
secara berangsur itu terdapat dalam firman Allah:
“dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur‐angsur agar kamu membacakannya
perlahan‐lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (QS Al‐
Isra;106)
Al Qur'an adalah firman Allah yang di dalamnya terkandung banyak sekali sisi keajaiban
yang membuktikan fakta ini. Salah satunya adalah fakta bahwa sejumlah kebenaran ilmiah
yang hanya mampu kita ungkap dengan teknologi abad ke-20 ternyata telah dinyatakan Al
Qur'an sekitar 1400 tahun lalu. Tetapi, Al Qur'an tentu saja bukanlah kitab ilmu pengetahuan.
Namun, dalam sejumlah ayatnya terdapat banyak fakta ilmiah yang dinyatakan secara sangat
akurat dan benar yang baru dapat ditemukan dengan teknologi abad ke-20. Fakta-fakta ini
belum dapat diketahui di masa Al Qur'an diwahyukan, dan ini semakin membuktikan bahwa
Al Qur'an adalah firman Allah.

Gambar . kitab suci alqur’an
(sumber: http://www. /images?hl=id&source=hp&biwkitab+suci+alqur%27an)
Pada penafsiran Tantawi Jauhari dalam kitab tafsirnya berjudul al-Jawahir fi Tafsir al-Qur'an
al-Karim sebagai sumber data primer, serta bukubuku lain yang terkait sebagai data sekunder.
Adapun metode untuk mengolah data digunakan metode deskriptif analitik, di mana

penyusun mencari dan mengumpulkan data tentang objek-objek penelitian kemudian disusun
dan dijelaskan secara sistematis, obyektif, serta dianalisis secara eksplanatoris, yaitu suatu
analasis yang berfungsi memberikan penjelasan yang lebih mendalam dari sekedar
mendeskripsikan sebuah makna teks. Dengan tujuan mengetahui konsep Tantawi Jauhari
tentang teori ilmiah yang terkandung dalam al-Qur'an khususnya tentang proses turunnya
hujan, dan mengetahui konsistensi argumentasi yang dibangun oleh Tanttaw i Jauhari dalam
melakukan klaim penemuan-penemuan ilmu pengetahuan modern, sehingga konsistensi
berpikir tersebut dapat dijadikan bekal pengalaman bagi peneliti tafsir agar dapat menilai
sebuah penafsiran dengan argumen yang lebih sistematis, ilmiah, dan dapat dipertanggung
jawabkan.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa proses turunnya hujan berlangsung melalui lima
fase. Kelima fase tersebut sebenarnya telah ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur'an berabadabad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
diambil dari QS. al-Nur(24): 43 yang penjelasannya sebagai berikut; Fase ke-1. Allah
mengarak awan. Fase ke-2. Kemudian mengumpulkan antara bagianbagiannya, fase ke-3.
Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, fase ke-4. Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar
dari celah-celahnya, dan yang ke-5. Allah menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu)
dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gununggunung, maka ditampakkan-Nya (butiranbutiran) es itu kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dari kelima fase di atas sebenarnya
dapat dikerucutkan kembali menjadi tiga tahap, sebagaimana para ilmuwan membagi tahapan
ini di dalam penemuannya yaitu, Pertama, bahan baku hujan naik ke udara (fase ke-1 dan 2),
kedua, lalu awan terbentuk (fase ke-3), dan Akhirnya ketiga, curahan hujan terlihat (fase ke-4
dan 5). Dari sini maka jelaslah sudah bahwa terlihat antara penemuan manusia dengan
petunjuk dari Allah SWT. manusia telah berhasil membuktikan ayat-ayat Allah tentang
turunnya hujan ini cocok satu sama lain, dalam artian penafsiran seorang ahli tafsir sama
dengan cendikiawan Barat, berkaitan dengan ayat-ayat Allah sebagai pembuktian atas
kebesaran-Nya. Berdasar kenyataan di atas, Tantawi Jauhari memadukan dua logos Tuhan,
yakni al-Qur'an dan fenomena alam, karena ia termasuk salah seorang mufassir yang
berupaya mensinergiskan ayat-ayat al-Qur’an dengan teori-teori ilmiah modern.
B. Berapa besar hubungan / posisi Tafsir Isyari, The Hermeneutics, Hadis Dan Alqur’an
1. Posisi dan hubungan hadits terhadap alqur’an
Mengetahui posisi Hadist dari Alquran sangat penting. Karena dengan mengetahui posisi itu
kita akan tidak kesulitan mengaplikasikan berbagai hal yang kita hadapi dalam hidup ini.
Karena Agama sebagai panduan hidup seorang muslim dalam menjalani kehidupan itu. Tidak
banyak yang tahu tentang posisi sumber hukum dalam Islam, kecuali orang-orang yang
kapabel mempelajari masalah itu. Sedangkan kebanyakan orang adalah awam, sehingga
mereka tidak banyak tahu hal tu. Apalagi menggunakannya. Para ulama sebenarnya berbeda
pendapat dalam masalah sumber hukum dalam Islam. Masing-masing madzhab berbeda
dengan madzhab yang lain. Namun kalau kita mau sebutkan semua, sumber hukum dalam
Islam itu adalah:
1. Al Quran
2. Al Hadist atau Assunnah
3. Al Ijma’
4. Al Qiyas
5. Masholih Mursalah
6. Al Istihsan
7. Syar’u man Qoblana
8. Al Istishab
Itulah kira-kira sumber hukum dalam Islam.

Namun ada hal yang disepakati sebagai sumber hukum dalam Islam, yaitu Al Quran dan
Assunnah.
Bagaimanakah posisi Assunnah atau Al Hadist dari Alquran? Posisi hadits terhadap Al
Qur’an adalah sebagai berikut:
• 1. Sebagai penjelasan dari Al Qur’an
• 2. Sebagai pengikat dari umumnya Al Qur’an
• 3. Sebagai pengkhusus dari mutlaknya Al Qur’an
• 4. Sebagai penguat dari Al Qur’an
• 5. Memberikan hukum atas hal-hal yang tidak dijelaskan oleh Al Qur’an
Hubungannya memang sangatlah kuat Yakni :
memperkuat posisi hukum yang ada dalam Al-Qur’an, misalnya hadits Rasulullah Saw :
"Sesungguhnya Allah menguburkan kedloliman pada orang dlolim. Ketika ia mengadzabnya,
maka Ia tidak melepaskannya". Hadits ini bersesuaian dengan firman Allah Q.S. Hud : 102 :
"Dan begitulah adzab Tuhanmu apabila dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat
dlolim …"
Menjelaskan hal-hal yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an. Pada point ini ada beberapa
macam : Penjelasan pada hal-hal yang global dalam Al-Qur’an, seperti penjelasan tata cara
sholat, waktu-waktu sholat, syarat-syarat sahnya, dan sebagainya. Dimana dalam Al-Qur’an
tidak dijelaskan secara terperinci
2. Posisi dan hubungan tafsir isyari terhadap alqur’an
Sebagaimana kita ketahui bahwa ulumul qur’an adalah ilmu yang mencakup pembahasanpembahasan yang berhubungan dengan Al-Qur’an al-Karim, dari segi pengetahuan tentang
sebab-sebab turunnya, pengumpulan Al-Qur’an dan urut-urutannya, pengetahuan tentang ayat
Makkiyah dan Madaniah, dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan Al-Qur’an.
Sebelum membahas mengenai hubungan antara Ulumul Qur’an dengan tafsir, maka kita
harus lebih dahulu mengemukakan hal-hal yang berhubungan dengan tafsir.
Kata tafsir, diambil dari kata tafsirah, yaitu : perkakas yang dipergunakan tabib untuk
mengetahui penyakit orang sakit. Hal ini dapat dimaksudkan bahwa tafsir adalah alat yang
digunakan untuk mengetahui kandungan yang tersimpan dalam Al-Qur’an.
Menurut bahasa, tafsir berarti “menerangkan dan menyatakan”. Sedangkan menurut istilah,
artinya adalah menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, baik menerangkan artinya, maksud yang
terkandung di dalamnya atau pun mengenai kandungan isinya, baik dengan ketentuan yang
jelas atau dengan isyarat.
As Zarkasyy dalam Al-Burhan berpendapat bahwa tafsir adalah menerangkan makna-makna
Al-Qur’an dan mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.
Sementara itu, Kata Al-Jurjany bahwa tafsir, pada asalnya ialah : “membuka dan
melahirkan”. Pada istilah syara’ yaitu : menjelaskan makna ayat, urusannya, kisah dan sebab
yang karenanya diturunkan ayat, dengan lafadh yang menunjuk kepadanya secara terang.
Untuk menjelaskan dan menafsirkan tentang ayat-ayat dalam Al-Qur’an, seseorang harus
mempunyai pengetahuan yang mantap tentang ulumul Qur’an. Dengan demikian, maka
antara Ulumul Qur’an dan tafsir mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Ulumul
Qur’an amat menentukan bagi seseorang yang ingin menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an secara
tepat dan dapat dipertanggung jawabkan. Bagi seorang mufassir, maka ulumul Qur’an secara
mutlak merupakan yang harus lebih dahulu dikuasainya, sebelum ia mulai memberikan tafsir
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an.
Menurut kaum sufi setiap ayat mempunyai makna yang zahir dan batin. Yang zahir adalah
yang segera mudah dipahami oleh akal pikiran sedangkan yang batin adalah yang isyaratisyarat yang tersembunyi dibalik itu yang hanya dapat diketahui oleh ahlinya. Isyarat-isyarat
kudus yang terdapat di balik ungkapan-ungkapan Al-Qur’an inilah yang akan tercurah ke

dalam hati dari limpahan pengetahuan gaib yang dibawa ayat-ayat. Itulah yang biasa disebut
tafsir Isyari.posisi tafsir isyari ini cukup berkaitan dengan akal pikiran manusia yang
menafsirkan.
3. Posisi dan hubungan the hermeneutics terhadap alqur’an
Bahyanya hermeneutics dalam penapsiran alqur’. Penafsiran Hermeneutika ini adalah suatu
"alat" untuk me-liberalkan pemikiran yang berasal dari tradisi penafsiran Injil/Bible. Maka
tidak heran ketika ada yang berfaham Islam Liberal, bisa menghalalkan nikah beda agama,
mengatakan jilbab tidak wajib, khamr halal, Al Qur'an adalah kitab puisi dan sebagainya.
Salah satu contoh hasil dari penafsiran Hermeneutika yang paling kontroversial adalah
peristiwa sholat Jum'at berjamaah yang di pimpin oleh seorang wanita yang bernama Dr.
Aminah Wadud, profesor studi Islam di Departemen Filsafat dan Studi Agama Universitas
Virginia Commonwealth. Sholat Jum'at itu pun dilakukan disebuah Gereja Katedral Saint
John The Divine di kawasan Manhattan, New York, Amerika Serikat.
Hermeneutika memang tidak mengenal status seseorang dan bahkan bisa diaplikasikan oleh
seorang profesor sekalipun. Seorang yang awam pun sangat mudah terkena imbas dari
penafsiran ini. Ketika kita mendengar ada seseorang yang mengatakan jilbab itu tidak wajib,
khamr bisa jadi halal di negara dingin, Al Qur'an adalah kitab puisi atau produk budaya,
nikah beda agama itu halal, maka sebenarnya dia telah terkena efek dari Hermeneutika ini
walaupun orang tersebut tidak mengerti apa itu Hermeneutika dan bagaimana efek buruknya.
Kajian tentang Hermeneutika ini penting kita telaah lebih lanjut untuk mengetahui sampai
sejauh mana pengaruh Hermeneutika ini telah merasuk di lingkungan sekitar kita dan juga
untuk membentengi aqidah kita
Dalam perbandingan diantara keduanya, model tafsir isyari sesuai dengan model
hermeneutika objektif. Sebagaimana hermeneutika objektif yang berusaha memahami
maksud pengarang dan masuk dalam tradisinya, tafsir isyari juga berusaha menangkap
maksud Tuhan dalam al-Qur`an dengan cara masuk pada pikiran, kondisi realitas historisnya
saat turunnya ayat. Dalam pandangan tafsir isyari, yang paling mengetahui maksud Tuhan
adalah Rasul, para shabat dan mereka yang sezaman. Kita tidak akan dapat menangkap
maksud al-Qur`an tanpa bantuan mereka dan memahami realitas historis yang
melingkupinya. Karena itu, metode tafsir isyari senantiasa mengikatkan dan menyandarkan
diri pada tradisi masa Rasul, shahabat dan yang berkaitan dengan periode awal turunnya alQur`an dengan hubungan pikiran manusia.
Sementara itu, tafsir isyari sesuai dengan model hermeneutika subjektif. Sebagaimana konsep
hermeneutika subjektif, tafsir isyari tidak memulai penafsirannya berdasarkan realitas-realitas
historis atau analisa-analisa linguistik melainkan memulai dari prapemahaman si penafsir
sendiri kemudian berusaha mencari legitimasinya atau kesesuaiannya dalam teks tersebut.
Pernyataan ini dapat dilihat pada interpretasi yang dilakukan Ibn Arabi tentang ayat Dia
membiarkan kedua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu (QS. al-Rahman, 19).
Ibn Arabi Yang lain dapat dilihat pada al-Farabi, filosof yang terkenal dengan konsepnya
tentang intelek aktif (al-`aql al-fa`âl). Baginya, kata al-malaikah bukan berarti makhluk
supra-natural dan supra-rasional Tuhan dengan tugas-tgas khusus sebagaimana yang biasanya
dipahami melainkan pengetahuan orisinil yang berdiri sendiri atau intelek aktif yang
mengetahui persoalan yang Maha Tinggi. Ia adalah ruh suci, absolut dan dapat mengetahui
dirinya sendiri.
4. Meski demikian jauh dan meski tafsir isyari (sama juga hermeneutika subjektif) didasarkan
atas ijtihad, tetapi ia masih lebih banyak berkutat dalam lingkaran wacana, belum pada aksi.
Gadamer sendiri menyebut hermeneutika lebih hanya merupakan permainan bahasa, karena

segala yang biasa dipahami adalah bahasa (being that can be understood is language).
Kenyataan tersebut, menurut Hasan Hanafi, dikarenakan tradisi pemikiran Islam masih lebih
bersifat teosentris daripada antroposentris, lebih banyak bicara tentang Tuhan daripada
manusia sendiri. Hermeneutika pembebasan mengisi kekurangan-kekurangan tersebut. Bagi
hermeneutika pembebasan, interpretasi bukan sekedar masalah memproduksi atau
mereproduksi makna melainkan lebih dari itu adalah bagaimana makna yang dihasilkan
tersebut dapat merubah kehidupan. Sebaik apapun konsep dan hasil interpretasi tetapi jika
tidak mampu membangkitkan semangat hidup masyarakat dan merubah mereka berarti nol
besar. Bohong
C. Hubungan alqur’an dengan ilmu pengetahuan modern
1. AL QUR'AN DAN ASTRONOMI
Banyak fakta, seperti penciptaan alam semesta dari ketiadaan, mengembangnya alam
semesta, serta garis-garis edar planet di jagat raya, yang hanya mampu diketahui melalui
astronomi modern, telah diberitakan dalam Al Qur'an sekitar 1400 tahun lalu.
2. AL QUR'AN DAN PLANET BUMI
Banyak fakta ilmiah, dari lapisan-lapisan atmosfir hingga fungsi geologis gunung, dari proses
pembentukan hujan hingga struktur dunia bawah laut, dijelaskan dalam ayat-ayat Al Qur'an
3. INFORMASI MENGENAI PERISTIWA MASA DEPAN DALAM AL QUR'AN
Allah mengisahkan dalam Al Qur'an tentang sejumlah peristiwa penting yang akan terjadi di
masa depan, dan berbagai peristiwa ini terjadi persis sebagaimana kisah tersebut.
4. AL QUR'AN DAN FISIKA
Tahukah Anda bahwa unsur besi pada awalnya terbentuk di bintang-bintang di luar angkasa,
bahwa materi diciptakan berpasang-pasangan, dan bahwa waktu adalah suatu konsep yang
relatif? Al Qur'an telah mengisyaratkan tentang semua fakta ilmiah in
5. AL QUR'AN DAN BIOLOGI
Al Qur'an memaparkan perkembangan embrio manusia dalam rahim ibu melalui penjelasan
yang benar-benar sesuai dengan penemuan embriologi moder
6. PENGETAHUAN AL QUR'AN
Untuk meningkatkan pengetahuan Anda tentang Al Qur'an, Anda dapat mengunjungi,
"Pengetahuan Al Qur'an" dan "Indeks Al Qur'an". Pada bagian ini, ayat-ayat Al Qur'an
dikelompokkan menurut pokok bahasannya
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar.
Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat
diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui
dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata
bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia. Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah
untuk berpegang teguh pada kitab suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai
satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:
2. Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan.
Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu
B. Saran
1. Adanya penelitian lebih lanjut terhadap hubungan ke 4 poin tersebut sangatlah besar

walaupun dalam artikel ini belum begitu lengkap karna masih terbatasnya ilmu si penulis
maka disini kita sama sama mebaca dan mencari tahu hubungan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
-----------Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Verbatim copying and
distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is
preserved.2009)
---------www.keajaibanalquran.com
www.masbied.com/2009/10/30/hubungan-dan-urgensi-ulumur-quran-dengan-tafsir-al-quran/
---------al hadits
----------pustaka umum poisisi alqur’an. 1992 beserta leretan. Zainul anwar.
pencerahanhati.com/surah.php?surah_id=1llg2001
www.harunyahya.com
www.secretbeyondmatter.com
www.islamdenouncesantisemitism.com
www.islamdenouncesterrorism.com
www.evolutiondocumentary.com
www.evolutiondeceit.com
www.srf-tr.org
ufiknt.wordpress.com/.../hermeneutika-dan-liberalisme-islam
ournal.uii.ac.id/index.php/JHI/article/view/247/242 rud1.abatasa.com/post/.../hubungan-hadits-dengan-al-qurrsquo;an
www.saifalink.co.cc/2010/10/05/hubungan-hadits-dan-al-quran
www.masbied.com/search/hubungan-tafsir-dengan-quran/page/2
www.masbied.com/.../hubungan-dan-urgensi-ulumur-quran-dengan-tafsir-al-qura
www.quranexplorer.com/quran/
Gadamer, Truth and Method, (New York, The Seabury Press, 1975), 450; Josef Bleicher,
Contemporary Hermeneutics,116.
Hasan Hanafi, Min al-Aqîdah ilâ al-Tsaurah, I, (Kairo, Maktabah Matbuli, 1991), 59
LAMPIRAN
Biodata Penulis
Nama : Muhammad Ikhsan Daulay

Tempat/Tgl. Lahir : Pasaman, 17 Mei 1990
Jurusan : Teknik Otomotif
NIM/BP : 15178/2009
Alamat Rumah : Jl. Srigunting No. 27a, ATB Padang
Telp. 081374314680

LEMBARAN PENGESAHAN
BERAPA BESAR HUBUNGAN TAFSIR ISYARI, THE HERMENEUTICS, HADIS
DENGAN ALQUR’AN
Diajukan dalam Rangka Mengikuti Lomba Karya Tulis Alqur’an Musabaqah Tilawatil
Qur’an Mahasiswa Tingkat UNP Tahun 2011

Telah Disetujui Oleh:

Padang, 23 Maret 2011
Ketua Jurusan Penulis

Drs. Hasan Maksum. MT
NIP : 19660817 199103 1 007

Muhammad Ikhsan Daulay
15178/2009

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyusun karya tulis dengan baik. Karya tulis ini yang berjudul “berapa besar
hubungan tafsir isyari,hadis dan the hermeneutic dan alqur’an” disusun dalam rangka
mengikuti seleksi pelayaran kebangsaan tingkat Nasional.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Bahrul Amin, S.T, MT selaku Pembantu Dekan III Fakultas Teknik (FT).
2. Para dosen jurusan Teknik Otomotif yang memberikan bantuan dalam penyusunan karya
tulis ini.
3. Ayah dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dorongan dan mendoakan penulis.
4. Para senior dan rekan-rekan yang ada di teknik otomotif yang selalu berjuang bersama
saya di bangku kuliah
Untuk semua itu, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga segala pertolongan yang
telah diberikan dibalasi oleh Allah SWT. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi penerapan pendidikan kebencanaan Indonesia.
Padang, 23 Maret 2011
Penulis

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 2
C. Pembatasan Masalah 2
D. Perumusan Masalah 3

E. Tujuan Penulisan 3
F. Kegunaan Penulisan 3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 4
B. Kerangka Konseptual 15
BAB III. METODOLOGI PENULISAN
A. Metode Penulisan 16
B. Teknik Pengumpulan Data 16
C. Jenis dan Sumber Data 16
D. Sistematika Penulisan 16
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Proses turunnya alqur’an ...............................................................................18
B. Berapa besar hubungan / posisi Tafsir Isyari, The Hermeneutics,
Hadis Dan Alqur’an..................................................................................22
C. Hubungan alqur’an dengan ilmu pengetahuan modern.........................27
BAB V. PENUTUP
2. Simpulan 28
3. Saran 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Diposkan 8th June 2011 oleh FAHRU ROSYID Wuluhan
0

Add a comment

Cara Mudah Belajar Aktif, Cepat, Kreatif,
Inovatif, Happy
AKu punya trick jitu untuk belajar yang lebih menyenangkan.Juga banyak
data mengenai data sekolah, bermain hp, aplikasi,game. film. pokok nggak
bosenin, di jamin Gratis






Classic
Flipcard
Magazine
Mosaic

 Sidebar
 Snapshot
 Timeslide
Mar
26

twitter
http://www.snpros.com/twitter/Fahru79
Nov
28
1
Nov
28

seting ulang komputer
http://www.4shared.com/get/u4Wq6ajh/Melakukan_Perbaikan_dan_atau_S.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI JUDUL
MELAKUKAN PERBAIKAN DAN ATAU SETTING ULANG SISTEM PC merupakan
modul teori dan atau praktikum yang membahas tentang cara mempersiapkan perbaikan PC
yang bermasalah, memperbaiki PC, dan memeriksa hasil perbaikan PC.