METODE PELAKSANAAN PT. PANCONA KATARA BU

METODE PELAKSANAAN
PT. PANCONA KATARA BUMI

Paket Pekerjaan
: PENGGANTIAN JEMBATAN AKE WAIRORO,
AKESP.3, AKE TABA II, AKE TABA VI, DAN
WAYA BOLI
Sumber Dana

:APBN

Tahun Anggaran

: 2017

Propinsi

: Maluku Utara

PERHITUNGAN TARGET WAKTU & WAKTU PELAKSANAAN
Asumsi :

- Waktu pelaksanaan :7 (tujuh) bulan
- Volume pekerjaan : m2/m3/kg

Perhitungan hari kerja efektif :
Jumlah hari tidak kerja
- Hari minggu dlm satu bulan : 4 – 5 hari

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

- Hari libur/idle alat : 2 hari
- Hari hujan/Musim hujan : 7 hari
- Hari hujan/Musim kemarau : 1 hari

Jumlah hari efektif perbulan :
- Musim kemarau : 30 hari – 1 hari
- Musim hujan : 30 hari – 7 hari

=29 hari
=23 hari


- Rata – rata hari kerja efektif : 20 hari

TARGET VOLUME :
- Per hari : Musim kemarau = B/A x29 hari = C
Musim hujan = B/A x 23hari = D
- Per jam : Musim Kemarau = C/7 jam= E
Musim hujan = D/7 jam =F
- Jam kerja efektif dalam satu hari adalah 7 jam

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

WAKTU PELAKSANAAN
Waktu

pelaksanaan

pekerjaan


Pembangunan

Jembatan Wai Boboi,

Wai Mina Halek, WaiI Tak dan Wai Bot adalah 210 (dua ratus sepuluh ) hari kalender
sampai dengan selesai.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

DIVISI I.
UMUM
1.2 Mobilisasi
Sebelum

pekerjaan

konstruksi

dimulai,


pada

tahap

awalpelaksanaan

adalah memobilisasi tenaga kerja, bahan danperalatan yang disesuaikan dengan
Kontrak Kerja atau Dokumen Penawaran.Tahapan yang akan dilaksanakan dalam
periode mobilisasi iniadalah :
 Mobilisasi personil lapangan yang memenuhijaminan kualifikasi/kwantitas
(sertifikasi)menurut cakupanpekerjaannya dan keahlian setiap tenaga.
 Mobilisasi/pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran.
 Penyediaan dan pemeliharaan base camp kontraktor,jika perlu termasuk kantor
lapangan, tempat tinggal,
 Pembuatan Jalan dan Jembatan sementara.
 Menyediakan kantor lapangan dan tempat tinggalpekerja yang memenuhi
syarat,
 Menyediakan lahan, gudang dan bengkel yangmemenuhi syarat,-syarat

Pelaksanaan pembongkaran

bangunan,

instalasi serta pembersihan tempat

kerja
 Dan pengembalian kondisi harus memenuhi syarat.
 Bangunan

untuk

kantor

dan

fasilitasnya

harusditempatkan


sedemikian

rupa sehingga terbebas daripolusi yang dihasilkan oleh kegiatan pelaksanaan,
 Bangunan

kantor

dan

fasilitas

lainnya

harusdibuat dengan kekuatan

structural yangmemenuhi syarat,
 Bangunan kantor dan fasilitas harus dibuat padaelevasi yang lebih tinggi dari

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN


daerah sekitarnya, diberipagar

keliling dan penjagaan,

dilengkapi

dengan

jalan masuk serta tempat parkir,
 Jembatan

sementara

harus

dibuat

dengan


strukturdan kekuatan

memenuhi syarat dan persetujuan direksi lapangan,
 Pengaturan

lalu

lintas

sementara

dengan

rambu-rambu yang memenuhi

syarat.

1.21 Manajemen Mutu
Manajemen


mutu

dimaksud

yaitu

sebagai

tempat

untukpemantauan

kualitas/mutu pekerjaan, pengontrol produkpekerjaan, dan analisa bahan, agar
nantinya

didapatkanhasil

disyaratkan.Laboratorium
antara


lain;

extraksi,

harus
sand

yang

sesuai

Spesifikasi

tersedia

alat

laboratoriumnya

core,


slum

Pekerjaan

yang

untukmelakukan

test,analisa saringan, hammer test dan

lain-lain.
Alat bukti bahwa pekerjaan telah dilaksanakan, berupainformasi mencakup foto
0%, 50%, dan 100%, serta laporan-laporan
Back

Up,

yang

meliputi

DMF,

JMF, Laporan

LaporanHarian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Request Sheet,dan

lain-lain.

DIVISI II.
DRAINASE
DRAINASE
 Pekerjaan Drainase akan dimulai dengan melakukan pengukuran situasi dan
elevasi

dasar

saluran,khususnya

outlet

dari

existing

saluran

untuk

menentukan ketinggian (arah dan kelandaian) saluranrencana dengan

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

menggunakan titik ikat yang disetujui dan diikuti dengan pemasangan patok
serta profil kemiringa galian.
 Saluran drainase yang ada, untuk sementara direlokasi agar tetap berfungsi
sebelum pekerjaan drainaseyang permanen selesai dilaksakan, kondisi ini
dimaksudkan untuk menjaga aliran air disekitar lokasiproyek dalam
mengantisipasi musim hujan.
Dewatering kemudian akan dilakukan terhadap salurandrainase lama yang
dipindahkan, sebelum pekerjaan pelebaran jalan dilokasi bekas saluran drainase
tersebutdilaksanakan.
 Untuk menjaga kestabilan pekerjaan pelebaran jalan, maka pekerjaan
penggalian dan penimbunan untuk membentuk saluran drainase akan
dilaksanakan secara bertahap dan disesuaikan dengan progress pekerjaan
tersebut diatas.
 Pada daerah drainase yang telah tergali dan tebentuk serta elevasi dasar
saluran telah sesuai dengan dimensi gambar kerja yang disetujui dan juga
telah dipadatkan, maka sesuai lokasi yang direncanakanakan dilanjutkan
dengan pekerjaan pemasangan batu dengan mortar.
 Untuk daerah saluran yang terbentuk dengan penimbunan, maka pekerjaan
pemasangan batu kali akan dikerjakan apabila pekerjaan penimbunan
tersebut telah memperhatikan kesetabilan.

Rehabilitasi Drainase Tepi Jalan :
Pekerjaan ini mencakup pembersihan tumbuh-tumbuhan dan pembuangan
benda-benda dari saluran tepi jalan ataupun dari kanal-kanal yang ada, memotong
kembali dan membentuk

ulang saluran tanah yang ada untuk perbaikan atau

peningkatan kondisi asli, dan juga perbaikan saluran yang dilapisi dalam saluran
pasangan batu atau beton.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

 Pelaksanaan Pekerjaan
1. Semua sampah, tumbuh-tumbuhan, endapan dan bahan -bahan yang
harus disingkirkan, harus dibuang dari saluran tanah, termasuk dari
Saluran yang memotong bahu jalan dan menyambung kepada lubang
tangkapan atau gorong –gorong.
2. Saluran-saluran dilapisi yang dalam kondisi jelek atau rusak harus
diperbaiki. Pasangan batu atau beton yang pecah-pecah, rusak atau lepas
harus dipotong dan diganti dengan pasangan batu atau beton yang baru
yang dilaksanakan sesuai dengan Gambar Rencana dan RKS.
3. Cara Pengukuran Pekerjaan :Semua pengukuran harus dilakukan di
sepanjang sumbu saluran dan harus disediakan untuk seluruh pekerjaan
yang dialakukan bagi rehabilitasi kedua sisi saluran.

Pasangan Batu dengan Mortar
 Pekerjaan ini dilakukan secara mekanik
 Semen, pasir dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan
Concrete Mixer
 Batu dibersihkan dan dibasahi seluruh permukaannya sebelum dipasang
 Pernyelesaian dan perapihan setelah pemasangan

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

DIVISI III.
PEKERJAAN TANAH
Pekerjaan

tanah

pada

pekerjaan

ini

dikosentrasikan

galian biasa,galian struktur dengan kedalaman 2 – 4meter,

dan

padapekerjaan

Timbunan

biasa

dari sumber galian. Adapun uraianpekerjaan dimaksud adalah sebagai berikut;
3.1.(1a) Galian biasa
Pekerjaan galian biasa mencakup pekerjaan penimbunankembali dengan
bahan yang disetujui oleh Direksi lapangan; pembuangan bahan galian yang tidak
terpakai, semua

keperluan

drainase,

pemompaan,

penimbaan,penurapan,

penyokong; pembuatan tempat kerja ataucofferdam beserta pembongkarannya.
Alat yang digunakan pada pekerjaan galian biasa sangatditentukan
kondisi

lahan

mengerjakan

Alat

galian padapada

pekerjaangalian
Excavator

dilapangan.
tertentu

atau

alat

yang

bantu

yangdigunakan adalah

daerah
tidak
lain,

yang

telah

bisa

menggunakan

maka

Excavator

ditetapkan.

Namun

alat

oleh
untuk
pada

bantuberupa

akandikerjakan dengan menggunakan

tenaga manusia.
Semua
(barikade)

galian

yang

terbuka

cukup

harus

untuk

diberi

rambu

peringatandan

penghalang

mencegahpekerja atau orang lain terjatuh ke

dalamnya, dan setiapgalian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupunlokasi
bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malamhari berupa drum yang dicat putih
(atau yang sejenis).
Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase betondan
pondasi jembatan
memungkinkan

atau

struktur

lain,harus

cukup

galian

ukurannya

untuk

sehingga

pemasanganbahan dengan benar, pengawasan, dan pemadatan

penimbunankembali di bawah dan di sekeliling pekerjaan.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 – 4 meter
Galian
batu,

struktur

galian

dengan

struktur,

kedalaman

galian

perkerasan beraspal.Dapat

2-4

meter bukantermasuk

galian

sumberbahan (borrow excavation) dan galian

dilakukan

dengan

penggaruk

tunggal

yang

ditarikoleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan 80 tenaga kudanetto maksimum
sebesar 180 PK.
Galian ini untuk perletakan pondasi sumuran atauuntuk pondasi abutmen
dengan

kedalaman

maksimum

penggalian,penanganan,

2-4meter. Pekerjaan

pembuangan

atau

ini

penumpukan

harus

tanah

mencakup

atau

batuatau

bahan lain dari jalan.
Galian

Struktur

mencakup

galian

pada

segala

pekerjaan yang disebut atau ditunjukkandalam

Gambar

galian

Biasa

yangdidefinisikan

sebagai

Galian

dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.Excavator
Doozer

sebagai

AlatPenggali

dan

Dump

jenistanah dalam batas
untuk

atau

GalianBatu

80-140
Truck

Struktur. Setiap

Hp
3-4

tidak

atau

dengan

M3,

sebagai

pengangkutpemindahan tanah.

3.2.(1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian
Timbunan

biasa dari

sumber

galian

yang

dimaksudterdiri dari bahan

galian tanah atau batu yang memenuhipersyaratan bahan:


Tidak termasuk tanah ekspansif dengan nilai aktif>1.25



Tidak

termasuk

tanah

A-7-6

(tanah

kelempunganberplastisitas tingi,

tingkatan umum “sedang –jelek”),kecuali:
Pekerjaan timbunan biasa merupakan urugan denganmaterial SNI 031744-1989,
material

timbunan

biasa

ditempatkanpada

bagian

yang

telah

disiapkan,

disiapkandilokasi pencampuran/quarry, wheel loader dipakai untukmemuat
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

ke dump truck yang mengangkut material kelokasikerja, material ditumpuk kearah
memanjang jalan dan motorgrader digunakan untuk menghampar/meratakan material
yangsudah ditumpuk sesuai elevasi dan gambar rencana, diikutipemadatan
vibrator

roller.

Memiliki

CBR

6

dengan

%setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan

sampai 100% MDDsesuai SNI 03-1742-1989.
Pengukuran
sesuai

dengan

dan
jarak

penempatan

garis

batas

padalokasi

timbunan,

dan elevasiyang telah ditentukan. Apabila tanah timbunan

tidak mengandung kadar air cukup maka perlu disiram air denganwater tank,
dan

apabila terlalu lembab kita melakukandewatering/pengeringan

dipadatkan.

JumlahPassing

Compaction

harus

disesuaikan

sebelum
dengan

trialcompaction yang telah disetujui sesuai dengan jenis tanahdan alat yang di gunakan.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

DIVISI IV.
PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN
Lapis Pondasi Agregat Kelas B Bahu
JalanPekerjaan

Lapis

Pondasi

Agregat

Kelas

B

pada

Bahu

Jalan

dikerjakan setelahselesai pekerjaan lapis pondasi.
Pondasi agregat Kelas B pada bahu jalan dapatdikerjakan bersamaan dengan
pekerjaan lapis pondasi agregat kelas B pada jalan.Peralatan yang digunakan adalah
wheel loader, dump truk, motor grader, tandemroller, water tank truck dan peralatan
bantu lainnya. Setelah dilakukan penghamparanmaterial dengan menggunakan motor
grader dan tandem roller, maka selama masapemadatan
melakukan

perapihan

tepi

hamparan

dan

sekelompok

pekerja

levelpermukaam perkerasan dengan

alat bantu.

Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Pekerjaan

ini

pengangkutan,perataan
untuk

Base

meliputi
dan

pengadaan

pemadatan.

material,

Lapis

proses

Pondasi

pecampuran,

Agregat

Kelas

B

Coarse.Material melalui proses pencampuran yang dilakukan di Base

Camp.Komposisi

pencampuran

disesuaikan

dengan

spesifikasi

teknik

setelah

terlebihdahulu dibuat Job Mix Formula sebagai acuan Pencampuran.Peralatan yang
digunakan Wheel Loader mencampur dan memuat Agregat ke dalamDump Truck di
Base Camp. Dump Truck mengangkut agregat ke lokasi pekerjaan dandihampar
menggunakan motor

grader, hamparan

agregat

dibasahi dengan watertanker,

lalu dipadatkan dengan vibratory roller. Selama pemadatan sekelompokpekerja
merapikan

tepi

hamparan

dan

level

permukaan

dengan

Prosespenghamparan berbeda dengan LPA kelas B (Bahu)

alat

Bantu.

karena lebar

penghamparanyang berbeda (Badan Jalan).
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

DEVISI V.
PERKERASAN BERBUTIR
Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pengangkuatn, Penghamparan dan
pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis pondasi jalan Tanpa penutup aspal dan
suatu lapis permukaan sementara pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi
bawah yang telah disiapkan.Pemasokan bahan akan mencakup , jika perlu,
pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi- operasi lainnya yang diperlukan,
untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.
5.2(1)

Lapis Permukaan Agregate tanpa penutup aspal

Pekerjaan

ini

harus

meliputi

pemasokan,

pengangkutan,

penghamparan

dan

pemadatan bahan untuk pelaksanaan Perkerasan BerbutirTanpa Penutup Aspal (Lapis
Permukaan Agregat dan Lapis Pondasi Agregat) diatas permukan yang telah disiapkan
dan diterima sesuai dengan ketentuan dan detail yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan. Pemasokan bahan akan mencakup, jika
perlu, pemecahan, pengayakan, pencampuran dan operasi-operasi lainnya yang
diperiukan, untuk memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari Spesifikasi ini.
Pekerjaan Lapis Permukaan tanap penutup aspal dengan prosedur sebagai berikut
a.

Pengangkutan Material
Pengangkutan material dari Base camp atau Quary kelokasi pekerjaan

menggunakan dump truck dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel
loader.

Pengecekan

dan

pencatatan

volume

material

dialakukan

pada

saat

penghamparan agar tidak terjadi kelebihan disatu tempat dan kekurangan material
ditempat yang lain.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

b.

Penghampara Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan Motor Grader dalam

tahap penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.

Kondisi cuaca yang memungkinkan

b.

Panjang hamparan pada saat setiap section yang dipadatkan sesuai
dengan kondisi lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan
kondisi lapangan dan tebal penghamparan sesuai dengan spesifikasi (15
cm padat).

c.

Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi yang
telah ditetapkan

c.

Pemadatan Material
Pemadatan dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller dan Tandem Roller,

Dimulai dari bagian tepi ke bagian tengah. Setelah pemadatan selesai alat pemadatan
dipindahkan kejalur sebelahnya dengan over leving 1/8 panjang drum dan seterusnya
hingga mencapai areal pemadatan. Pemadatan dilakukan dengan jumlah passing
sesuai dengan hasil trial compaction.
Dasar Perhitungan Untuk Analisa harga satuan


Asumsi :



pelaksanaan ini menggunakan alat berat (secara mekanik)



lokasi pekerjaan sepanjang jalan



Material agregat dicampur di Base Camp kontraktor atau pada lokasi quary
Prosedur pelaksanan :


Pencampuran agregat dicampurkan di base Camp atau quary
denganmenggunakan



alat Wheel loader

Pengangkutan material agregat dengan menggunakan alat Dump
Truck

 Penghamparan material agregat dengan menggunakan alat Motor
Greader

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN



Hamparan agregat dibasahi dengan Water Tank Truck sebelum
dipadatkan dengan Tandem Roller



Selama pemadatan, sekelompok pekerjaan akan merapikan tepi
hamparan dan level permukaan dengan menggunakan alat bantu.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

DEVISI VI.
PERKERASAN ASPAL
Lapis Resap Pengikat & Aspal minyak
Pekerjaan ini meliputi pencampuran aspal dan minyak kerosene di Ketel AMP
dandipanaskan sehingga menjadi aspal cair, dengan komposisi sesuai petunjuk
Direksi,Mengangkut Campuran Aspal dan kerosene tersebut kelapangan, pembersihan
daridebu dll areal yang akan dihampar, lalu dilaksanakan penghamparan lapis
resappengikat / lapis Perekat, alat alat yang akan digunakan
 Asphalt Sprayer untuk menyemprotkan campuran aspal cair ke areal yang di
Lapis
 Air Compressor untuk membersihkan areal yang akan di hampar Lapis
Resap Pengikat
 Dump untuk mengangkut keduanya (Asphalt Sprayer + Compressor) ke
lokasiyang akan Dilapis
 .Keseluruhan tahap pelaksanaan sesuai petunjuk direksi dan spesifikasi
teknik.

Lapis Pengikat Aspal Beton (AC – BC) t = 5 cm
Pekerjaan ini meliputi proses pencampuran, transportasi ke lapangan,
penghamparandan pemadatan berikut tes sebelum dan sesudah proses pelaksanaan.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

Setelah
kepadatan

Lapis

Pondasi

Agregat

Kelas

B

selesai

dan

hasil

test

danpemeriksaan dimensi dan elevasi sesuai rencana, maka dilaksanakan

pekerjaanpenghamparan Lapis Resap Pengikat, setelah sebelumnya dilakukan
pembersihanareal
Lapis

menggunakan

Air

Compressor.Lahan

yang

telah

dihampar

ResapPengikat setelah dibiarkan selama 24 Jam, lahan tersebut siap di

Aspal.Pencampuran material AC – BC dilakukan secara mekanis menggunakan
AsphaltMixing Plant.
Hasil pencampuran langsung ditampung ke dalam Dump Truck dandibawa ke
lokasi pekerjaan.Sebelum Campuran AC-BC tiba dilokasi pekerjaan, maka flet
peralatanpenghamparan Aspal dan pemadatan telah disiapkan.Setelah
tiba

dilokasi

penghamparan,

langsung

dituang

dalam

campuran

bucketAsphalt Finisher

dan dihampar sesuai dengan ketebalan gembur yang disetujui direksipekerjaan,
dicek

suhu

hamparan

setelah

tercapai

suhu

sesuai

lalu

spesifikasi,langsung

dilakukan pemadatan menggunakan Tandem Roller lalu dilanjutkan denganTyre Roller,
sampai dicapai kepadatan dan ketebalan sesuai rencana.
Saat

Penghamparan

penghamparan,dan

sekelompok

proses pemadatan

pekerja
sekaligus

merapihkan
dengan

pinggir/

penyiraman

tepi
air

sehingga AC-BC tidakmelekat di roda.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

DEVISI VII.
STRUKTUR
Perencanaan

urutan

pengecoran

harus

mempertimbangkanhal – hal

sebagai berikut:
1. Melintang – dimulai pengecoran beton di tengah,bergerak keluar secara
seimbang / teratur.
2. Memanjang



maksimum terjadi
beton

tidak

pengecoran

beton

pada

sehingga

awal,

akan terpengaruh oleh

sedemikian

sehingga lendutan

bila pengerasan
lendutan

yang

awal

terjadi

disebabkan

pengecoran beton kemudian.
3. Bila

pelat

yang

sedang

dicor

tidak

lurus,

biasanya dalam

praktek

dikerjakan dari titik terendah menuju titik tertinggi.
Disamping

itu,

sebelum

pengecoran

perlu

adanya pemeriksaan lain.

pemeriksaan yang harus dilakukan sebelum mengecor pelat lantai adalah sebagai
berikut:
1. Periksa bahwa semua kotoran debu, beton lama, potongan kawat pengikat dan
sebagainya dibersihkan dari acuan.
2. Menegaskan bahwa jembatan kerja (runway) ditopang bebas dari penulangan.
3. Jika keadaan cuaca kurang

baik, terutama

cuaca panas,periksa

agar

pekerjaan dapat berlangsung tanpamelanggar Syarat – syarat Teknik.
4. Memastikan adanya pengaturan untuk cahaya buatan(penerangan) bila
pengecoran tidak dapat diselesaikan sebelum gelap.
5. Memastikan terdapat cukup kayu untuk membuat stop – endbila persediaan
beton terganggu/terlambat.
6. Memastikan

ketersediaan

tenaga

dan

fasilitas

untuk mengambil

benda

uji bahan atau beton sesuai denganSyarat – syarat Teknik.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

7. Menegaskan

bahwa

talang

(chutes)

terbuat

dari

logam atau dilapisi

logam sehingga beton tidak akan terpisah dalam talang atau diperbolehkan jatuh
lebih dari 1,5 m.
8. Memeriksa

tersedianya

alat

cadangan

(standby)

yangcukup, termasuk

pengetar (concrete vibrator), dalam kondisi siap pakai. Beton dapat dicampur
di lokasi atau di tempat lain,dan

dapat

dicor

dengan

menggunakan

kereta dorong padajembatan kerja dengan talang, monorail conveyor dari ember
yang diangkat oleh keran atau katrol (hoist), atau dipompa.
Beton

harus

dicor

dengan

kedalaman

penuh

dalamacuan sedekat

mungkin dengan posisi akhir, sehingga tidakperlu dipindah – pindahkan dengan screed
atau penggetar.
Operator berpengalaman dan pengawasan ketat diperlukandalam penggetaran
untuk

menjamin

bahwa

beton

dalam (internal)dapat dihasilkan

dipadatkansegera setelah dicor. Melalui penggetar
lantai yang

padat dan

beton yang

padat disamping dengan menggunakan screed penggetardan

tahanserta

penghalus

tangan

(hand floating) atau screed tangandan penghalus mesin (power float).
7.1 (8) Beton mutu renda fc’=15 MPa (K-175)
Pada item pekerjaan beton mutuh rendah yang perludiperhatikan adalah
hal-hal sebagai berikut;
1. Penyiapan tempat kerja
2. Apabila ada beton lama, maka harus dibongkar dulu
3. Untuk

pekerjaan

disyaratkan dan
stabil danadanya

fondasi,

harus

adanya tempat
jalan

kerja

sesuai

disekeliling

dengan dimensi
tempat

pekerjaan

yang
yang

sehingga pekerjaan dapat dengan mudah

diperiksa
4. Untuk fondasi langsung, beton tidak boleh dicor langsung di atas tanah

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

5. Sebelum

pengecoran,

harus berada

di

seluruh

dalam

beton

acuan,

tulangan

dan benda

harus sudah terpasang

lain

yang

dan diikat

kuat

sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran
6. Galian

harus

diperiksa

dan

disetujui

olehDireksi lapangan sebelum

pekerjaan beton dimulai
7. Pada waktu pengecoran, beton tidak boleh terkena air hujan, atau panas
matahari secara langsung, jadi harus pasang tenda atau pelindung terhadap
beton cor
8. Alat untuk

pekerjaan Takaran (timbangan utk

fc’>20MPa), Mixer (manual,

ready mix), gerobak, pompa, alatpemadat, finishin.
9. Untuk beton dengan kuat tekan > fc’ 20 MPa, penakaran dilaksanakan
berdasarkan berat
10. Sehingga

diperlukan

masing-masing

berat

volumeagregat kasar maupun

Halus yang akan digunakan sesuai dengan Spek.

7.1 (9) Beton Siklop fc’=15 MPa (K-175)
Semen, pasir, batu kerikil dan air dicampur dan diadukmenjadi beton dengan
menggunakan

Concrete

Mixer.Beton

di-cor

ke

dalam

perancah

yang

telah

disiapkan.Penyelesaiandan perapihan setelah pemasangan.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkanakibat Pekerjaan Beton
yaitu :
1. Pelaksanaan

pengukuran

dan

pematokan

harus dilakukan

oleh

pekerja

yang terampil serta berpengalaman dibidangnya,
2. Pekerja

harus

memakai

pakaian

dan

perlengkapan kerja yang sesuai

(sarung tangan, sepatu boot dan helm) serta memenuhi syarat,
3. Menutup material dengan plastik sehingga debu tidak beterbangan,
4. Menyediakan alat pemadam kebakaran di gudang atau tempat penyimpanan
material,

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

5. Mengecek

alat

pan

mixer

sebelum

digunakan termasuk penguat-

penguatnya, dijalankan oleh orang yang ahli dibidangnya,
6. Dinding galian harus diberi penahan dinding secukupnya,
7. Pada daerah pemasangan bekisting harus diberi penerangan secukupnya,
8. Dilarang

menyimpan/menempatkan

bekisting, tanah

galian

tanah

galian dipinggir

pembuatan

harus dibuang pada tempat yang aman yang telah

ditentukan,
9. Disediakan jalan keluar untuk menyelamatkan diribila terjadi bahaya,
10. Dipasang tangga yang sesuai dan memenuhi syaratdari segi kekuatanya
11. Dilarang menempatkan atau menggerakkan bebanmesin atau peralatan
lainnya dekat pemasangan bekisting/disisi galian yang dapat menyebabkan
runtuhnya sisi galian dan membahayakan setiap orang atau pekerja yang
berada didalamnya,
12. Paku-paku yang menonjol keluar perlu dibenamkanatau dibengkokan
13. Memasang rambu-rambu pada lokasi pekerjaan untuk melindungi
yang bekerja

dari

kendaraan

yang melintasi

proyek

personel

dan

menempatkan

selesai

dandiperiksa

petugas bendera disemua tempat kegiatan pelaksanaan

7.3 (1) Baja Tulangan U 24 Polos
Setelah
kekuatannya,
penulangan

acuan

untuk

pengerjaannya,
dapat

pelat

lantai

kerapatan

dipasang.Perlu

untuk

telah

adukan, ketinggian
sering

dan

memeriksa

kebersihan,

ukuran

pada

waktu pembengkokan di lokasi, atau tepat sesudah pengiriman kelokasi jika tulangan
dibengkokan di luar lokasi. Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain
adalahsupaya penulangan tidak mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat,
minyak, lemak, Lumpur, mill scale lepasatau

karat

lepas

akan

mengurangi

sifat

pelekatan daribatang sederhana khususnya dan harus dilepas.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang relative tipis,
kurangnya
beton,

selimut

dapat

sedangkan terlalu

mengakibatkan berkaratnya
banyak

rencana diperkirakan dari pelat

selimut

tidak

dapat

batang

dan

terkikisnya

mengakibatkan

kekuatan

tercapai. Pengikatkawat sama cepat berkarat

seperti batang biasa, dan ujung pengikat harus dijauhkan dari permukaan beton.
Blok adukan dan
selimut

lebih

dudukan

disukai

(chair)

dari pada

plastik

dudukan

dipakai

baja

untuk

memelihara

dengan pinggiran plastik.

Beberapa dudukan plastik mempunyai luas dasar yang kurang, dan dapat hancur bila
dibebani, apalagi dalam cuaca panas.
Bila

dudukan

penulangan

vertikal

dipakai
kadang

pada

posisi horizontal

untuk

memegang

–kadang berputar kecuali jika dipasang dengan baik.

Penulangan harus ditopang sedemikian rupa sehingga tidak berpindah, distorsi,
atau rusak dengan cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.
Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan
Penulangan pada Pekerjaan Beton yaitu :
1. Pelaksanaan

penulangan

harus

dilakukan

berpengalaman dibidangnya, dilengkapi
sepatu boot yang sesuai dan

oleh pekerja yang terampil dan

dengan

helm,

memenuhi syarat

sarung

tangan,

serta memperhatikan

ketentuan-ketentuan berikut :


Sisa-sisa

besi/kawat

baja

ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak

menimbulkan bahaya,


Besi tulangan yang menjorok ke luar dari lantaiatau dinding harus
diberipelindung,



Bila melakukan penyambungan besi tulangan maka ujungnya menjorok ke
luar tidak boleh menimbulkan bahaya,



Besi

tulangan

tidak

boleh

disimpan

pada perancah

atau

papan

acuan yang dapat membahayakan kestabilannya.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

Tulangan ini merupakan Polos dan banyak dipakai sebagai tulangan utama.


Penyimpanan dan penanganan



Tulangan diberi label untuk identifikasi yang menunjukkan ukuran batang,
panjang dan informasi lainnya



Ditangani dan disimpan untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi atau
kerusakan



Dibengkokkan dengan cara dingin sesuai ACI 315



Diemeter > 20 mm dibengkokkan dengan mesin pembengkok



Penempatan dan pengikatan



Baja tulangan harus bersih, ditempatkan dengan selimut beton sesuai ketentuan



Diikat kuat pada posisinya, panjang penyaluiran 40 diameter



Tidak boleh dilas kecuali atas persetujuan Direksi pekerjaan



Simpul kawat membelakangi permukaan beton



Baja tulangan yang terekspos cukup lama harus dilindungi

7.3 (3) Baja Tulangan U 32 Ulir
Setelah
kerapatan

acuan

adukan,

selesai

dan

diperiksa

kekuatannya, pengerjaannya,

ketinggian

dan kebersihan, penulangan dapat dipasang. Perlu

untuk sering memeriksa ukuran

pada waktu pembengkokan di lokasi, atau tepat

sesudah pengiriman ke lokasi jika tulangan dibengkokan di luar lokasi.
Penggunaan kayu, rak baja atau penyangga lain adalah supaya penulangan
tidak

mengenai tanah atau lumpur sampai siap dipakai. Cat, minyak, lemak,Lumpur,

mill scale lepas atau karat lepas akan mengurangi sifat pelekatan dari batang
sederhana khususnya dan harus di lepas.
Penutup (selimut) sangat penting terutama pada pelat lantai yang relative
tipis, kurangnya selimut dapatmengakibatkan

berkaratnya

batang

dan

terkikisnya

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

beton,sedangkan terlalu banyak selimut dapat mengakibatkan kekuatan rencana
diperkirakan dari pelat tidak tercapai.
Pengikat kawat sama cepat berkarat seperti batang biasa,dan ujung pengikat
harus dijauhkan dari permukaan beton. Blok adukan dan dudukan (chair) plastik
dipakai untu kmemelihara selimut lebih disukai dari pada dudukan baja dengan
pinggiran
kurang, dan

plastik.

Beberapa

dudukan

plastic mempunyai luas dasar yang

dapat hancur bila dibebani, apalagi dalam cuaca panas. Bila dudukan

dipakai pada posisi horizontal untuk memegang penulangan vertical kadang



kadang berputar kecuali jika dipasang dengan baik.
Penulangan

harus

ditopang

sedemikian

rupa

sehingga tidak berpindah,

distorsi, atau rusak dengan cara apapun pada waktu pengecoran pelat lantai.

7.6 (1) Pondasi Cerucuk Penyediaan Dan Pemancangan
a. Melakukan pekerjaan persiapan dengan mengecek lokasi bebas dari gangguan
saat proses pekerjaan.
b. Mempersiapkan peralatan kerja.
c. Ujung tiang kayu dipangkas berbentuk kerucut sedangkan bagian kepala tiang
dipotong sesuai dengan garis as pancang.
d. Pekerjaan dimulai dengan melakukan pengukuran untuk menentukan titik titik
pemancanngan.
e. Hasil pengukuran dituangkan dalam dan diajukan kepada direksi/konsultan
supervise untuk mendapatkan persetujuan.
f. Setelah mendapatkan persetujuan, pelaksanaan pemancangan dilakukan sesuai
dengan gambar konsultan yang disetujui konsultan supervisi.
g. Kayu

yang

sudah

disiapkan,

diangkat

dan

dipancang

pada

titik-titik

pemancangan yang telah ditentukan.
h. Selama pemancangan tetap dilaksanakan pengukuran untuk memonitor
ketepatan titik-titik pancang.
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

i. Selesai pemancangan, dilakukan pengukuran untuk menentukan elevasi puncak
tiang pancang.
j. Tiang pancang ditandai dan dipotong/digergaji sesuai elevasi yang sudah
ditentukan.
k. Pastikan mengambil gambar dokumentasi pada saat proses pekerjaan.

7.6 (12) Penyediaan Tiang Pancang
Berikut ini akan dijelaskan mengenai Metode Pemancangan Beton Tiang
pancang menggunakan alat pancang hidrolik hammer, yaitu sebagai berikut :
1. Penyiapan lahan area kerja yang cukup guna penampatan alat berat juga area
manuver alat.
2. Penyiapan lahan untuk penempatan material (tiang pancang) pada posisi yang
strategis guna memudahkan dalam pengerjaannya.
3. Pada masing masing tiang pancang diberi identitas dan diberi meteran per satu
meter.
4. Penyiapan alat-alat kerja pendukung lainnya.
5. Melakukan pengukuran :


Pengukuran dilakukan oleh Pemborong dengan disaksikan dan disahkan oleh
Direksi/MK.



Kedudukan/posisi dari masing-masing tiang pancang harus ditandai dengan
patok bergaris tengah 80 mm dengan panjang 300 mm yang ditancapkan
didalam tanah.



Bagian atas patok sepanjang 150 mm harus dicat dengan warna yang
menyolok.



Sebelum mulai jacking, tiang yang akan dijacking harus dicheck dan berada
dalam keadaan/posisi vertikal.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN



Penyambungan tiap bagian tiang dengan las harus dilakukan secermat
mungkin dan benar, sehingga tidak ada celah/lubang pada sambungan las
tersebut.



Semua tiang pancang harus mempunyai nomor referensi, tanggal cor,
panjang dan lain lainnya dengan aturan sebagai bcrikut :
o Setiap tiang pancang bagian I diberi tanda pada interval 50 Cm.
o Setiap tiang pancang bagian II diberi tanda pada interval 25 Cm.
o Setiap tiang pancang bagian III diberi tanda pada interval 10 Cm.

6. Pengujian Tiang pancang :
a. Pengujian dilakukan terhadap suatu Tiang pancang percobaan yang tidak
dipakai (unused pile) sebelum dilakukan pemancangan sebenarnya (used
pile).
b. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk membuktikan kebenaran asumsi yang
dipergunakan dalam penurunan dan perhitungan design load dari tiang
pancang.
7. Penyipapan informasi data teknis : Panjang tiang Pancang, Energi Hammer,
Literatur dan Referensi teknis lengkap tentang alat pemukul yang dipakai.
8. Tahap-tahap pelaksanaan pemancangan :
a. Sebelum dilakukan pemancangan, semua tiang pancang pra-cetak harus
diberikan perincian dan data secara jelas pada sisi puncak tiangnya meliputi :


Nomorreferensi, Panjang tiang, Tanggal pengecoran, beban Kerja.

b. Sebelum dilakukan pemancangan harus diteliti terlebih dahulu hal-hal
sebagai berikut :


Pada pemancangan tiang yang utuh maka pemancangan (set)
maksirnum umumnya diperoleh dengan cara menggunakan alat pemukul
(hammer) yang paling tepat dan paling lunak. Bila pemancangan
dilakukan secara sebagian (segmental) maka ketinggian maksimum
pemukulan yang diusulkan harus semaksimal mungkin konsisten dengan
tegangan maksimum yang diijinkan padabeton dan massa alat
pemukulnya juga harus diganti dengan yang sesuai, haruspula
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

diperhitungkan

kemungkinan

adanya

kehilangan

energi

pada

sambungan.
 Bila tiang pancang segmental menemui tanah yang lembek sekali,
batuan

keras

atau

lapisan-lapisan

batuan

maka

ketinggian

pemukulannya harus dikurangi.
 Pemborong harus memberikan perincian tentang urutan pemancangan
yang harusdisusun sedemikian rupa untuk menghindari terangkatnya
kembali (up lifting) tian pancang.
 Bila tiang yang dipancangkan pada tanah lunak sampai kelapisan keras
pendukung untuk memperoleh penumpuan ujung yang kuat (high end
bearing) maka ketinggian dari semua tiang pancang yang berdekatan
harus diperiksa apakah terjadi pengangkatan, bila mengalami hal
tersebut.
 Pemborong harus bertanggung jawab untuk melaksanakan semua usaha
untuk memancang kembali tiang pancang yang terangkat tersebut.
 Semua pemancangan harus dilakukan sampai mencapai kedalaman
yang direncanakan dan disyaratkan, dalam pemancangan setiap titik
pancang harus secara terus menerus tanpa terputus kecuali terdapat
penyambungan bagian tiang pancang.
 Dalam pemancangan perlu diperhatikan bahwa jumlah pukulan pada
masing-masing tiang pancang diusahakan agar dibatasi sampai lebih
kurang 2000 pukulan, apabila dalam harus dilakukan test integritas tiang
(Pile Integrity test/PIT) yang bertujuan untuk mengetahui kualitas tiang
pancang terpasang.
 Mengecek kelurusan / kemiringan sudut tiang pancang dengan
menggunakan theodolit min. 2 sudut yang berbeda.
9. Siapkan kertas grafik kalendering pada tiang pancang tersebut
10. Secara berlahan hummer diangkat keatas hingga ketinggian tertentu, kemudian
hummer dilapaskan.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

11. Bila

tiang

pancang

perlu

mendapat

sambungan

karena

kedalaman

pemancangan masih belum terlampaui, maka hentukan pemancangan tiang
pancang hingga +/- 1 meter dari muka tanah terhadap kepala tiang pancang.
12. Melakukan

sambungan

dengan

tiang

pancang

berikutnya

yang

mana

sambungan tersebut dilas pada ujung tiang pancang dengan menggunakan
mesin las yang kemudian hasil las diberi bahan anti karat maka konsultasikan
dengan Konsultan Perencana untuk langkah berikutnya.
13. Axial Loading Test :
a. Axial loading test dilakukan pada setiap tiang pancang dimaksudkan untuk
menentukan respon tiang pancang terhadap suatu pembebanan tekan statis.
Beban

tersebut

bekerja

secara

aksial

pada

tiang

pancang

yang

bersangkutan.
b. Untuk axial loading test ini kami menggunakan sistem Non Destructive Test
yaitu Pile Driving Analysis (PDA) atau Shock Test dengan tujuan untuk
mempersingkat waktu pengetesan, dengan ketentuan beban loading test 200
% dari Design Load.
c. Beban percobaan pada pengujian ini harus sebesar 200 % dari design load
untuk suatu Proving Test, pembebanan dilakukan mengikuti prosedur “Slow
maintaned Load test” dengan cyclic loading berdasar ASTM D 1143-8,
sedangkan pada Preleminary Loading test pembebanan minimal sebesar 300
% design load.
d. Jumlah preleminary loading test ditetapkan 2 (dua) titik tiang percobaan,
sedapat mungkin pelaksanaan pemancangan tiang uji dilakukan disebelah
lobang pemboran Penyelidikan Tanah.
e. Beban maksimum yang ditumpukan pada pengujian pendahuluan ini harus 3
(tiga) kali besar Design Load, setelah itu penambahan beban dilanjutkan
sampai kelongsoran (failure) teljadi.
f. Apabila telah dicapai suatu keadaan pengujian sesuai dengan rencana, maka
pemancangan harus dihentikan sementara untuk memberikan kesempatan
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

tanah kembali kepada kondisi semula. Pemancangan/Pemukulan tiang
pancang dapat dilanjutkan kembali setelah selang waktu yang cukup untuk
menentukan apakah telah terjadi perubahan dari keadaan semula.
14 Lateral Loading Test :
a. Pengujian

ini

dilakukan

untuk

menentukan

respon

tiang

terhadap

pembebanan lateral.
b. Jumlah lateral loading test adalah 1 (satu) buah, sebagai percobaan
digunakan used pile.
c. Untuk setiap tiang pancang yang dilakukan pengujian ini tidak boleh
mengalami kegagalan struktural, untuk mengatasi kegagalan Pemborong
harus memantau secara langsung hubungan antara beban dan defleksi
lateral.
d. Persyaratan pelaksanaan Lateral Loading test mencakup hal-hal berikut :


Prosedur Pembebanan



Peralatan pengadaan beban



Prosedur dan peralatan untuk pengukuran lateral displacement



Laporan hasil pengujian
e. Pembebanan dilaksanakan dengan cyclic loading scsuai dengan persyaratan
ASTM D 3966-81, beban percobaan ditetapkan sebesar maksimum 200 % x
5 % dari daya dukung izin vertikal tiang bor, kecuali ditentukan lain.
f. Pada bagian atas dari tiang pancang Pada tanah yang bcrada disekitar
kepala tiang yang akan diuji, harus dipadatkan sampai pada “cut off level”
dengan nilai CBR minimal 5 %.
g. Lateral Displacement yang diijinkan untuk pengujian ini adalah sebesar 12
mm pada beban percobaan lateral maksimum.
h. Segera setelah pengujian beban dilakukan, Pemborong harus menyerahkan
laporan lengkap tentang hasil pembebanan, agar dapat dilakukan evaluasi
oleh Konsultan.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

i. Evaluasi akan dilakukan untuk menentukan daya dukung akhir tiang pancang
tersebut. Kegagalan memenuhi daya dukung tersebut menjadi tanggung
jawab Pemborong.
15. Catatan dan laporan instalasi tiang pancang mencakup :
a. Nama Proyek
b. Lokasi Tiang
c. Ukuran Tiang
d. Mutu Beton
e. Tanggal Cor Tiang
f. Beban Rencana Tiang
g. Maximum beban Jacking
h. Total panjang Tiang
i. Total Penetrasi Tiang
j. Tekanan Hidrolis pada setiap interval 1.00 m
k. Level muka tanah
l. Kedalaman penetrasi
m. Level ujung tiang
n. Cut-off level
o. Panjang effective tiang
p. Kondisi cuaca
q. Ganggunan yang timbul
r. Penyimpangan-penyimpangan sewaktu instalasi.

7.6 (18) Pemancangan Tiang Pancang
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses pemancangan tiang
adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan tiang pancang di lapangan.
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

Pengangkatan dan penyusunan tiang pancang yang disimpan di lapangan
harus memperhatikan titik angkat dan titik tumpu untuk penyimpanan material,
sesuai dengan petunjuk teknis dari produsen tiang pancang.
2. Pemeriksaan material tiang pancang
Pada waktu kedatangan material, harus dipastikan dilampiri mill sheet untuk
pemantauan kesesuaian material yang diterima dengan spesifikasi teknis
pekerjaan harus dipastikan kode dan tanggal produksi sesuai dengan mill sheet
yang dilampirkan pada surat pengiriman barang. Sebelum digunakan, material
tiang pancang harus diperiksa kembali :


Tidak ada yang retak, cacat dan pecah – jika ada yang retak, cacat atau pecah
maka harus dipisahkan untuk direpair oleh produsen tiang pancang sebelum
digunakan

 Ukuran penampang dan panjang harus sesuai dengan spesifikasi dan
penempatannya pada gambar konstruksi
 Umur beton harus sudah memadai untuk dipancang – jika masih belum cukup
umur maka dipisahkan dulu dan ditunggu sebelum dipakai
3. Persiapan tiang untuk pemancangan.
Tiang pancang harus diberi marking atau tanda dengan cat merah, untuk
keperluan pemantauan pada saat pemancangan dilakukan :
 Tiap jarak 0,5 m’ dari ujung tiang pancang sampai ke pangkalnya.
 Diberi angka pada tiap meternya dari ujung bawah ke pangkal tiang.
 Untuk tiang sambungan, angka harus melanjutkan angka dari tiang yang
disambung.
 Tiang sambungan harus selalu diposisikan di dekat titik pancang yang sedang
dikerjakan – supaya tidak terlalu lama mengambil tiang sambungan jika
diperlukan penyambungan.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

4. Pemantauan pelaksanaan pemancangan
Pada saat pekerjaan pemancangan harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Tiang pancang telah ditempatkan pada titik rencana dan diperiksa
vertikalitasnya dari 2 arah (X-Y penampang tiang pancang), toleransi
kemiringan mengikuti ketentuan spesifikasi alat dan spesifikasi teknis –
pemeriksaan boleh dilakukan dengan pendulum/bandul, selama kondisi angin
tidak terlalu besar dan tidak mengganggu posisi bandul (harus bisa
diam/stabil).
b. Tiang pancang harus sejajar dengan sumbu hammer dan ladder alat pancang
jika tidak sejajar, berpotensi tiang akan pecah atau patah dan dipantau
berkala oleh operator alat pancang dan helper counter harus mencatat jumlah
pukulan per 0,5 m’ atau per 1 m’
c. Kelurusan/vertikalitas tiang pancang selama pemancangan harus selalu
dipantau oleh helper operator dan jika terjadi pergeseran vertikalitas atau
tiang menjadi miring, maka harus dihentikan dulu pemancangannya :
-

Jika masih memungkinkan, tiang pancang diatur supaya vertikal kembali.

-

Jika sudah tidak memungkinkan penyesuaian tiang pancang, dilakukan
penyesuaian sumbu.

d. Jatuh hammer supaya sejajar dengan kemiringan sumbu tiang dan jika
kemiringan bertambah semakin parah di luar toleransi, pemancangan
dihentikan.
e. Selama pelaksanaan pemancangan, tinggi jatuh hammer dipantau tidak
boleh lebih dari 2,5 m' kecuali atas persetujuan khusus Konsultan Pengawas,
namun tidak boleh lebih dari 3 m' dalam segala kondisi pelaksanaan.
f. Jika diperlukan penyambungan diusahakan tidak melebihi 3 sambungan tiang
g. Jika terdapat lapisan lensa/lapis tipis tanah keras, diusahakan untuk ditembus
dengan tidak mengakibatkan tegangan internal melebihi spesifikasi material
h. Tinggi jatuh hammer harus dipantau pada saat pengambilan final set yaitu:
-

harus sesuai dengan syarat dari Konsultan Desain (untuk drop hammer).
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

-

dicatat sesuai dengan ram stroke yang terjadi untuk diesel hammer dan
hydraulic hammer.

i. Pengambilan final set harus dilakukan :
-

Menggunakan kertas milimeter yang masih baru (tidak boleh berupa
fotocopy).

-

Dengan pulpen supaya garis yang dihasilkan tidak terlalu tebal dan tidak
luntur jika terkena air dan oli, tidak boleh dengan spidol atau pensil yang
memberikan garis yang tebal sehingga menyulitkan pembacaan garis
grafik.

-

Pulpen harus dialasi acuan yang stabil dan tidak terpengaruh penurunan
tiang saat dipukul.

-

Arah penarikan pulpen harus sejajar dengan garis milimeter pada kertas
record/milimeter.

-

Grafik yang diambil harus jelas, tidak terlalu rapat garis rebound-nya dan
tidak miring.

-

Diambil pencatatan final set untuk minimal 10 kali pukulan.

-

Jika tidak tercapai nilai final set yang ditetapkan, maka pemancangan
harus dilanjutkan dan diambil lagi final setnya pada lembar yang sama,
sampai tercapai final set yang ditetapkan.

5. Pemeriksaan terhadap heaving (pengangkatan).
Pile heaving adalah kondisi terangkatnya kembali tiang pancang yang sudah
selesai dipancang, akibat tekanan tanah yang terjadi pada saat pemancangan
titik pondasi berikutnya yang berdekatan, yang radiusnya tergantung dari sifat
tanah di lokasi pekerjaan.
Untuk pemancangan tiang dalam kelompok (2 atau lebih), harus diperiksa
secara berkala apakah terjadi pile heaving atau tidak :
-

Untuk kelompok tiang yang terdiri dari 2-4 tiang pancang, tetap harus
diperiksa pile heaving pada pemancangan awal sebagai data awal – jika
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

tidak terjadi pile heaving setelah 5 kelompok tiang pertama diperiksa, maka
pemeriksaan berikutnya dapat dilakukan secara random, namun jika terjadi
pile heaving, maka harus diperiksa setiap kelompok tiang berikutnya.
-

Setiap titik pancang yang telah selesai dipancang dalam satu kelompok
harus dicatat level top of pile nya sebelum dilakukan pemancangan
berikutnya (level yang dicatat boleh merupakan pinjaman level setempat dan
tidak diikat ke BM, karena surveyor juga harus melakukan tugas yang lain
dan mungkin hanya dapat melakukan pengukuran optik dari posisi yang
tidak memungkinkan memindahkan acuan BM level ke tiang yang diukur).

-

Setiap selesainya pemancangan 2-4 tiang berikutnya dalam satu kelompok
tiang, dilakukan pengukuran ulang level tiang pancang yang telah
terpancang sebelumnya dan dipastikan tidak terjadi pile heaving

-

Jika terjadi pile heaving, maka tiang pancang yang terangkat harus dipukul
ulang/redrive untuk mengembalikan level top of pile ke posisi semula atau
sedikit lebih rendah dari level awal – untuk pekerjaan re-drive harus dicatat
pada piling record yang ada dan tidak perlu dilakukan pengambilan grafik
final set lagi

-

Proses pengukuran dan pengecekan harus dilakukan terus sampai seluruh
tiang pancang dalam satu kelompok tiang selesai dipancang.

-

Penetapan nilai pengangkatan (heaving) yang disyaratkan untuk dilakukan
re-drive harus mengikuti ketentuan spesifikasi teknis atau persetujuan
Konsultan Pengawas -- direkomendasikan nilai 5 mm untuk end-bearing pile
dan 3 cm untuk friction pile.
Untuk menghindari atau mengurangi resiko pile heaving dapat dilakukan

langkah sebagai berikut :
-

Jarak bersih antar tiang pancang tidak kurang dari 2 diameter atau diagonal
penampang tiang – ditentukan oleh konsultan desain, jika terjadi pile heaving
dalam 5 kelompok tiang berturut-turut, maka diinformasikan kepada PM
untuk diputuskan apakah akan diubah jarak antar tiang pancang atau tidak.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

-

Jika terdapat kelompok tiang pancang, pemancangan dimulai dari posisi
terdalam lalu melingkar keluar.

6. Penghentian Pekerjaan Pemancangan.
Penghentian pemancangan dilakukan jika salah satu kondisi berikut terjadi
atau tercapai final set sudah dicapai (end-bearing pile) atau kedalaman
pemancangan yang disyaratkan sudah dicapai (friction pile). sudah mencapai
maksimal 2.000 pukulan hammer/palu pancang. Telah mencapai batas
kelangsingan tiang pancang sesuai spesifikasi material atau ketentuan Konsultan
harus dilakukan penambahan titik pondasi tiang jika diperlukan. terjadi kerusakan
pada tiang (pecah, retak, patah, dsb) : harus dilakukan penambahan titik pondasi
tiang terjadi kemiringan di luar toleransi : harus dilakukan penambahan titik
pondasi tiang.
7.Pencatatan data pelaksanaan.
Pencatatan data pelaksanaan yang harus dilakukan, minimal meliputi :
 Data jenis dan spesifikasi alat pancang yang dipakai.
 Data jenis, ukuran dan kapasitas material tiang pancang yang dipakai.
 Data pelaksanaan (Pile Driving Record dan Grafik Final Set).
 Data panjang tertanam termasuk konfigurasi sambungan tiang dan tanggal
pemancangan, yang ditabelkan sesuai dengan penomoran titik pancang pada
gambar konstruksi.
 Data pergeseran titik pancang yang diplotkan pada gambar dan ditabelkan,
sesuai penomoran titik pancang.
 Data titik pancang yang berubah vertikalitas tiang pancangnya selama
pemancangan, dicatat dan ditabelkan sesuai nomor titik pancang pada gambar
konstruksi.

PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

 Tabel nilai kapasitas ultimate dan ijin tiap titik pancang sesuai nomor pada
gambar konstruksi, dengan menggunakan rumus dinamik yang telah diverifikasi
dengan pengujian PDA Test atau Static Loading Test.
 Kekurangan serta kelebihan menggunakan pondasi tiang pancang.

E.

K3 Dalam Pelaksanaan konstruksi.
Industri konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan
yang mendukung kegiatan konstruksi dimulai dari penyediaan barang/material
keperluan pekerjaan konstruksi sejak pabrikan, suplai/pasokan (delivery) hingga
ke pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang mencakup kegiatan : sipil,
arsitektural, mekanikal, elektrikal dan tata lingkungan masing- masing beserta
kelengkapannya, untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lainnya
sesuai dengan yang direncanakannya. Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan
atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta
pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal,
dan tata lingkungan masing masing beserta kelengkapannya, untuk mewujudkan
suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan namun
dalam kegiatan konstruksi kecelakaan konstruksi relatif tinggi dibandingkan
dengan kegiatan lainnya. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak
yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan
lingkungan. Kegiatan proyek konstruksi memiliki Karakteristik antara lain :
bersifat sangat kompleks, multi disiplin ilmu, melibatkan banyak unsur tenaga
kerja kasar dan berpendidikan relatif rendah, masa kerja terbatas, intensitas
kerja yang tinggi, tempat Kerja (terbuka, tertutup, lembab, kering, panas,
berdebu, kotor), menggunakan peralatan kerja beragam, jenis, teknologi,
kapasitas dan beragam berpotensi bahaya, mobilisasi yang tinggi, peralatan,
tenaga kerja, material dll.
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

1. Potensi Sumber Bahaya Dalam Manajemen K3
a. Pekerja tertimbun longsoran
b. Kondisi tanah : geologis, topografis, jenis tanah, lereng
galian
c. Pengaruh air : air tanah, air permukaan, sumber air, piping
dll
d. Alat berat / kendaraan yang digunakan : beban, getaran
c. Pekerja tenggelam/kena air banjir.
d. Pekerja terkena sengatan aliran listrik
e. Pekerja menghirup gas beracun
f. Pekerja menghrup debu / kotoran
g. Pekerja tertimpa alat kerja /material
h. Pekerja terjatuh kedalam galian
Dll .
2. Penanganan Bahaya Pekerjaan Pondasi, Pengaman Pekerjaan Galian Dalam
Manajemen K3.
 Dinding penahan , perancah dan tangga kerja
 Pagar pengaman
 Sirkulasi udara yang cukup
 Penerangan yang cukup
 Sarana komunikasi
3. Persyaratan Rencana Penggalian Dalam Manajemen K3
Lakukan penelitian terhadap :
 Keadaan tanah
 Air tanah
 Jaringan utilitas dibawah tanah (listrik, air, gas )
PT. PANCONA KATARA BUMI
METODOLOGI PEKERJAAN

 Tenaga kerja harus dilindungi dari bahaya tertimbun tanah
 Lampu & rambu–rambu dipasang untuk mencegah orang ter