makalah Sistem integumen ( 1 )

SISTEM INTEGUMEN

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah
Struktur Perkembangan Hewan
yang dibimbing oleh Umie Lestari dan Sofia Ery Rahayu

Disusun oleh :
1. Achamad Rodiansyah (150342604537)
2. Atikah Amalia (150342600782)
3. Yusliha Fitria Firdaus (150342603555)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI
Januari 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jurusan Biologi merupakan jurusan yang memperlajari mengenai makluk hidup,
lingkungan beserta adaptasinya. Banyak mata kuliah wajib yang harus ditempuh dalam
program S1 Biologi. Pada kali ini mata kuliah yang kita akan bahas adalah Struktur
Perkembangan Hewan I. Pada mata kuliah ini kita akan menemukan sistem-sistem yang
bekerja pada makhluk hidup. Makhluk hidup dalam melakukan aktivitas biologis
memerlukan sistem yang harus bekerja dan juga sistem yang saling berhubungan dengan
sistem yang lainnya. Namun pada makalah ini kami akan mengkerucutkan pembahasan
mengenai sistem yang bekerja pada makhluk hidup. Pada makalah ini kami akan
membahas mengenai sistem integumen sesuai dengan rencana program studi yang sudah
dijadwalkan.
Sistem integumen merupakan suatu kumpulan jaringan yang berada di permukaan
tubuh yang berfungsi untuk melindungi organ-organ yang ada di dalamnya. Perlu
diketahui bahwasannya hampir setiap makluk hidup mempunyai sistem integument yang
berfungsi untuk perlindungan tubuhnya. Sistem integumen pada masing-masing kelas
dalam kingdom animalia memiliki perbedaan. Misalnya pada ikan sebagai pelindungnya
menggunakan sisik , pada kelas lain pasti memiliki ciri khusus yang berbeda pada sistem
integumennya.
Dalam sistem integument kita harus mengetahui jaringan-jaringan apa yang ada
dalam organ tersebut. Selain mengetahui jaringan yang ada kita juga perlu mengetahui
fungsi tiap-tiap bagian yang ada. Agar kita dapat mengetahui jaringan apa yang ada serta

kita tahu mengenai fungsi tiap bagiannya maka kita harus mempelajari dan membahas
detail mengenai sistem tersebut.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.

Bagaimana fungsi umum sistem integumen pada vertebrata.

2.

Bagaimana struktur histologi sistem integumen verterbrata.

3.

Bagaimana perbedaan struktur anatomi sistem integumen pada veterbrata.

C. Tujuan
Tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.


Mengetahui fungsi umum sistem integumen pada vertebrata

2.

Mengetahui struktur histologi sistem integumen vertebrata

3.

Mengetahui perbedaan struktur anatomi sistem integument pada veterbrata

D. Manfaat
Manfaat pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1.

Mengetahui fungsi umum sistem integumen pada vertebrata

2.

Mengetahui struktur histologi sistem integumen vertebrata


3.

Mengetahui perbedaan struktur anatomi sistem integument pada veterbrata

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian pustaka
1.

SISTEM INTEGUMEN PISCES
Sistem integument ikan berupa sisik yang tersusun atas epidermis dan dermis.
2. Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh selsel yang
berbentuk piala yang terdapat di seluruh permukaan tubuhnya. Epidermis bagian
dalam terdiri dari lapisan sel yang selalu giat mengadakan pembelahan untuk
mengantikan sel-sel sebelah luar yang lepas dan untuk persediaan pengembangan
tubuh. Lapisan ini dinamakan stratum germinativum (lapisan Malphigi).
1. Dermis lebih tebal daripada epidermis dan tediri dari sel-sel yang susunannya lebih
kompak. Lapisan ini berperan dalam pembentukan sisik pada ikan yang bersisik.
Derivat-derivat kulit juga dibentuk dari lapisan ini. Pada dermis ini terkandung

pembuluh darah, saraf dan jaringan pengikat

Tubuh ikan dilindungi oleh sisik . Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis
karena sisik dibuat dari lapisan dermis. Pada beberapa ikan sisiknya berubah menjadi
keras karena bahan yang dikandungnya, sehingga sisik tersebut menjadi semacam
rangka luar. Ikan yang bersisik keras terutama ditemukan pada ikan-ikan yang masih
primitif. Sedangkan pada ikan modern kekerasan sisiknya sudah tereduksi menjadi
sangat fleksibel. Disamping ikan-ikan yang bersisik, juga banyak terdapat ikan yang
sama sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang termaksud kedalam subordo
Siluroidea (Ikan jambal Pangasius pangasius, lele Clarias batrachus, dan belut sawah
Fluta alba). Sebagai suatu kompensasi, sebagaimana yang telah dikemukakan,
mereka mempunyai lendir yang lebih tebal sehingga badannya menjadi lebih licin.
Sisik pada “paddle fish” (Polyodon) di Amerika Utara hanya terdapat pada bagian
operculum dan bagian ekor. Pada ikan mas kaca (Cyprinus carpio var.) sisiknya
besarbesar dan tidak merata, kadang-kadang hanya terdapat di sepanjang linea
lateralisnya. Ikan sidat, eel (Anguilla) yang terlihat seperti tidak bersisik, sebenarnya
bersisik tetapi sisiknya kecil-kecil dan dilapisi lendir yang tebal. Berdasarkan bentuk
dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan dapat dibedakan menjadi lima
jenis, yaitu cosmoid, placoid, ganoid, cycloid, dan stenoid.
Sisik cosmoid hanya terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif. Sisik ini terdiri

dari beberapa lapisan, berturut-turut dari luar adalah vitrodentine yang dilapisi oleh

semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan yang kuat, dan
noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pada
lapisan isopedine terdapat pembuluh-pembuluh kecil. Yang menarik perhatian dari
sisik ini adalah pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada
bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup permukaan. Ikan yang memiliki
sisik tipe cosmoid ini misalnya Latimeria chalumnae.
Sisik placoid hanya terdapat pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk
sisik tersebut hampir seperti duri bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis. Susunannya
hampir seperti gigi manusia. Pulp (bagian yang lunak) berisikan pembuluh darah dan
saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid sering disebut juga dermal denticle. Gigi
ikan hiu merupakan derivat dari sisik. Seperti halnya dengan sisik cosmoid, sisik
ganoid terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan terluar dinamakan ganoine yang
materialnya terdiri dari garam-garam anorganik. Dibawahnya terdapat lapisan seperti
cosmine, dan lapisan paling dalam adalah isopedine. Berbeda dengan sisik cosmoid,
sisik ganoid tumbuh dari atas dan bawah. Ikan yang memiliki sisik tipe ganoid ini
antara lain Polypterus, Lapisostidae, Acipenceridae, dan Polyodontidae.
`


Bagian sisik yang menempel pada bagian tubuh hanya sebagian, kira-kira

separuhnya. Penempelannya secara tetanam kedalam sebuah kantong kecil didalam
dermis dengan susunan seperti genting. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang
(posterior) dengan warna lebih gelap daripada bagian depannya (anterior), karena
bagian belakangnya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian
anterior (yang tertanam dalam tubuh) transparan dan tidak bewarna. Susunan sisik
yang seperti genting tersebut akan mengurangi gesekan dengan air sehingga ikan
dapat berenang lebih cepat. Bagian-bagian sisik cycloid pada dasarnya sama dengan
sisik stenoid, kecuali bagian posterior sisik stenoid dilengkapi dengan ctenii
(semacam gerigi kecil). Fokus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya
berkedudukan di tengah-tengah sisik.
Di daerah empat musim, sisik dapat digunakan untuk menentukan umur ikan.
Circulus selalu bertambah selama ikan hidup. Pada musim dingin pertumbuhan ikan
sangat lambat dan jarak antara circulus satu dengan yang lainnya menjadi sempit

sekali, kadang malah tampak seperti berhimpitan. Circulus yang berhimpitan ini
dinamakan annulus yang terjadi setahu sekali. Annulus ini digunakan untuk
menentukan umur ikan. Bagian yang jelas untuk menentukan umur ikan ialah pada

bagian anteriornya.

Ctenoid

Cyloid

Placoid

Ganoid

2. SISTEM INTEGUMEN REPTIL
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka
Cycloid
Scales bentuk, terkecuali
anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat
halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar
seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi
lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi
dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm.
Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah: sikloid (cenderung datar

membundar), granular (berbingkul-bingkul), dan berlunas (memiliki gigir memanjang di
tengahnya, seperti lunas perahu). Perbedaan bentuk dan komposisi sisik-sisik ini pada
berbagai bagian tubuh reptil biasa digunakan untuk mengidentifikasi spesies hewan
tersebut.
Integument pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat.
Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan

pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan
epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti
kulit. Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna
ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar
karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif
cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.
Reptilia merupakan salah satu kelas dari vertebrata yang terdiri dari tiga ordo ,
yaitu ordo Testudinata (Chelonia), Ordo squamata, ordo Crocodilia/Loricata
a)

Ordo Chelonia
Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk


golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini
khas dan mudah dikenali dengan adanya ‘rumah’ atau batok (bony shell) yang keras dan
kaku. Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung
disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian
setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar
dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempenglempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada
kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada
bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.
Integumen Chelonia sp/kura-kura
1.Carapace (dorsal)
Pada bagian carapace (dorsal) terdiri atas nukhal yang merupakan suatu seri dari
pelat-pelat tanduk yang letaknya di tengah dari depan belakang berturut-turut yang
terletak di bagian atas (antara marginal) berjumlah satu buah. Marginal yang merupakan
bagian-bagian yang menjadi pinggir perisai yang berbentuk segi empat dan berjumlah 22.
Kostal yang terletak diantara neural dan marginal dan bersatu dengan rusuk. Pigal yang
terletak dibagian belakang di antara marginal dan berjumlah dua buah serta neural yang
terletak di tengah dan diantara pelat-pelat konstrak, dibagian depan juga berbatasan
dengan pigal dan neural berjumlah lima.
2.Plastron


Plastron (ventral) terdiri atas gular yang merupakan bagian luar yang paling kecil
dan letaknya paling depan dan berjumlah dua buah. Humeral yang merupakan bagian
yang terletak diantara gular dan pectoral yang berjumlah dua buah. Pectoral yang terletak
diantara humeral dan abdominal serta memiliki jumlah sepasang. Dimana abdominal
terletak diantara pectoral dan femoral yang merupakan bagian yang paling besar dari
plastron dan berjumlah dua buah serta anal yang terletak paling belakang (setelah
femoral) dan berjumlah dua buah.
b)

Ordo squamata
Ular, sebagaimana reptil lainnya, memiliki sisik-sisik yang menutupi kulitnya.

Tubuh ular tertutupi seluruhnya oleh sisik-sisik, yang memiliki beraneka bentuk dan
ukuran, tersebut. Sisik-sisik itu berfungsi untuk melindungi tubuh, membantu pergerakan
ular, mempertahankan kelembaban, berguna dalam kamuflase dan mengubah
penampilan, dan untuk beberapa kasus juga membantu dalam menangkap mangsa
(misalnya pada ular kadut).
Sisik ular juga berevolusi dan berubah untuk melayani fungsi-fungsi tertentu,
misalnya sisik bening serupa kaca arloji yang melindungi mata ular.Serta yang paling
aneh mungkin adalah ‘kerincingan’ di ekor ular derik Amerika Utara, yang terbentuk dari
sisik-sisik mati yang tertinggal ketika ular melungsung (berganti kulit).
Sisik-sisik ular terutama berguna manakala ular bergerak, yakni untuk
mengurangi gesekan dengan substrat atau lingkungannya. Gesekan adalah sumber utama
kehilangan energi pada pergerakan (lokomosi) ular. Sisik-sisik ventral (perut), yang
berukuran besar dan lebar, licin dan minim friksi; sementara pada beberapa jenis ular
pohon, sisik-sisik ini memiliki lekuk atau lunas di tepinya yang berguna untuk
‘memegang’ cabang dan ranting pepohonan.
Kulit dan sisik-sisik ular membantu mempertahankan kelembaban tubuhnya.Ular
juga dapat merasai getaran baik yang berasal dari tanah maupun dari udara, dan mampu
membedakannya dengan menggunakan sistem resonansi internal yang rumit, yang
kemungkinan melibatkan peranan sisik di dalamnya.Sebagian ular-ular primitif seperti
boa memiliki kepala yang tertutupi oleh sisik-sisik kecil tak beraturan. Namun
kebanyakan ular memiliki sisik-sisik besar yang menutupi kepalanya, yang disebut

perisai (shields).Pola dan susunan perisai-perisai ini berbeda-beda dari spesies ke spesies,
sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi jenisnya.
Sisik ular merupakan modifikasi dan diferensiasi dari lapisan kulit terluar atau
epidermis.Sisik-sisik ini terbuat dari keratin, bahan yang sama yang menyusun kuku dan
rambut.Tiap sisik memiliki permukaan luar dan dalam, sisik-sisik ini saling menutupi
pada pangkalnya, seperti susunan genting.
Setiap individu ular menetas dengan jumlah sisik yang tetap; sisik-sisik ini tidak
bertambah atau berkurang sejalan dengan bertambahnya umur ular. Meski demikian,
sisik-sisik ini bertambah besar ukurannya, dan kadang-kadang berubah bentuknya, setiap
kali melungsung.Sisik-sisik ini tertancap sedemikian rupa di kulit di sekitar mulut dan
sisi tubuh, memungkinkan kulit itu mengembang sehingga ular dapat menelan mangsa
yang berukuran lebih besar dari diameter tubuhnya.
Sisik-sisik ular memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda-beda. Sisik-sisik ini
bisa jadi berbutir-butir (granular), datar dan halus, atau berlunas, yakni memiliki tonjolan
memanjang serupa lunas perahu. Sering pula sisik-sisik ini memiliki pori, lubang, bintil,
atau bentuk-bentuk halus yang dapat diamati dengan mata telanjang maupun yang harus
menggunakan mikroskop. Sisik-sisik ular mungkin juga berubah bentuk dengan fungsi
khusus, sebagaimana halnya kerincingan (rattle) pada ekor ular derik. Contoh modifikasi
yang lain adalah sisik tansparan yang menutupi mata ular. Sisik yang serupa kaca arloji
ini dikenal sebagai brille atau spectacle. Sisik ini dianggap sebagai kelopak mata yang
menyatu, dan turut mengelupas ketika ular berganti kulit.
Sisik-sisik pada tubuh bagian atas atau punggung dikenal sebagai sisik dorsal atau
kostal (costal). Sisik-sisik ini tersusun sebagai genting, yang disebut susunan imbrikata
(imbricate), serupa dengan susunan sisik pada tubuh kadal dan bunglon. Sisik-sisik dorsal
tersusun berderet-deret di sepanjang tubuhnya, deretan berikutnya terletak sedikit
bergeser, sehingga sisik-sisik ini –dari satu deret ke deret sebelahnya- nampak lurus pada
garis diagonal. Kebanyakan jenis ular memiliki deretan sisik yang ganjil jumlahnya,
kecuali pada beberapa spesies semisal ular sapi (Zaocys). Sementara, pada beberapa
spesies ular laut dan ular-ular akuatik lainnya, sisik-sisik ini berbutir-butir (granular) dan
deretannya tak bisa dihitung.

Deretan sisik-sisik ini bervariasi banyaknya, biasanya dihitung pada kira-kira
tengah panjang tubuh ular. Terkadang dihitung pada tiga tempat, yakni beberapa jauh
setelah leher; tengah badan; dan beberapa jauh sebelum anus. Ular Spilotes pullatus
memiliki sepuluh deret sisik dorsal pada tengah badan, ular tangkai (Calamaria spp.)
memiliki 13 deret, ular sanca antara 65–75 deret, dan ular kadut sekitar 130–150 deret.
Kebanyakan ular dari suku Colubridae, yakni suku ular yang terbesar, memiliki 15, 17,
atau 19 deret sisik.
c)

Ordo Crocodilia/Loricata
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara

reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu
tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk
perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada
bagian ventral berbentuk segi empat. Contoh buaya irian, Panjang tubuhnya sampai
sekitar 3,35 m pada yang jantan, sedangkan yang betina hingga sekitar 2,65 m. Buaya ini
memiliki sisik-sisik yang relatif lebih besar daripada buaya lainnya apabila disandingkan.
Di bagian belakang kepala terdapat 4–7 sisik lebar (post-occipital scutes) yang tersusun
berderet melintang, terpisah agak jauh di kanan-kiri garis tengah tengkuk. Sisik-sisik
besar di punggungnya (dorsal scutes) tersusun dalam 8–11 lajur dan 11–18 deret dari
depan ke belakang tubuh. Sisik-sisik perutnya dalam 23–28 deret (rata-rata 25 deret) dari
depan ke belakang.
Kelenjar kulit
Karena sisik epidermal kering maka reptil pada dasarnya hanya memiliki sedikit
kelenjar kulit.Kelenjar mukus dan kelenjar di kloaka pada buaya berfungsi selama masa
bercumbu.Beberapa kadal juga memiliki kelenjar endokrin di dekat kloaka di masa
kawin.Kadal ini memiliki lubang-lubang disebut sebagai lubang preanal atau lubang
femoral, umumnya pada betina lebih kecil atau ditemukan hanya pada pejantan.Kelenjar
ini menjadi sangat aktif pada musim kawin.
`

Tipe kelenjar holokrin telah ditemukan disebut kelenjar keturunan atau generation

gland.Perubahan sekresi dari kelenjar-kelenjar ini tampak dihubungkan dengan
pertumbuhan sisik pada kulit.
3.

SISTEM INTEGUMEN AVES

Tubuh dibungkus oleh kulit yang seolah-olah tak melekat pada otot. Dari kulit akan muncul
bulu, yang merupakan hasil pertumbuhan epidermis menjadi bentuk ringan, fleksibel, dan sebagai
pembungkus tubuh sangat resisten. Pertumbuhan serupa pada sisik reptilia. Pada mulanya bulu sebagai
papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar kuncup bulu itu melekuk kedalam
pada tepinya sehingga terbentuk foliculus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang sangat halus, sedang epidermis
membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.
Sentral kuncup bulu itu mempunyai bagian epidermis yang lunak yang mengandung pembuluh darah
sebagai pembawa zat-zat makanan dalam proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya.
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi tiga macam yakni :
a.

Filoplumae, sebagai rambut yang diujungnya bercabang-cabang pendek halus (hair feather);

b.

Plumulae, berbentuk hampir sebagai filoplumae dengan perbedaan detail (down feathers);

c.

Plumae, merupakan bulu yang sempurna (contour feather).

Menurut letaknya bulu digolongkan menjadi :
a.

Tectrices, yang menutupi badan.

b.

Reetrices, yang berpangkal pada ekor, vexillumnya simetris karena berfungsi sebagai

kemudi.
c.

Remiges, yang terdapat pada sayap dan dibagi atas :

- Remiges primariae yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacapalia.
- Remiges secundariae yang melekatya secara cubital pada radiol ulna.
d.

Parapterum, yang menutupi daerah bahu.

e.

Ala spuria, sebagai bulu kecil yang menempel pada poluk (ibu jari).
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir

seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal
tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari
papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke
dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit.
Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus
yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu.Sentral kuncup
bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai
pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya

Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi:Filoplumae, Plumulae,
Plumae, Barbae
Susunan plumae terdiri dari :
· Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
· Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
· Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di
dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
· Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang
lateral dari rachis.
Gambar Struktur Bulu Burung
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada
ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut
neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile.
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu
powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi
barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas,
tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu
mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya
oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan
warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan
lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida.
Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal
yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam
yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat
kemerahan.
Burung merak Burung Bayan
Sisik
Sisik burung terdiri dari keratin yang sama seperti yang terdapat pada paruh,
cakar, dan taji. Sisik-sisik ini ditemukan terutama pada jari kaki dan metatarsus, namun
pada beberapa burung dapat ditemukan juga di pergelangan kaki. Kebanyakan sisik

burung tidak terlalu tumpang tindih, kecuali pada burung raja-udang dan burung pelatuk.
Sisik burung dianggap homolog dengan sisik pada reptil dan mamalia.
Pada tahap janin, kulit burung mulai berkembang dalam kondisi mulus. Di kaki, stratum,
atau lapisan terluar, kulit ini dapat terkeratin, menebal dan sisik mulai terbentuk. Sisiksisik ini dapat digolongkan dalam;
1.

Cancella – sisik sangat kecil, yang hanya berupa penebalan serta pengerasan dari

kulit, saling bersilang dengan alur yang dangkal.
2.

Reticula – kecil tapi berbeda, terpisah, berbentuk sisik. Ditemukan pada

permukaan lateral dan medialmetatarsusayam. Sisik ini terbuat dari alpha-keratin.
3.

Scutella – Sisik yang tidak sebesar scute, seperti yang ditemukan pada bagian

belakang, dari metatarsus ayam.
4.

Scute – sisik terbesar, biasanya ditemukan pada permukaan bagian depan

metatarsus dan permukaan dorsal jari. Sisik ini terbuat dari beta-keratin seperti pada sisik
reptilia.
Pada beberapa kaki burung, bulu dapat bercampur dengan sisik. Kantung bulu
dapat terletak di antara sisik atau bahkan langsung di bawah sisik, di lapisan dermis kulit
yang lebih dalam. Dalam kasus terakhir ini, bulu mungkin muncul secara langsung
melalui sisik, dan sepenuhnya akan dilingkari di bidang munculnya oleh keratin sisik.
Rampoteka dan Podoteka
Paruh pada sebagian besar burung wader memiliki ujung saraf yang membantu
mereka mendeteksi mangsa yang bersembunyi di bawah pasir yang basah dengan
merasakan perbedaan tekanan yang mendadak di dalam air.
Semua burung berevolusi dengan memindahkan bagian rahang atas terhubung dengan
tengkorak otak. Namun hal ini lebih menonjol dalam beberapa burung dan dapat dengan
mudah dideteksi pada burung bayan.
Daerah di antara mata dan paruh di sisi kepala burung disebut Lore. Daerah ini
kadang-kadang berbulu, dan kulit dapat berwarna, seperti dalam banyak spesies dari
keluarga pecuk.Selaput bersisik yang melingkupi kaki burung disebut podoteka.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.

Sistem Integumen berfungsi sebagai pelindung dan penyesuaian tubuh mahkluk
hidup terhadap kondisi luar dan sebagai protektif misalnya melindungi jaringan
dibawahnya dari gangguan mekanik.

2.

Sistem integument pada vertebrata memiliki perbedaan pada tiap kelasnya.
 Integumen Pisces
Integumen Pisces tersusun atas
(a) epidermis terdiri atas lapisan sel epidermal yang tidak mengalami keratinasi.
(b) dermis tersusun dari jaringan ikat fibrosa khususnya serabut elastin dan kolagen,
selain itu terdapat khromatofor yang dihasilkan oleh sel penghasil butir-butir pigmen
yang terletak diperbatasan epidermis-dermis.
 Integumen amphibia
Pada amphibia yang belum dewasa, integumen dipergunakan sebagai organ
pernafasan, ekskresi karbondioksida terjadi melalui integumen. sebagai alat gerak,
misalnya selaput kaki.
(a) Epidermis
tersusun atas sel epitel yang bervariasi, sel epitel yang berukuran besar yaitu sel
leydig yang menghasilkan mukus untuk preventif terhadap bakteri.
(b) Dermis
mengandung jaringan ikat fibrosa longgar di arah permukaan, dan lebih rapat di
bagian dalam.

 Integumen Reptil
Integumen reptile terdiri atas
(a) Epidermis, tersusun atas stratum korneum, stratum granulosum, dan stratum
basale. Sisik reptil merupakan hasil keratinasi yang

intensif sehingga stratum

korneum mengalami penebalan
(b). Dermis, tersusun atas jaringan ikat. Pada jaringan ikat terdapat sel untuk
penulangan yang disebut osteoderm, yang berkembang menjadi tulang di daerah
abdominal terutama terdapat pada buaya, beberapa kadal dan beberapa reptil yang
telah punah.
 Integumen aves
Integumen aves terdiri atas
(a) epidermis, terdiri atas stratum korneum dengan sel yang berbentuk pipih dan
stratum basale yang tersusun atas epitel silindris. Terdiri dari kelenjar minyak dan
kelenjar keringat.
(b) Dermis, terutama di dekat folikel bulu banyak tersusun atas kapiler, saraf sensori
dan otot polos.
 Integumen mamalia
Integumen mamalia terdiri atas
(a) epidermis. Epidermis terdiri dari Stratum korneum; stratum lusidum, ; stratum
granulosum ; stratum spinosum, stratum basale
(b)

dermis, ketebalan dermis bervariasi tergantung pada daerah tubuh. Dermis

tersusun atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata yaitu, 1. lapisan papilaris
tipis dengan jaringan ikat longgar, fibroblas, sel mast, leukosit dan makrofag 2.
lapisan retikuler dengan jaringan ikat yang tersusun atas serabut kolagen, serabut
elastis dan retikuler dengan lebih sedikit sel.

3.

Perbedaan sistem integument secara umum pada hewan vertebrata adalah
sebagai berikut.
1.

Sistem integumen atau penutup tubuh ikan adalah kulit beserta drivat-drivatnya,
seperti sisik dan kelenjar beracun

2.

Kulit amfibi adalah permeabel terhadap air dan sarat dengan kelenjar lendir,
mencegah kulit dari kekeringan

3.

Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, sisik-sisik
itu dapat berukuran amat halus

4.

Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh

5.

Mamalia memliki integumen yang terdiri dari tiga lapisan: paling luar adalah
epidermis, yang tengah adalah dermis, dan paling dalam adalah hipodermis.

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12