MAKALAH PENDIDIKAN DAn SEBAGAI ILMU

MAKALAH
PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN

Disusun oleh :
1.
2.
3.
4.

Yaqub Firman S (14503241008 / A – 1)
Firman Hidayat (14503241009 / A – 1)
Indo Ridhwan K (14503241010 / A – 1)
Wiwiet Imania (14503241011 / A – 1)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman dan
kemasyarakatan untuk mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi
penjelasan ataupun melakukan penerapan.
Pendidikan adalah suatu proses mentransfer ilmu dari pendidik kepada peserta
didik. Ilmu pengetahuan erat kaitannya dengan obyek pendidikan. Ilmu yang ditransfer
umumnya ilmu pengetahuan yang bersifat memberi pengetahuan peserta didik dengan
harapan peserta didik mampu mengetahui segala macam keadaan alam, sosial dan
kebudayaan yang ada di dunia. Misalnya pada pendidikan formal atau sekolah, obyek
utama dalam proses pendidikan adalah ilmu pengetahuan.
Menapa pendidikan itu disebut ilmu? Karena ilmu merupakan obyek utama dari
pendidikan. Tanpa ilmu, segala sesuatu tidak dapat berjalan dengan.misalnya, anak sejak
kecil dididik oleh orang tuanya kalau makan supaya menggunakan tangan kanan, itulah
yang dinamakan pendidikan dan makan menggunakan tangan kanan itulah yang disebut
ilmu karena kalau menggunakan tangan kiri tidak sopan. Contoh lain misalnya orang
melamar pekerjaan, sebelum orang tersebut diterima menjadi karyawan tetap ia harus

ditraining. Training inilah yang dinamakan pendidikan dan materi-materi yang dilakukan
selama training itulah yang disebut ilmu.

1.2 Rumusan Masalah

1.
2.
3.
4.

Dalam makalah ini kami mengambil beberapa permasalahan, antara lain :
Apakah yang dimaksud Pendidikan Sebagai Ilmu ?
Apa persyaratan pendidikan sebagai ilmu ?
Apa sifat – sifat Ilmu Pendidikan ?
Bagaimana pengembangan pendidikan di Indonesia ?

BAB II
ISI

2.1


Pendidikan Sebagai Ilmu
Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam kehidupan
manusia. Kita dapat mengatakan, bahwa di mana ada kehidupan manusia, bagaimanapun
juga di situ pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32). Pendidikan sebagai gejala yang
universal, merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan
sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dengan
perkembangan kebudayaan manusia, timbullah tuntutan akan adanya pendidikan yang
terselenggara lebih baik, lebih teratur dan didasarkan atas pemikiran yang matanmg.
Manusia ingin lebih mempertanggungjawabkan caranya dia mendidik generasi
penerusnya agar lebih berhasil dalam melaksanakan hidupny, dalam pertemuan dan
pergaulannya dengan sesama dan dunia serta dalam hubungannya dengan Tuhan. Di
sinilah muncul keharusan pemikiran teoritis tentang pendidikan.
Satu hal yang menjadi jelas dari apa yang disebut pendidikan adalah upaya sadar
untuk mengembangkan potensi – potensi yang dimiliki manusia. Pengertian demikian
menurut Soedomo (1990: 30), selalu dipegang oleh kalangan pendidikan.
Menurut M.J Langeveld (1955), paedagogiek (ilmu mendidik atau ilmu
pendidikan) adalah suatu ilmu yang bukan saja menelaah obyeknya untuk mengetahui
betapa keadaan atau hakiki objek itu, melainkan mempelajari pula betapa hendaknya
bertindak.

Menurut S. Brodjonagoro (1966: 35), ilmu pendidikan atau paedagogiek adalah
teori pendidikan, perenungan tentang pendidikan. Dalam arti luas paedagogiek adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari soal – soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Menurut Cater V. Good (1945: 36), ilmu pendidikan adalah suatu bangunan
pengetahuan yang sistematis mengenai aspek – aspek kuantitatif dan objektif dan proses
belajar, menggunakan instrumen secara seksama dalam mengajukan hipotesis – hipotesis
pendidikan untuk diuji dan pengalaman, seringkali dalam bentuk eksperimental.
Menurut Driyarkara (1980: 66 – 67), ilmu pendidikan adalah pemikiran ilmiah,
pemikiran yang bersifat kritis, metodis dan sistematis) tentang realitas yang kita sebut
pendidikan (mendidik dan matis) tentang realitas yang kita sebut pendidikan (mendidik
dan dididik). Kritis berarti bahwa orang tidak menerima saja apa yang ditangkap atau
muncul dalam benaknya, tetapi semua pernyataan, semua afirmasi harus mempunyai
dasar yang kuat. Orang yang bersikap kritis, ingin mengerti betul – betul (tidak hanya
membeo), ingin mengalami sesuatu dengan seluk beluknya dan dasar – dasarnya. Metodis
berarti bahwa dalam proses berpikir dan menyelidiki orang menggunakan suatu cara
tertentu. Sistematis berarti bahwa pemikir ilmiah itu dalam prosesnya dijiwai oleh suatu
ide yang menyeluruh dan menyatukan, sehingga pikiran – pikiran dan pendapat –
pendapat tidak tanpa hubungan, melainkan merupakan kesatuan.
Dari definisi – definisi Ilmu pendidikan yang diutarakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa :


1.

2.

3.

2.2

Ilmu pendidikan adalah ilmu yang menelaah fenomena pendidikan dan
semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam
perpektif yang luas dan integratif.
Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada hubungannya dengan
pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat pada manusia (gejala
yang universal), dalam perpektif yang luas, melainkan juga sekaligus merupakan
upaya untuk memanusiakan manusia agar menjadi sebenar – benarnya manusia
(insan), yang hal ini secara integratif diperlukan penggunaan berbagai kajian
tentang pendidikan (kajian historis, filosofis, psikologis dan sosiologis tentang
pendidikan).
Upaya pendidikan mencakup keseluruhan aktivitas pendidikan (mendidik dan

dididik) dan pemikiran yang sistematik tentang pendidikan.

Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Ilmu adalah suatu pengetahuan yang disusun secara kritis, metodis dan
sistematis yang berasal dari observasi, studi dan eksperimentasi untuk
menentukan hakikat dan prinsip – prinsip apa yang dipelajari.
Suatu kawasan studi dapat tampil atau menampilkan diri sebagai suatu
disiplin ilmu, bila dipenuhi setidak – tidaknya tiga syarat, yaitu :

Memiliki objek studi (objek material dan objek formal)

Memiliki sistematika

Memiliki metode
Yang menjadi objek material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia.
Apabila kita pelajari perilaku manusia sebagai makhluk yang hidup dalam
masyarakat maka perilaku itu disamping dapat dilihat dan segi ilmu pendidikan
juga dalat dilihat dan segi – segi yang lain seperti segi psikologis, sosiologis,
antropologis.
Objek formal ilmu pendidikan adalah menelaah fenomena pendidikan dan

semua fenomena yang ada hubungannya dengan pendidikan dalam perspektif
yang luas dan integratif. Fenomena pendidikan dan semua fenomena yang ada
hubungannya dengan pendidikan ini bukan hanya merupakan gejala yang melekat
pada manusia, melainkan juga sekaligus merupakan upaya untuk memanusiakan
manusia agar menjadi sebenar – benar manusia (insan).
Secara teoritik, sistematika ilmu pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga
segi tinjauan, yaitu :




Melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi
Dengan melihat pendidikan sebagai upaya sadar
Dengan melihat pendidikan sebagai gejala manusiawi, sekaligus upaya
sadar dengan mengantisipasi perkembangan sosio – budaya di masa depan.

Selanjutnya syarat ketiga bagi disiplin ilmu yaitu memiliki metode.
Metode – metode yang dapat dipakai untuk ilmu pendidikan sebagai berikut
(Soedomo, 1990: 46 – 47; Mub, Said, 1989) :
a.


Metode Normatif

Metode normatif berkenaan dengan konsep manusia yang diidealkan
yang ingin dicapai oleh pendidikan. Metode ini juga membawa pertanyaan
yang berkenaan dengan masalah nilai baik dan nilai buruk.
b.

c.

Metode Eksplanatori
Metode eksplanatori bersangkut paut dengan pertanyaan tentang
kondisi dan kekuatan apa yang membuat suatu proses pendidikan berhasil.
Dalam hal ilmu pendidikan mendapatkan bantuan dari berbagai teori
tentang pendidikan yang boleh jadi dihasilkan oleh ilmu – ilmu lain.
Metode Teknologis
Metode teknologis ini mempunyai fungsi untuk mengungkapkan
bagaimana melakukannya dalam menuju keberhasilan pencapaian tujuan –
tujuan yang diinginkan.


d.

Metode Deskriptif – Fenomenologis
Metode ini menciba menguraikan kenyataan – kenyataan
pendidikan dan kemudian mengklasifikasikan sehingga ditemukan yang
hakiki.

e.

Metode Hermeneutis
Metode ini mencoba menguraikan kenyataan – kenyataan
pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan
struktur dari kegiatan pendidikan.

f.

Metode Analisis Kritis (Filosofis)
Metode ini menganalisis secara kritis tentang istilah – istilah,
pernyataan – pernyataan, konsep – konsep dan teori – teori yang ada atau
digunakan dalam pendidikan.

Syarat lain bagi disiplin ilmu pendidikan adalah memiliki evidensi
empiris. Yang dimaksud dengan evidensi empiris adalah adanya
kesesuaian (korespondensi) antara konsepsi teoritisnya dengan
permasalahan – permasalahan dalam praktek sehingga disamping dapat
menjelaskan kasus – kasus yang timbul, juga sekaligus dapat mendukung
diaplikasikannya dalam menjawab permasalahan pendidikan di lapangan,
dalam lingkup kajian ilmu pendidikan. Ini sesua dengan sifat ilmu
pendidikan, yaitu teoritis dan praktis.

2.3

Sifat Ilmu Pengetahuan
Selain memiliki unsur-unsur ilmu pengetahuan, harus juga memiliki sifat-sifat
yang wajib diketahui, diantaranya :
a. Rasional
b. Empiris
c. Fakta dan Teori
d. Universal
e. Akumulatif
f. Sebagai Ilmu Normatif

g. Praktis dan Teoritis
h. Rohaniah

i. Historis



RASIONAL
Ilmu pengetahuan harus bersifat rasional artinya ilmu tersebut
harus mempunyai sifat kegiatan berpikir yang ditundukan pada logika atau
penalaran . Berpikir rasional berarti berpikir secara sistematis yang
kompleks dan konsepsional dengan kemampuan menggunakan lambang
untuk dapat memberi arti yang hampir tidak terbatas kepada suatu objek
material, seperti pada suara, gerak, warna dan rasa.



EMPIRIS
Ilmu pengetahuan harus bersifat empiris artinya kesimpulan atau
konklusi ilmu pengetahuan yang diambil harus tunduk kepada
pemeriksaan atau verifikasi indra manusia, maka kaidah logika formal dan
hukum sebab-akibat harus menjadi dasar kebenaran yang bersifat relitas
objektif dan netral.



FAKTA dan TEORI
Ilmu pengetahuan terdiri atas dua unsur besar, yaitu fakta dan teori.
Teori mendefinisikan fakta sebagai observasi empiris yang bisa
diverifikasi dan mempunyai tugas menempatan hubungan yang terdapat
diantara fakta-fakta itu. Ilmu tidak dapat disusun hanya berdasarkan fakta
saja, tetapi untuk menjadi ilmu pengetahuan fakta harus disusun dalam
suatu sistem dan diinterpretasikan sehingga tanpa metode tersebut suatu
fakta tidak akan bisa menjadi ilmu.



UNIVERSAL
Ilmu pengetahuan harus bersifat umum artinya kebenaran yang
dihasilkan ilmu pengetahuan dapat diperiksa oleh para peninjau ilmiah dan
dapat dipelajari atau diikuti secara umum serta dapat diajarkan secara
umum pula. Kebenaran ilmu tidak bersifat rahasia tetapi memiliki nilai
sosial sehingga kewibawaan ilmiah didapat setelah hasil itu diketahui,
diselidiki dan dibenarkan veliditasnya oleh sebanyak mungkin ahli dalam
bidang ilmu tesebut.



AKUMULATIF
Ilmu pengetahuan harus bersifat akumulatif atau saling berkaitan
artinya ilmu pengetahuan tersebut harus diketengahkan hubungan antara
ilmu dan kebudayaan sebab ilmu merupakan salah satu unsur kebudayaan
manusia. Misalnya, untuk dapat belajar manusia mempunyai kemampuan
berbicara dan berbahasa. Selain itu, ilmu pengetahuan yang dikenal
dewasa ini, merupakan kelanjutan dari ilmu yang ada sebelumnya.



NORMATIF
Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan
kaidah atau pedoman atau ukuran tingkah laku manusia. Sesuatu yang
normatif berarti berbicara masalah baik atau buruk dari perilaku manusia.
Ilmu Pendidikan merumuskan peraturan-peraturan tentang bertingkah laku
manusia untuk mencapai keteraturan hidup.Keteraturan hidup akan
menjamin kelangsungan keeratan (kohesi)antarmanusia (hubungan sosial
manusia).
Ilmu pendidikan itu selalu berurusan dengan soal siapakah
“manusia” itu. Pembahasan mengenai siapakah manusia itu biasanya
termasuk bidang filsafat, yaitu filsafat antropologi. Pandangan filsafat
tentang manusia sangat besar pengaruhnya terhadap konsep serta praktikpraktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu menentukan nilai-nilai
luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau suatu bangsa yang
melakukan pendidikan.
Nilai yang dijunjung tinggi ini dijadikan norma untuk menentukan
ciri-ciri manusia yang ingin dicapai melalui praktik pendidikan. Nilai-nilai
tidak diperoleh hanya dari praktik dan pengalaman mendidik, tetapi secara
normative bersumber dari norma masyarakat, norma filsafat dan
pandangan hidup, malah dari keyakinan keagamaan yang dianut oleh
seseorang.
Karena Ilmu Pendidikan bersifat normatif berarti pula bersifat
praktis karena ilmu pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan
sehingga pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma bertingkah
laku manusia yang dibanggakan, dihormati, dan dijunjung tinggi oleh
masyarakat.



PRAKTIS dan TEORITIS
Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris yang
diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis
untuk digunakan secara praktis. Dengan menempatkan kedudukan ilmu
pendidikan didalam sistemmatika ilmu pengetahuan.
Ilmu pendidikan bersifat normatif berarti pendidikan juga bersifat praktis
karena pendidikan sebagai bahan ajar yang patut diterapkan dalam
kehidupan, sehingga pendidik bertugas menanamkan sistem-sistem norma
tingkah laku manusia yang dibanggaakan, dihormati dan dijunjung tinggi
oleh masyarakat (kondisi sebaliknya akan menyebabkan anak dijauhi oleh
masyarakat). Secara etis ilmu pendidikan diarahkan untuk menciptakan
kesejahteraan hidup manusia, sebaliknya tindakan yang ditujukan untuk
menistakan atau melaratkan manusia dikatakan diluar
perbuatan
pendidikan.
Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan
mensistemkan didalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola
pemikiran pendidikan. Jadi dari pratik-pratik teoritis inilah pendidikan
disusun secara teoritis. Dan pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang
disusun dalam suatu sistem pndidikan yang biasa disebut Ilmu mendidik
teoritis.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan
kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan. Pendidikan

sebagai ilmu teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori
yang sudah ada untuk mempermudah jalanya pendidikan.

2.4



ROHANIAH
Ilmu pendidikan bersifat rohaniah karena selalu memandang
peserta didik sebagai makhluk yang bersusila dan ingin menjadikannya
sebagai makhluk yang beradab.



HISTORIS
Ilmu pendidikan bersifat historis karena menguraikan teori sistem
pendidikan sepanjang jaman dan kebudayaan serta makna filosofis yang
berpengaruh pada jaman tertentu.

Pengembangan Pendidikan
Pengembangan pendidikan menjadi topik yang selalu hangat dibicarakan dari
masa ke masa. Isu ini selalu juga muncul tatkala orang membicarakan tentang halhal yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam pengembangan pendidikan, secara
umum dapat diberikan dua buah model pengembangan yang baru yaitu: Pertama
"top-down model" yaitu pengembangan pendidikan yang diciptakan oleh pihak
tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya
pengembangan pendidikan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional
selama ini. Kedua "bottom-up model" yaitu model pengembangan yang
bersumber dan hasil ciptaan dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk
meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan. Abdul Majid
mendefinisikan pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain
pembelajaran secara logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala
sesuatu yang akan dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan
memperhatikan potensi dan kompetensi siswa. Pengembangan pembelajaran hadir
didasarkan pada adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana
berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain ilmu pengetahuan dan
teknologi, pengembangan pembelajaran hadir juga didasarkan pada adanya sebuah
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang berkualitas bagi anakanaknya semakin meningkat, sekolah yang berkualitas semakin dicari, dan
sekolah yang mutunya rendah semakin ditinggalkan. Orang tua tidak peduli
apakah sekolah negeri ataupun swasta. Kenyataan ini terjadi hampir di setiap kota
di Indonesia, sehingga memunculkan sekolah-sekolah unggulan di setiap
kota.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka proses belajar mengajar di ruang
kelas telah pula banyak menarik perhatian para peneliti dan praktisi pendidikan
dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, pengembangan
pembelajaran perlu digalakkan, sehingga dapat diketahui secara nyata, apa,
mengapa dan bagaimana upaya-upaya yang seharusnya dilakukan dalam
meningkatkan mutu pembelajaran yang diharapkan.
Dengan demikian pembelajaran perlu dikelola dengan baik agar dapat
mencapai hasil yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut, pengelolaan

pembelajaran merupakan kunci keberhasilan menuju pembelajaran yang
berkualitas.
Asumsi penulis, dalam hal ini adalah
(1) pengelolaan pembelajaran merupakan kunci keberhasilan pembelajaran; (2)
keberhasilan pembelajaran dapat terwujud jika ditentukan oleh kualitas manajemennya.
Semakin baik kualitas pengelolaan pembelajaran, semakin efektif pula pembelajaran
tersebut dapat mencapai tujuannya; dan (3) pengelolaan pembelajaran yang efektif
mempersyaratkan adanya kemampuan menciptakan, mempertahankan dan memperbaiki
pembelajaran, baik yang dilakukan di dalam sekolah maupun di luar sekolah.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu proses mentransfer ilmu yang pada umumnya
dilakukan melalui tiga cara yaitu lisan, tulisan dan perbuatan. Pada dasarnya, pendidikan
erat hubunganya dengan ilmu karena obyek utama dari pendidikan adalah ilmu.
Pendidikan yang berlangsung beberapa puluh tahun menunjukkan
perkembangannya sebagai ilmu yang semakin mantap, baik dalam artian isi maupun
metode. Maka, perkembangan isi cabang ilmu pendidikan ini selain mengenai
perbangdingan sistem pendidikan, tetapi juga meliputi kaitan atau peranan pendidikan
terhadap perkembangan aspek- aspek kehidupan lai yang meliputi ekonomi, sosial dan
politik.
Ilmu pendidikan di Indonesia saat ini, praktis hanya memperhatikan dan
menganalisis persoalan- persoalan pendidikan formal di sekolah. Perhatian ilmu
pendidikan terhadap masalah- masalah non-formal relatif kecil. Pertumbuhan
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pengalaman- pengalaman pendidikan formal,
tetapi juga dipengaruhi oleh pendidikan non-formal dan informal.
Ilmu pengetahuan menurut sistematikanya dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Ilmu-ilmu murni adalah ilmu yang mendahului pengalaman atau bebas dari
pengalaman. Contohnya matematika.
2) Ilmu terapan adalah ilmu yang dikaji berdasarkan pengalaman (empiris), penelitian,
pengkajian dan penyimpulan yang disusun secara teoritis dan dilaksanakan secara
praktis.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang berdasarkan pengalaman(empiris), pendidikan,
rohani, normatif, memiliki obyek yang jelas, dapat diuji kebenarannya dan disusun
secara teoritis dan dilaksanakan secara praktis.
Sehingga ilmu pendidikan memenuhi kriteria atau syarat-syarat ilmu pengatahuan
yaitu:
a. Ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan yang bersitaf empiris.
b. Ilmu itu bersifat sistematis
c. Ilmu itu mempunyai obyek atau lapangan tertentu yang jelas, dapat dipisahkan
dari obyek pengetahuan yang lain
d. Ilmu tersebut mempunyai metode dan tujuan tertentu
3.2 Saran
Agar pemerintah lebih memperhatikan pendidikan di Indonesia. Tidak hanya
pendidikan formal di sekolah, tetapi juga pendidikan non-formal dan informal. Karena
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh pengalaman-pengalaman pendidikan formal,
tetapi juga pengalaman-pengalaman pendidikan non-formal seperti pendidikan
mayarakat baik lembaga-lembaga bimbingan (kursus) maupun pendidikan lingkungan
sekitar dan informal seperti lingkungan keluarga yang merupakan pendidikan primer
pada anak. Juga pemerintah lebih memperhatikan anak-anak dari keluarga kurang
mampu yang membuat anak tersebut harus putus sekolah. Dengan cara lebih mengawasi
pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di lapangan. Dan dengan
merealisasikan dana anggaran 20% APBN dan APBD untuk penyelenggaraan
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

http://hamkamodern.blogspot.com/2009/11/makalah-ilmu-pendidikan-pendidikan.html
Alfianto,M. Dody, S.Ag dan Suwiarno , S.Ag. 2008. Berislam Menuju Kesalehan Individulis dan
Sosia., Surakarta: LPID UMS
Barnadib, Prof. Imam,M.A.,Ph. 1990. Pendidikan Perbangdingan Buku Dua. Yogyakarta: Andi
Offset.
Barnadip, prof.. Dra. Sutari Imam. 1976. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta:
fakultas Ilmu Pendidikan( FIP)- IKIP Yogyakarta
Jumali,Drs. Muhammad; Dra. Surtikanti, SH.; Dra. SA. Tuarat Aly; Dra. Sundari, SH.. 2004.
Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyan University Press UMS
Sukmadinata,Prof. Dr. Nana Syaodih. 2003. Landasan Pendidikan Teoritus dan Prakti.,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
TIM Dosen FIP- IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
W.J.S Poerwadarminta. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.