MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Oleh

Dosen mata kuliah:

JURUSAN
2014

DAFTAR ISI

COVER MAKALAH
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
Rumusan Masalah………………………………………………………………………....1
Tujuan……………………………………………………………………………………..1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Penegakan Hukum…………………………………………………………….2
Prinsip-Prinsip Penegakan Hukum………………………………………………………..3
Faktor Penegakan Hukum…………………………………………………………………5

Keadaan Hukum Saat Ini………………………………………………………………….6
Akibat Penyelewengan terhadap Penegakan Hukum……………………………………..7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan………………………………………………………………………………..9
Saran……………………………………………………………………………………....9

i

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturan-peraturan dan
hokum, dan begitu juga dengan Negara Indonesia.Negara Indonesia adalah Negara Hukum, yang
mempunyai peraturan-peraturan hokum, yang sifatnya memaksa seluruh masyarakat atau rakyat
Indonesia harus patuh terhadap peraturan-peraturan atau kebijakan-kebijakan hokum di
Indonesia bahkan juga memaksa orang asing yang berada di wilayah Indonesia untuk patuh
terhadap hokum yang ada di Negara Indonesia.
Negara Indonesia membentuk Badan Penegak Hukum guna mempermudah dalam

mewujukan Negara adil dan makmur, tetapi tidak dapat dipungkiri di Negara kita masih banyak
kesalahan dalam menegakkan hokum, dan masih banyak juga ketidak adilan dalam
melaksanakan hokum yang berlaku.
Akibat dari keteledoran tersebut banyak sekali pelanggar-pelanggar hokum yang
seharusnya diadili dan dikenakan sangsi yang seharusnya dia terima, tapi malah dibiarkan begitu
saja, dan hal ini sangat berdampak buruk bagi masa depan Negara ini.

2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
 Apakah pentingnya peran Pemerintah dalam Penegakan Hukum?
 Bagaimana keadaan penegakan hokum di Indonesia saat ini?
 Bagaimana cara menegakkan hokum di Negara kita?

3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas mengenai
faktor penyebab ketidakadilan hokum dan cara mengatasi masalah yang terjadi
pada Negara ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok pembelajaran Pendidikan
Pancasila.


1

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penegakan Hukum
Penegakan hokum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya
norma-norma hokum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungangubungan hokum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Bagi Negara Indonesia ditentukan secara yuridis formal bahwa Negara Indonesia adalah
Negara yang berdasarkan atas hokum.Hal ini tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinia IV,
yang secara eksplisit dijelaskan bahwa “…maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan indonesia
itu dlam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia…”. Hal ini mengandung arti bahwa
suatu keharusan Negara Indonesia yang didirikan itu berdasarkan atas Undang-Undang Dasar
Negara.
Ditinjau dari sudut subjek:
Penegakan hokum itu dapat dilakukan oleh subjek yang luas dan dapat pula diartikan
sebagai upaya penegakan hokum oleh subjek yang terbatas.
 Dalam arti luas
Proses penegakan hokum tersebut melibatkan semua subjek hokum dalam setiap
hubungan hokum.siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan

sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma
hokum yang berlaku.
 Dalam arti sempit
Sebagai upaya aparatur penegakan hokum tertentu untuk menjamin dan
memastikan bahwa suatu aturan hokum berjalan sebagaimana seharusnya.Dalam
memastikan tegaknya hokum itu, apabila dilakukan aparatur penegak hokum itu
diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.
Ditinjau dari sudut objeknya:
 Dalam arti luas
Penegakan hokum itu mencakup pula nilai-nilai keadilan yang terkandung
didalam bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
 Dalam arti sempit
Penegakan hokum itu hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan
tertulis saja

2
3
Didalam sumber lain menjelaskan bahwa Penegakan Hukum (law enforcement) dalam
arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan

tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh
subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan
mekanisme penyelesaian sengketa lainnya (alternative desputes or conflicts resolution).
Bahkan, dalam pengertian yang lebih luas lagi, kegiatan penegakan hukum mencakup
pula segala aktifitas yang dimaksudkan agar hukum sebagai perangkat kaedah normatif yang
mengatur dan mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan
bernegara benar-benar ditaati dan sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana mestinya.
Dalam arti sempit, penegakan hukum itu menyangkut kegiatan penindakan terhadap
setiap pelanggaran atau penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan, khususnya –
yang lebih sempit lagi— melalui proses peradilan pidana yang melibatkan peran aparat
kepolisian, kejaksaan, advokat atau pengacara, dan badan-badan peradilan.
Karena itu, dalam arti sempit, aktor-aktor utama yang peranannya sangat menonjol
dalam proses penegakan hukum itu adalah polisi, jaksa, pengacara dan hakim. Para penegak
hukum ini dapat dilihat pertama-tama sebagai orang atau unsur manusia dengan kualitas,
kualifikasi, dan kultur kerjanya masing-masing.
Dalam pengertian demikian persoalan penegakan hukum tergantung aktor, pelaku,
pejabat atau aparat penegak hukum itu sendiri. Kedua, penegak hukum dapat pula dilihat sebagai
institusi, badan atau organisasi dengan kualitas birokrasinya sendiri-sendiri. Dalam kaitan itu kita
melihat penegakan hukum dari kacamata kelembagaan yang pada kenyataannya, belum terinstitusionalisasikan secara rasional dan impersonal (institutionalized).
Namun, kedua perspektif tersebut perlu dipahami secara komprehensif dengan melihat

pula keterkaitannya satu sama lain serta keterkaitannya dengan berbagai faktor dan elemen yang
terkait dengan hukum itu sendiri sebagai suatu sistem yang rasional.
2.2 Prinsip-Prinsip Penegakan Hukum
1. The Rule Of Law
The rule of law adalah suatu legalisme, suatu aliran hokum yang didalamnya
terkandung wawasan social legalisme literal (bahwa keadilan dapat dilayani melelui
pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang sengaja bersifat objektif, tidak memihak
dan otonom.
Prinsip-prinsip secra normal Rule Of Law tertera dalam UUD 1945 dan pasalpasal UUD Negara Ri tahun 1945.Inti dari Rule Of Law adalah jaminan adanya keadilan
bagi masyarakatnya, khususnya keadilan social.

4
Pengertian Rule of Law dan Negara hokum pada hakikatnya sulit dipisahkan.Ada
sementara pakar mendeskripsikan bahwa pengertian Negara hokum dan Rule of Law itu hampir
dapat dikatakan sama.Sementara terdapat pula pakar menjelaskan bahwa meskipun antara
Negara hokum dan Rule Of Law tidak dapat dipisahkan namun masing-masing memiliki
penekanan masing-masing.
Menurut Philipus M.Hadjon, menjelaskan Negara hokum menurut istilah bahasa Belanda
rechtsstaat lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme yaitu dari kekuasaan raja yang
sewenang-wenang untuk mewujudkan Negara didasarkan pada suatu peraturan perundangundangan.Oleh karena itu dalam proses perkembangannya rechtsstaat itu lebih memiliki ciri

yang revolusioner.
Menurut Friedman, antara pengertian Negara hokum atau rechtsstaat dan Rule of Law
sebenarnya saling mengisi (Friedman,1960:546).Olhe karena itu berdasarkan bentuk sebenarnya
Rule of Law adalah kekuasaan politik yang diatur secara legal.Berdasarkan pengertian tersebut
maka setiap Negara yang legal senantiasa menegakkan Rule of Law.Dalam hubungan ini
pengertian Rule of Law berdasarkan substansi atau isinya sangat berkaitan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu Negara.
Carl J.Friedrich dalam bukunya Constitutional Government and democracy: Theory and
practice in Europe and America memperkenalkanistilah Negara hokum dengan istilah rechstaat
atau constitutional state.Demikian juga tokoh lain yang membahas rechsttaat adalah Friederich
J.Stahl, yang menurutnya terdapat empat unsur pokok untuk berdirinya satu rechstaat, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Hak-hak manusia
Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu
Pemerintah berdasarkan peraturan-praturan
Peradilan administrasi dalam perselisihan


Prinsip-prinsip Rule Of Law secara formal (uud 1945):
1. Negara Indonesia adalah Negara hokum (pasal 1:3)
2. Segala warga Negara bersamaan kedudukannya didalam hokum dan pemerintahan wajib
menjunjung hokum dan pemerintahan itu tanpa terkecuali (pasal 27:1)
3. Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hokum yang
adil serta perlakuan sama dihadapan hokum (pasal 28 D:1)
4. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak.
2.Legalitas
Prinsip legalitas yaitu prinsip yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang
dan diancam dengan pidana jika tidak ditentukan terlebih dahulu dalam perundang-

undangan.Biasanya azas ini dikenal dengan nullum delictum uulla poena sine praevia lege (tidak
ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu)
5
Dalam sejarahnya tidak menunjukkan perubahan hokum pidana pada abad ke-18 dulu bahwa
keseluruhan masalah hokum pidana harus ditegaskan dengan suatu undang-undang.
Biasanya prinsip ini mengandung dua pengertian yaitu:
1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu terlebih

dahulu belum dinyatakan dalam suatu aturan-aturan undang-undang.
2. Untuk menentukan adanya perbuatan pidana harus sesuai dengan dendam.

3.Equality Before The Law
Equality Before The Law adalah semua orang yang sama didepan hokum.
Persamaan di depan hokum atau equality before the law merupakan salah satu asas terpenting
dalam hokum modern.Prinsip ini bergerak dalam payung hokum yang berlaku umum (general)
dan tunggal.Ketunggalan hokum itu menjadi satu wajah utuh diantara dimensi social lain
(misalkan terhadap ekonomi dan social).Persamaan “hanya” dihadapan hokum seakan
memberikan sinyal di dalamnya bahwa secara social dan ekonomi orang boleh tidak
mendapatkan persamaan.Perbedaan perlakuan “persamaan” antara didalam wilayah hokum,
wilayah social dan wilayah ekonomi itulah yang menjadikan azas persamaan dihadapan hokum
tergerus ditengah dinamika social dan ekonomi.
4.Equality Justice Under Law
Equality Justice Under Law adalah salah satu yang paling kuat tertanam dan banyak
melanggar prinsip-prinsip hokum.Ini adalah retorika biasa ditemui dalam retorika seremonial dan
keputusan kadang-kadang bahkan konstitusional.Tapi itu datang tempat dekat dengan
menggambarkan sistem peradilan dalam praktek.Sementara ini tidak, satu-satunya konteks
hokum dimana retorika outruns kenyataan itu adalah salah satu yang paling mengganggu,
mengingat sifat dasar hak yang dipermasalahkan.

2.3Faktor Penegakan Hukum
Faktor Penegakan Hukum
ada beberapa faktor penegakan hokum di Indonesia diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.
5.

Lemahnya wawasan pemikiran
Minimnya keterapilan untuk bekerja
Rendahnya motivasi kerja
Rusaknya moralitas personal
Tingkat pendidikan yang rendah

6. Sangat sedikit program pengembangan SDM dikalangan organisasi penegakan
hukum
7. Kualitas penegakan hokum profesional atau tidak
6
Faktor Hukum Perundangan

Ada beberapa faktor perundangan di Indonesia, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Konsistensi asas-asas
Proses perumusan
Tingkat kemampuan operasionalisasi hokum
Perlukah mempertahankan UU yang tidak sejalan dengan rasa keadilan

Faktor Kesadaran Masyarakat
1. Persepsi masyarakat tentang hokum, ketertiban,fungsi penegakan hokum berbeda
dengan hokum modern.
2. Kesadaran hokum masyarakat masih rendah disemua strata
3. Banyaknya tindakan main hakim sendiri

Faktor Perubahan Sosial
1. Tata nilai merubah tata kelakuan dalam interaksi social
2. Benturan nilai lama dengan nilai baru menimbulkan dualisme nilai dalam masyarakat
3. Ketidakserasian nilai menimbulkan kerancuan nilai dan ketidakpastian yang merangsang
aparat penegak hokum melakukan tindakan patologis
Faktor Politik
1. Campur tangan pemerintah dan kelompok dalam kepentingan usaha penegakan
2. Pihak eksekutif atau lembaga ekstra yudisial dalam proses perkara yang sedang
berlangsung membatasi kebebasan hakim memeriksa dan mengadili perkara
3. Terjadi dalam peradilan khusus kejahatan politik

2.4 Keadaan Hukum Saat Ini
Tentang salahnya penegakan hokum di Indonesia, saat seseorang mencuri sandal
misalnya, seperti yang pernah diberitakan belum lama ini, ia disidang dan didenda hanya kerena
mencuri sandal seorang briptu yang harganya bias dibilang murah.Sedangkan para koruptor di
Indonesia bias engan leluasa merajalela, menikmati tanpa dosa, kerena mereka memendang
rendah hokum yang ada di Indonesia.Saat terkena tilang polisi lalu lintas, ada beberapa oknum

polisi yang mau bahkan terkadang minta disuap agar kasus ini tidak diperpanjang, polisi pun
mendapatkan keuntungan
7
materi dengan cepat namun salah tempat.Ini merupakan contoh-conth dalam lingkungan terdekat
kita.
Orang biasa yang ketahuan melakukan tindak pencurian kecil, seperti anak dibawah umur
, Hamdani yang mencuri sandal jepit bolong milik perusahaan tempat ia bekerja di Tangerang,
Nenek Minah yang mengmbil tiga butir kakao di Purbalingga langsung ditangkap dan dihukum
seberat-beratnya.
Sedangkan seorang pejabat Negara yang melakukan korupsi milyaran rupiah milik
Negara dapat bebas berkeliaran dengan bebasnya.Berbeda dengan halnya kasus-kasus hokum
yang tersangka dan terdakwa orang-orang yang memiliki kekuasaan, jabatan dan nama.Proses
hokum yang dijalankan begitu berbelit-belit dan terkesan menunda-nunda.Seakan-akan
masyarakat selalu disugukan sandiwara dari tokoh-tokoh Negara tersebut.
Contohnya saja kasus Gayus Tambunan, pegawai ditjen pajak golongan III menjadi
milyader dadakan yang diperkirakan korupsi sebesar 28 milyar rupiah, tetapi hanya dikenai
hukuman 6 tahun penjara kasus Bank Sentury dan masih banyak lagi, hamper semua kasus diatas
prosesnya sampai saat ini belum mencapai keputusan yang jelas.

2.5 Akibat Penyelewengan Penegakan Hukum di Indonesia
Penyelewengan atau inkonsistensi di Indonesia berlangsung lama bertahun-thun hingga
sekarang, sehingga bagi masyarakat Indonesia ini bukan merupakan rahasia umum, hokum yang
dibuat berbeda dengan hokum yang dijalankan.Aparat yang menegakkan hokum tersebut dapat
menangani masalah secara hokum yang berlaku di Indonesia, namun tidak jarang penegak
hokum tersebut justru mengambil kesempatan yang tidak terpuji itu untuk memuaskan diri
mereka sendiri.
Akibat dari penyelewenagan tersebut adalah:
1. Ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum
Mayarakat akan mulai tidak percaya dengan adanya hokum di Indonesia karena jusrtu
merugikan mereka, terlebih lagi soal materi sehingga mereka berusaha untuk
menghindarinya.Karena mereka percaya bahwa uanglah yang berbicara, dan dapat meringankan
hukuman mereka
2. Pengunaan tenaga asing dalam proses peradilan
Dalam hal ini kita dapat mengambil contoh pengrusakan lingkungan yang diakibatkan
oleh suatu perusahaan asing yang membuka usahanya di Indonesia, mereka akan minta bantun

dari Negaranya utnuk melakukan upaya pendekatan kepada Indonesia, agar mereka tidak
mendapat hukuman yang berat.
3. Pemamfaatan inkonsistensi penegak hokum untuk kepentingan pribadi

8
Dari beberapa kasus di Indonesia, banyak warga Negara Indonesia yang memanfaatan
inkonsistensi penegakan hokum untuk kepentingan pribadi.Contohnya ialah pengacara yang
menyuap polisi ataupun hakim untuk meringankan terdakwa, sedangkan polisi dan hakim yang
seharusnya bias menjadi penengah bagi kedua belah pihak yang sedang terlibat kasus hokum
bias jadi lebih condong pada banyaknya materi yang diberikan oleh salah satu pihak yang sedang
terlibat dalam kasus hokum tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penegakan Hukum (law enforcement) dalam arti luas mencakup kegiatan untuk
melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap
pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui
prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa
lainnya (alternative desputes or conflicts resolution). dalam pengertian yang lebih luas lagi,
kegiatan penegakan hukum mencakup pula segala aktifitas yang dimaksudkan agar hukum
sebagai perangkat kaedah normatif yang mengatur dan mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara benar-benar ditaati dan sungguh-sungguh
dijalankan sebagaimana mestinya.
Tentang salahnya penegakan hokum di Indonesia, saat seseorang mencuri sandal
misalnya, seperti yang pernah diberitakan belum lama ini, ia disidang dan didenda hanya kerena
mencuri sandal seorang briptu yang harganya bias dibilang murah.Sedangkan para koruptor di
Indonesia bias engan leluasa merajalela, menikmati tanpa dosa, kerena mereka memendang
rendah hokum yang ada di Indonesia.

3.2 Saran
Peningkatan pemahaman terhadap konsep hak asasi manusia kepada seluruh komponen
masyarakat perlu lebih ditumbuh kembangkan dan diperdalam, sesuai doktrin hukum yang
bersifat universal, yaitu hukum sebagai sarana pendidikan dan pembaharuan masyarakat (social
reform). Dan karena itu ketidaktahuan atau kekurang pahaman masyarakat akan hukum tentang
perlindungan hak asasi manusia tidak boleh dibiarkan tanpa usaha sosialisasi dan pembudayaan
hukum secara sistematis.