BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Auditing - Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Auditing
Arens et. al (2012:4) menyatakan bahwa Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Mulyadi (2002:9) menyatakan bahwa Secara umum auditing adalah suatu proses yang sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Defenisi auditing secara umum tersebut memiliki unsur-unsur penting
yang diuraikan berikut ini : 1.
Suatu proses sistematik.
2. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif 3.
Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi 4. Menetapkan tingkat kesesuaian 5. Kriteria yang telah ditetapkan 6. Penyampaian hasil
7. Pemakai yang berkepentingan
Menurut Mulyadi (2002:10) umumnya, auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan kriteria undang-undang (merupakan produk badan legislatif negara), prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia atau peraturan-peraturan dikeluarkan oleh pemerintah dalam melaksanakan audit atas laporan pertanggungjawaban keuangan instansi pemerintah, perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), serta projek pemerintah. Auditor yang bekerja sebagai auditor intern di suatu perusahaan menggunakan kriteria anggaran atau tolak ukur kinerja dalam melaksanakan auditnya. Auditor independen menggunakan kriteria prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dalam menilai laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
2.1.2 Opini Audit
Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Opini audit biasanya terdapat dalam paragraf pendapat di dalam laporan auditor tersebut.Laporan audit adalah hasil akhir dari pemeriksaan seorang auditor terhadap laporan keuangan kliennya. Di dalam laporan tersebut biasanya terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar, pargaraf lingkup, dan paragraf pendapat.
Arens dan Lobbecke (2003) dalam penelitian Putri (2011) bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit. Dengan demikian auditor dalam memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya. Melalui opini audit, auditor dapat berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit digunakan auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan keuangan yang telah diperiksanya, dimana auditor dapat menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Laporan audit penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi lainnya karena laporan tersebut menginformasikan kepada pengguna informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Opini audit harus didasarkan
atas standar auditing dan temuan-temuannya (IAI, 2001:SA Seksi 508, paragraf 03). Opini audit diberikan oleh auditor melalui beberapa tahap audit. Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan diberikan pada laporan keuangan auditee
.
berdasarkan setiap keadaan yang dijelaskannya
2.1.2.1 Tipe Pendapat Audit
Terdapat lima tipe pendapat auditor menurut Arens et. al (2012:46- 64) yaitu:
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian (standart unqualified opinion report ).
Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan oleh auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan prinsip akuntansi berterima umum tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan.
Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang paling dibutuhkan oleh semua pihak, pemakain laporan keuangan, maupun oleh auditor. Kata wajar dalam paragraf pendapat mempunyai makna : (1) bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran, (2) lengkap informasinya. Pengertian wajar ini tidak hanya terbatas pada jumlah-jumlah rupiah dan pengungkapan yang tercantum dalam laporan keuangan, namun meliputi pula ketepatan penggolongan informasi, seperti penggolongan aktiva atau utang ke dalam kelompok lancar dan tidak lancar, biaya usaha dan biaya di luar usaha.
Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum, jika memenuhi kondisi beerikur ini: a.
Prinsip akuntansi berterima umum digunakan untuk menyusun laporan keuangan.
b.
Perubahan penerapan prinsip akuntansi berterima umum dari periode ke periode telah cukup dijelaskan .
c.
Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan dan hasil usaha perusahaan. Contoh pendapat wajar tanpa pengecualian :
“In our opinion, the financial statement reffered to above present fairly, in
all material respects, the financial position of General Ring Corporation as ofDecember 31, 2011 and 2010, and the result of its operations and its cash flows for the years then ended in conformity with accounting principles generally accepted in the United States of America .”
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan ( Unqualified Opinion with Explanatory Language) Jika terdapat hal-hal yang memerlukan bahasa penjelasan, namun laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan klien. Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan audit menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan oleh auditor. Contoh pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
“ the accompanying financial statement have been prepared assuming that
Fairfax Company will continue as a going concern. As discussed in Note 11 to the financial statements, Fairfax Company has suffered recurring losses from operations and has a net capital deficiency that raise substancial doubt about the company’s ability to continue as a going concern. Management’s plans in regard to these matters are also described in Note
11. The financial statements do not include any adjustments that might result from the outcome of this uncertainty .”
Dalam IAI,(2001) pada SA Seksi 508 paragraf 10, Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas terentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Contoh pendapat wajar tanpa pengecualian menurut IAI (2001) dalam SA seksi 508 paragraf 34 adalah sebagai berikut
“Menurut pendapat kami, neraca yang kami sebutkan diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan perusahaan KXT tanggal 31 Desember 20X2 sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”
3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion
report)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut ini, maka ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan audit : a.
Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b.
Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor.
c.
Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d.
Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor jika dalam auditnya auditor menemukan salah satu dari kondisi a sampai dengan d seperti tersebut diatas. Pendapat ini hanya diberikan jika secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan olhe klien adalah wajar. Dalam pendapat ini auditor menyatakan bahwa laporan keuangan yang disajikan oleh klien adalah wajar tetapi ada beberapa unsur yang dikecualikan, yang pengecualiannya tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Contoh pendapat wajar dengan pengecualian :
“ In our opinion , except for the effects of such adjustment , if any ,as
might have been determined to be necessary had we been able to examine evidence regarding the foreign affiliate investment and earnings, the financial statements reffered to above present fairly , in all material respects, the financial position of Laughlin Corporation as of December 31, 2011, and the result of its operations and its cash flows for the year then ended in conformity with accounting principles generally accepted in United States Of America.”
Dalam IAI (2001) pada SA Seksi 508 paragraf 10, Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Contoh pendapat wajar dengan pengecualian menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 508 paragraf 26 adalah
“Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak penyesuaian tersebut, jika ada, yang mungkin perlu dilakukan jika kami memeriksa bukti tentang investasi di luar negeri dan labanya tersebut, laporan keuangan yang kami sebut dalam paragraf diatas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan KTX tanggal 31 Desember
20X2, dan 20X1, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.”
4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar (adverse or disclaimer opinion report) .
Pendapat tidak wajar merupakan kebalikan pendapat wajar tanpa pengecualain. Akuntan memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan keuangan klien tidak disusun berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan klien. Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia tidak dibatasi lingkuo auditnya, sehingga ia dapat mengumpulkan bukti kompetennyang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Contoh pendapat tidak wajar : “ In our opinion, because of the effects of the matters duscused in the
preceding paragraph, the financial statement referred to above do not present fairly, in conformity with accounting principles generally accepted in the United States of America, the financial position of Ajax Company as of December 31, 2011, or the results of its operations and its cash flows for the year ended .”
Jika auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut ddengan laporan tanpa pendapat ( no opinion
report ). Kondisi ini yang menyebabkan auditor menyatakan tidak memberikan
pendapat adalah : a.
Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.
b.
Auditor tidak independen dalam hubungannya dengan kliennya. Perbedaaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar (adverse opinion ) adalah : pendapat tidak wajar ini diebrikan dalam keadaan auditor mengetahui adanyan ketidakwajaran laporan keuangan klien, sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion ) karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya dengan klien.
Contoh pendapat tidak memberikan pendapat: “We are not independent with respect to Home Decors.com, Inc, and the accompanying balance sheet as of December 31, 2011, and the related statements of income, retained earnings, and cash flows for the year then ended were not audited by us. Accordingly, we do not express an opinion firm.”
Contoh pendapat tidak memberikan pendapat menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 508 paragraf 63 adalah sebagai berikut “Karena perusahaan tidak melaksanakan penghitungan fisik sediaan dan kami tidak dapat menerapkan prosedur audit untuk meyakinkan kami atas kuantitas sediaan dan kos aktiva tetap, lingkup audit kami tidak cukup untuk memungkinkan kami menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapata atas laporan keuangan”
2.1.3 Opini Going Concern
2.1.3.1 Going Concern
Going concern merupakan salah satu konsep penting akuntansi
konvensional. Inti going concern terdapat pada balance sheet perusahaan yang harus merefleksikan nilai perusahaan untuk menentukan eksistensi dan masa depannya. Kegagalan mempertahankan going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh manajemen paling yang paling buruk, kecurangan ekonomis, dan perubahan kondisi ekonomi makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara tajam akibat tingginya tingkat suku bunga.
Arens et al (2012:52-53) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan badan usaha tersebut untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya : a.
Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
b.
Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
c.
Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
d.
Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
2.1.3.2 Pengertian Opini Going Concern
Going concern opinion merupakan salah satu asumsi yang dipakai dalam
menyusun laporan keuangan suatu entitas ekonomi.Asumsi ini mengharuskan entitas ekonomi secara operasional dan keuangan memiliki kemampuan mempertahankan kelangsungan hidupnya atau going concern.Audit report dengan modifikasi mengenai going concern mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Ketika auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang besar mengenai kemampuan dari badan usaha untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan harus diterbitkan. Menurut Putri (2011) bahwa laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern merupakan suatu indikasi bahwa dalam penilaian auditor terdapat risiko auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan membayar hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup satuan usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain (IAI, 2001: SA Seksi 341.1 paragraf 1).
IAI (2001) dalam SA Seksi 341paragraf 02-10 memberikan pedoman bagi auditor tentang dampak kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya terhadap opini auditor yaitu:
1. Tanggung jawab auditor Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas dalam mempertahankan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (selanjutnya periode tersebut akan disebut dengan jangka waktu pantas). Evaluasi auditor berdasarkan atas pengetahuan tentang kondisisi dan persitiwa yang ada pda atau yang telah terjadi sebelum pekerjaan lapangan selesai. Informasii tentang kondisi dan peristiwa diperoleh auditor dari penerapan prosedur audit yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang bersangkutan dengan asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan yang sedang diaudit.
Auditor harus mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar mengenai kemampaun entitas dalam mempertahankan hidupnya dalam jangka waktu pantas dengan cara sebagai berikut : a.
Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuan audit dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. Mungkin diperlukan untuk memperoleh informasi tambahan mengenai kondisi dan peristiwa beserta bukti-bukti yang mendukung informasi yang mengurangi kesangsian auditor.
b.
Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas, ia harus : 1. memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa,dan
2. menentukan apakah kemungkinan bahwa rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan.
c.
Setelah auditor mengevaluasii rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas.
Auditor tidak bertanggungjawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu, tidak dicantumkannya kesangsian besar dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2. Prosedur Audit Auditor tidak perlu merancang merancang prosedur audit dengan tujan tanggal untuk mengidentifkasi kondisi dan peristiwa yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan menunjukkn bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Hasil prosedur audit yang dirancang dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan audit yang lain harus cukup untuk tujuan tersebut. Berikut ini adalah contoh prosedur yang dapat mengidentifikasi kondisi atau peristiwa tersebut : a.
Prosedur analitik b.
Review terhadap peristiwa kemudian c.
Review terhadap kepatuhan terhadap syarat-syarat utang dan perjanjian penarikan utang.
d.
Pembacaan notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komite atau panitia penting yang dibentuk e.
Permintaan keterangan kepada penasihat hukum entitas tentang perkara pengadilan, tuntutan dan pendapatnya mengenai hasil suatu perkara pengadilan yang melibatkan entitas tersebut.
f.
Konfirmasi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dan pihak ketiga mengenai rincian perjanjian penyediaan atau pemberian bantuan keuangan.
3. Pertimbangan atas kondisi dan peristiwa Auditor dapat mengindentifikasi informasi mengenai kondisi atau peristiwa tertentu yang, jika dipertimbangkan secara keseluruhan, menunjukkan adanya kesangsian besar tentang kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan atau tidaknya kondisi atau peristiwa tersebut akan tergantung atas keadaan, dan beberapa di antaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain. Berikut ini adalah contoh kondisi dan peristiwa tersebut : a.
Trend negatif sebagai contoh, kerugian operasi yang berulangkali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, ratio keuangan penting yang jelek.
b.
Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan sebagai contoh, kegagalan dalam memenuhi kewajiban uangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pendanaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.
c.
Masalah intern sebagai contoh, pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukse projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomis, kebutuhan untuk secara signifikan memperbaiki operasi.
d.
Masalah luar yang telah terjadi sebagai contoh, pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang, atau masalah- masalah lain yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, kehilangan franchise, lisensi atau paten penting; kehilangan pelanggan atau pemasok utama; kerugian akibat bencana seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.
4. Pertimbangan atas rencana manajemen Jika, setelah mempertimbangan kondisi atau peristiwa yang telah diidentifikasi secara keseluruhan, auditor yakin bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus mempertimbangkan rencana manajemen dalam menghadapi dampak merugikan dari kondisi atau peristiwa tersebut. Auditor harus memperoleh informasi tentang rencana manajemen tersebut, dan mempertimbangkan apakah ada kemungkinan bila rencana tersebut dapat secara efektif dilaksanakan, mampu mengurangi dampak negatif merugikan kondisi dan peristiwa tersebut dalam jangka waktu pantas.
5. Pertimbangan dampak informasi kelangsungan hidup entitas terhadap laporan auditor (IAI, 2001: SA Seksi 341 paragraf 10).
Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor tidak menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian.
Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang berisi pernyataan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungann hidupnya (IAI, 2001: SA Seksi 341 paragraf 15).
Laporan Auditor Independen [pihak yang dituju oleh auditor] Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen Perusahaan. Tanggungjawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KXT tanggal 31 Desember 20X2, dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulang kali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif serta pada tanggal 31 Desember 20X2, jumlah kewajiban lancar Perusahaan melebihi jumlah aktiva sebesar Rp YYY. Rencana manajemen untuk mengatasi masalah ini juga telah diungkapkan dalam Catatan X. Laporan keuangan terlampir tidak mencangkup penyesuaian yang berasal dari masalah tersebut.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik] [Tanggal]
Apabila setelah mempertimbangkan dampak kondisi dan peristiwa tertentu auditor menyangsikan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas maka auditor wajib mengevaluasi rencana manajemen. Dalam hal satuan usaha tidak memilik rencana manajemen atau auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen entitas tidak dapat secara efektif mengurangi dampak negatif kondisi atau peristiwa tersebut maka auditor menyatakan tidak memberikan pendapat.
Berikut ini adalah contoh laporan auditor independen yang berisi pernyataan tidak memberikan pendapat (IAI, 2001: SA Seksi 341 paragraf 12)
Laporan Auditor Independen [pihak yang dituju oleh auditor] Kami telah mengaudit neraca PT KXT tanggal 31 Desember 20X2 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggungjawab manajemen Perusahaan. Tanggungjawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat. Laporan keuangan terlampir telah disusun dengan anggapan perusahaan akan melanjutkan usahanya secara berkelanjutan. Seperti yang diuraikan dalam Catatan X atas laporan keuangan, perusahaan telah mengalami kerugian yang berulangkali dari usahanya dan mengakibatkan saldo ekuitas negatif, arus kas negatif dari kegiatan usaha dan kegagalan perusahaan dalam memenuhi kewajiban pinjaman bank yang telah jatuh tempo. Hal-hal tersebut menyebabkan timbulnya kesangsian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Laporan keuangan terlampir tidak mencangkup penyesuaian ang berasal dari ketidakpastian tersebut. Karena adanya ketidakpastian besar mengenai kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya seperti yang kami kemukakan dalam paragraf diatas, maka keadaan ini tidak memungkinkan kami untuk menyatakan, dan kami tidak menyatakan, pendapat atas laporan keuangan tersebut diatas.
[Tanda tangan, nama rekan, nomor izin akuntan publik, nomor izin kantor akuntan publik] [Tanggal]
Berikut ini disajikan gambar 2.1 panduan untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapi masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya
Apakah ada kondisi Tidak dan/atau peristiwa
SA Seksi 508 yang berdampak
[PSA NO 29] terhadap kelangsungan hidup entitas ?
Ya Apakah auditor Ya
Tidak Apakah ada rencana sangsi atas manajemen ? kelangsungan hidup entitas ?
Tidak memberikan Ya pendapat
Tidak Apakah rencana manajemen dapat dilaksanakan ?
Tidak Ti memberikan pendapat
Ya Tidak Tidak
Apakah cukup pengungkapan ? Ya Pendapat Wajar Tanpa
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Pengecualian dengan Paragraf Pendapat Wajar dengan
Penjelasan Berkaitan dengan Pengecualian atau
Kelangsungan Hidup Entitas Pendapat Tidak Wajar atau Penekanan atas Suatu Hal (Empbasis of a Matter)
Gambar 2. Pedoman Pernyataan Pendapat Going Concern (sumber : IAI, 2001 : SA Seksi 341)
2.1.3.3 Tanggng Jawab Auditor Terhadap Opini Audit Going Concern
Menurut Rahayu dan Suhayati (2010:71) auditor tidak bertangguungjawab untuk memprediksi kondisi atau peristiwa yang akan datang. Fakta bahwa kemungkinan akna berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan dari auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan keuangan, tidak berarti dengan sendirinya menunjukkan kinerja audit yang tidak memadai. Oleh karena itu tidak dicantumkannya kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan khusus untuk mengidentifikasi kondisi dan peristiwa yang menunjukkan bahwa terdapat kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu yang pantas. Signifikan tidaknya kondisi atau peristiwa akan tergantung atas keadaan dan beberapa diantaranya kemungkinan hanya menjadi signifikan jika ditinjau bersama-sama dengan kondisi atau peristiwa yang lain.
2.1.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern
2.1.3.4.1 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan analisis laporan keuangan yang
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dan mengembangkan operasional perusahaannya. Menurut Brigham dan Houston (2010:146) rasio profitabillitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen asset, dan utang pada hasil operasi.
Menurut Subramanyam dan Wild (2010:43) analisis profitabilitas dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a.
Tingkat pengembalian atas investasi ( return on investment – ROI). Untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang.
b.
Kinerja operasi. Untuk mengevaluasi margin laba dari operasi c. Pemamfaatan aset (aset utilization). Untuk menilai efektivitas dan intensitas aset dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (
turnover).
Pada penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah return on
asset (ROA). Arma (2013:16) menyatakan bahwa analisis return on asset dalam
analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yan bersifat menyeluruh/komprehensif. ROA yang positif menunjukkan bahwa pada suatu periode total asset yang digunakan dalam kegiatan operasi perusahaan mampu menghasilkan laba bagi perusahaan, sehingga semakin tinggi nilai ROA maka semakin baik kondisi perusahaan artinya kemungkinan untuk menerima opini audit going concern semakin rendah.
Sebaliknya, ROA yang negatif menunjukkan bahwa total asset yang digunakan tidak menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, sehingga semakin rendah ROA maka kondisi perusahaan kurang baik dan apabila terjadinya berulang kali semakin kuat keyakinan auditor untuk memberikan opini audit
going concern .
Berdasarkan penelitian Arma (2013), profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern, artinya semakin besar profitabilitas suatu perusahaan maka semakin kecil probabilitas mendapatkan opini audit going
concern tetapi hasil penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2011)
menyatakan bahwa variabel profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
2.1.3.4.2 Opini Audit Tahun Sebelumnya
Menurut Rahayu dan Suhayati (2009:73) laporan auditor dianggap sebagai alat formal untuk mengkomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang apa yang telah dilakukan oleh auditor dan kesimpulan yang dicapainya atas audit laporan keuangan. Opini audit going concern tahun sebelumnya ini akan menjadi faktor pertimbangan penting auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya. Apabila auditor menerbitkan opini audit going concern tahun sebelumnya maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan menerima kembali opini audit going
concern pada tahun berjalan.
Mutchler (1984) dalam Eko dkk (2006:9) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit
going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini
yang sama pda tahun berjalan. Kemudian menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant
analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi
prediksi keseluruhan yang paling tingg sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain.
Menurut Januarti (2009:17) berdasarkan hasil penelitiannya, untuk memperbaiki kinerja perusahaan dibutuhkan waktu yang relatif lama. Hasil penelitian Januarti (2009) juga menyatakan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan, hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang tahun sebelumnya menerima opini going concern kemungkinan besar akan menerima opini yang sama pada tahun berikutnya. Penelitian Pandiangan (2013) menghasilkan hasil yang sama dengan penelitian Januarti (2009), bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap opini audit going concern.
2.1.3.4.3 Pertumbuhan Perusahaan
Pertumbuhan perusahaan dapat digunakan untuk melihat apakah perusahaan tersebut sehat atau tidak, apakah perusahaan tersebut mampu mempertahankan keberlangsungannya ketika menghadapi keadaan ekonomi yang menurun. Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini dilihat dari segi penjualan. Menurut Warren et al (2006:300) penjualan adalah jumlah yang dibebankan kepada pelanggan untuk barang dagang yang dijual, baik secara tunai maupun kredit. Retur dan potongan penjualan serta diskon penjualan dikurangkan dari jumlah ini untuk mendapatkan penjualan bersih. Pertumbuhan penjualan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan dalam kondisi persaingan. Kegiatan utama perusahaan (auditee) dalam menghasilkan laba didapatkan melalu penjualan.
Menurut Arma (2013:9) pertumbuhan penjualan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan biaya akan mengakibatkan kenaikan laba perusahaan. Jumlah laba yang diperoleh secara teratur serta kecenderungan atau trend keuntungan yang meningkat merupaka suatu faktor yang sangat menentukan perusahaan untuk tetap survive. Sementara perusahaan dengan rasio pertumbuhan penjualan negatif berpotensi besar mengalami penurunan laba sehingga apabila manajemen tidak segera mengambil tindakan perbaikan, perusahaan dimungkinkan tidak akan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan yang positif
mengindikasikan bahwa Auditee dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan memberikan peluang Auditee untuk memperoleh peningkatan laba. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan Auditee, akan semakin kecil kemungkinan auditor untuk menerbitkan opini audit going concern.
penjualan bersih –penjualan bersih t t −1
Pertumbuhan Penjualan = x 100%
penjualan bersih t −1 Penelitian yang dilakukan oleh Arma (2013) menghasilkan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Berbeda sedikit dengan penelitian yang dilakukan oleh Pandiangan (2013) bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
2.1.3.4.4 Leverage
Rasio ini berhubungan dengan keputusan pendanaan dimana perusahaan lebih memilih pembiayaan melalui hutang dibandingkan modal sendiri. Leverage juga sering diartikan sebagai pendongkrak kinerja perusahaan dan erat hubungannya dengan utang. Dalam penelitian ini tingkat leverage diukur dengan menggunakan rasio debt to equity ratio (DER). Menurut Subramanyam dan Wild (2010:46) solvabilitas atau leverage menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya .
Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. Walau bagaimanapun, pendanaan perusahaan yang diperoleh sebagian besar melalui hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena perputaran uang perusahaan lebih cepat. Menurut Brigham dan Houston (2010:140) istilah leverage akan memberikan tiga dampak penting yaitu (1) menghimpun dana melalui utang, pemegang saham dapat mengendalikan perusahaan dengan jumlah investasi ekuitas yang terbatas, (2) kreditor melihat ekuitas atau dana yang diberikan oleh pemilik sebagai batas pengaman. Jadi, makin tinggi proporsi total modal yang diberikan oleh pemegang saham, makin kecil risiko yang dihadapi oleh kreditor, (3) jika hasil yang diperoleh dari aset perusahaan lebih tinggi daripada tingkat bunga yang dibayarkan, maka penggunaan utang akan “mengungkit” (leverage) atau memperbesar pengembalian atas ekuitas. Penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon (2011) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern .
2.2 Review Penelitian Terdahulu Penelitian ini merupakan replikasi dari beberapa penelitian terdahulu.
Berikut adalah uraian dari beberapa hasil penelitian terdahulu : 1.
Eko et al (2006) dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya , Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”. Penelitian ini menggunakan variabel independen yang terdiri dari kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, dan pertumbuhan perusahaan, dengan variabel dependennya opini audit going concern. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going
concern. Untuk variabel kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern .
2. Arga Fajar Santoso dan Linda Kusumaning Wedari ( 2007) dengan judul
“Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan
Opini Audit Going Concern”. Penelitian ini menggunakan variabel independen yang terdiri dari kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan.Variabel dependen yang diteliti adalah penerimaan opini audit
going concern . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kualitas
audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Variabel kondisi keuangan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Sedangkan variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap kecenderungan penerimaan opini audit going concern.
3. Indira Januati (2009) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Faktor
Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan terhadap Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Variabel independen yang digunakan terdiri dari kondisi keuangan, debt default, ukuran perusahaan, opini audit tahun sebelumnya (PO), audit lag, audit
client tenure, kualitas audit, opinion shopping, kepemilikan manajerial dan
institusional. Variabel dependen yang digunakan adalah opini audit going
concern . Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang
mempengaruhi pemberiaan opini audit going concern adalah variabel
default, ln sales (size), lamanya perikatan (audit client tenure), opini tahun
sebelumnya (prior opinion), dan kualitas auditor (specialization), sedangkan variabel financial distress meskipun signifikan tetapi arah tandanya berkebalikan dengan apa yang dihipotesakan. Variabel yang tidak mempengaruhi pemberian opini going concern adalah audit lag, opinion shoopping , kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
Untuk audit lag, opinion shoopping, dan kepemilikan institusional tandanya sudah sama dengan apa yang dihipotesakan.
4. Risti Yuanda Putri (2011) dengan judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Terbuka (Tbk)”. Variabel independen yang digunakan adalah kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. variabel dependen yang digunakan opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas audit dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini going concern.
Sedangkan variabel kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.
5. Magdalena Tampubolon (2011) dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Profitabilitas, Leverage, Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
Variabel independen yang digunakan adalah kualitas audit, profitabilitas,
leverage, opini audit tahun sebelumnya. Variabel dependen yang digunakan adalah opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengujian dengan regresi logistik menunjukkan bukti empiris bahwa variabel kualitas audit, profitabilitas, dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
Sedangkan variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.
6. Endra Ulkri Arma (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia)”. Variabel independen yang digunakan adalah profitabilitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan. variabel dependen yang digunakan adalah penerimaan opini audit going
concern . Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas,
likuiditas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern.
7. Demak Sri Rahel Pandiangan (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel independen yang digunakan adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya,
leverage, dan pertumbuhan perusahaan. Variabel dependen yang
digunakan adalah penerimaan opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kualitas audit, debt to equity ratio (DER), dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap opini audit going concern. Variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan signifikan terhadap opini audit going concern .
8. Yashinta Putri Alichia (2013) dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia )”.
Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya. Variabel dependen yang digunakan adalah opini audit going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern, pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going
concern , dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan positif terhadap opini audit going concern.