BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Opini Audit - Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Opini Audit

  Rahayu (2010) mendefinisikan “auditing sebagai suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA Seksi 110, “Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”.

  Laporan audit penting untuk dicantumkan dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya, yang mana didalamnya termasuk opini audit. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.

  Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA Seksi 508, jenis-jenis opini audit adalah sebagai berikut:

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)

  Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku apabila suatu audit telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku Keadaan tertentu seringkali mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Seperti adanya kondisi yang menyebabkan auditor sangsi akan kelangsungan hidup entitas, tapi setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai, dan sebab hal lain.

  2. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan, yaitu bukti-bukti kurang cukup, adanya pembatasan lingkup audit, dan sebab hal lain.

  3. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keungan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

4. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

  Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit dan auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien.

2.2 Paragraf Penjelas going concern

  “Paragraf penjelas going concern dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah entitas dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya” (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011: SA seksi 341). Keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit tanpa mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang dinyatakan oleh auditor.

  Kelangsungan hidup entitas (going concern) dipakai sebagai suatu asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Beberapa informasi tersebut mungkin akan menjadi signifikan setelah ditinjau bersama-sama dengan kondisi lain. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA seksi 341, peristiwa atau kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Trend negatif, sebagai contoh: kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.

  2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh: kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penolakan dari pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, atau penjualan sebagian besar aset, dan hal lain.

3. Masalah intern, sebagai contoh: pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, dan hal lain.

  4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh: pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, dan hal lain. Asumsi going concern ini berlaku tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit, yang mana periode tersebut disebut dengan jangka waktu pantas. Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan khusus untuk mengevaluasi adakah peristiwa-peristiwa yang menunjukkan perusahaan tidak akan going concern selama jangka waktu pantas. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2001): SA Seksi 341, kemampuan perusahaan untuk going concern dievaluasi dengan cara sebagai berikut: a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuanaudit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsianbesar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.

  b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuansatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: 1) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, misal rencana menjual aset, rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang, rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran, dan rencana untuk menaikkan modal pemilik. 2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan.

  c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas.

2.3 Kualitas Audit

  Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengevaluasi laporan keuangan sehingga menghasilkan informasi berkualitas yang akan berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Tamba (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal dan tidak menjelaskan going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan aspek komersial, hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan.

  Widyantari (2011) menyatakan pengukuran kualitas audit masih tetap merupakan sesuatu yang tidak jelas, tetapi pemakai laporan keuangan biasa mengaitkannya dengan reputasi auditor. Menurut Ruiz-barbadillo (2004), kualitas audit diartikan sebagai “gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien”. Widyantari (2011) menyatakan klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. KAP besar juga dianggap lebih berkompetensi. KAP yang berafiliasi dengan big four dianggap menyediakan kualitas audit yang lebih baik karena dikenal menginvestasikan dana yang lebih besar dalam pelatihan auditor mereka untuk menjamin kompetensi (Hao et al, 2011).

  Tampubolon (2011) menyatakan alasan pemilihan ukuran KAP sebagai proksi kualitas audit sebagai berikut: a.

  KAP The big four umumnya memiliki reputasi yang lebih baik dibanding dengan KAP non-big four.

  b.

  KAP The big four memiliki sumber daya manusia yang banyak sehingga mampu memperoleh tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten. c.

  KAP The big four juga lebih cenderung mengungkapkan apa yang ada karena siap menghadapi resiko proses pengadilan.

  Kualitas audit diproksikan dengan kantor akuntan publik (KAP) yangberafiliasi dengan The Big Four maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan

  

The Big Four . Ukuran kantor akuntan publik the big four didasarkan atas besarnya

  jumlah pendapatan yang diterima atas jasa audit atau jasa lainnya. KAP yang termasuk dalam the big four dan afiliasinya di Indonesia adalah (Pandiangan, 2013):

  1. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.

  2. KAP Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantoro, Sarwoko dan Sandjaja.

  3. KAP Price Waterhouse, yang bekerja sama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan.

  4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.

2.4 Opini Audit Tahun Sebelumnya

  Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Opini audit going

  

concern sering diberikan kepada auditee yang sebelumnya menerima opini serupa

(Lennox, 2000).

  Januarti (2008) menganalisis tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga apabila auditee menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan auditee untuk menerima kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya akan semakin besar.

  Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan (Tamba, 2009). Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant

  

analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi

  prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Mutchler (1985) juga melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan (Tamba, 2009).

2.5 Rasio Keuangan

  Menurut Insitut Akuntan Publik Indonesia (2011: SA Seksi 341) petunjuk tentang kesulitan keuangan seperti kegagalan memenuhi kewajibannya, penunggakan pembayaran deviden dan lain-lain adalah kondisi yang menunjukkan kesangsian besar tentang entitas bisnis untuk tetap going concern.

  Leverage diproksikan dengan debt to asset ratio. Kasmir (2008)

  menyebutkan bahwa debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin tinggi rasio ini, artinya pendanaan perusahaan melalui utang semakin tinggi dan dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang dengan aktiva yang dimilikinya. Rumusnya sebagai berikut:

  Likuiditas yang diproksikan dengan current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2008). Rumusnya sebagai berikut:

  Profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2008). Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik. Rumusnya sebagai berikut:

  Operating cash inflow ratio merupakan rasio yang mengukur kas masuk

  dari aktivitas operasional yang dihasilkan oleh jumlah aktiva. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik perusahaan dalam mengelola asetnya. Rumusnya sebagai berikut:

  ℎ

2.6 Tinjauan Peneliti Terdahulu

  Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Hao, Zhang, Wang, Yang, Zhao (2011) dengan judul “Audit quality and

  independence in China: Evidence from Going-Concern Qualifications Issued During 2004-2007 ”, Pandiangan (2013) dengan judul “Pengaruh Kualitas Audit,

  Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, Aiisiah (2012) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern”, Tamba (2009) dengan judul “Pengaruh

  Debt Default, Kualitas Audit dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,

  Januarti (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”.

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu Peneliti/ Judul Variabel Hasil Penelitian Tahun

  Hao, Zhang, Audit quality and Variabel Auditor cenderung Wang, Yang, independence in independen: memberikan opini Zhao (2011) China: Evidence Rasio keungan non going concern from Going- yaitu debt to asset pada perusahaan

  Concern ratio, current ratio, dengan rasio Qualifications return on asset keuangan yang

  Issued During 2004-2007

  leverage , dan

  Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh signifikan sedangkan Kondisi Keuangan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going

  concern

  audit going

  Variabel dependen: opini

  Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan

  Concern Variabel

independen:

  Analisis Pengaruh Faktor Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going

  Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan sedangkan kualitas audit, leverage, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Aiisiah (2012)

  concern

  opini audit going

  Variabel

dependen:

  pertumbuhan perusahaan

  kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya,

  ratio, operating cash inflows ratio;

  Variabel

independen:

  Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Concern pada

  Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going

  Leverage , dan

  Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya,

  Pandiangan (2013)

  concern.

  buruk sedangkan independensi audit, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

  concern

  audit going

  Variabel dependen: opini

  independensi audit, dan kualitas audit

  concern. Tamba (2009)

  Pengaruh Debt

  kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

  audit going

  concern Debt default, ukuran

  perusahaan, kondisi keuangan, audit

  client tenure,

  kualitas audit dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan sedangkan audit lag, opinion

  shopping, dan

  2.7 Kerangka Konseptual Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  sebelumnya, kualitas audit,

  Opini Audit Tahun Sebelumnya (X2)

  Kualitas Audit (X1)

  

Leverage (X3) Opini Audit Going

Concern

  (Y) Likuiditas (X4)

  Profitabilitas (X5)

  Operating Cash Inflow Ratio

  opinion shopping

& kepemilikan

Variabel dependen: opini

  Debt default, audit client tenure, opini

  Default, Kualitas

  audit going

  Audit dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini

  Going Concern

  pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  Variabel independen: debt default , kualitas

  audit, dan opini audit

  Variabel dependen: opini

  concern Debt default dan

  kondisi keuangan, audit lag, ukuran perusahaan,

  opini audit berpengaruh signifikan sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

  Januarti (2008)

  Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going

  Concern

  (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

  Variabel

independen:

  (X6) Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, leverage, likuiditas, profitabilitas, operating

  

cash inflow ratio, dan yang menjadi variabel dependen adalah opini audit going

concern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen

  terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya dapat menguji secara parsial.

2.8 Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina, 2008).

  Penelitian ini merujuk kepada penelitian Hao et al (2011) yang meneliti pengaruh rasio keuangan, independensi audit, dan kualitas audit terhadap kecenderungan auditee menerima opini audit going concern dari auditor. Peneliti mengambil variabel kualitas audit dan rasio keuangan dari penelitian terdahulu dan menambahkan variabel opini audit tahun sebelumnya.

  Auditor berskala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritik yang menyebabkan kerusakan reputasi mereka dibandingkan auditor skala kecil sebab KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah dalam asumsi going concern (Lennox, 2000). Namun hasil penelitian Hao (2011) di China menyimpulkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap kecendrungan auditee menerima opini audit going concern. Atas dasar ini penulis memutuskan hipotesis yang pertama:

  H1: Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

  Januarti (2008) menyatakan auditee yang menerima opini audit going

  

concern pada tahun sebelumnya dianggap tidak memiliki masalah dalam menjaga

  kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Penelitian yang dilakukan oleh Lennox (2000) menyimpulkan perusahaan yang pada tahun sebelumnya menerima opini audit going concern akan kembali menerima opini audit yang sama pada tahun berikutnya. Atas dasar ini penulis memutuskan hipotesis yang kedua:

  

H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini

going concern.

  Auditor sering memberikan opini going concern dengan pertimbangan berdasarkan kondisi keuangan yang dilaporkan (Bruynseels dan Willekens, 2006).

  Tingkat kesehatan suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik maka auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern (Ramadhany, 2004). Semakin dekat perusahaan dengan kebangkrutan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini non going concern (Lennox, 2000).

  Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hao (2011) pada perusahaan non finansial di China menyimpulkan auditor cenderung memberikan opini audit

  

non going concern kepada auditee yang memiliki rasio keuangan yang buruk.

  Variabel leverage yang diproksikan dengan debt to asset dipilih untuk menjelaskan kemampuan aset perusahaan menjamin utang, likuiditas yang diproksikan dengan current ratio untuk mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada pemasok, profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset untuk memberikan investor gambaran mengenai efektivitas perusahaan dalam mengelola aset mereka menjadi laba bersih; dan oleh sebab itu, operating cash inflows ratio juga menjadi faktor yang penting dalam memprediksi kebangkrutan.

  H3: Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. H4: Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. H5: Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern.

  

H6: Operating cash inflows ratio berpengaruh terhadap penerimaan opini

going concern.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 86 82

Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

4 72 106

Pengaruh Kualitas Audit , Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 103 81

Pengrauh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 119 108

Pengaruh Reputasi Auditor, Rasio Profitabilitas, Solvabilitas Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

1 53 91

Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Audit, Dan Opini Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 60 99

Pengaruh Likuiditas, Leverage¸Profitabilitas, Kualitas Audit, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 61 99

Pengaruh Likuiditas, Leverage, Kualitas Audit, dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 43 85

Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 74 78

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16