324722898 Konsep Dan Model Pengembangan Kurikulum Zainal Arifin

Belajar
TUESDAY, 7 APRIL 2015

Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum "rangkuman dari
tulisan Drs. Zainal Arifin, MPd.
KONSEP DASAR KURIKULUM
Kata pengantar
Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang
sangat pesat, baik secara teoretis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradision
al lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuang
an, maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi b
aru, seperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan ind
ustri, era globalisasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bakan dalam prakt
iknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan komu
nikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri terhadap kekuatan-kekuatan e
ksternal yang dapat memengarui dan menentukan arah dan intensitas proses penge
mbangan kurikulum
Jika ada ingin membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama siste
m pendidikannya, dan jika anda ingin membangun pendidikan, maka bangunlah y
ang pertama sistem kurikulumnya. Pernyataan ini perlu penulis kemukakan karena
ada dua alasan penting. Pertama, kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pe

ndidikan, akrena itu kurikulum mutlah harus ada. kedua, kurikulum pada hakikatn
ya merupakan ilmu tentang proses mencerdaskan anak bangsa agar ia bermakna b
agi kehidupannya, baik seagai individu, anggota keluarga, anggota masyarakat ma
upun sebagai warga negara bangsanya, karena itu kurikulum sebagai disiplin ilmu
wajib dielajari oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, apal
agi orang tersebut adalah calon guru atau sudah menjadi guru.
Ilmu kurikulum bukan ilmu “kira-kira”, kira-kira begini atau kira-kira begitu.
Kurikulum harus dipelajari secara ilmiah, baik secara teoretis maupun praktis den
gan berbagai dimensinya, seperti konsep, teori, prinsip, prosedur, komponen, pend
ekatan, odel, evaluasi sampai dengan inovasi kurikulum. Untuk itu, dalam buku in
i penlis mencoba eyajikan berbagai dimensi tersebut sesuai dengan pengalamn pe
nulis, baik sebagai tenaga edukatif di jurusan kurikulum dan teknologi pendidikan
maupun sebagai peneliti di lingkungan pusat penelitian dan pengembangan sistem
pendidikan dan kurikulum. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa buku in

i masi banyak kelemahannya. Untuk itu saran dan pendapat dari pembaca budima
n sangat dinantikan. Mudah-mudaan pula buku ini bermanfaat bagi kita semua. Aa
miin
Bandung, Mei 2011
Penulis

Zainal Arifin
Kupersembahkan untuk
Istriku Dra. Elin roslina,
Dan Anak-anakku:
Arie Apriadi Nugraha, SE.
Angga Zalindra Nugraha
Ardi Maulana Nugraha
“begitu tingginya penghargaan itu, sehingga menempatkan kedudukan guru s
etingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rasul” (Ahmad Tafsir,1992)
“Tingginya penghargaan Islam terhadap orang-orang yang memiliki ilmu pen
getahuan tergambar dalam hadis-hadis yang artinya:
1. Tinta ulama lebih berharga daripada darah syuhada
2. Orang berpengetahuan melebii orang yang senang beribadat, yang berpuasa, da
n menghabiskan waktu malamnya untuk mengerjakan sholat, bahkan melebihi keb
aikan orang yang berperang di jalan Allah.
3. Apabila meninggal seorang alim, maka terjadilah kekosongan dalam Islam yan
g tidak dapat diisi kecuali oleh seorang alim yang lain”.
(Asma Hasan Fahmi, 1979)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i

Daftar isi
BAB I
Konsep Dasar Kurikulum
A. Pengertian kurikulum
B. Dimensi-Dimensi Kurikulum
C. Fungsi dan Peranan Kurikulum
D. Peranan Kurikulum
E. Teori Kurikulum
F. Kedudukan Kurikulum dalam Sisdiknas
G. Hubungan Kurikulum dengan Pembelajaran

H. Manajemen Kurikulum
BAB II
Prinsip dan Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum
A. Sumber dan Tipe Prinsip Pengembangan Kurikulum
B. Prinsip-Prinsip Umum Pengembangan Kurikulum
C. Prinsip-Prinsip Khusus Pengembangan Kurikulum
D. Tahap-Tahap Pengembangan Kurikulum
BAB III
Landasan Pengembangan Kurikulum

A. Landasan Filosofis
B. Landasan Psikologis
C. Landasan Sosiologis
D. Landasan Ilmu Pengetauan dan Teknologi (IPTEK)
BAB IV
Komponen dan Organisasi Kurikulum
A. Komponen Tujuan
B. Komponen Isi/Materi
C. Komponen Proses
D. Komponen Evaluasi
E. Organisasi Kurikulum
BAB V
Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum
A. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
B. Model Konsep Kurikulum
C. Model-model Pengembangan Kurikulum
D. Analisis terhaap Model-Model Pengembangan Kurikulum
E. Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia
Daftar Pustaka


BAB I
KONSEP DASAR KURIKULUM
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum berasal dari bahsa yunani yaitu curir yang
artinya “pelari” dan curere yang berarti “tempat berpacu”. istilah kurikulum beras
al dari dunia olah raga, terutama dalam bidang atletik pada zaman Romawi Kuno
di Yunani. Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh seorang pelari dari

garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau penghargaan
. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah menjadi program sekolah d
an semua orang yang terlibat di dalamnya. Program tersebut berisi mata pelajaran
mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik selama kurun waktu tertent
u seperti SD/MI (Enam tahun), SMP/MTs (Tiga tahun), SMA/SMK/MA (Tiga tah
un) dan seterusnya. Dengan demikian secara terminologis istilah kurikulum (dala
m pendidikan) adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesai
kan peserta didik di sekolah untuk memperoleh ijazah. Sekalipun pengertian ini te
rgolong tradisional, tetapi paling tidak orang bisa mengenal dan mengetahui penge
rtian kurikulum yang pertama.
Implikasi dari pengertian tradisional tersebut adalah (a) kurikulum terdiri atas
sejumlah mata pelajaran. Mata pelajaran tersebut harus mewakili semua aspek keh

idupan dan semua domain hasil belajar sesuai dengan standar kompetensi dan ko
mpetensi dasar yang telah ditetapkan, (b) peserta didik harus mempelajari dan me
nguasai seluruh mata pelajaran, (c) mata pelajaran tersebut hana dipelajari di sekol
ah secara terpisah-pisah, dan (d) tujuan akhir kurikulum adalah untuk memperoleh
ijazah.
Pengertian kurikulum secara modern adalah semua kegiatan dan pengalaman
potensial (isi/materi) yang telah disusun secara ilmiah baik yang terjadi didalam k
elas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah unt
uk mencapai tujuan pendidikan. Implikasi pengertian ini antara lain: pertama, kuri
kulum tidak hanya terdiri atas sejumlah mata pelajaran, tetapi juga meliputi semua
kegiatan dan pengalaman potensial yang telah disusun secara ilmiah. Kedua, kegia
tan dan pengalaman belajar tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di luar sekol
ah atas tanggung jawab sekolah. Kegiatan belajar di sekolah, meliputi: menyimak,
bertanya, diskusi, melakukan demonstrasi, belajar di perpustakaan, melakukan eks
perimen di laboratorium, workshop, olahraga, kesenian, Organisasi siswa dan lain
-lain. Sedangkan kegiatan belajar di luar sekolah seperti mengerjakan tugas di rum
ah, observasi, wawancara, studi banding, pengabdian pada masyarakat, program p
engalaman lapangan dan lain-lain begitu juga dengan pengalaman belajar, ada pen
galaman langsung dan ada pengalaman tidak langsung. Dengan demikian, intracurricular, extra-curricular dan co-curricular termasuk kurikulum. Ketiga, guru se
bagai pengembang kurikulum perlu menggunakan multi strategi dan pendekatan, s

erta berbagai sumber belajar secara bervariasi. Keempat, tujuan akhir kurikulum b
ukan untuk memperoleh ijazah, tetapi untuk mencapai tujuan pendidikan.
Adapun perbedaan antara kurikulum tradisional dengan kurikulum modern ad
alah sebagai berikut
Tabel 1.1

Perbedaan Kurikulum Tradisional dengan Kurikulum Modern
Aspek-aspek
Kurikulum Tradisional
Orientasi
Masa lampau
Dasar Falsaf
ah
Tujuan pend
idikan
Organisasi k
urikulum
Sumber bela
jar


Kurikulum Modern
Masa lampau, masa sekarang, dan masa ya
ng akan datang
Tidak berdasarkan filsafat pe Berdasarkan filsafat pendidikan yang jelas
ndidikan yang jelas
dan dapat diwujudkan dalam kegiatan yan
g konkret
Mengutamakan pengetahuan Mengembangkan keseluruhan pribadi pese
rta didik secara utuh
Berpusat pada mata pelajara Berpusat pada masalah atau topik dimana
n
peserta didik belajar mengalami sendiri sec
ara langsung
Guru sebagai satu-satunya s Disamping guru, ada juga sumber belajar y
umber belajar
ang lain, seperti pakar, kegiatan, bahan, ala
t dan perlengkapan gedung, dll
Cenderung hanya mengguna Menggunakan multi strategi dan berbagai
kan strategi ekspositori deng pendekatan (individual, kelompok dan klas
an pendekatan klasikal

ikal)

Strategi dan
pendekatan
pembelajara
n
Teknik evalu Tes sebagai satu-satunya tek
asi
nik penilaian
Peran guru
Peran guru sangat terbatas d
an bersifat perorangan. Guru
adalah cardinal factor

Tidak hanya tes tetapi juga non tes
Peran guru sangat luas dan bersifat kolekti
f-kolegial dengan tidak mengurangi kebeb
asan guru. Guru harus aktif, kreatif, inovati
f, konstruktif, adaptif, kondusif


Menurut UU. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. “Kurikulu
m adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pel
ajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pem
belajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (Bab 1 Pasal 1 ayat 19). Im
plikasi dari pengertian ini adalah pertama, kurikulum harus memiliki rencana. Ren
cana tersebut berkaitan dengan proses belajar maupun pengembangan peserta didi
k pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Kedua, didalam kurikulum terdapat tu
juan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyele
nggaraan kegiatan pembelajaran.. Implikasi ini menggambarkan anatomi kurikulu
m itu sendiri, yaitu tujuan, isi/materi, metode, dan evaluasi. Ketiga, kurikulum har
us ada hasil sesuai dengan tujuan pendidikan, baik hasil yang berbentuk pengetah

uan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Hasil yang dimaksud merupakan hasil bel
ajar peserta didik sebagai akibat terjadinya kegiatan belajar.
Dalam studi tentang kurikulum, dikenal pula beberapa konsep kurikulum, sep
erti:
1. Kurikulum ideal, yaitu kurikulum yang berisi sesuatu yang baik, yang diharapk
an atau dicita-citakan, sebagaimana dimuat dalam buku kurikulum
2. Kurikulum nyata, yaitu kegiatan-kegiatan nyata yang dilakukan dalam proses p
embelajaran atau yang menjadi kenyataan dari kurikulum yang direncanakan, seba

gaimana dimuat dalam buku kurikulum. Kurikulum aktual ini seyogianya sama de
ngan kurikulum ideal, atau sekurang-kurangnya mendekati kurikulum ideal, meski
pun tak mungkin sama dalam kenyataannya.
3. Kurikulum tersembunyi, yaitu sega sesuatu yang memengaruhi peserta didi sec
ara positif ketika sedang mempelajari sesuatu. Pengaruh itu mungkin dari pribadi
guru, peseta didik itu sendiri, karyawan sekolah, suasana pembelajaran dan sebaga
inya. Kurikulum tersembunyi ini terjadi ketika berlangsungnya kurkulum ideal ata
u dalam kurikulum nyata. Kurikulum tersembunyi ini sangat kompleks, skar diket
ahui dan dinilai.
4. Kurikulum dan pembelajaran, yaitu dua istilah yang berbeda tetapi tak dapat di
pisahkan satu sama lain, seperti dua sisimata uang. Perbedaannya hanya terletak p
ada tingkatannya. Kurikulum menunjuk pada suatu program yang bersifat umum,
untuk jangka lama, dan tak dapat dicapai dalam waktu seketika, sedangkan pembe
lajaran bersifat realitas atau nyata, sifatnya khusus dan harus dicapai saat itu juga.
Pembelajaran adalah implementasi kurikulum secara nyata dan bertahap yang me
nuntut peran aktif peserta didik.
B. Dimensi-dimensi Kurikulum
Ada enam dimensi kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum sebagai suatu ide
Ide atau konsep kurikulum bersifat dinamis, dalam arti akan selalu berubah m
engkuti perkembangan zaman, minat dan kebutuhan peserta didik, tuntutan masya
rakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Dimensi kurikulum sebagai suatu ide biasa
nya dijadikan langkah awal dalam pengembangan kurikulu, yaitu ketika melakuka
n studi pendapat. Dari sekian banyak ide-ide yang berkembangan dalam studi pen
dapat tersebut, maka akan dipilih dan ditentukan ide-ide mana yang dianggap pali
ng kreatif, inovatif dan konstruktif sesuai dengan visi-misi dan tujuan pendidikan
nasional.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis

Dimensi kurikulum sebagai rencana biasanya tertuang dalam suatu dokumen t
ertulis. Dimensi kurikulum ini pada dasarnya merupakan realisasi dari dimensi kur
ikulum sebagai ide. Aspek-aspek penting yang perlu dibahas antara lain: pengemb
angan tujuan dan kompetensi, struktur kurikulum, kegiatan dan pengalaman belaja
r, organisasi kurikulum, manajemen kurikulum, hasil belajar dan sistem evaluasi.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan
Kurikulum dalam dimensi ini merupakan kurikulu yang sesungguhnya terjadi
di lapangan. Kurikulum harus dimaknai dalam satu kesatuan yang utuh. Jika suatu
kegiatan tidak termasuk kurikulum berarti semua kegiatan di sekolah atau di luar s
ekolah tidak termasuk kurikulum. Dengan demikian, hasil belajar peserta didik ju
ga bukan kurikulum. Padahal apa yang diperoleh peserta didik di sekolah maupun
di luar sekolah merupakan refleksi dan realisasi dari dimensi kurikulum sebagai re
ncana tertulis. Apa yang dilakukan peserta didik di kelas juga merupakan impleme
ntasi kurikulum. Artinya, antara kurikulum sebagai ide dengan kurikulum sebagai
kegiatan merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan, suatu kesatuan yan
g utuh. Tidak ada alasan untuk mengatakan dimensi kurikulum sebagai suatu kegi
atan bukan merupakan kurikulum, karena semua kegiatan di sekolah maupun di lu
ar sekolah atas tanggung jawab sekolah merupakan bagian dari kurikulum.
4. Kurikulum sebagai hasil belajar
Evaluasi kurikulum sebenarnya jauh lebih luas daripada penilaian hasil belaja
r. Artinya, hasil belajar bukan satu-satunya objek evaluasi kurikulum. Meskipun d
emikian, hasil belajar dapat dijadikan sebagai salah satu dimensi pengertian kurik
ulum, evaluasi kurikulum ditujukan untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi kur
ikulum, sedangkan fungsinya adalah untuk memperbaiki, menyempurnakan atau
mengganti kurikulum dalam dimensi sebagai rencana. Menurut Zainal Arifin (200
9) hasil belajar memiliki beberapa fungsi utama yaitu sebagai indikator kualitas da
kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang pemuas
an hasrat ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai i
ndikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan dan dapat dijadikan indi
kator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.
5. Kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu
Sebagai suatu disiplin ilmu, berarti kurikulum memiliki konsep, prinsip, prose
dur, asumsi, dan teori yang dapat dianalisis dan dipelajari oleh pakar kurikulum, p
eneliti kurikulum, guru atau calon guru, kepala sekolah, pengawas atau tenaga kep
endidikan lainnya yang ingin memepelajari tentang kurikulum.tujuan kurikulum s
ebagai suatu disiplin ilmu adalah untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum
dan sistem kurikulum
6. Kurikulum sebagai suatu sistem

Sistem kurikulum mencakup tahap-tahap pengembangan kurikulum itu sendir
i, mulai dari perencanaan kurikulum, elaksanaan kurikulum, evaluasi kurikulum, p
erbaikan dan pneyempurnaan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu sistem juga me
nggambarkan tentang komponen-komponen kurikulum.
C. Fungsi dan peranan kurikulum
fungsi kurikulum dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut :
1. Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan
Fungsi kurikulum merupakan alat ntuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat
untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai visi, misi, dan tujuan pendidikan nasi
onal, termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada di bawahnya.
2. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah
Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk mengatur d
an membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik kegiatan intrakurikuler, ekstr
akurikuler maupun kokurikuler.
3. Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan
Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan adalah pertama, fungsi kesi
nambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus mengetahui dan me
mahami kurikulum sekolah yang dibawahnya, sehingga dapat dilakukan penyesua
ian kurikulum, kedua, fungsi penyiapan tenaga, yaitu bilamana sekolah tertentu di
beri wewenang mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, maka sekolah tersebut per
lu mempelajari apa yang diperlukan oleh tenaga terampil, baik mengenai kemamp
uan akademik, kecakapan, atau keterampilan, kepribadian maupun hal-hal yang be
rkaitan dengan kehidupan sosial.
4. Fungsi kurikulum bagi guru
Dalam praktik, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum seka
ligus sebagai pelaksana kurikulum di lapangan, guru juga sebagai faktor kunci dal
am keberhasilan suatu kurikulum. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai,
jka guru tidak dapat memahami dan melaksanakan kurikulum dengan baik sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran artinya, guru tidak hanya berfungsi sebagai
pengembang kurikulum, tetapi juga sebagai pelaksanna kurikulum.
5. Fungsi kurikulum bagi pengawas (Supervisor)
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebagai pedoman, pato
kan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di sekolah. Kurikulum dapat d
igunakan pengawas untuk menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyem
purnaan atau perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan
mutu pendidikan.
6. Fungsi kurikulum bagi masyarakat

Bagi masyarakat, kurikulu dapat memberikan pencerahan dan perluasan waw
asan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Nekakyu jyrujykym, masyar
akat dapat mengetahui apakah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai ya
ng dibutuhkannya relevan atau tidak dengan kurikulum suatu sekolah
7. Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan
Instansi atau perusahaan ana pun yang mempergunakan tenaga kerja lulusan s
uatu lembaga pendidikan tentu menginginkan tenaga kerja yang bermutu tinggi da
n mampu berkompetisi agar dapat meningkatkan produktivitasnya. Biasanya, para
pemakai lulusan selalu melakukan seleksi yang ketat dalam penerimaan calon tena
ga kerja. Seleksi dalam bentuk apa pun tidak akan membawa arti apa-apa jika inst
ansi tersebut tidak mempelajari terlebih dahulu kurikulum yang telah ditempuh ol
eh para calon tenaga kerja tersebut. Para pemakai lulusan harus mengenal kurikul
um yang telah ditempuh calon tenaga kerja. Studi kurikulum akan banyak memba
ntu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja yang andal, energik, dis
iplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat, dn berkualitas.
D. Peranan kurikulum
Menurut Oemar Hamalik 1990) terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang di
nilai sangat penting yaitu “peranan konservaif, peranan kritis dan evaluatif, dan pe
ranan kreatif”. Peranan konservatif yaitu peranan kurikulum untuk mewariskan, m
entransmisikan dan menafsirkan nilai-nilai sosial dan budaya masa lampau yang t
etap eksis dalam masyarakat. Peranan kritis dan evaluatif, yaitu peranan kurikulu
m untuk menilai dan memilih nilai-nilai sosial-budaa yang akan diwariskan kepad
a peserta didik berdasarkan kriteria tertentu. Dan peranan kreatif, yaitu peranan ku
rikulum untuk menciptakan dan menyusun kegiatan-kegiatan yang kreatif dan kon
struktif sesuai dengan perkembangan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
E. Teori kurikulum
Dalam kamus filsafat yang ditulis oleh Tim Penulis Rosda (1995) dijelaskan b
ahwa theory adalah “1. Pemahaman akan berbagai hal dalam hubungannya univer
sal dan idealnya satu sama lain. Lawan dari praktis dan/atau eksistensi faktual. 2.
Dalam prinsip abstrak atau umum dalam sebuah pengetahuan yang menampilkan
pandangan yang jelas dan sstematis tentang sebagian adri materi pokoknya, sepert
i dalam teori seni atau teori atom. 3. Sebuah prinsip atau model umum, abstrak, da
n ideal yang digunakan untuk menjelaskan fenomena, seperti dalam teori seleksi a
lam.”. definisi yang senada juga dikemukakan kerlinger.
Dari kedua definisi tersebut dapat diketahui karakteristik suatu teori, yaitu (a)
adanya serangkain pernyataan yang bersifat universal, (b) dalam pernyataan terseb

ut terdapat konstruk (kosep, definisi dan preposisi yang saling berhubungan, (c) m
erupakan lawan dari praktik. (d) menampilkan pandangan yang jelas dan sistemati
k tentang suatu fenomena, (e) tujuannya adalah untuk mendeskripsikan, menjelask
an, memprediksi, dan memadukan fenomena.
Teori merupakan alat suatu disiplin ilmu yang berfungsi untuk menentukan ar
ah dari ilmu itu, menentukan data yang harus dikumpulan, memberikan kerangka
konseptual tentang cara mengelompokkan dan mengubungkan data, merangkum f
akta-fakta menjadi generalisasi empiris; sistem generalisasi; menjelaskan dan me
mprediksi fakta-fakta; dan menunjukkan kekurangan pengetahuan kita tentang dis
iplin ilmu itu.
Teori kurikulum memunyai pengaruh yang besar dterhadap implementasi dan
pengembangan kurikulum. Teori kurikulum bukan hanya sebagai landasan dan ac
uan, tetapi juga dapt menjelaskan dan memprediksi bagaimana praktik kurikulum.
Teori kurikulum mencari prinsip-prinsip atau pernyataan tentang apa yang seharus
nya atau tidak seharusnya ada/terjadi dalam pendidikan. Teori kurikulum selalu m
engandung implikasi terhadap sikap dan perbuatan yang akan dilakukan. Oleh kar
ena itu, kurikulum selalu melibatkan aspek-aspek epistemologis (pengetahuan, ont
ologis (eksistenti atau realitas), dan aksiologis (nilai-nilai). Walaupun aspek-aspek
tersebut sulit dipisahkan satu dengan lainnya, ahli teori kurikulum dapat menekan
kan pada salah satu aspek tertentu yang dianggap urgen.
Teori kurikulum dapat ditinjau dari dua fungsi pokok, yaitu pertama, sebagai
alat dan kegiatan intelektual untuk memahami pengalaman belajar peseta didik dal
am proses pembelajaran yang dibantu oleh disiplin ilmu sosial lannya. Dalam fun
gsi ini tidak digunakan data-data empiris. Teori kurikulum bukan menjadi acuan d
alam implementasi kurikulum. Fungsi pertama ini lebih banyak memfokuskan keu
nikan dan kebebasan individu serta kegiatan-kegiatan dan tanggung jawab moral,
bukan sebagai masalah teknis. Tujuan teori kurikulum adalh mengembangkan, me
nilai, dan memilih konsep-konsep tentang kurikulum sehingga dapat melahirkan g
agasan-gagasan baru tentang kurikulum. Kedua, sebagai suatu strategi atau metod
e untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan berdasarkan data-data empiris. Fungsi
kedua ini lebih banyak menganalisis hubungan antara teori dengan praktik.
Teori kurikulum harus dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi para
pengembang kurikulum untuk menyusun konsep tentang situasi pendidikan yang
mereka hadapi, sehingga dapat membantu mereka untuk menjawab persoalan dan
tantangan yang ada. Teori kurikulum dapat dilihat dari empat aspek penting, yaitu:
(a) hubungan antara kurikulum dengan berbagai faktor yang dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi kurikulum; (b) hubungan antara kurikulum dengan struktu
r kompetensi (pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai) yang harus dikuas

ai peserta didik; (c) hubungan antara kurikulum dengan komponen-komponen kur
ikulum itu sendiri, seperti tujuan, isi/materi, metode, dan evaluasi; dan (d) hubung
an antara kurikulum dengan pembelajaran.
Dalam mengembangkan teori kurikulum sebagai disiplin ilmu harus diperhati
kan hal-hal sebagai berikut: (a) menggunakan bahasa ang tepat dan ilmiah agar le
bih bersifat objektif dan bukan persuasif, (b) prinsip-prinsip dan metode-metode b
aru yang lebih efektif, (c) peran teori dari disiplin ilmu lain dalam kurikulum, (d)
kontribusi teori kurikulum terhadap peningkatan mutu pendidikan, dan (e) keseim
bangan antara teori dan praktik. Teori dan praktik merupakan dua kutub yang berb
eda, tetapi ada dalam kesatuan. teori diharapkan dapat memperbaiki praktik, dan h
asil praktik dapat memperbaiki teori. Dengan demikian, antara teori dan praktik h
arus saling melengkapi dan memperbaiki.
F. Kedudukan kurikulum dalam Sisdiknas
Pendidikan di Indonesia telah diatur dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2
003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Dalam penjelasan atas U
U.RI. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan bahw
a pendidikan nasional mempunyai visi, misi dan tujuan pendidikan nasional.
Untuk mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan nasionla tersebut, harus ada
suatu alat yang disebut dengan kurikulum. Disinilah awal dari kedudukan kurikul
um dalam sistem pendidikan nasional. Kedudukan ini sekaligus menunjukkan per
an strategis kurikulum dalam pendidikan, baik pendidikan formal, pendidikan non
formal, maupun pendidikan informal, pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. K
edudukan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional dipandang sangat strategis
dan vital karena kurikulum akan mengarahkan semua kegiatan pendidikan, termas
uk sarana dan prasarana serta orang-orang yang terlibat didalamnya untuk mencap
ai tujuan pendidikan.
Kedudukan kurikulum dapat juga dilihat dari sistem pendidikan itu sendiri. Pe
ndidikan sebagai sistem tentu memiliki berbagai komponen yang saling berhubun
gan dan saling ketergantungan. Komponen-komponen pendidikan itu, antara lain t
ujuan pendidikan, kurikulum pendidik, peserta didik, lingkungan, sarana dan pras
arana, manajemen dan teknologi. Dalam undang-undang tentang sistem pendidika
n nasional Bab X tentang kurikulum pasal 36 dikemukakan bahwa
Ayat (1): pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
Ayat (2): kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan
peserta didik.

Ayat (3): kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidian dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman d
an takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan d
aerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknol
ogi dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan nasional dan
nilai-nilai kebangsaan.
Berdasarkan kedudukan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional, maka a
da beberapa implikasi terhadap hakikat dan pengembangan kurikulum, yaitu: (1) k
urikulum harus disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, be
rakar pada kebudayaan dan kepribadian bangsa serta diarahkan untuk mencapai tu
juan pendidikan nasional, (2) kurikulum untuk semua jenis dan jenjang pendidika
n harus dikembangkan secara berkesinambungan dan fungsional terhadap perkem
bangan peserta didik dan masyarakat, (3) sesuai dengan prinsip persamaan dan per
bedaan individual, dikaitkan pula dengan fungsi sekolah sebagai wadah pewarisan
pesan-pesan bangsa dan negara, maka dalam kurikulum perlu dibedakan antara pr
ogram inti dengan program pilihan sesuai dengan bakat , minat dan pertimbanganpertimbangan lain yang relevan, (4) struktur materi dan proses pembelajaran harus
dirancang dengan sebaik-baiknya dan diarahkan untuk mencapai keseimbangan an
tara perkembangan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor pada diri peserta did
ik, dan (5) kurikulum tidak hanya ditujukan untuk membentuk kemampuan akade
mik dan nlai-nilai pribadi, tetapi juga untuk menumbuhkan kemampuan belajar un
tuk belajar dan untuk mengembangkan diri sendiri.
G. Hubungan kurikulum dengan pembelajaran
Kurikulum merupakan pengalaman belajar yang terorganisasi dalam bentuk te
rtentu dibawah bimbingan dan pengawasan sekolah, sedangkan pembelajaran adal
ah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk membimbing dan mengarahka
n peserta didik agar terjadi tindakan belajar sehingga memperoleh pengalaman bel
ajar. Kurikulum merupakan program pembelajaran, sedangkan pembelajaran meru
pakan cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Ked
ua istilah tersebut secara bersama-sama digunakan oleh sekolah untuk mengemba
ngka program pendidikan.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua istilah yang berbeda tetapi tidak
dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Keduanya mempunyai posisi yang sama. K
urikulum merupakan sesuatu yang ideal, sedangkan pembelajaran merupkan realis
asi dari idealisme suatu gagasan.

H. Manajemen kurikulum
Kegiatan pengembangan kurikulum harus dilakukan berdasarkan ilmu manaje
men karena pengembangan kurikulum menuntut adanya perencanaan sampai deng
an pengawasan, bahkan termasuk monitoring dan evaluasi. Ilmu manajemen harus
menjadi landasan pokok dalam studi pengembangan kurikulum. Didalam ilmu ma
najemen dan kurikulum terdapat satu faktor kunci yang sama dan harus ada yaitu
orang. Artinya keberhasilan manajemen kurikulum sangat dipengaruhi oleh faktor
manusianya, mulai dari tingkat pusat sampai dengan tingkat pelaksana di lapanga
n (guru). Tentu dalam pelaksanaannya, orang tersebut harus didukung leh sumbersumber lain, seperti sarana dan prasarana, biaya waktu, teknologi, termasuk kema
mpuan manajerialnya.
BAB II
PRINSIP DAN TAHAP-TAHAP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Esensi dari pengembangan kurikulum adalah proses identifikasi analisis, sinte
sis, evaluasi, pengambilan keputusan, dan kreasi elemen-elemen kurikulum. Prose
s pengembangan kurikulum harus dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Untu
k itu, para pengembang kurikulum agar bisa bekerja secara mantap, terarah, dan h
asilnya bisa dipertanggungjawabkan. Produk dari proses pengembangan kurikulu
m tersebut diharapkan akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat, per
kembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, adanya berba
gai prinsip pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum merupakan
suatu disiplin ilmu tersendiri.
A. Sumber dan tipe prinsip pengembangan kurikulum
Menurut Oliva (1992) ada empat sumber prinsip pengembangan kurikulum, y
aitu “ data empiris (empirical data), data eksperimen (experimental data), cerita/le
genda yang hidup di masyarakat (folklore of curriculum), dan akal sehat (common
sense)”.
Tipe-tipe prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum bisa diklasifikasikan menjadi tiga ti
pe prinsip, yaitu: anggapan kebenaran utuh atau menyeluruh, anggapan kebenaran
parsial, dan anggapan kebenaran yang masih memerlukan pembuktian. Anggapan
kebenaran utuh adalah fakta, konsep dan prinsip yang diperolah dan telah diuji dal
am penelitian yang ketat dan berulang sehingga bisa dibuat generalisasi dan bisa d
iberlakukan di tempat yang berbeda. anggapan kebenaran parsial, yaitu fakta, kon
sep dan prinsip yang sudah terbukti efektif dalam banyak kasus, tetapi sifatnya ma

sih belum bisa digeneralisasikan. Anggapan kebenaran yang masih memerlukan p
embuktian yaitu asumsi kerja atau prinsip yang sifatnya tentatif. Prinsip ini muncu
l dari hasil deliberasi, judgement dan pemikiran akal sehat.
Pada dasarnya, kesemua tipe prinsip itu bisa digunakan. Tipe prinsip mana ya
ng mendapat penekanan dalam penggunaanya, sangat bergantung pada perspektif
para pengembang kurikulum tentang kurikulum itu sendiri.
B. Prinsip-prinsip umum pengembangan kurikulum
Prinsip umum pengembangan kuikulum adalah:
1. Prinsip berorientasi pada tujuan dan kompetensi
Tujuan yang dimaksud merupakan sesuatu yang ingin dicapai dalam pendidik
an. Tujuan pendidikan mempunyai tingkatan/hierarki tertentu, mulai dari tujuan y
ang sangat umum sampai dengan tujuan khusus. Tujuan yang dimaksud meliputi t
ujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan pembelajr
an umum dan tujuan pembelajaran khusus. Tujuan pendidikan harus mencakup se
mua aspek perilaku peserta didik, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psi
komotor.
Kompetensi adalah perpaduan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilainilai yang direfleksikan dalam pola berpikir dan pola bertindak. Ciri utama prinsip
ini adalah digunakannya pemikirna yang sistematik dan sistemik didalam pengem
bangan kurikulum. Oleh karena itu, langkaph pertama yang harus dilakukan oleh
pengembang kurikulum adalah menetapkan standar kompetensi lulusan. Prinsip b
erorientasi pada kompetensi digunakan untuk menunjukkan sekurang-kurangnya t
iga hal, yaitu sebagai indikator penguasaan kemampuan, sebagai titik awal desain
dan implementasi kurikulum dan sebagai kerangka untuk memahami kurikulum. I
mplikasinya adalah mengusahakan agar seluruh kegiatan kurikuler terarah untuk
menguasai kompetensi yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Prinsip relevansi
Prinsip ini terdiri atas dua jenis, yaitu relevansi eksternal dan relevansi interna
l. Relevansi eksternal menunjukkan relevansi antara kurikulum dengan lingkunga
n hidup peserta didik dan masyarakat, perkembangan kehidupan masa sekarang da
n masa yang akan datang serta tuntutan dan kebutuhan dunia pekerjaan. Relevansi
internal artinya relevansi diantara komponen kurikulum itu sendiri. Kurikulum me
rupakan suatu sistem yang dibangun oleh subsistem atau kompnen, seperti tujuan,
isi, proses dan evaluasi. Suatu kurikulum yang baik harus memenuhi syarat releva
nsi internal yaitu adanya koherensi dan konsistensi antar komponennya. Implikasi
nya adalah mengusahkan pengembangan kurikulum sedemikian rupa sehingga ta
matan pendidikan dengan kurikulum itu dapat memenuhi jenis dan mutu tenaga ke

rja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Para pengembang kurikulum harus paham b
etul tentang jenis dan hakikat dari tujuan kurikulum, isi kurikulum, proses pembel
ajaran dan sistem evaluasi.
3. Prinsip efesiensi
Prinsip ini perlu dipertimbangkan terutama yang menyangkut tentang waktu, t
enaga, peralatan dan dana. Implikasinya adalah mengusahakan agar kegiatan kurik
uler mendayagunakan waktu, tenaga, biaya dan sumber-sumber lain secara cermat
dan teapt sehingga hasil kegiatan kurikuler itu memadai dan memenuhi harapan.
4. Prinsip keefektifan.
Prinsip ini dapat ditinjau dari dua dimensi, yaitu proses dan produk. Dimensi
proses mengacu pada keefektifan proses pembelajaran sebagai real curriculum (ke
efektifan guru mengajar dan keefektifan peserta didik belajar), sedangkan dimensi
produk mengacu pada hasil yang ingin dicapai. Implikasinya adalah para pengemb
ang kurikulum harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat membuahkan
hasil, yaitu menguasai komptensi tanpa ada kegiatan yang mubazir.
5. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum hrus dikembangkan secara lentur (tidak kaku) baik dalam dimensi
proses maupun dimensi hasil yang diharapkan. Implikasinya adalah para pengemb
ang kurikulum harus mengusahakan agar kegiatan kurikuler bersifat luwes, dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lapangan serta ketersediaan waktu tanpa
merombak standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
6. Prinsip integritas
Kurikulum harus dikembangkan berdasarkan suatu keseluruhan atau kesatua
n yang bermakna dan berstruktur. Bermakna maksudnya adalah suatu keseluruhan
itu memiliki arti, nilai, manfaat atau faedah tertentu. Keseluruhan bukan merupak
an penjumlahan dari bagian-bagian melainkan suatu totalitas yang memiliki makn
anya sendiri. Prinsip ini berasusmsi bahwa setiap bagian yang ada dalam keseluru
han itu berada dan berfungsi dalam struktur tertentu. Implikasinya adalah para pen
gembang kurikulum harus memperhatikan dan mengusahkan agar pendidikan dap
at menghasilkan pribadi-pribadi yang unggul dan manusia seutuhnya. Peserta didi
k memiliki potensi yang dapat tumbuh dan berkembang. Peserta didik adalah orga
nisme yang hidup dalam masyarakt dan mempunyai kebutuhan serta harapan ams
a depan yang lebih baik
7. Prinsip kontinuitas
Kurikulum harus dikembangkan secara berkesinambungan , baik sinambung a
ntarmata pelajaran, antarkelas amupun antarjenjang pendidikan. Hal ini dimaksud
kan agar proses pendidikan atau belajar siswa bisa maju secara sistematis, dimana
pendidikan pada kelas atau jenjang yang lebih rendah harus menjadi dasar untuk

melanutkan pada kelas dan jenjang diatasnya. Implikasinya adalah mengusahakan
agar setiap kegiatan kurikuler merupakan bagian yang berkesinambungan dengan
kegiatan-kegiatan kurikuler lainnya, baik secara vertikal (bertahap, berjenjang) ma
upun secara horizontal.
8. Prinsip sinkronisasi
Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahkan agar semua kegiatan k
urikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler serta pengalaman belajar lainnya dapt ser
asi, selaras, seimbang, searah dan setujuan.
9. Prinsip objektivitas
Kurikulum harus dikembangkan dengan mengusahakan agar semua kegiatan (
intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler) dilakukan dengan tatanan kebenar
an ilmiah serta mengesampingkan pengaruh-pengaruh subjektivitas, emosional da
n irasional.
10. Prinsip demokrasi
Dalam mengembangkan kurikulum perlu memperhatikan nilai-nilai demokrat
is. Tujuannya untuk menjadikan sekolah sebagai puasat kehidupan demokrasi mel
alui proses pembelajaran yang demokratis.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu pe
nghargaan terhadap kemampuan menjunjung keadilan, menerapkan persamaan ke
sempatan dan memperhatikan keragaman peseta didik. Dalam praktiknya, pengem
bang kurikulum hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus
dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensiny
a. Dalam proses pengembangan kuriklum perlu adanya suasana yang terbuka, akra
b dan saling menghargai, sebaliknya, guru harus mengindari suasana pembelajran
yang kaku, penuh dengan ketegangan, dan sarat dengan perintah atau intruksi yan
g membuat peserta didik menjadi pasif tidak bergairah, cepat bosan dan mengala
mi kelelahan. Pengembangan kurikulum perlu mempertimbangkan agar manajeme
n kurikulum dan pembelajaran serta keterlibatan lingkungan dapat dilakukan sesu
ai dengan prinsip atau asas demokrasi.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum biasanya ditulis secara eksplisit did
alam kurikulum sekolah, implementasi prinsip-prinsip pengembangan kurikulum t
ersebut dapat dikaji dari keseluruhan isi buku kurikulum tersebut atau didalam pel
aksanaan kurikulum dan evaluasi kurikulum. Sering terjadi, implementasi prinsipprinsip kurikulum sukar diidentifikasi, bahkan yang sering terjadi adalah peristiwa
-peristiwa kurikuler yang menyimpang dari prinsip-prinsip yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum itu. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu di
perhatikan:

1. Pencantuman prinsip-prinsip pengembangan kurikulum didalam buku kurikulu
m tidak hanya bersifat proforma. Hal itu dimaksudkan untuk menaati langkahlangkah pengembangan kurikulum dan untuk menimbulkan pemahaman bahwa su
atu kurikulum mendukung nilai-nilai luhur tertentu, terutama yang bersifat politis
dan ilmiah.
2. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tidak hanya dipahami oleh para peng
embang kurikulum. Pelaksanaan kurikulum dan hasil evaluasi kurikulum tidak me
nunjukkan adanya kandungan nilai-nilai dari prinsip-prinsip pengembangan kurik
ulum itu.
3. Situasi dan kondisi tata hidup tempat kurikulum itu dilaksankan telah berkemba
ng sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu sendiri.
C. Prinsip-prinsip khusus pengembangan kurikulum
Disamping prinsip-prinsip umum diatas, ada juga prinsip-prinsip khusus yang
bersumber dari anatomi kurikulum, yaitu:
1. Prinsip-prinsip tujuan kurikulum
Prinsip ini ditinjau dari tujuan sebagai salah satu komponen pokok dalam pen
gembangan kuriklum. Menurut Hilda Taba (1962) ada tiga sumber tujuan, yaitu ke
budayaan masyarakt, idndividu, dan mata pelajaran-disiplin ilmu. Sementara itu,
Nana, Sy. Sukmadinata (2005) mengemukakan sumber tujuan adalah (a) ketentuta
n dan kebijakan pemerintah, yang dapat ditemkan dalam dokumen-dokumen lemb
aga negara mengenai tujuan danstrategi pembangunan termasuk didalamnya pendi
dikan, (b) survei mengenai kebutuhan-kebutuhan murid dengan menggunakan ang
ket, wawancara, observasi, (c) survei mengenai persepsi orang tua/masyarakat tent
ang kebutuhannya yang dijaring melalui angket, wawancara, observasi, dan dari b
erbagai media massa, (e) survei tentang manpower, (f) pengalaman negara-negara
lain dalam masalah yang sama, dan (g) penelitian lain.
2. Prinsip-prinsip isi kurikulum
Prinsip ini menunjukkan: (a) isi kurikulum harus mencerminkan falsafah dan
dasar suatu negara, (b) isi kurikulum harus diintegrasikan dalam nation dan charac
er building, (c) isi kurikulum hanya mengembangkan cipta, rasa, karsa dan karya
agar peserta didik memiliki mental, moral, budi pekerti luhur, tinggi keyakinan ag
amanya, cerdas, terampil, serta memiliki fisik yang sehat dan kuat, (d) isi kurikulu
m harus mempersiapkan sikap dan mental peserta didik untuk dapat mandiri dan b
ertanggung jawab dalam masyarakat, (e) isi kurikulum harus memadukan teori da
n praktik, (f) isi kurikulum harus memadukan pengetahuan, keterampilan dan sika
p dan nilai-nilai, (g) isi kurikulum harus diselaraskan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, (h) isi kurikulum harus sesuai dengan minat,

kebutuhan, dan perkembangan masyarakat, (i) isi kurikulum harus dapat menginte
grasikan kegiatan intra, ekstra dan kokurikuler, (j) isi kurikulum harus memungkin
kan adanya kontinuitas antarasastu lembaga dengan lembaga pendidikan lainnya,
dan (k) isi kurikulum harus dapat disesuaikan dengan kondisi-kondisi setempat.
3. Prinsip-prinsip didaktik-metodik
Prinsip ini meliputi: semua pengetahuan dan kegiatan yang diajarkan harus fu
ngsional dan praktis; pengetahuan dan kegiatan harus diselaraskan dengan taraf pe
mahaman dan perkembangan peserta didik; guru harus membangkitkan dan memu
puk minat, perhatian dan kemampuan peserta didik; penyajian bahan pelajaran har
us berbentuk jalinan teori dan praktik; dalam pembelajaran, guru harus dapat mem
bentuk perpaduan antara kegiatan belajar individual dengan kegiatan belajar kelo
mpok; guru harus dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai peserta didik; penya
jian bahan pelajaran harus dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta d
idik terhadap Tuhan YME; penyajian bahan hendaknya menggunakan multimetod
e, media, sumber belajar dan variasi teknik penilaian, dan; dalam hal tertentu, gur
u perlu memberikan bimbingan dan konseling kepada peserta didik.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan proses pembelajaran (pendekatan, stra
tegi, mtode dan teknik) adalah: harus sesuai dengan tujuan (kognitif, afektif, dan p
sikomotor) dan materi pelajaran; bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan in
dividual peserta didik; memberikan urutan kegiatan yang logis, sistematis dan berj
enjang; mengaktifkan peserta didik untuk belajar dan merangsang guru untuk men
gajar; merangsang berkembangnya kemampuan baru; menimbulkan jalinan kegiat
an belajar di sekolah dan di rumah; mendorong peserta didik menggunakan berba
gai sumber belajar; untuk belajar keterampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar
yang menekankan learning by doing disamping learning by seeing and knowing.
4. Prinsip yang berkenaan dengan media dan sumber belajar
Prinsip ini menunjukkan kesesuaian media dan sumber belajar dengan standar
kompetensi dan kompetensi dasar, materi pelajaran, karakteristik media pembelaja
ran, tingkat perkemangan peserta didik, tingkat kemampuan guru, praktisekonomis. Untuk itu, pengembang kurikulum harus memperhatikan faktor-faktor,
antara lain objektivitas, program pembelajaran, sasaran program, situasi dan kondi
si (sekolah dan peserta didik), kualitas media, keefektifan dan efisiensi penggunaa
n.
5. Prinsip-prinsip evaluasi
Prinsip ini meliputi : prinsip mendidik, prinsip keseluruhan, prinsip kontinuita
s, prinsip objektivitas, prinsip kooperatif, prinsip praktis dan prinsip akuntabilitas.
Manfaat yang bisa diambil dari prinsip umum dan prinsip khusus pengmbang
an kurikulum tersebut adalah kita bisa menggunakan secara bersamaan, karena ak

an saling melengkapi. Semakin lengkap dan komprehensif, kesempurnaan suatu p
rinsip akan semakin baik, karena akan semakin memperjelas dalam mengarahkan
kerja para pengembang kurikulum dan kesempurnaan kurikulum yang dihasilkann
ya. Meskipun demikian, prinsip-prinsip yang disajikan diatas sifatnya tidak kaku,
masih mungkin untuk dimodifikasi, ditambah atau dikurangi sesuai dengan kebutu
han yang ada
D. Tahap-tahap pengembangan kurikulum
Ada empat taham dalam pengembangan kurikulum yaitu:
1. Pengembangan kurikulum pada tingkat makro
Pada tingkat ini, pengembangan kurikulum dibahas dalam ruang lingkup nasi
onal yang meliputi tri-pusat pendidikan, yaitu pendidikan formal, pendidikan infor
mal, dan pendidikan nonformal dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan nasio
nal
2. Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi
Pengembangan kurikulum tingkat institutsi/lembaga mencakup tiga kegiatan
pokok, yaitu merumuskan tujuan sekolah atau standar kompetensi lulusan masingmasing lembaga, penetapan isi dan struktur program, dan penyusunan strategi pela
ksanaan kurikulum secara keseluruhan.
3. Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran (bidang studi)
Pengembangan kruikulum pada tingkat bidang studi ini dilakukan dalam bent
uk menyusun atau mengembangkan silabus bidang studi mata pelajaran untuk seti
ap semester. Silabus suatu bidang studi berisi standar kompetensi, kompetensi das
ar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, sistem penilaian,
alokasi waktu, dan sumber /bahan/ alat belajar. Pengembangan silabus harus berda
sarkan prinsip-prinsip tertentu, antara lain ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, m
emadai, aktual dan kontekstual, fleksibel dan menyeluruh
4. Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas
Untuk mengembangkan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas, maka
guru perlu menyusun program pembelajaran, seperti paket modul, paket belajar da
n Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikuilum harus menempuh tahaptahap sebagai berikut
Tahap 1: Studi kelayakan dan analisis kebutuhan
Pada tahap ini, pengembang kurikulum melakukan analisis kebutuhan program da
n merumuskan berbagai pertimbangan, termasuk hal-hal apa yang harus dikemban
gkan.
Tahap 2: perencanaan kurikulum (draft awal)

Pada tahap ini, pengembang kurikulum menyusun suatu konsep perencanaan awal
kurikulum. Berdasarkan rumusuan kemampuan yang akan dikembangkan pada ta
hap pertama, kemudian dirumuskan tujuan kurikulum yang mendasari rumusan isi
dan struktur kurikulum yang diharapkan. Selanjutnya, pengembang kurikulum me
rancang strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan strategi, metode, media, s
umber belajar, dan sistem penilaian berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah d
itentukan sebelumnya pada tahap awal pemilihan metode, media, sumber belajar,
dan teknik penilaian hendaknya mengacu pada prinsipnya masing-masing dan dis
esuaikan dengan kemampuan guru di lapangan serta situasi dan kondsi lembaga p
endidikan/sekolah
Tahap 3: pengembangan rencana operasional kurikulum
Pada tahap ini, pengembangan kurikulum membuat rencana operasional kurikulu
m, yang meliputi penyusunan silabus, pengembangan bahan ajar, dan menentukan
sumber-sumber belajar, seperti buku, sumber, modul, narasumber dan sebagainya.
Tahap 4: pelaksanaan uji coba terbatas kurikulum dilapangan
Tujuan uji coba dilapangan adalah untuk mengetahui kemungkinan pelaksana
an dan keberhasilan kurikulum, hambatan atau masalah apa yang terjadi,bagaiman
a pengaruh lingkungan, faktor-faktor apa yang mendukung dan bagaimana upaya
mengatasi hambatan atau pemecahan masalah. Kegiatan uji coba meliputi persiap
an, pelaksanaan, evaluasi, perbaikan dan penyesuaian. Uji coba biasanay dilakuka
n pada kelompok sampel yang representatif.
Tahap 5: implementasi kurikulum
Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan minimal dua kegiatan po
kok, yaitu (a) kegiatan diseminasi, yaitu pelaksanaan kurikulum dalam ruang ling
kup yang lebih luas, dan (b) melaksanakan kurikulum secara menyeluruh untuk se
mua jenis dan jenjang pendidikan.
Tahap 6: monitoring dan evaluasi kurikulum
Pada tahap ini pengembang kurikulum melakukan monitoring dan evaluasi kuriku
lum yang meliputi tahap masukan sesuai dengan desain kurikulum dan hasil atau
dampak pelaksanaan kurikulum.
Tahap 7: perbaikan dan penyesuaian
Pada tahap ini, pengembang kurikulum harus melakukan perbaikan dan penyesuai
an apabila berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi kurikulum ternyata terdapat
hal-hal yang menyimpang atau tidak sesuai dengan keadaan

BAB III
LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

A. Landasan Filosofis
Kata filsafat bserasal dari bahasa yunani kuno yaitu philosophia (philore = cin
ta, senang, suka dan sophia = kebaikan atau kebenaran). Menurut asal katanya, fils
afat berarti cinta akan kebenaran. Orang yang berfilsafat adalah orang yang senan
g dengan kebenaran. Dengan demikian, filsuf adalah orang yang cinta akan keben
aran, berusaha untuk mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menc
iptakan sikap positif terhadapnya. Filsuf juga mencari hakikat sesuatu, berusaha m
enghubungkan antara sebab dan akibat serta melakukan penafsiran atas pengalama
n-pengalaman manusia. Berpikir filsafat berarti berpikir secara menyeluruh, siste
matis, logis dan radikal.
Meskipun demikian, kebenaran filsafat adalah kebenaran relatif. Artinya kebe
naran itu selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman da
n peradaban manusia. Kebenaran filsafat adalah kebenaran yang bergantung sepen
uhnya pada kemampuan daya nalar manusia.
Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ti
mbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pe
mikiran yang menyeluruh, sistematis, logis dan radikal. Jawaban itu juga digunak
an untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan manusia, termasuk bidang pendid
ikan.
Para ahli filsafat membagi ruang lingkup filsafat berbeda-beda. Ruang lingku
p filsafat adalah segala sesuatu lapangan pemikiran manusia yang amat luas, segal
a sesuatu yang mungkin ada dan benar-benar nyata (terlihat), baik material konkre
t maupun non material abstrak (tidak terlihat). Will Durant dalam Hamdani Ali (1
990) membagi ruang lingkup filsafat sebagi berikut
1. Logika yaitu studi tentang metode-metode idela mengenai berpikir dan meneliti
dalam melakukan observasi, introspeksi, deduksi dan induksi, hipotesis dan analis
is, dan lain-lain ya