UU Penanganan Konflik Sosial final
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 7 TAHUN 2012
Tentang
PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
Suwitono, SH.,MH
Definisi
Konflik
sosial,
adalah
perseturuan dan/atau benturan
fisik dengan kekerasan antara dua
kelompok
masyarakat
atau
dampak luas yang mengakibatkan
ketidak amanan dan disintegrasi
sosial
sehingga
mengganggu
stabilitas
nasional
dan
menghambat
pembangunan
nasional.
Penanganan, Pencegahan, Penghentian, Pemulihan Pascakonflik,
Pengungsi, Status Keadaan Konflik, Satuan Tugas Penyelesaian Konflik,
Pemerintah, DPR, Pemda, DPRD, TNI, Kepolisian, Pranata Adat, Pranata
Sosial, APBN, APBD. (UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB I Pasal 1)
Asas Penanganan Konflik
Kemanusiaan, Hak Asasi Manusia
Kebangsaan, Kekeluargaan
Kebineka Tunggal Ikaan
Keadilan, Kesetaraan Gender,
Ketertiban dan kepastian Hukum
Keberlanjutan, Kearifan Lokal
Tanggung Jawab Negara, Partisifasi
Tidak Memihak, Tidak Membedabedakan
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 2)
Tujuan Penanganan Konflik
Menciptakan kehidupan yang aman
Memelihara kondisi damai
Meningatkan tenggang rasa dan tolernasi
Memelihara keberlangsungan pemerintah
Melindungi jiwa, harta benda, sarana umum
Memulihkan fisik sarana & masyarakatnya.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 3)
Ruang Lingkup Penanganan
Konflik
Pencegahan Konflik
Penghentian Konflik
Pemulihan Pascakonflik
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 4)
Sumber Konflik
Politik
Ekonomi
Sosial Budaya
Antar Umat Beragama, Suku,
Etnis
Masyarakat dengan Pelaku Usaha
Distribusi Sumber
Daya Alam yang tidak
seimbang
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 5)
Pencegahan Konflik
Penegahan dilakukan : Pememerintah,
Pemda & Masyarakat
Memelihara kondisi damai dlm masyarakat
Kembangkan sistem penyelesaian
perselisihan secara damai
Membangun sistem peringatan dini
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 6)
Kondisi damai dlm masyarakat wajib
bagi setiap orang
Sikap toleransi dan saling menghormati
Perbedaan suku, bahasa dan adat
istiadat
Harkat dan Martabat
Mengakui persamaan derajat
Mengembangkan persatuan Indonesia
Menghargai pendapat dan kebebasan
Penyelesaian perselisihan dlm masyarakat
secara damai dan musyawarah mufakat.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 7,8)
Meredam Potensi Konflik
Memperhatikan aspirasi masyarakat;
Pemerintahan yang baik;
Mengintensifkan dialog;
Menegakkan hukum tanpa disriminasi;
Membangun Karakter
Nilai Pancasila dan Kearifan Lokal;
Membangun kemitraan.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 9)
Membangun Sistem Peringatan
Dini
Membangun sistem perigatan dini untuk
mencegah konflik di daerah, mencegah
perluasan konflik yang sedang terjadi.
Pemerintah dan Pemda melalui media
komunikasi.
Penelitian & pemetaan wilayah Konflik;
Penyampaian data konflik secara akurat;
Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan;
Pemanfaatan modal sosial;
Pemanfaatan fungsi intelijen.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 10,11)
Penghentian Konflik :
Penghentian kekerasan fisik;
Penetapan status keadaan konflik
Tindakan darurat penyelamatan
Bantuan atau pengerahan TNI
Dikoordinasian dan dikendalikan
oleh
Polri,
melibatkan
tokoh
agama, masyarakat, tokoh adat
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 12, 13)
Penetapan Status Keadaan
Konflik
Keadaan konflik ditetapkan apabila konflik
tidak dapat dikendalikan oleh Polri dan
terganggungnya fungsi pemerintahan.
Skala Kabupaten/Kota : dampak hanya
pada tingkat Kabupaten /Kota (ditetapkan
oleh Bupati/Wali Kota)
Skala Provinsi : dampak hanya pada
tingkat Provinsi (ditetapkan oleh DPRD
Provinsi)
Skala Nasional : dampak hanya pada
tingkat Nasional (ditetapkan oleh Presiden
berkonsultasi dgn Pimpinan DPR)
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 14,15)
Tindakan dalam Keadaan Konflik
Skala
Kabupaten/Kota : Pembatasan dan
penutupan kawasan konflik, pembatasan
diluar
rumah
dan
kawasan
konflik,
pelarangan memasuki area konflik.
Skala Provinsi : Penutupan kawasan
konflik sementara, pembatasan orang di
luar rumah, pelarangan memasuki kawasan
konflik.
Skala Nasional : Penutupan kawasan
konflik sementara, pembatasan orang di
luar rumah, pelarangan memasuki kawasan
konflik.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB IV Pasal 26, 27, 28)
Jangka Waktu Status Keadaan
Konflik
Berdasarkan Evaluasi masing-masing
skala dapat memperpanjang jangka
waktu status keadaan konflik paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah
dikonsultasikan oleh masing masing
Pimpinan.
Dalam hal keadaan konflik dapat
ditanggulangi sebelum batas waktu yang
ditentukan
pimpinan
masing-masing
skala dapat mencabut penetapan status
keadaan konflik.
Penyelamatan dan Pelindungan
Korban
Pemerintah
dan
Pemda
melakukan
tindakan penyelamatan darurat.
Evakuasi, identifikasi secara tepat;
Pemenuhan dasar korban/pengungsi
Perlindungan
Sterilisasi tempat yang rawan
Penyelamatan sarana dan prasarana vital
Penegakan hukum
Pengaturan mobilitas
Penyelamatan harta benda
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB IV Pasal 32)
Prinsip Penegakan Hukum, dalam Penanganan Konflik
Sosial :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Asas Legalitas semua tindakan penegak hukum hrs bersumber
dr hukum yg tertulis & menempatkan supremasi hukum.
Asas perlakuan yang sama di depan hukum (equality before
the law) setiap orang mempunyai kedudukan yg sama depan
hukum, mendpt perlindungan yg sama oleh hukum (equal
protection on the law), & perlakuan keadilan yg sama (equal justice
under the law).
Asas praduga tdk bersalah (presumption of innosence)
bahwa setiap orang yg disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, &/
dihadapkan di muka sidang, wajib dianggap tdk bersalah sampai
adanya putusan pengadilan yg menyatakan kesalahannya &
memperoleh kekuatan hukum yg tetap.
Penangkapan, penahanan, penggeledahan, & penyitaan hanya
dilakukan berdasarkan perintah tertulis pejabat yg diberi wewenang
oleh UU & hanya dlm hal serta dgn cara yg diatur dgn UU.
Peradilan wajib dilakukan dgn cepat, sederhana, & biaya
ringan serta bebas, jujur, & tidak memihak, serta hrs diterapkan
scr konsekuen dlm seluruh tingkat peradilan.
Prinsip keseimbangan, yakni bahwa dlm setiap penegakan
hukum hrs berlandaskan prinsip keseimbangan yg serasi antara
perlindungan thdp harkat & martabat manusia dgn perlindungan
thdp kepentingan & ketertiban masyarakat.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Setiap orang yg tersangkut perkara, wajib
diberi kesempatan bantuan hukum yg
semata-mata diberikan utk melaksanakan
kepentingan pembelaan atas dirinya.
Kepada seorang tersangka, sejak saat
dilakukan penangkapan &/ penahanan,
selain wajib diberikan dakwaan & dasar
hukum apa yg didakwakan kepadanya, jg
wajib diberitahukan haknya termasuk hak
utk menghubungi & meminta bantuan
hukum dr Penasehat Hukum.
Prinsip pembatasan penahan.
Asas pemberian ganti rugi & rehabilitasi
sbg
akibat
tindakan
penangkapan,
penahanan, penggeledahan, & penyitaan yg
tdk sesuai dgn hukum.
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah
terbuka utk umum, kecuali dlm hal yg
diatur dlm UU.
Pengawasan
pelaksaaan
Putusan
Penggunaan Kekuatan TNI
Bantuan konflik skala Kabupaten/Kota,
bupati/walikota meminta bantuan TNI
kepada Pemerintah.
Bantuan konflik skala Provinsi, Gubernur
dapat meminta bantuan TNI kepada
Pemerintah.
Bantuan konflik skala Nasional, Presiden
berwenang mengerahkan kekuatan TNI
Semuanya sesuai ketentuan peraturan
perundangan dan dikoordinasikan oleh
Polri.
Mekanisme Penggunaan Kekuatan
TNI
Konflik Skala
Kabupaten/Kota
Konflik Skala
Provinsi
Konflik Skala
Nasional
Bupati / Wali Kota
Gubernur
Presiden
Pimpinan DPR
Pemerintah
TNI
Dilakukan sesuai dengan ketentuan
Peraturan operundang-undangan
Pemulihan Pascakonflik
Permerintah & Pemda wajib lakukan
pemulihan
pascakonflik
secara
terencana,
perpadu,
berkelanjutan & terukur.
Pemulihan meliputi :
Rekonsilitasi (Perundingan, pemberian restitusi,
pemaafan) oleh Pranata Adat/Sosial
Rehabilitasi (Pemulihan psikologis, kondisi sosial,
pemulihan ekonomi, budaya, keamanan, perbaikan,
kesejahteraan masyarakat)
Rekonstruksi (pemulihan pelayanan, penyediaan
akses pendidikan, perbaikan sarana, fasilitas
pelayanan, perbaikan tempat ibadah).
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB V Pasal 36)
Kelembagaan & Mekanisme
selesaikan Konflik
Penyelesaian konflik terdiri atas
Pemerintah, Pemda, Pranata Adat,
Pranata Sosial serta Satuan Tugas
Penyelesaian konflik.
Mengedepankan
Pranata
Adat/Pranata Sosial
Mengakui hasil penyelesaian konflik
Memiliki kekuatan yang mengikat
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB VI Pasal 40)
Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial
Lembaga Ad Hoc dibentuk oleh Pemerintah
atau Pemda dalam hal :
a. Tidak ada Pranata Adat/sosial di daerah
konflik
b. Tidak berfungsinya pranata Adat/sosial di
daerah konflik
c. Tidak berjalannya mekanisme musyawarah
d. Tidak terapainya kesepakatan
e. Telah ditetapkan status keadaan konflik
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB V Pasal 42)
Tugas dan Fungsi
Konflik Sosial
Penyelesai
Melalui musyawarah pada kelompok yang terlibat dan
jika tidak tercapai dapat dilakukan melalui Pengadilan
Fungsi :
Pencarian fakta, data atau informasi
Koordinasi untuk memberikan perlindungan kepada
korban, saksi, pelapor
Perumusan opsi mempertimbangkan kepentingan pihak
yang berkonflik.
Perumusan kesepakatan
Merekonstruksi, penyampaian rekomendasi kepada
Pemerintah.
Penyampaian laporan akhir
pelaksanaan tugas
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial
Kabupaten / Kota
Unsur Pemerintah
- BupatiDaerah
/ Wali Kota
- Ketua DPRD Kab /
Kota
- Instansi Pemerintah
- Kepala Kepolisian
Resor
- Komandan Distrik
Militer
(Pasal 47)
Unsur Masyarakat
- Tokoh Agama
-Tokoh Adat
-Tokoh Masyarakat
-Pegiat Perdamaian
-Wakil Pihak yang
berkonflik
(harus memperhatikan
keterwakilan sekurang-
- Kepala Kejaksaan
kurangnya 30%)
Anggota Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial berhenti
Negeri
/diberhentikan karena : masa tugas berakhir, penggantian
personel, meninggal dunia, mengundurkan diri, melakukan
tindakan yang bertentangan
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial
Provinsi
(Pasal 48)
Unsur Pemerintah
Daerah
- Gubernur
Unsur Masyarakat
- Tokoh Agama
- Ketua DPRD Provinsi
-Tokoh Adat
- Instansi Pemerintah
-Tokoh Masyarakat
- Kepala Kepolisian
-Pegiat Perdamaian
Daerah
- Panglima Daerah
Militer
- Kepala Kejaksaan
-Wakil Pihak yang
berkonflik
(harus memperhatikan
keterwakilan sekurangkurangnya 30%)
Tinggi
Anggota Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial unsur
masyarakat harus mempertimbangkan ketokohan, integritas,
dan moralitas
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial
Nasional
(Pasal 49)
Unsur Pemerintah
Daerah
Unsur Masyarakat
- Kementerian yang
membidangi urusan
- Tokoh Agama
Politik, Hukum,
-Tokoh Adat
Keamanan, Dalam Negeri,
-Tokoh Masyarakat
pertahanan, Keuangan
-Pegiat Perdamaian
Negara, Kesehatan,
-Wakil Pihak yang
Sosial, Agama.
berkonflik
- Polri, TNI, Kejaksaan
(harus memperhatikan
Agung, Badan Nasional
keterwakilan sekurang-
Penanggulangan Bencana,
kurangnya 30%)
KOMNASHAM.
Peran Serta Masyarakat dan Pendanaan
(Pasal 52 s/d 58)
Pembiayaan
Bantuan Teknis
Penyediaan Kebutuhan Dasar
Pendanaan
konflik
digunakan
untuk
mencegah konflik, penghentian konflik dan
pemulihan pascakonflik. Pendanaan menjadi
tanggung jawab Pemda dialokasikan pada
APBN / APBD melalui kementerian/lembaga
sesuai tugas dan fungsinya dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dengan kerengka acuan
kegiatan rehabilitasi serta RAB (Rencana
Anggaran Biaya)
Ketentuan Peralihan
(Pasal
59)
Semua program dan kegiatan yang
berkaitan
dengan
penanganan
konflik yang telah berlangsung
sebelum ditetapkannya Undangundang
ini
dapat
terus
dilaksanakan
sampai
dengan
berakhirnya program dan kegiatan
tersebut.
TERLAMPIR
Kemampuan
Dasar Komunikasi
Dalam Penanganan Konflik Sosial
NOMOR 7 TAHUN 2012
Tentang
PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
Suwitono, SH.,MH
Definisi
Konflik
sosial,
adalah
perseturuan dan/atau benturan
fisik dengan kekerasan antara dua
kelompok
masyarakat
atau
dampak luas yang mengakibatkan
ketidak amanan dan disintegrasi
sosial
sehingga
mengganggu
stabilitas
nasional
dan
menghambat
pembangunan
nasional.
Penanganan, Pencegahan, Penghentian, Pemulihan Pascakonflik,
Pengungsi, Status Keadaan Konflik, Satuan Tugas Penyelesaian Konflik,
Pemerintah, DPR, Pemda, DPRD, TNI, Kepolisian, Pranata Adat, Pranata
Sosial, APBN, APBD. (UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB I Pasal 1)
Asas Penanganan Konflik
Kemanusiaan, Hak Asasi Manusia
Kebangsaan, Kekeluargaan
Kebineka Tunggal Ikaan
Keadilan, Kesetaraan Gender,
Ketertiban dan kepastian Hukum
Keberlanjutan, Kearifan Lokal
Tanggung Jawab Negara, Partisifasi
Tidak Memihak, Tidak Membedabedakan
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 2)
Tujuan Penanganan Konflik
Menciptakan kehidupan yang aman
Memelihara kondisi damai
Meningatkan tenggang rasa dan tolernasi
Memelihara keberlangsungan pemerintah
Melindungi jiwa, harta benda, sarana umum
Memulihkan fisik sarana & masyarakatnya.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 3)
Ruang Lingkup Penanganan
Konflik
Pencegahan Konflik
Penghentian Konflik
Pemulihan Pascakonflik
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 4)
Sumber Konflik
Politik
Ekonomi
Sosial Budaya
Antar Umat Beragama, Suku,
Etnis
Masyarakat dengan Pelaku Usaha
Distribusi Sumber
Daya Alam yang tidak
seimbang
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB II Pasal 5)
Pencegahan Konflik
Penegahan dilakukan : Pememerintah,
Pemda & Masyarakat
Memelihara kondisi damai dlm masyarakat
Kembangkan sistem penyelesaian
perselisihan secara damai
Membangun sistem peringatan dini
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 6)
Kondisi damai dlm masyarakat wajib
bagi setiap orang
Sikap toleransi dan saling menghormati
Perbedaan suku, bahasa dan adat
istiadat
Harkat dan Martabat
Mengakui persamaan derajat
Mengembangkan persatuan Indonesia
Menghargai pendapat dan kebebasan
Penyelesaian perselisihan dlm masyarakat
secara damai dan musyawarah mufakat.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 7,8)
Meredam Potensi Konflik
Memperhatikan aspirasi masyarakat;
Pemerintahan yang baik;
Mengintensifkan dialog;
Menegakkan hukum tanpa disriminasi;
Membangun Karakter
Nilai Pancasila dan Kearifan Lokal;
Membangun kemitraan.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 9)
Membangun Sistem Peringatan
Dini
Membangun sistem perigatan dini untuk
mencegah konflik di daerah, mencegah
perluasan konflik yang sedang terjadi.
Pemerintah dan Pemda melalui media
komunikasi.
Penelitian & pemetaan wilayah Konflik;
Penyampaian data konflik secara akurat;
Penyelenggaraan Pendidikan dan pelatihan;
Pemanfaatan modal sosial;
Pemanfaatan fungsi intelijen.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 10,11)
Penghentian Konflik :
Penghentian kekerasan fisik;
Penetapan status keadaan konflik
Tindakan darurat penyelamatan
Bantuan atau pengerahan TNI
Dikoordinasian dan dikendalikan
oleh
Polri,
melibatkan
tokoh
agama, masyarakat, tokoh adat
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 12, 13)
Penetapan Status Keadaan
Konflik
Keadaan konflik ditetapkan apabila konflik
tidak dapat dikendalikan oleh Polri dan
terganggungnya fungsi pemerintahan.
Skala Kabupaten/Kota : dampak hanya
pada tingkat Kabupaten /Kota (ditetapkan
oleh Bupati/Wali Kota)
Skala Provinsi : dampak hanya pada
tingkat Provinsi (ditetapkan oleh DPRD
Provinsi)
Skala Nasional : dampak hanya pada
tingkat Nasional (ditetapkan oleh Presiden
berkonsultasi dgn Pimpinan DPR)
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB III Pasal 14,15)
Tindakan dalam Keadaan Konflik
Skala
Kabupaten/Kota : Pembatasan dan
penutupan kawasan konflik, pembatasan
diluar
rumah
dan
kawasan
konflik,
pelarangan memasuki area konflik.
Skala Provinsi : Penutupan kawasan
konflik sementara, pembatasan orang di
luar rumah, pelarangan memasuki kawasan
konflik.
Skala Nasional : Penutupan kawasan
konflik sementara, pembatasan orang di
luar rumah, pelarangan memasuki kawasan
konflik.
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB IV Pasal 26, 27, 28)
Jangka Waktu Status Keadaan
Konflik
Berdasarkan Evaluasi masing-masing
skala dapat memperpanjang jangka
waktu status keadaan konflik paling
lama 30 (tiga puluh) hari setelah
dikonsultasikan oleh masing masing
Pimpinan.
Dalam hal keadaan konflik dapat
ditanggulangi sebelum batas waktu yang
ditentukan
pimpinan
masing-masing
skala dapat mencabut penetapan status
keadaan konflik.
Penyelamatan dan Pelindungan
Korban
Pemerintah
dan
Pemda
melakukan
tindakan penyelamatan darurat.
Evakuasi, identifikasi secara tepat;
Pemenuhan dasar korban/pengungsi
Perlindungan
Sterilisasi tempat yang rawan
Penyelamatan sarana dan prasarana vital
Penegakan hukum
Pengaturan mobilitas
Penyelamatan harta benda
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB IV Pasal 32)
Prinsip Penegakan Hukum, dalam Penanganan Konflik
Sosial :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Asas Legalitas semua tindakan penegak hukum hrs bersumber
dr hukum yg tertulis & menempatkan supremasi hukum.
Asas perlakuan yang sama di depan hukum (equality before
the law) setiap orang mempunyai kedudukan yg sama depan
hukum, mendpt perlindungan yg sama oleh hukum (equal
protection on the law), & perlakuan keadilan yg sama (equal justice
under the law).
Asas praduga tdk bersalah (presumption of innosence)
bahwa setiap orang yg disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, &/
dihadapkan di muka sidang, wajib dianggap tdk bersalah sampai
adanya putusan pengadilan yg menyatakan kesalahannya &
memperoleh kekuatan hukum yg tetap.
Penangkapan, penahanan, penggeledahan, & penyitaan hanya
dilakukan berdasarkan perintah tertulis pejabat yg diberi wewenang
oleh UU & hanya dlm hal serta dgn cara yg diatur dgn UU.
Peradilan wajib dilakukan dgn cepat, sederhana, & biaya
ringan serta bebas, jujur, & tidak memihak, serta hrs diterapkan
scr konsekuen dlm seluruh tingkat peradilan.
Prinsip keseimbangan, yakni bahwa dlm setiap penegakan
hukum hrs berlandaskan prinsip keseimbangan yg serasi antara
perlindungan thdp harkat & martabat manusia dgn perlindungan
thdp kepentingan & ketertiban masyarakat.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Setiap orang yg tersangkut perkara, wajib
diberi kesempatan bantuan hukum yg
semata-mata diberikan utk melaksanakan
kepentingan pembelaan atas dirinya.
Kepada seorang tersangka, sejak saat
dilakukan penangkapan &/ penahanan,
selain wajib diberikan dakwaan & dasar
hukum apa yg didakwakan kepadanya, jg
wajib diberitahukan haknya termasuk hak
utk menghubungi & meminta bantuan
hukum dr Penasehat Hukum.
Prinsip pembatasan penahan.
Asas pemberian ganti rugi & rehabilitasi
sbg
akibat
tindakan
penangkapan,
penahanan, penggeledahan, & penyitaan yg
tdk sesuai dgn hukum.
Sidang pemeriksaan pengadilan adalah
terbuka utk umum, kecuali dlm hal yg
diatur dlm UU.
Pengawasan
pelaksaaan
Putusan
Penggunaan Kekuatan TNI
Bantuan konflik skala Kabupaten/Kota,
bupati/walikota meminta bantuan TNI
kepada Pemerintah.
Bantuan konflik skala Provinsi, Gubernur
dapat meminta bantuan TNI kepada
Pemerintah.
Bantuan konflik skala Nasional, Presiden
berwenang mengerahkan kekuatan TNI
Semuanya sesuai ketentuan peraturan
perundangan dan dikoordinasikan oleh
Polri.
Mekanisme Penggunaan Kekuatan
TNI
Konflik Skala
Kabupaten/Kota
Konflik Skala
Provinsi
Konflik Skala
Nasional
Bupati / Wali Kota
Gubernur
Presiden
Pimpinan DPR
Pemerintah
TNI
Dilakukan sesuai dengan ketentuan
Peraturan operundang-undangan
Pemulihan Pascakonflik
Permerintah & Pemda wajib lakukan
pemulihan
pascakonflik
secara
terencana,
perpadu,
berkelanjutan & terukur.
Pemulihan meliputi :
Rekonsilitasi (Perundingan, pemberian restitusi,
pemaafan) oleh Pranata Adat/Sosial
Rehabilitasi (Pemulihan psikologis, kondisi sosial,
pemulihan ekonomi, budaya, keamanan, perbaikan,
kesejahteraan masyarakat)
Rekonstruksi (pemulihan pelayanan, penyediaan
akses pendidikan, perbaikan sarana, fasilitas
pelayanan, perbaikan tempat ibadah).
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB V Pasal 36)
Kelembagaan & Mekanisme
selesaikan Konflik
Penyelesaian konflik terdiri atas
Pemerintah, Pemda, Pranata Adat,
Pranata Sosial serta Satuan Tugas
Penyelesaian konflik.
Mengedepankan
Pranata
Adat/Pranata Sosial
Mengakui hasil penyelesaian konflik
Memiliki kekuatan yang mengikat
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB VI Pasal 40)
Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial
Lembaga Ad Hoc dibentuk oleh Pemerintah
atau Pemda dalam hal :
a. Tidak ada Pranata Adat/sosial di daerah
konflik
b. Tidak berfungsinya pranata Adat/sosial di
daerah konflik
c. Tidak berjalannya mekanisme musyawarah
d. Tidak terapainya kesepakatan
e. Telah ditetapkan status keadaan konflik
(UU RI. No. 7 Thn 2012, BAB V Pasal 42)
Tugas dan Fungsi
Konflik Sosial
Penyelesai
Melalui musyawarah pada kelompok yang terlibat dan
jika tidak tercapai dapat dilakukan melalui Pengadilan
Fungsi :
Pencarian fakta, data atau informasi
Koordinasi untuk memberikan perlindungan kepada
korban, saksi, pelapor
Perumusan opsi mempertimbangkan kepentingan pihak
yang berkonflik.
Perumusan kesepakatan
Merekonstruksi, penyampaian rekomendasi kepada
Pemerintah.
Penyampaian laporan akhir
pelaksanaan tugas
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial
Kabupaten / Kota
Unsur Pemerintah
- BupatiDaerah
/ Wali Kota
- Ketua DPRD Kab /
Kota
- Instansi Pemerintah
- Kepala Kepolisian
Resor
- Komandan Distrik
Militer
(Pasal 47)
Unsur Masyarakat
- Tokoh Agama
-Tokoh Adat
-Tokoh Masyarakat
-Pegiat Perdamaian
-Wakil Pihak yang
berkonflik
(harus memperhatikan
keterwakilan sekurang-
- Kepala Kejaksaan
kurangnya 30%)
Anggota Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial berhenti
Negeri
/diberhentikan karena : masa tugas berakhir, penggantian
personel, meninggal dunia, mengundurkan diri, melakukan
tindakan yang bertentangan
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial
Provinsi
(Pasal 48)
Unsur Pemerintah
Daerah
- Gubernur
Unsur Masyarakat
- Tokoh Agama
- Ketua DPRD Provinsi
-Tokoh Adat
- Instansi Pemerintah
-Tokoh Masyarakat
- Kepala Kepolisian
-Pegiat Perdamaian
Daerah
- Panglima Daerah
Militer
- Kepala Kejaksaan
-Wakil Pihak yang
berkonflik
(harus memperhatikan
keterwakilan sekurangkurangnya 30%)
Tinggi
Anggota Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial unsur
masyarakat harus mempertimbangkan ketokohan, integritas,
dan moralitas
Satuan Penyelesaian Konflik Sosial
Nasional
(Pasal 49)
Unsur Pemerintah
Daerah
Unsur Masyarakat
- Kementerian yang
membidangi urusan
- Tokoh Agama
Politik, Hukum,
-Tokoh Adat
Keamanan, Dalam Negeri,
-Tokoh Masyarakat
pertahanan, Keuangan
-Pegiat Perdamaian
Negara, Kesehatan,
-Wakil Pihak yang
Sosial, Agama.
berkonflik
- Polri, TNI, Kejaksaan
(harus memperhatikan
Agung, Badan Nasional
keterwakilan sekurang-
Penanggulangan Bencana,
kurangnya 30%)
KOMNASHAM.
Peran Serta Masyarakat dan Pendanaan
(Pasal 52 s/d 58)
Pembiayaan
Bantuan Teknis
Penyediaan Kebutuhan Dasar
Pendanaan
konflik
digunakan
untuk
mencegah konflik, penghentian konflik dan
pemulihan pascakonflik. Pendanaan menjadi
tanggung jawab Pemda dialokasikan pada
APBN / APBD melalui kementerian/lembaga
sesuai tugas dan fungsinya dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dengan kerengka acuan
kegiatan rehabilitasi serta RAB (Rencana
Anggaran Biaya)
Ketentuan Peralihan
(Pasal
59)
Semua program dan kegiatan yang
berkaitan
dengan
penanganan
konflik yang telah berlangsung
sebelum ditetapkannya Undangundang
ini
dapat
terus
dilaksanakan
sampai
dengan
berakhirnya program dan kegiatan
tersebut.
TERLAMPIR
Kemampuan
Dasar Komunikasi
Dalam Penanganan Konflik Sosial