Macam - macam Tembang Macapat

Sebagai mana banyak kebiasaan dan adat jawa yang mengandung filosofi,.. maka macapat juga
banyak mengandung filosofi kehidupan,… yang kalau kita renungi mengandung nilai yang amat dalam serta
sarat akan khasanah-khasanah kearifan. Di tengah gempuran budaya barat dan timur yang menggempur kita
tak henti-henti, barat yang menawarkan liberalis dan hidup tanpa aturan serta unggah ungguh, dan budaya
timur yang tak menerima perbedaan, yang selalu mengajak kekerasan untuk menentang perbedaan, ada
baiknya kita kembali ke filosofi budaya sendiri yang amat luhur dan jelas sesuai dengan kehidupan kita yang
beragam, yang mengajarkan kearifan dan kehalusan budi, tatakrama yang agung, serta keharmonisan di
tengah perbedaan.
Salah satunya Macapat,.. yang kandungan filosofi amat dalam, bisa dijelaskan sbb:
1. Maskumambang
Adalah gambaran dimana manusia masih di alam ruh, yang kemudian ditanamkan dalam rahim/ gua garba
ibu kita. Dimana pada waktu di alam ruh ini Allah SWT telah bertanya pada ruh-ruh kita: “Alastu Bi
Robbikum”, “Bukankah AKU ini Tuhanmu”, dan pada waktu itu ruh-ruh kita telah menjawabnya: “Qoolu
Balaa Sahidna”, “Benar (Yaa Allah Engkau adalah Tuhan kami) dan kami semua menjadi saksinya”.
2. Mijil
Merupakan ilustrasi dari proses kelahiran manusia, mijil/mbrojol/mencolot dan keluarlah jabang bayi
bernama manusia. Ada yang mbrojol di India, ada yang di China, di Afrika, di Eropa, di Amerika dst. Maka
beruntunglah kita lahir di bumi pertiwi yang konon katanya Gemah Ripah Loh Jinawi Tata Tentrem Karta
Raharjo Lir Saka Sambikala. Dan bukan terlahir di Somalia, Etiopia atau negara-negara bergizi buruk
lainnya.
3. Sinom

Adalah lukisan dari masa muda, masa yang indah, penuh dengan harapan dan angan-angan.
4. Kinanthi
Masa pembentukan jatidiri dan meniti jalan menuju cita-cita. Kinanti berasal dari kata kanthi atau tuntun
yang bermakna bahwa kita membutuhkan tuntunan atau jalan yang benar agar cita-cita kita bisa terwujud.
Misalnya belajar dan menuntut ilmu secara sungguh-sungguh.”Apa yang akan kita petik esok hari adalah
apa yang kita tanam hari ini”.
5. Asmarandana
Menggambarkan masa-masa dirundung asmara, dimabuk cinta, ditenggelamkan dalam lautan kasih. Asmara
artinya cinta, dan Cinta adalah ketulusan hati.
Cinta adalah anugerah terindah dari Gusti Allah dan bagian dari tanda-tanda keAgungan-Nya.
6. Gambuh
Awal kata gambuh adalah jumbuh / bersatu yang artinya komitmen untuk menyatukan cinta dalam satu
biduk rumah tangga. Dan inti dari kehidupan berumah tangga itu adalah saling melengkapi dan bersinergi
secara harmonis.
Lumrahnya fungsi pakaian adalah untuk menutupi aurat, untuk melindungi dari panas dan dingin.Dalam
berumah tangga seharusnya saling menjaga, melindungi dan mengayomi satu sama lain, agar biduk rumah
tangga menjadi harmonis dan sakinah dalam naungan Ridlo-Nya.
7. Dhandhanggula

Gambaran dari kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan telah tercapai, cukup

sandang, papan dan pangan (serta tentunya terbebas dari hutang piutang). Kurangi Keinginan Agar Terjauh
dari hutang. Hidup bahagia itu kuncinya adalah rasa syukur, yakni selalu bersyukur atas rezeki yang di
anugerahkan Allah SWT kepada kita.
8. Durma
Sebagai wujud dari rasa syukur kita kepada Allah maka kita harus sering berderma, durma berasal dari kata
darma / sedekah berbagi kepada sesama. Dengan berderma kita tingkatkan empati sosial kita kepada
saudara-saudara kita yang kekurangan, mengulurkan tangan berbagi kebahagiaan, dan meningkatkan
kepekaan jiwa dan kepedulian kita terhadap kondisi-kondisi masyarakat disekitar kita.
“Barangsiapa mau meringankan beban penderitaan saudaranya sewaktu didunia, maka Allah akan
meringankan bebannya sewaktu di Akirat kelak”.
9. Pangkur
Pangkur atau mungkur artinya menyingkirkan hawa nafsu angkara murka, nafsu negatif yang menggerogoti
jiwa kita. Menyingkirkan nafsu-nafsu angkara murka, memerlukan riyadhah / upaya yang sungguh-sungguh,
dan khususnya di bulan Ramadhan ini mari kita gembleng hati kita agar bisa meminimalisasi serta
mereduksi nafsu-nafsu angkara yang telah mengotori dinding-dinding kalbu kita.
10. Megatruh
Megatruh atau megat roh berarti terpisahnya nyawa dari jasad kita, terlepasnya Ruh / Nyawa menuju
keabadian (entah itu keabadian yang Indah di Surga, atau keabadian yang Celaka yaitu di Neraka).
“ Kullu Nafsin Dzaaiqotul Maut “, “ Setiap Jiwa Pasti Akan Mati “.
“ Kullu Man Alaiha Faan “, “ Setiap Manusia Pasti Binasa “.

Akankah kita akan menjumpai Kematian Yang Indah (Husnul Qootimah) ataukah sebaliknya ?
11. Pocung (Pocong / dibungkus kain mori putih)
Manakala yang tertinggal hanyalah jasad belaka, dibungkus dalam balutan kain kafan / mori putih, diusung
dipanggul laksana raja-raja, itulah prosesi penguburan jasad kita menuju liang lahat, rumah terakhir kita
didunia.
“ Innaka Mayyitun Wainnahum Mayyituuna “, “ Sesungguhnya kamu itu akan mati dan mereka juga akan
mati”.
Demikian luhurnya filososfi yang terkandung dalam setiap tembang Macapat,.. dimulai dari kita berbentuk
roh sampai kita berpisah dengan roh kita, itulah tingkat kehidupan dan pencapaian2 yang ingin digambarkan
dalam setiap tembang macapat. Bahwa kehidupan ini tak ada yang instan, untuk sampai pada tujuan tertentu
selalu ada tahapan atau tingkatan yang dilalui untuk jadi pribadi yang sempurna. Dan setiap tahapan pasti
mengajarkan nilai kehidupan.
sumber: http://filsafat.kompasiana.com/2010/04/04/filsafat-dibalik-tembang-macapat/
MACAPAT
Macapat adalah tembang atau puisi tradisional Jawa. Setiap bait macapat mempunyai baris kalimat yang
disebut gatra, dan setiap gatra mempunyai sejumlah suku kata (guru wilangan) tertentu, dan berakhir pada
bunyi sanjak akhir yang disebut guru lagu.Macapat dengan nama lain juga bisa ditemukan dalam
kebudayaan Bali, Sasak , Madura dan Sunda. Selain itu juga pernah di temukan
di Palembang dan Banjarmasin.Macapat diperkirakan muncul pada akhir Majapahit dan dimulainya
pengaruh Walisanga, namun hal ini hanya bisa dikatakan untuk situasi di Jawa Tengah. Sebab di Jawa


Timur dan Bali macapat telah dikenal sebelum datangnya Islam. Beberapa contoh karya sastra Jawa yang
ditulis dalam tembang macapat termasuk Serat Wedhatama, Serat Wulangreh,dan Serat Kalatidha.
Puisi tradisional Jawa atau tembang biasanya dibagi menjadi tiga kategori: tembang cilik, tembang tengahan
dan tembang gedhé.Macapat digolongkan kepada kepada kategori tembang cilik dan juga tembang tengahan,
sementara tembang gedhé berdasarkan kakawin atau puisi tradisional Jawa Kuna.
Pada umumnya macapat diartikan sebagai maca papat-papat (membaca empat-empat), yaitu maksudnya cara
membaca terjalin tiap empat suku kata. Namun ini bukan satu-satunya arti, penafsiran lainnya ada pula. Arti
lainnya ialah bahwa -pat merujuk kepada jumlah tanda diakritis (sandhangan) dalam aksara Jawa yang
relevan dalam penembangan macapat.
Kemudian menurut Serat Mardawalagu, yang dikarang oleh Ranggawarsita, macapat merupakan singkatan
dari frasa maca-pat-lagu yang artinya ialah “melagukan nada keempat”. Selain maca-pat-lagu, masih ada
lagi maca-sa-lagu, maca-ro-lagu dan maca-tri-lagu.
Sebuah karya sastra macapat biasanya dibagi menjadi beberapa pupuh, sementara setiap pupuh dibagi
menjadi beberapa pada.Setiap pupuh menggunakan metrum yang sama. Metrum ini biasanya tergantung
kepada watak isi teks yang diceritakan. Jumlah pada per pupuh berbeda-beda, tergantung terhadap jumlah
teks yang digunakan. Sementara setiap pada dibagi lagi menjadi larik atau gatra. Sementara setiap larik atau
gatra ini dibagi lagi menjadi suku kata atau wanda. Setiap gatra jadi memiliki jumlah suku kata yang tetap
dan berakhir dengan sebuah vokal yang sama pula. Aturan mengenai penggunaan jumlah suku kata ini diberi
nama guru wilangan. Sementara aturan pemakaian vokal akhir setiap larik atau gatra diberi nama guru lagu.

Jumlah metrum baku macapat ada 15 yaitu :
1.Dhandhang gula
2.Maskumambang
3.sinom
4.Kinanthi
5.Asmarandana
6.Durma
7.Pangkur
8.Mijil
9.Pocung
10.Juru Dhemung
11.Wirangrong
12.Balabak
13.Gambuh
14.Megatruh
15.Girisa
Dhandhanggula
Dhandhanggula adalah sebuah metrum yang memiliki watak luwes. Metrum ini diatribusikan kepada Sunan
Kalijaga.
contoh : Serat Jayalengkara

Prajêng Medhang Kamulan winarni, (10i)
narèndrâdi Sri Jayalengkara, (10a)
kang jumeneng nrepatiné, (8e )
ambek santa budi alus, (7u)
nata dibya putus ing niti, (9i)

asih ing wadya tantra, (7a)
paramartêng wadu, (6u)
widagdêng mring kasudiran, (9a)
sida sedya putus ing agal lan alit, (12i)
tan kènger ing aksara.(7a)
kalau diartikan dalam bahasa indonesia :
Diceritakan mengenai kerajaan Medhang Kamulan,
ketika sang raja agung Sri Jayalengkara
yang bertahta sebagai raja
memiliki pikiran tenang dan berbudi halus
raja utama pandai dalam ilmu politik
mengasihi para bala tentara
sayang terhadap para wanita
teguh terhadap jiwa kepahlawanan

berhasil dalam berkarya secara lahiriah maupun batiniah
tidak terpengaruh sihir.
yang ditulis dalam kurung menandakan jumlah wanda atau suku kata dan guru lagu atau vokal terakhir di
setiap gatra (baris).
Sinom
Pangéran Panggung saksana, (8a)
Anyangking daluwang mangsi, (9i)
Dènira manjing dahana, (8a)
Alungguh sajroning geni,(8i)
Èca sarwi nenulis, (7i)
Ing jero pawaka murub.(8u)
Kinanthi
Metrum Kinanthi ini memiliki watak gandrung dan piwulang. Metrum ini konon diciptakan oleh Sultan Adi
Erucakra.
Contoh (Serat Rama gubahan Yasadipura):
Anoman malumpat sampun, (8u)
Praptêng witing nagasari, (8i)
Mulat mangandhap katingal,(8a)
Wanodyâyu kuru aking, (8i)
Gelung rusak awor kisma, (8a)

Ingkang iga-iga kêksi. (8i)
Pangkur
Lumuh tukua pawarta, (8a)
Tan saranta nuruti hardengati, (11i)
Satata tansah tinemu, (8u)
Kataman martotama, (7a)
Kadarmaning narendra sudibya sadu, (12u)
Wus mangkana kalih samya, (8a)

Sareng manguswa pada ji. (8i)
(Haji Pamasa, Ranggawarsita)
Durma
Damarwulan aja ngucireng ngayuda, (12 a)
Baliya sun anteni, (7 i)
Mangsa sun mundura, (6 a)
Lah Bisma den prayitna, (7 a)
Katiban pusaka mami, (8 i)
Mara tibakna,(5 a)
Curiganira nuli. (7 i)
(Langendriyan)

Mijil
Jalak uren mawurahan sami, (10 i)
Samadya andon woh, (6 o)
Amuwuhi malad wiyadine, (10 e)
Ana manuk mamatuk sasari, (10 i)
Angsoka sulastri,( 6 i)
Ruru karya gandrung. (6 u)
(Haji Pamasa, Ranggawarsita)
pocung
Ngelmu iku (4 u)
Kalakone kanthi laku (8u)
Lekase lawan kas (6a)
Tegese kas nyantosani (8i)
Setya budaya pangekese dur angkara (12a)
( dari serat wedhatama)
Gambuh
Sekar gambuh ping catur, (7u)
Kang cinatur polah kang kalantur, (10u)
Tanpa tutur katula tula katali, (12i)
Kadaluwarsa katutuh, (8u)

Kapatuh pan dadi awon. (8o)
Girisa
Metrum ini memiliki watak megah (mrebawani). Metrum ini diambil dari metrum kakawin dengan nama
yang sama.
Dene utamaning nata, (8 a)
Berbudi bawa leksana, (8 a)
Lire berbudi mangkana, (8 a)
Lila legawa ing driya, (8 a)
Agung dennya paring dana, (8 a)
Anggeganjar saben dina, (8 a)

Lire kang bawa leksana, (8 a)
Anetepi pangandika. (8 a)
Kita bisa menulis sendiri syair macapat versi kita kalau kita paham dan bisa bahasa jawa asal memenuhi
rumus yang sudah ditetapkan tentang pada (bait), gatra (baris), guru wilangan(jumlah suku kata) dan guru
lagu (vokal pada suku kata terakhir ) .

Dokumen yang terkait

AKIBAT HUKUM PENOLAKAN WARISAN OLEH AHLI WARIS MENURUT KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PERDATA

7 73 16

EVALUASI TARIF ANGKUTAN ANTAR KOTA TRAYEK TERMINAL LEMPAKE / SAMARINDA - TERMINAL SANGATTA BERDASARKAN BIAYA OPERASIONAL KENDARAAN

4 108 15

STUDI POTENSI JENIS - JENIS VEGETASI HUTAN MANGROVE KAWASAN PANTAI UTARA JAWA TIMUR (KPH PROBOLINGGO BKPH TAMAN BARAT)

0 37 1

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI FUROSEMID - SPIRONOLAKTON PADA PASIEN GAGAL JANTUNG (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

15 131 27

Pola Mikroba Penyebab Diare pada Balita (1 bulan - 5 tahun) dan Perbedaan Tingkat Kesembuhan Di RSU.Dr.Saiful Anwar Malang (Periode Januari - Desember 2007)

0 76 21

KONSTRUKSI BERITA MENJELANG PEMILU PRESIDEN TAHUN 2009 (Analisis Framing Pada Headline Koran Kompas Edisi 2 juni - 6 juli 2009)

1 104 3

PEMAKNAAN MAHASISWA PENGGUNA AKUN TWITTER TENTANG CYBERBULLY (Studi Resepsi Pada Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2010 Atas Kasus Pernyataan Pengacara Farhat Abbas Tentang Pemerintahan Jokowi - Ahok)

2 85 24

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN BESAR DAN MENENGAH PADA TINGKAT KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2006 - 2011

1 35 26

Improving the VIII-B Students' listening comprehension ability through note taking and partial dictation techniques at SMPN 3 Jember in the 2006/2007 Academic Year -

0 63 87

Kerjasama Kemanan Antara Autralia - Indonesia Dalam Mengataasi Masalah Terorisme Melalui Jakarta Centre For Law Enforcement Cooperation (JCLEC)

1 25 5