makalah kerajaan hindu budha di indonesi

makalah kerajaan hindu-budha di indonesia

Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan nikmat bagi umat-Nya.
Alhamdulilaah Makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran TIK karena terbatasnya
ilmu yang dimiliki oleh penulis maka Makalah ini jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik yang
membangun sangat penulis harapkan.
Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang
telah turut membantu dalam penyusunan Makalah ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telh
diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

Ungaran, 5 Oktober 2012

Penyusun,

Daftar Isi
Kata Pengantar


1

Daftar Isi

2

Bab I Pendahuluan
Latar Belakang

3

Perumusan Masalah

3

Bab II Kerangka Teoritis
Munculnya Agama Hindu di Indonesia

4


Pembahasan
a. Kerajaan Kutai

8

b. Kerajaan Tarumanegara

9

c. Kerajaan Mataram Kuno

10

d. Kerajaan Kediri

11

e. Kerajaan Singasari

12


f. Kerajaan Majapahit

14

Bab III Penutup
Kesimpulan

17

Saran

18

Daftar Pustaka

19

Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang

Perlu diketahui sejarah dari agama-agama yang ada di Indonesia.
Untuk itu saya membuat makalah ini, agar kita lebih jelas dalam memahami
sejarah adanya Agama Hindu-Budha.
b. Perumusan Masalah
1. Bagaimana awal mula munculnya Agama Hindu di Indonesia?
2. Bagaimana Proses perkembangan Agama tersebut di Indonesia?

Bab II Kerangka Teoritis
Munculnya agama Hindu di Indonesia
Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di
India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Agama
Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (kulit putih, badan tinggi, hidung
mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah Kaiber
(Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan
bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida
disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri
termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak
kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang
tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida
menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.

Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (Polytheisme), dan kepercayaan
bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek
moyang. Berkembanglah Agama Hindu yang merupakan sinkretisme (percampuran) antara
kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi perpaduan antara budaya
Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu (Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama
daerah asal penyebaran agama Hindu yaitu di Lembah Sungai Indus/
Sungai Shindu/ Hindustan sehingga disebut kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama
Hindu. Daerah perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga, yang
disebut Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
 Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
 Wisnu sebagai dewa pemelihara alam
 Siwa sebagai dewa perusak
Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti. Kitab suci agama Hindu disebut Weda
(Veda) artinya pengetahuan tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh
golongan pendeta/Brahmana. Mereka mengenal pembagian masyarakat atas kasta-kasta tertentu,

yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra. Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan
mereka.



Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan, terdiri dari para pendeta. Keberadaan
kasta ini ada pada posisi paling penting dan punya peranan yang sangat besar bagi berjalannya
pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk beluk agama Hindu, serta
menjadi penasehat raja.



Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk pertahanan Negara. Yang termasuk
dalam kasta ini adalah para bangsawan, raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini
memiliki kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi tidak memiliki
kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.



Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka yang tergolong dalam kasta ini adalah
para pedagang besar (saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini cukup
memiliki peran penting.




Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/ buruh/budak. Mereka adalah para pekerja
kasar. Mereka mempunyai banyak kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang
diperhatikan.



Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan.
Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan bangsa Aria sehingga
dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran agama. Pelapisan tersebut dikenal
dengan Caturwangsa/Caturwarna, yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta
tersebut didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat terlahir sebagai
Hindu bukan menjadi Hindu.
Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan
kaum Pariaseperti bangsa Dravida. Paria disebut juga Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk
India.
Muncul dan berkembangnya Agama Budha
Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul sekitar 525 SM. Agama
Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua harapan dikabulkan). Agama Budha muncul
disebabkan karena :


Sidharta memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat memecah belah
masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan derajat dan martabat manusia berdasarkan
kelahiran. Padahal setiap manusia itu sama kedudukannya.
Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang membuat Sidharta akhirnya
berusaha untuk menentang adat dan tradisi yang ada adalah karena beliau melihat adanya kenyataan
hidup bahwa manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya bahwa bagi Sidharta
kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia harus dapat menghindarkan
diri dari penderitaan (samsara), dan demi mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri dari
penderitaan guna mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala
kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah Bodh Gaya. Dalam
meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh penerangan agung dan saat itulah terlahir/
tercipta agama Budha. Agama Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri
Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat terbebas dari penderitaan
di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan (nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali
di dunia untuk merasakan penderitaan yang sama.
Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap orang tanpa harus melalui
bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan ajaran Hindu dimana hanya pendeta yang dapat
membuat orang mencapai kesempurnaan. Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang
yang telah mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan. Sidharta disebut juga

Budha Gautama yang berarti orang yang menerima bodhi. Ajaran agama Budha dibukukan dalam
kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta Tri artinya tiga dan pitakaartinya keranjang). Peristiwa
kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta terjadi pada tanggal yang bersamaan
yaitu waktu bulan purnama pada bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat
Budha sebagai Triwaisak.
Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini dipandang akan
membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya. Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun
perempuan, miskin atupun kaya sama saja semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.
Masuknya Agama Hindu dan Budha ke Indonesia

Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama Hindu di
Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)
2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)

3. Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)
4. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)
5. Teori Arus Balik (dikemukakan oleh M.Yamin)
Proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia adalah sebagai
berikut.

Agama Budha
Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya
misi Dharmadhuta, kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta dalam
agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk ke Indonesia melalui 2 jalur
lalu lintas pelayaran dan perdagangan, yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh
lewat Tibet lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut Jalur Sutra, sedangkan jika menempuh jalur
laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke
Indonesia mereka akhirnya bertemu dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran
agama Budha, pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah mengetahui
ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah tempat asal agama tersebut secara
langsung yaitu India sehingga mereka pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka
membawa banyak hal baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India
tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami proses penggolahan dan
penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di
India.
Agama Hindu
Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan melalui jalur perdagangan
akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika
penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung mengajarkan
dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya adalah seseorang terlahir sebagai

Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus diHindu-kan melalui upacara Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/ derajat yang
bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia berlanjut dengan adanya upaya para
kepala suku/ raja lokal untuk menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya
India lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian menyebarkan kebudayaan
India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka mendatangkan para Brahmana India untuk
melakukan upacara bagi para penguasa di Indonesia, seperti upacara Abhiseka, merupakan upacara
untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah rajanya beragama Hindu maka

akan memperkuat proses penyebaran agama Hindu bagi rakyat di daerah tersebut. Berikut kerajaankerajaan hindu yang pernah berdiri di Indonesia.
Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai dengan nama asli Kutai Martadipura merupakan kerajaan hindu tertua di Indonesia,
dengan aliran agama hindu-siwa. Letaknya di Muara Kaman tepatnya pada hulu sungai Mahakam,
Kalimantan Timur.
Keberadaan kerajaan ini ditandai dengan adanya 7 buah prasasti, yang dinamai prasasti yupa.
Dengan palawa sebagai hurufnya,dan sansekerta sebagai bahasanya. Pendirinya adalah Raja
Kudungga. Setelah Raja Kudungga wafat, kerajaan diambil alih oleh putranya, Raja Aswawarman.
Dan setelah Raja Aswawarman wafat, kerajaan diambil alih oleh putra Raja Aswawarman, yaitu Raja
Mulawarman.
Pada sebuah prasasti Yupa abad ke-4, dikisahkan bahwa Raja Mulawarman telah menyumbangkan
20.00 ekor sapi kepada para brahmana. Kisah ini menceritakan betapa dermawannya seorang Raja
Mulawarman, oleh karena itu, dari sekian banyak raja yang memimpin kerajaan Kutai, Raja
Mulawarman lah yang paling terkenal.
Keruntuhan kerajaan Kutai Martadipura disebabkan oleh tewasnya raja terakhir Kutai Martadipura
yang kalah memperebutan kekuasaan dari kerajaan Kutai Kartanegara di bawah pimpinan Aji
Pangeran Anum Panji Mendapa. Awalnya Kutai Kartanegara merupakan bagian dari kerajaan Kutai
Martadipura, namun karena perbedaan kepercayaan, di mana Kutai Kartanegara menganut
kepercayaan agama islam, akhirnya perebutan kekuasaan pun terjadi dan berakhir dengan Kutai
Kartanegara sebagai pemenang.

Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan dengan nama asli Tarumanagara ini terletak di daerah Bekasi, Jawa Barat bagian utara.
Raja yang paling terkenal adalah raja yang ke-3, yaitu Raja Purnawarman. Keberadaan kerajaan
hindu dengan aliran hindu wisnu ini diketahui dengan ditemukannya beberapa prasasti yang
menceritakan tentang keberhasilan-keberhasilan kerajaan. Prasasti-prasasti tersebut antara lain:

1. Prasasti Kebon Kopi, ditemukan di kebon kopi milik Jonathan Reck

2. Prasasti Tugu, ditemukan di daerah Bekasi, menceritakan tentang penggalian Sungai Gomati
oleh kerajaan Tarumanagara
3. Prasasti Cidanghiang, ditemukan di daerah Pandeglang
4. Prasasti Ciaruteun, ditemukan di aliran Sungai Ciampea, menggambarkan betapa perkasanya
seorang raja Purnawarman dengan telapak kaki besarnya yang terukir di prasasti tersebut
5. Prasasti Muara Cianten, ditemukan di daerah Ciampea
6. Prasasti Jambu, ditemukan di daerah Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, ditemukan di daerah Cieteureun
Selain ditemukannya peninggalan-peninggalan berupa prasasti, ternyata ditemukan pula
peninggalan berupa candi yang dikenal dengan sebutan Candi Jiwa, letaknya di daerah Karawang.
Selain peninggalan sejarah berupa prasasti dan candi, terdapat pula sumber-sumber sejarah lain
mengenai kerajaan ini seperti:

1. Fa hien, pada kitab Fa Kao Chi dari China
2. Dinasti Sui, tahun 528 dan 535 Masehi
3. Dinasti Tang, tahun 666 dan 669 Masehi
4. Naskah wangsakerta yang menceritakan tentang pendirian kerajaan Tarumanegara
Akhir dari kerajaan ini disebabkan oleh keinginan Tarusbawa untuk membawa kerajaan
Tarumanagara kembali ke kerajaan Sunda, namun salah satu saudara Tarusbawa yang bernama
Galuh tidak setuju jika kerajaan Taruma kembali ke kerajaan Sunda, akhirnya Galuh pergi dari
kerajaan Taruma, dan kembali datang untuk merebutnya kekuasaan kerajaan Sunda yang awalnya
adalah kekuasaan Kerajaan Tarumanagara, akhirnya kerajaan itu pun diubah menjadi Kerajaan Sunda
Galuh.
Mataram Kuno
Menurut Teori Van Bammalen, letak kerajaan ini berpindah-pindah, hal ini disebabkan oleh 2 alasan,
yaitu karena adanya bencana alam letusan Gunung Merapi, dan karena adanya peperangan dalam
perebutan kekuasaan. Awalnya, pada abad ke-8 kerajaan ini terletak di daerah Jawa Tengah,
kemudian setelah Gunung Merapi meletus pada abad ke-10, kerajaan ini dipindahkan ke Jawa Timur
oleh Mpu Sindok.
Agama di kerajaan ini pun terbagi menjadi 2, yaitu hindu pada Dinasti Sanjaya dan budha pada
Dinasti Syailendra. Kerajaan Mataram Kuno didirikan oleh Raja Sanna. Raja Sanna kemudian

digantikan oleh keponakannya, Raja Sanjaya. Setelah Raja Sanjaya meninggal, Kerajaan Mataram
Kuno diperintah oleh putranya yang bernama Rakai Panangkaran. Raja Mataram Kuno setelah Rakai
Panangkaran adalah Rakai Warak, kemudian Rakai Warak digantikan oleh Rakai Garung
(Samaratungga). Di tengah-tengah pemerintahan kerajaan Mataram Kuno, Datanglah keinginan
Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal sebagai Dinasti Sanjaya. Persaingan antara Dinasti
Sanjaya yang dipimpin Rakai Pikatan dengan Dinasti Syailendra yang dipimpin Raja Samaratungga,
membuat cita-cita Rakai Pikatan untuk menjadi penguasa tunggal di Pulau Jawa terhalang. Terjadi
pertikaian antar kedua dinasti. Akhirnya pada abad ke-9 terjadi penggabungan kedua dinasti melalui
pernikahan politik antara Rakai Pikatan dari Dinasti Sanjaya dengan Pramodawardhani dari Dinasti
Syailendra. Namun, pernikahan antara Rakai Pikatan dengan Pramodawardhani ternyata tidak
membuahkan kedamaian, malah justru membuat pertikaian antara Dinasti Sanjaya dengan Dinasti
Syailendra semakin sengit. Akhirnya, Rakai Pikatan sebagai Dinasti Sanjaya berhasil menguasai
kerajaan sedangkan Pramodawardhani bersama anaknya, Balaputradewa melarikan diri ke
Palembang, Sumatra Selatan untuk kemudian mereka menjalankan sebuah kerajaan bernama
Kerajaan Sriwijaya. Berdasarkan Prasasti Balitung, setelah Rakai Pikatan wafat, kerajaan Mataram
Kuno diperintah oleh Rakai Kayuwangi dibantu oleh sebuah dewan penasehat yang juga jadi
pelaksana pemerintahan. Dewan yang terdiri atas lima patih ini di antaranya adalah:

 Ratu, Datu, Sri Maharaja
 Rakryan Mahamantri I Hino
 Mahamantri Halu & Mahamantri I Sirikan
 Mahamantri Wko & Mahamantri Bawang
 Rakryan Kanuruhan
Raja Mataram selanjutnya adalah Rakai Watuhumalang, kemudian dilanjutkan oleh Dyah
Balitung yang bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Maha Dambhu
sebagai Raja Mataram Kuno yang sngat terkenal. Raja Balitung berhasil menyatukan kembali
Kerajaan Mataram Kuno dari ancaman perpecahan. Di masa pemerintahannya, Raja Balitung
menyempurnakan struktur pemerintahan dengan menambah susunan hierarki. Bawahan Raja
Mataram terdiri atas tiga pejabat penting, yaitu Rakryan I Hino sebagai tangan kanan raja yang
didampingi oleh dua pejabat lainnya. Rakryan I Halu,dan Rakryan I Sirikan. Selain struktur
pemerintahan baru, Raja Balitung juga menulis Prasasti Balitung. Prasasti yang juga dikenal sebagai

Prasasti Mantyasih ini adalah prasasti pertama di Kerajaan Mataram Kuno yang memuat silsilah
pemerintahan Dinasti Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan Mataram Kuno masih
mengalami pemerintahan tiga raja sebelum akhirnya pusat kerajaan pindah ke Jawa Timur. Mpu
Daksa, yang pada masa pemerintahan Raja Balitung menjabat Rakryan i Hino,melakukan kudeta
karena merasa bahwa ia adalah keturunan asli Dinasti Sanjaya, kemudian Mpu Daksa digantikan oleh
menantunya, Sri Maharaja Tulodhong.
Kerajaan Mataram Kuno berakhir dengan sebuah peristiwa yang disebut Peristiwa Mahapralaya.
Saat itu, Raja Teguh Dharmawangsa sedang menikahkan putrinya, dengan Raden Wijaya. Di tengahtengah pesta, datang pasukan kerajaan Sriwijaya dengan kerajaan kecil sekutunya, Kerajaan
Wurawari. Raja Teguh Dharmawangsa tewas, sedangkan putrinya yang sedang menikah lolos dan
berhasil melarikan diri ke Madura bersama suaminya, Raden Wijaya.
Kerajaan Kediri
Berdirinya Kerajaan Kediri berawal ketika Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan kecil Wurawari
berhasil meruntuhkan kerajaan Mataram Kuno lewat Peristiwa Mahapralaya. Kekuasaan Kerajaaan
Mataram Kuno diambil alih, dan nama Mataram diubah menjadi Kediri. Kerajaan Kediri merupakan
kerajaan turunan Ajiwuwari. Raja pertamanya adalah Raja Sri Jayawarsha. Kemudian dilanjutkan
oleh Raja Bameswara. Dalam kitab Kakawin Smaradahana, karangan Mpu Dharmaja, diceritakan
bahwa Raja Bameswara adalah keturunan pendiri Dinasti Isyana. Kemudian Raja Bameswara
digantikan oleh mertuanya, Jayabhaya. Pada masa pemerintahan Jayabhaya, terjadi perang saudara
ini diabadikan dalam bentuk Kakawin Bharatayuddha yang ditulis oleh Mpu Sedah dan Mpu
Punuluh. Jayabhaya berhasil memenangkan perang saudara tersebut sehingga wilayah Kediri berhasil
disatukan lagi dengan wilayah Jenggala. Peristiwa kemenangan ini diabadikan dalam Prasasti
Ngantang. Kemudian Raja Jayabhaya digantikan oleh Raja Sarweswara dari Aryyeswara. Kemudian
digantikan lagi oleh Raja Gandra. Pada masa pemerintahannya, Gandra menyempurnakan struktur
pemerintahan yang diwariskan Kerajaan Mataram Kuno. Setelah Raja Gandra, Kerajaan Kediri
dipimpin oleh Raja Kameshwara. Pemerintahan Kameshwara ditandai dengan pesatnya hasil karya
sastra Jawa. Pada masa pemerintahannya, cerita-cerita panji atau kepehlawanan banyak dihasilkan.
Raja kerajaan Kediri berikutnya adalah Kertajaya atau Srengga. Pada masa pemerintahannya, Kediri
mulai mengalami masalah dan ketidakstabilan. Hal ini karena Kertajaya berusaha membatasi dan
mengurangi hak istimewa para kaum Brahmana, kemudian di daerah Tumapel (sekarang Malang)
muncul kekuatan baru di bawah pimpinan Ken Arok. Perlahan-lahan, terjadi arus pelarian para
Brahmana dari wilayah Kediri menuju Tumampel. Kertajaya menyikapi arus pelarian ini dengan
mengerahkan tentara Kerajaan Kediri untuk menyerbu Tumapel. Perang antara pasukan Kertajaya

dan Ken Arok terjadi di Ganter. Pasukan Ken Arok berhasil menghancurkan kekuasaan pasukan
Kertajaya. Atas kekalahan ini, Kerajaan Kediri memang seolah-olah telah runtuh, namun ternyata,
secara perlahan kerajaan Kediri masih berdiri dibawah pimpinan Raja Jayakatwang, meskipun
keberadaan mereka di bawah kekuasaan Kerajaan Singasari.
Kerajaan Singasari
Berdirinya Kerajaan Singasari, saling berkaitan erat dengan Kerajaan Kediri dan Majapahit. Ketika
Ken Arok menjabat sebagai prajurit di Tumapel, di Kerajaan Kediri sedang berlangsung perselisihan
antara Raja Kertajaya dengan para Brahmana. Para Brahmana tersebut melarikan diri ke Tumapel
karena merasa lebih nyaman berada di Tumapel, akhirnya terjadilah pertempuran antara Kerajaan
Kediri dengan paukan akuwu Tumapel. Dalam pertempuran di Ganter, Kerajaan Kediri mengalami
kekalahan dan Raja Kertajaya meninggal. Kemudian, Ken Arok menyatukan sebagian wilayah
Kerajaan Kediri dengan Tumapel, dan mendirikan Kerajaan Singasari, dengan Tunggul Ametung
sebagai rajanya. Ken Arok bergelar Sri Rangga Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindrawangsa di Jawa
Timur. Istri pertamanya bernama Ken Umang, Ken Arok mempunyai empat orang anak, yaitu Panji
Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wregola, dan Dewi Rambi. Awalnya, Ken Arok hanyalah seorang
anak desa yang dilahirkan oleh seorang Ibu bernama Ken Nduk. Ia dididik oleh para penjahat di
lingkungan sekitarnya hingga dewasa, sehingga ia tumbuh dan berkembang menjadi seorang
penjahat yang suka mabuk, mencuri, dan membunuh. Pada perjalan hidupnya, ia bekerja sebagai
seorang prajurit di daerah Tumapel, dan tertarik pada Ken Dedes, istri komandan Tunggul Ametung.
Timbul keinginan Ken Arok untuk memperistri Ken Dedes. Singkat cerita, Ken Arok berhasil
membunuh Tunggul Ametung dengan keris yang dibuat Mpu Gandring, kemudian ia pun segera
memperistri Ken Dedes. Setelah sekian lama, Ken Dedes akhirnya menceritakan peristiwa
pebunuhan suaminya tersebut kepada anaknya dari Tunggu Ametung, Anusapati. Anusapati marah,
dan berniat balas dendam, akhirnya Anusapati berhasil membunuh Ken Arok dengan keris buatan
Mpu Gandring yang telah digunakan Ken Arok untuk membunuh ayah kandungnya. Panji Tohjaya,
anak kandung Ken Arok dengan Ken Umang mengetahui peristiwa pembunuhan ayahnya yang
dilakukan Tohjaya. Akhirnya dengan keris yang sama, Tohjaya berhasil membunuh Anusapati.
Ranggawuni, yang merupakan saudara dari Anusapati, mengetahui pembunuhan yang dilakukan
Tohjaya, akhirnya dengan keris yang sama, Ranggawuni membunuh Tohjaya.Setelah kejadian bunuh
membunuh berantai ini, akhirnya naik tahta lah Raja Kertanegara sebagai raja yang terkenal dan
terbesar dari kerajaan Singasari. Ia mempunyai semangat Ekspansionis. Kertanegara bercita-cita
memperluas Kerajaan Singasari hingga keluar Pulau Jawa yang disebut dengan istilah Cakrawala
Mandala. Pada tahun 1275, ia mengirim pasukan ke Sumatra untuk menguasai Kerajaan Melayu

yang disebut sebagai Ekspedisi Pamalayu. Dalam ekspedisi tersebut, Kerajaan Melayu berhasil di
taklukan. Peristiwa ini diabadikan pada alas patung Amoghapasha di Padangroco (Sungai Langsat).
Seorang utusan Cina bernama Meng K’i pulang ke Cina, dan menceritakan pada kaisar
Kubilai Khan bahwa Kerajaan Melayu yang awalnya menjadi incarannya telah dikuasai dan
ditaklukan oleh Kerajaan Singasari. Kaisar Kubilai Khan begitu marah, ia segera mengirim pasukan
untuk menyerang Kerajaan Singasari. Mendengar wilayah kekuasaannya di bagian Sumatra akan
diserang, pasukan-pasukan Kerajaan Singasari segera dikirim ke Sumatra untuk menghadapi
serangan pasukan Cina. Sementara itu, Raja Jayakatwang dari Kerajaan Kediri (kerajaan yang pernah
dikalahkan Kerajaan Singasari) melihat kesempatan baik untuk merebut kembali kekuasaan selagi
pasukan-pasukan Kerajaan Singasari dikirim ke Sumatra. Pada tahun 1292, Raja Jayakatwang
dengan pasukan Kerajaan Kediri langsung menyerang Ibu kota Kerajaan Singasari.
Menurut cerita, pada saat serangan musuh datang, Raja Kertanegara beserta para pejabat dan pendeta
sedang melakukan upacara Tantrayana, sehingga dapat dengan mudah mereka semua dibunuh oleh
musuh. Kerajaan Singasari akhirnya berhasil direbut kembali oleh Jayakatwang, Raja dari Kerajaan
Kediri.
Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan hindu terakhir dan terbesar di Indonesia. Letaknya di Pulau
Jawa. Pendirinya adalah Raden Wijaya, menantu dari Raja Teguh Dharmawangsa (Kerajaan
Mataram Kuno) yang sempat melarikan diri ke Madura bersama istrinya saat terjadi Peristiwa
Mahapralaya.
Kerajaan Majapahit, awalnya hanyalah sebuah desa kecil bernama Desa Tarik.Desa itu merupakan
pemberian dari Raja Jayakatwang dari Kediri atas kembalinya menantu Raja Teguh Dharmawangsa
(Raden Wijaya) dari Kerajaan Mataram Kuno yang telah lama dikuasai Kerajaan Kediri. Raden
Wijaya telah dimaafkan dan dipercaya tidak bersalah atas kesalahan generasi atasnya.
Singkat cerita, pada tahun 1292, armada Cina yang terdiri dari 1.000 buah kapal dengan 20.000
orang prajurit tiba di Tuban, Jawa Timur dengan tujuan untuk menyerang Raja Kertanegara yang
telah merebut Kerajaan Melayu dan menyatakan tidak mau tunduk pada Kaisar Kubilai Khan.
Mereka tidak tau bahwa Raja Kertanegara beserta Kerajaan Singasari itu telah meninggal dan hancur
dikalahkan oleh Raja Jayakatwang dari Kediri.
Mengetahui rencana penyerangan dari Cina ini, Raden Wijaya mengambil kesempatan untuk
merebut kembali Kerajaan Singasari. Ia menggabungkan diri dengan pasukan cina dan menyerang
Raja Jayakatwang di Kediri. Kerajaan Kediri tidak mampu menghadapi serangan, sehingga Raja
Jayakatwang berhasil dikalahkan. Kemenangan itu membuat pasukan Cina bergembira dan berpesta

pora. Mereka tidak menyangka ketika sedang berpesta pora, pasukan Majapahit balik menyerang
mereka. Akhirnya pasukan armada Cina kalah, dan mereka segera kembali ketanah airnya. Sejak saat
itu Kerajaan Majaphit mulai berkuasa. Pada tahun 1295, berturut-turut pecah pembrontakan yang
dipimpin oleh Rangga lawe dan disusul oleh Saro serta Nambi. Pembrontakan-pembrontakan itu bisa
dipadamkan. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 dan mendapat penghormatan di dua tempat, yaitu
Candi Simping (Sumberjati) dan Candi Artahpura.
Setelah Raden Wijaya wafat, putera permaisuri Tribuwaneswari yang bernama Jayanegara
menggantikannya sebagai Raja Majapahit. Pada awal pemerintahannya Jayanegara harus
menghadapi sisa pemberontakan yang meletus dimasa ayahnya masih hidup. Selain pembrontakan
Kuti dan Sumi, Raja Jayanegara diselamatkan oleh pasukan pengawal (Bhayangkari) yang dipimpin
oleh Gajah Mada ia kemudian diungsikan ke Desa Bedager. Raja Jayanegara wafat tahun1328 karena
dibunuh oleh salah seorang anggota dharmaoutra yang bernama Tanca. Oleh karena ia tidak
mempunyai putra ia kemudian digantikan oleh adik perempuannya Bhre Kahuripan yang bergelar
Tribuanatunggadewi Jayawishnuwardhani. Suaminya bernama Cakradhara yang berkuasa di
Singasari dengan gelar Kertawerdhana.
Dari kitab Negarakertagama, digambarkan adanya beberapa pemberontakan di masa pemerintahan
Ratu Tribuanatunggadewi. Pembrontakan yang paling berbahaya adalah pemberontakan di Sadeng
dan Keta pada tahun 1331. Namun pemberontakan itu dapat dipadamkan oleh Gajah Mada. Setelah
itu Gajah Mada bersumpah di hadapan Raja dan para pembesar kerajaan bahwa ia tidak akan amukti
palapa (memakan buah palapa), sebelum ia dapat menundukan seluruh Nusantara di bawah naungan
Majapahit. Pada tahun 1334, lahirlah putra mahkota Kerajaan Majapahit yang diberi nama Hayam
Wuruk. Pada tahun 1350, Ratu Tribuanatunggadewi mengundurkan diri setelah berkuasa 22 tahun. Ia
wafat pada tahun 1372. Pada tahun 1350, Hayam Wuruk dinobatkan sebagai raja Majapahit dan
bergelar Sri Rajasanagara dan Gajah Mada diangkat sebagai Patih Hamangkubumi. Dibawah
pemerintahan Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan Majapahit menguasai wilayah yang sangat luas. Hampir seluruh wilayah Nusantara tunduk
pada Majapahit, namun ada satu kerajaan kecil yang belum berhasil dikuasai kerajaan Majapahit,
yaitu Kerajaan Sunda Galuh. Raja Hayam Wuruk bersama Patih Gajah Mada berusaha untuk
menaklukan kerajaan tersebut, namun ketika itu Raja Hayam Wuruk terlanjur jatuh cinta pada putri
dari Kerajaan Sunda Galuh yang bernama Dyah Pitaloka. Raja Hayam Wuruk bermaksud untuk
menikahi Dyah Pitaloka. Ia mengundang keluarga besar Kerajaan Sunda Galuh datang ke Kerajaan
Majapahit untuk menikah dengan Dyah Pitaloka. Ketika keluarga besar dari kerajaan Sunda Galuh
tiba di Kerajaan Majapahit, terjadi kesalahpahaman. Patih Gajah Mada mengira bahwa keluarga
besar Kerajaan Sunda Galuh ingin menyerang Kerajaan Majapahit, akhirnya Patih Gajah Mada

segera mengeluarkan pasukan dan membunuh semua anggota keluarga Kerajaan Sunda Galuh.
Hanya Dyah Pitaloka yang tidak dibunuh. Melihat seluruh keluarganya tewas, Dyah Pitaloka pun
akhirnya melakukan belapati (bunuh diri) pada dirinya sendiri. Raja Hayam wuruk yang mengetahui
peristiwa kesalah pahaman tersebut menjadi marah, terlebih ketika melihat calon istrinya mati karena
bunuh diri atas kesalah pahaman patihnya. Akhirnya, Raja Hayam Wuruk pun sakit, dan meninggal
karena sakit hati. Sejak kematian Raja Hayam Wuruk, maka Kerajaan Majapahit mencapai masa
kemunduran, perlahan-lahan kekuasaan Majapahit pun runtuh. Pada salah satu versi cerita,
dikisahkan Sang Patih, Gajah Mada pergi ke sebuah gunung untuk berdiam diri dan menjadi pertapa
karena merasa bersalah pada rajanya.

Kesimpulan

 Agama hindu-budha datang ke Indonesia melalui para pedagang yang hendak pergi ke
China. Para pedagang tersebut singgah cukup lama di Indonesia untuk menunggu angin ke
arah utara
 Selama mereka singgah di Indonesia mereka mengajarka agama Hindu
 Lama kelamaan munculah berbagai kerajaan Hindu di Indonesia, seperti Kerajaan
Kutai, Tarumanagara, Mataram Kuno, Kediri, Singasari, dan Majapahit.
 Kerajaan Kutai, adalah kerajaan Hindu pertama di Indonesia yang letaknya di Kalimantan
Timur dengan Raja Kudungga sebagai pendirinya, dan Raja Mulawarman sebagai Raja yang
paling terkenalnya. Peninggalannya berupa Prasasti Yupa
 Kerajaan Tarumanegara, adalah kerajaan hindu yang terletak di Bekasi dengan
Raja Purnawarman sebagai rajanya yang paling terkenal. Prasasti yang paling terkenalnya
adalah Prasasti Ciaruteun dengan terukirnya telapak kaki Raja Purnawarman yang begitu
besar
 Kerajaan Mataram Kuno, adalah kerajaan yang letaknya di Jawa Tengah dan
sempat dipindahkan ke Jawa Timur, alasan perpindahannya telah dijelaskan pada Teori Van
Bamellen. Pernah terjadi pertikaian antara Dinasti Sanjaya (Samaratungga) dengan Dinasti
Syailendra (Pramodhawardani) yang akhirnya membuat Pramodhawardani melarikan diri ke
Sumatra. Terdapat peristiwa bersejarah yang disebut Peristiwa Mahapralaya di mana
Kerajaan ini hancur diserang Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Wurawari ketika sedang
diadakan pesta pernikahan
 Kerajaan Kediri, adalah kerajaan yang telah berhasil merebut kekuasaan Kerajaan
Mataram Kuno. Pernah terjadi pelarian kaum Brahmana ke wilayah Tumapel karena mereka
tidak dihargai di Kerajaan Kediri. Pelarian Brahmana tersebut membuat Kerajaan Kediri
mencetuskan peperangan dengan pasukan Tumapel dan menuai kekalahan
 Kerajaan Singasari, adalah kerajaan yang awalnya adalah daerah Tumapel yang
kemudian berhasil membuat Kerajaan Kediri tunduk, dan dikuasai. Kerajaan ini terkenal
dengan kasus bunuh membunuh antarkeluarga, yang dipicu oleh keinginan Ken Arok untuk
memperistri Ken Dedes. Kerajaan ini akhirnya dapat direbut kembali oleh Kerajaan Kediri
yang memanfaatkan kasus penyerangan pasukan Kubilaikhan ke Kerajaan ini.

 Kerajaan Majapahit, adalah Kerajaan Hindu terbesar dan terakhir di Indonesia. Dengan
Raden Wijaya sebagai pendirinya. Awalnya kerajaan ini hanya sebuah desa kecil
pemberian Jayakatwang, dari Kerajaan Kediri yang telah berhasil merebut kekuasaan
Kerajaan Singasari. Namun, berkat kecerdikan Raden Wijaya, akhirnya Kerajaan Kediri
dapat dikalahkan Majapahit dengan siasat bekerjasama dengan pasukan Kubilaikhan dari
Cina. Raja Majapahit yang paling terkenal adalah Raja Hayam Wuruk bersama patihnya,
Gajah Mada. Dengan sumpah palapa, Gajah Mada beserta rajanya, Hayam Wuruk
berhasil menyatukan nusantara, kecuali untuk sebuah kerajaan kecil, yaitu kerajaan Sunda.
Berakhirnya Kerajaan Majapahit, adalah dengan meninggalnya Raja Hayam Wuruk karena
patah hati tidak bisa menikahi putri cantik dari kerajaan Sunda, Dyah Pitaloka. Dyah Pitaloka
bunuh diri karena keluarganya mati dibunuh pasukan Majapahit yang diperintahkan Gajah
mada atas sebuah kesalahpahaman.
 Dengan berakhirnya kekuasaan Majapahit, maka berakhir pula kekuasaan kerajaan hindu
di Indonesia. Maka mulai bermunculanlah Kerajaan Islam

Saran
Kita harus menjaga kelestarian dan budaya-budaya yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.
1.3 TUJUAN PENULISAN
 Untuk memenuhi tugas mata pelajaran IPS
 Untuk mempelajari dan mengetahui proses masuknya Hindu-Budha ke Indonesia.
 Untuk mengetahui peninggalan-peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia

D. MANFAAT PENULISAN
Melalui makalah Kajian IPS SD, diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada pembaca maupun
penulis. Adapun manfaat yang terdapat dalam makalah ini adalah:
1. Dapat memahami perkembangan kebudayaan dan agama Hindu-Budha do Indonesia.
2. Dapat memahami peninggalan dari kebudayaan Hindu Budha.
3. Dapat memahami pengaruh akan masuknya kebudayaan dan agama Hindu-Budha di Indonesia

NAMA : ABY O. DOLLU SERANG
KELAS : XI IPA 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Mahakuasa. Dengan segala
rahmat, petunjuk, dan kurnianya, akhirnya makalah ini dapat ditulis supaya bisa dipelajari untuk
meningkatkan prestasi belajar.
Fungsi utama makalah ini adalah supaya bisa memberikan panduan kepada pembaca untuk bisa
mengenal labih jelas tentang Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu Budha di Indonesia.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya.
Terima Kasih.

Penulis

ABY O. DOLLU SERANG

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................II
DAFTAR ISI.................................................................................................................................III
1. KERAJAAN KUTAI....................................................................................................................4
- Sejarah......................................................................................................................................4
- Yupa..........................................................................................................................................4
- Mulawarman.............................................................................................................................4
- Aswawarman............................................................................................................................4
- Berakhir..................................................................................................................................
2. KERAJAAN TARUMANEGARA.............................................................................................4
- Sumber Sejarah.........................................................................................................................4
- Prasasti yang ditemukan...........................................................................................................5
- Sumber berita dari luar negri....................................................................................................5
3. KERAJAAN SRIWIJAYA...........................................................................................................5
- Catatan Sejarah.........................................................................................................................5
- Budaya dan Perdagangan..........................................................................................................6

- Masa Keemasan........................................................................................................................6
- Masa Penurunan......................................................................................................................7
4. KERAJAAN MATARAM...........................................................................................................7
- Nama dan Sejarah.....................................................................................................................7
- Struktur Pemerintahan..............................................................................................................7
- Keadaan Penduduk...................................................................................................................8
- Peninggalan Sejarah.................................................................................................................8
5. KERAJAAN KEDIRI.................................................................................................................8
- Latar Belakang.........................................................................................................................8
- Perkembangan Kediri...............................................................................................................8
- Karya Sastra Zaman Kediri......................................................................................................9
- Runtuhnya Kediri.....................................................................................................................9
- Raja-raja yang Pernah Memerintah Kediri
6. KERAJAAN SINGASARI.......................................................................................................10
- Nama Ibu Kota.......................................................................................................................10
- Awal Berdiri...........................................................................................................................10
- Prasasti Mula Malurung..........................................................................................................11
- Kejayaan.................................................................................................................................11
- Keruntuhan.............................................................................................................................11
7. KERAJAAN MAJAPAHIT.......................................................................................................11
- Historigrafi..............................................................................................................................11
- Berdirinya Majapahit..............................................................................................................12
- Kejayaan Majapahit................................................................................................................12
- Jatuhnya Majapahit.................................................................................................................13
- Kebudayaan............................................................................................................................14
- Ekonomi..................................................................................................................................14
- Politik......................................................................................................................................15
- Struktur Pemerintahan............................................................................................................15
8. KERAJAAN KURIPAN...........................................................................................................15
9. KERAJAAN KALINGGA.......................................................................................................16
- Kisah Lokal.............................................................................................................................16
1. KERAJAAN KUTAI
Sejarah
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua.
Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu
sungai Mahakam.
Yupa
Yupa atau prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa di
Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tiang untuk menambat hewan yang
akan dikorbankan. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan

Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya
menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan
Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya.
Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga
sendiri diduga belum menganut agama Budha.
Aswawarman
Aswawarman adalah Anak Raja Kudungga.Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai
sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3
orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan
pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu
diingat bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang
ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun
1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi
kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
2. KERAJAAN TARUMANEGARA
Sumber Sejarah
Raja yang pernah berkuasa dan sangat terkenal adalah Purnawarman. Pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga (Kali Bekasi) sepanjang 6112 tombak
(sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan
1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui dengan tujuh buah prasasti batu yang ditemukan. Lima
di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa
kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah
sampai tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomati
(wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.

Prasasti yang ditemukan
- Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi
milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor.
- Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten
Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian
Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang 6112 tombak atau
12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut
merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa
pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
- Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang
mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada
Raja Purnawarman.
- Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari
pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di
dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta.
- Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
- Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu
peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung,
Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka.
- Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
- Prasasti Telapak Gajah
- Prasasti Jambu di daerah Bogor,
Sumber berita dari luar negeri
Sumber-sumber dari luar negeri semuanya berasal dari berita Tiongkok.
Berita Fa Hien, tahun 414M dalam bukunya yang berjudul Fa Kao Chi menceritakan bahwa di Yepo-ti ("Jawadwipa") hanya sedikit dijumpai orang-orang yang beragama Buddha,yang banyak adalah
orang-orang yang beragama Hindu dan "beragama kotor" (maksudnya animisme). Ye Po Ti selama
ini sering dianggap sebutan Fa Hien untuk Jawadwipa atau Way Seputih di Lampung, di daerah
aliran way seputih (sungai seputih) ini ditemukan bukti-bukti peninggalan kerajaan kuno berupa
punden berundak dan lain-lain.
Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah datang utusan dari To-lo-mo
("Taruma") yang terletak di sebelah selatan.
Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669 telah datang utusan dari To-lo-mo.
Kerajaan Tarumanegara diperkirakan berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasastprasati tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah Purnawarman. Wilayah
kekuasaan Purnawarman menurut prasasti Tugu, meliputi hapir seluruh Jawa Barat yang
membentang dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.
3. KERAJAAN SRIWIJAYA
Catatan Sejarah
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang pertamanya bernama Sri Jaya
Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa.
Letaknya yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang merupakan jalur pelayaran dan
perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda
dengan keadaan sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu
Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih lebar
dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan
besar antara lain sebagai berikut :

 Kemajuan kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka, sehingga
membawa keuntungan yang besar bagi Sriwijaya.
 Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja
memberikan kesempatan bagi perkembangan Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala)
yang selama abad ke-6 dipegang oleh kerajaan Funan.
Budaya dan Perdagangan
Arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan, seni Sriwijaya sekitar abad ke-9 M.
Masyarakat yang kompleks dan kosmopolitan yang sangat dipengaruhi alam pikiran Budha
Wajrayana digambarkan bersemi di ibu kota Sriwijaya. Beberapa prasasti Siddhayatra abad ke-7
seperti Prasasti Talang Tuwo menggambarkan ritual Budha untuk memberkati peristiwa penuh
berkah yaitu peresmian taman Sriksetra, anugerah Maharaja Sriwijaya untuk rakyatnya. Prasasti
Telaga Batu menggambarkan kerumitan dan tingkatan jabatan pejabat kerajaan, sementara Prasasti
Kota Kapur menyebutkan keperkasaan balatentara Sriwijaya atas Jawa. Semua prasasti ini
menggunakan bahasa Melayu Kuno, leluhur bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern. Sejak
abad ke-7, bahasa Melayu kuno telah digunakan di Nusantara. Ditandai dengan ditemukannya
berbagai prasasti Sriwijaya dan beberapa prasasti berbahasa Melayu Kuno di tempat lain, seperti
yang ditemukan di pulau Jawa. Hubungan dagang yang dilakukan berbagai suku bangsa Nusantara
menjadi wahana penyebaran bahasa Melayu, karena bahasa ini menjadi alat komunikasi bagi kaum
pedagang. Sejak saat itu, bahasa Melayu menjadi lingua franca dan digunakan secara meluas oleh
banyak penutur di Kepulauan Nusantara.
Meskipun memiliki kekuatan ekonomi dan keperkasaan militer, Sriwijaya hanya meninggalkan
sedikit tinggalan purbakala di jantung negerinya di Sumatera. Sangat berbeda dengan episode
Sriwijaya di Jawa Tengah saat kepemimpinan wangsa Syailendra yang banyak membangun
monumen besar; seperti Candi Kalasan, Candi Sewu, dan Borobudur. Candi-candi Budha yang
berasal dari masa Sriwijaya di Sumatera antara lain Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan
Biaro Bahal. Akan tetapi tidak seperti candi periode Jawa Tengah yang terbuat dari batu andesit,
candi di Sumatera terbuat dari bata merah.
Beberapa arca-arca bersifat Budhisme, dan arca-arca Bodhisatwa Awalokiteswara dari Jambi, Bidor,
Perak dan Chaiya, dan arca Maitreya dari Komering, Sumatera Selatan. Semua arca-arca ini
menampilkan keanggunan dan langgam yang sama yang disebut “Seni Sriwijaya" atau
"Langgam/Gaya Sriwijaya" yang memperlihatkan kemiripan — mungkin diilhami — oleh langgam
Amarawati India dan langgam Syailendra Jawa (sekitar abad ke-8 sampai ke-9).
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok,
yakni dengan penguasaan atas Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya
memiliki aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas,
dan timah, yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah
memungkinkan Sriwijaya membeli