Eksistensi Mahkamah Konstitusi Pasca Ama

Eksistensi Mahkamah Konstitusi Pasca Amandemen UUD 1945
Oleh
Ratikawati
8111416049

Fakultas Hukum
Universitas Negeri Semarang
2017

Latar Belakang

Indonesia adalah negara konstitusional, sebagai negara yang memiliki hukum dasar
yang mengatur dan mengendalikan seluruh tatanan dari setiap tindakan pemerintah serta
masyarakat yang diperintah, hal ini dalam tatanan hukum tatanegara disebut sebagai
konstitualisme.
Mengacu kepada konteks Negara modern saat ini, maka kita akan menemukan bahwa
setiap Negara didunia sudah dipastikan memiliki konstitusi yang berlaku didalamnya,
terlepas dari jenisnya yang tertulis maupun tak tertulis seperti di Inggris misalnya, namun
tetap bisa dikatakan sebagai Negara konstitusional. Berkenaan dengan pembentukan
konstitusi, maka dalam ciri Negara konstitusional harus memikirkan kepada kesepakatan
rakyat yang merupakan obyek sekaligus subyek dalam proses bernegara.

Konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan hal yang penting.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia sudah memiliki konstitusi sejak kemerdekaan dari UUD
1945, konstitusi RIS, UUDS 1950, sampai UUD 1945 hasil amandemen. Konstitusi negara
tidak hanya sekedar teks-teks yang tertuang dalam suatu naskah. Konstitusi diharapkan bisa
hidup dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain,
konstitusi benar-benar harus ditaati dan dijalankan oleh segenap komponen negara begitu
juga dengan presiden sekalipun Presiden adalah penyelenggara Pemerintahan negara
tertinggi, Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa presiden adalah penyelenggara
pemerintahan negara tertinggi. Dengan demikian, kekuasaan dan tanggung jawab sebagian
besar berada di tangan presiden (Concentration of Power and Responsibility upon the
President). Namun tetap kekuasaan dan kewenangan presiden tidak bisa melampauhi UUD
1945 yang menjadi konstitusi.
Para penyelenggara negara wajib taat dan melaksanakan semua yang digariskan oleh
konstitusi. Demikian juga halnya dengan warga negara harus taat pada konstitusi. Ketaatan
terhadap konstitusi ini diwujudkan dalam perilaku konstitusional. Perilaku konstitusional
adalah perilaku-perilaku yang senantiasa berdasar dan hanya berpijak pada aturan-aturan
penyelengaraan bernegara yang tertuang dalam UUD 1945.

Rumusan masalah
1. Bagaimana perilaku pemerintah yang melampauhi dan melanggar konstitusi ?


2. Bagaimana usaha dan solusi untuk membatasi kekuasaan pemerintahan, terutama
presiden di indonesia ?

Batasan Masalah
Eksistensi MK dalam usaha membatasi kekuasaan pemerintah terkait penyimpangan
terhadap konstitusi.

Tujuan
1. Menerangkan mengenai penyimpangan terhadap konstitusi yang dilakukan oleh
pemerintah (pada orde lama);
2. Menjelaskan mengenai usaha untuk membatasi kekuasaan pemerintah di Indonesia.

Pembahasan

Pengertian Konstitusi
Konstitusi berasal dari istilah bahasa Latin, yaitu constituo atau constitutum yang
bermakna ganda tergantung dari sudut pandang mana kita mengartikannya. Apabila kita
memandang secara menyeluruh, konstitusi adalah setiap ketentuan yang ada kaitannya
dengan keorganisasian negara yang terdapat dalam UUD. Pengertian itulah yang merupakan

pengertian konstitusi secara luas. Artinya, konstitusi merupakan dokumen hukum resmi
dengan kedudukan yang sangat istimewa, baik dalam bentuk tertulis maupun tidak tertulis.
Konstitusi merupakan sesuatu yang istimewa.
Keistimewaan konstitusi terletak pada sifatnya yang mulia yang mencakup kesepakatankesepakatan tentang prinsip-prinsip pokok organisasi dan kekuasaan negara serta upaya
pembatasan kekuasaan negara. Konstitusi dalam pengertian sempit adalah undang-undang

dasar. Beberapa ahli ketatanegaraan yang menyatakan pengertian konstitusi, yaitu sebagai
berikut:
a. E. C. S. Wade
Konstitusi adalah naskah yang memaparkan rangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan
pemerintahan suatu negara dan menentukan pokok cara kerja badan tersebut.
b. Chairul Anwar
Konstitusi adalah fundamental laws tentang pemerintahan suatu negara dan nila-nilai
fundamentalnya
c. Sri Soemantri
Konstitusi adalah suatu naskah yang memuat suatu bangunan negara dan sendi-sendi sistem
pemerintahan negara.

Penyimpangan terhadap konstitusi oleh pemerintah
1. Penyimpangan terhadap konstitusi periode UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27

Desember 1949)
UUD 1945 di sahkan dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, karena ini
adalah konstitusi yang pertama diberlakukan setelah Indonesia merdeka, maka sudah wajar
terjadi penyimpangan-penyimpangan. Penyimpangan penyimpangan tersebut antara lain :
a.

Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) berubah fungsi dari yang semula adalah
pembantu presiden, menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut serta
dalam penetapan Garis Garis Besar Haluan Negara (GGBHN) berdasarkan Maklumat
WaPres No. X yang dikeluarkan pada tangga 16 Oktober 1945.Yang seharusnya, tugas
legislatif dilakukan oleh DPR dan tugas menetapkan GGBHN adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau MPR.

b.

Sistem kabinet presidensial berubah menjadi sistem kabinet parlementer berdasarkan
usul BP-KNIP atau Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat. Perubahan sistem
pemerintahan ini disetujui oleh presiden pada tanggal 11 November 1945. Dan sistem
pemerintahan kita berubah menjadi parlementer secara resmi setelah Presiden
mengeluarkan Maklumat Pemerintah yang dikeluarkannya pada tanggal 14 November

1945. Tentu, karena perubahan ini membuat kehidupan politik di Indonesia menjadi
tidak stabil.

2. Penyimpangan terhadap konstitusi periode Konstitusi RIS (27 Desember 1949 - 17
Agustus 1950)
Konstitusi RIS mulai berlaku sejak 27 Desember 1949, sejak saat itu negara kita bukan
negara kesatuan lagi melainkan negara yang bentuk negaranya serikat atau federasi. Pada saat
itu Indonesia dibagi menjadi 16 Negara bagian.
Pada periode berlakunya Konstitusi RIS juga tidak luput dari penyimpangan, berikut adalah
beberapa penyimpangan-penyimpangannya :
a.

NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) berubah menjadi Negara Federasi
Republik Indonesia Serikat (RIS). Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam konstitusi
RIS yang telah disepakati dalam Konferensi Meja Bundar (KMB).

b.

Kekuasaan legislatif yang seharusnya dilaksanakan presiden dan DPR dilaksanakan
DPR dan Senat.

Karena Indonesia dibagi menjadi beberapa negara bagian, persatuan dan kesatuan
Indonesia menjadi goyah.
3. Penyimpangan terhadap konstitusi periode berlakunya UUD S 1950 (17 Agustus 1950
- 5 Juli 1959)
Perubahan yang terjadi perbedaan dengan UUD 1945 adalah berubahnya sistem

kabinet presidensial menjadi sistem kabinet parlementer. Adanya perubahan atau perbedaan
itu adalah tidak tercapainya stabilitas politik dan pemerintahan yang akibatnya sering
bergantinya kabinet.
4. Penyimpangan terhadap konstitusi periode berlakunya UUD 1945 (5 Juli 1959 - 19
Oktober 1999)
Dalam sejarah bangsa Indonesia pernah mengadakan pemilu di tahun 1955 untuk
memilih anggota anggota parlemen (DPR) dan anggota konstituante. Dewan konstituante ini
merupakan suatu dewan pemebentuk UUD, dengan kata lain merupakan suatu lembaga
penyusun konstitusi.
Pada waktu itu konstituante diamanahi untuk menyusun dan membuat suatu rancangan UUD
sebagai pengganti UUD S 1950. Sidangnya dilakukan pada tanggal 10 November 1956.
Namun, dewan ini tidak berhasil dalam menyusun rancangan UUD.

Sehingga pada tanggal 5 Juli 1959 keluarlah Dekrit Presiden yang isinya antara lain adalah

berlakunya kembali UUD 1945 yang dulu pernah kita gunakan sejak Indonesia merdeka. Di
periode ini dapat dibagi menjadi dua masa, masa orde lama dan orde baru.

5. Penyimpangan konstitusi pada masa orde lama
Pemerintahan masa Orde Lama salah satunya dijalankan dengan sistem demokrasi
terpimpin. Pelaksanaan demokrasi terpimpin membuat terjadinya berbagai penyimpanganpenyimpangan, yaitu sebagai berikut :
a.

Presiden telah mengeluarkan produk legislatif yang pada hakikatnya adalah undangundang dalam bentuk penetapan presiden tanpa persetujuan DPR.

b.

MPRS dengan ketetapan No. I/MPRS/1960 telah mengambil keputusan menetapkan
pidato presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul "Penemuan Kembali Revolusi
Kita" atau yang lebih dikenal dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol)
sebagai GBHN yang bersifat tetap.

c.

Konsepsi Pancasila berubah menjadi konsepsi Nasakom (nasional, agama dan komunis)


d.

Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu 1955, dan membentuk DPRGR.

e.

Presiden membentuk MPRS, dan seluruh anggota MPRS diangkat dan diberhentikan
oleh presiden.

f.

Presiden diangkat seumur hidup melalui keketapan MPRS Nomor III/MPRS/1963
Akibat dari penyimpangan tersebut adalah tidak berjalannya sistem yang telah diatur di
dalam UUD 1945 dan juga telah membuat kondisi politik di Indonesia semakin
memburuk, tidak hanya itu keamanan dan keadaan ekonomi di Indonesia juga sangat
buruk terutama pada saat pemberontakan G 30-S/PKI.
6. Penyimpangan konstitusi pada masa Orde Baru
Penyimpangan konstitusional dalam kurun waktu ini, antara lain sebagai berikut :


1) Penyelenggaraan negara bersifat otoriter
2) Presiden menjabat selama 32 tahun sehingga tidak sesuai dengan semangat demokrasi

Upaya membatasi kekuasaan pemerintah di Indonesia
Undang-Undang Dasar 1945 sebelum diamandemen dinilai memberi kekuasaan kepada
presiden secara berlebihan. Pembagian kekuasaan pada lembaga negara kurang proporsional.
Presiden menjadi pusat kekuasaan sehingga memungkinkan presiden menguasai segala
bidang

kelembagaan.

Kondisi

ini

memberikan

peluang

kepada


presiden

untuk

menyalahgunakan kekuasaan.
Beberapa bagian dalam UUD 1945 hasil amandemen yang menjadi solusi untuk
membatasi kekuasaan pemerintah adalah sebagai berikut:
1. Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan.
2. Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat.
3. Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.
4. Presiden berhak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti undang-undang,
yang harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan
berikut.
5. Presiden mengangkat duta dan konsul dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
6. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan
Mahkamah Agung.

7. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.
8. Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang,
membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lai
9. Presiden dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat
luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara,
dan/atau mengharuskan perubahan atau pembentukan Undang-Undang harus dengan
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Mahkama konstitusi adalah suatu lembaga yang setelah amandemen dimaksutkan untuk
tujuan mengawal dan menjahga agar konstitusi sebagai hukum tertinggi benar-benar
dijalankan atau ditegakkan dalam menyelenggakan kehidupan kenegaraan sesuai dengan
prinsip-prinsip negara hukum modern.
Pentingnya menjaga konstitusi adalah karena hukum merupakan sistem yang selalu
berorientasi kepada tujuan. Hukum dapat diartikan sebagai perangkat aturan yang dapat
dituangkan dalam dokumen tertulis yang disebut peraturan perundang-undangan, UUD
1945 Pasal 24C menyebut bahwa:
“Mahkamah konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap UUD Negara Republik
Indonesia 1945, memutus sengketa kewenangan lembaganegara yang kewenangannya
diberikan oleh UUD Negara Republik Indonesia 1945, memutus pembubaran partai
politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.
Di samping kewenangan diatas, MK mempunyai kewajiban memberikan putusan atas
pendapat Dewan Perwakilan Rakyat

mengenai dugaan pelanggaran oleh Presiden

dan/atau Wakil Wresiden.
Setelah eksistensi konstitusionalnya mendapat tempat dalam UUD 1945 pasca
amandemen, MK secara resmi dibentuk 2003 melalui UU No. 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi jo UU No. 8 Tahun 2011. Dalam kiprahnya sebagai lembaga
negara baru, MK dianggap sangat fenomenal, karena banyak memberikan suntikan
konstribusi penting dan positif bagi pembangunan hukum dan demokrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. Konstitusi & Kontitusionalisme Indonesia. Jakarta: Konstitusi Press.
2005
Martitah. MAHKAMAH KONSTITUSI : Dari Negative Legislature Ke Positive
Legislature. Jakarta: Konstitusi Press. 2013
Lubis, M. Solly. Hukum Tata Negara. Bandung: Mandar Maju. 2008
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diamandemen (UUD NRI 1945)