Pr 10 Dan jurnal medpen
1. Sumber :
Binar Kurnia Prahani. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri
Terbimbing Untuk Melatih Kemampuan Multi Representasi Siswa SMA. Surabaya: Jurnal
Pendidikan Sains. Vol 4, No 2.
Berdasarkan tes kemampuan multirepresentasi di SMAN 19 Surabaya pada materi fisika
sub pokok bahasan kalor terhadap wujud zat secara representasi hanya 12,50% dan hasil
observasi melalui wawancara dan angket pada siswa dan guru ditemukan beberapa penyebab
belum terlaksana secara maksimal upaya melatih kemampuan multi representasi dalam
pembelajaran fisika. Maka dari itu penulis mengambil judul “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika Model Inkuiri Terbimbing Untuk Melatih Kemampuan Multi Representasi
Siswa SMA”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengacu pada model
pengembangan Kemp. Terdiri atas: 1) instructional problems 2) learner characteristics 3) task
analysis 4) instructional objectives 5) content sequencing 6) instructional starategies 7)
instructional delivery 8) evaluation instrumens dan 9) instructional resources. Teknik analisis
data terdiri atas 1) analisis data validitas perangkat pembelajaran meliputi RPP, buku ajar, LKS,
instrument tes pengetahuan, instrument penilaian SMP, instrument tes kinerja. 2) analisis data
pengamatan aktivitas siswa menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif 3) analisis
peningkatan kemampuan multi representasi fisika menggunakan uji wilcoxon matched pairs dan
uji u mann – whitney untuk mengetahui perbedaan kemampuan representasi siswa 4) analisis
data angket respon siswa menggunakan skala guttman. Ada beberapa siswa yang tes
pengetahuan tidak tuntas, ternyata tes kemampuan multi representasi juga tidak tuntas. Diberikan
solusi remedial dengan pendampingan pembelajaran agar mampu memvisualkan dan
merepresentasikan secara verbal dalam proses memahami konsep dalam pembelajaran yang
bermakna.
2. Sumber :
Rouf Al Amin. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Model Guided
Inquiry Untuk Menigkatkan Pemahaman Konsep Siswa Materi Listrik Dinamis. Surabaya:
Jurnal Pendidikan Sains. Vol 1, No 2.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep dan prinsip fisika tidak hanya dipengaruhi
oleh ketidakmampuan siswa tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Terdapat enam prinsip dalam pembelajaran guided inquiry antara lain:
1) siswa belajar secara aktif menghubungakan dan mencerminkan pengalaman 2) siswa belajar
dengan membangun pengetahuan dari apa yang mereka ketahui 3) siswa mengembangkan
berpikir tingkat tinggi melalui berpikir kritis dalam proses belajar 4) pengembangan siswa
dilakukan secara bertahap 5) siswa mempunyai cara berbeda dalam belajar 6) siswa belajar
melalui interaksi sosial dengan siswa lain. Dari paparan diatas dilakukan penelitian untuk
mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran fisika SMA model guided inquiry untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang dikembangkan dengan desain 4D yang telah direduksi menjadi
menjadi desain 3D yang meliputi tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan
tahap pengembangan (develop). Pada tahap pendefinisian penulis menetapkan syarat – syarat
yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti kondisi siswa, materi dan konsep yang akan
disampaikan. Pada tahap perancangan peneliti menyusun RPP, LKS, buku ajar, tes pemahaman
konsep siswa yang selanjutnya perangkat tersebut divalidasi oleh 2 pakar ahli. Tahap
pengembangan dilakukan dengan memperbaiki perangkat pembelajaran sesuai saran dari
validator dan hasil uji coba terbatas. Pemahaman konsep setiap siswa meningkat dengan tingkat
peningkatkan berupa rata – rata N – gain sebesar 0,8. Tetapi kelas X3 lebih rendah dari kelas X4
dan kelas X5 karena terdapat 4 indikator yang belum tuntas adalah mengklasifikasikan benad
berdasarkan kelompok konduktivitasnya dari hasil post test siswa dapat menjawab pertanyaan
tetapi tidak dapat menguraikan alasan dengan benar. Sementara itu, data data respon siswa
menunjukkan bahwa ketertarikan siswa pada komponen belajar tinggi. Setengah dari jumlah
siswa yang responden menyatakan sangat tertarik.
3. Sumber :
Muhammad Azhari Habsi. 2015. Pengembangan Alat Listrik Dinamis Berbasis Inkuiri
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa. Mataram: Jurnal pendidikan IPA. Vol 1,
No 1.
Dari hasil studi pendahuluan ditemukan beberapa permasalahan pembelajaran disekolah
yang perlu diperbaiki diantaranya : pertama, pembelajaran listrik dinamis masih menggunakan
metode ceramah dan terpusat pada guru. Kedua, konsep listrik dinamis bersifat abstrak dan
masih membutuhkan media untuk penjelasan konsep. Ketiga, keberadaan peralatan praktikum
listrik dinamis disekolah tidak memadai jika dibandingkan dengan kondisi ideal. Keempat,
pengusaan konsep listrik dinamis disekolah yang diobservasi masih rendah. Penelitian ini
termasuk jenis penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan dengan model pengembangan
borg &gall yang dimodifikasi oleh sukmadinata (2011) menjadi 3 tahap yaitu tahap
pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap pengujian. Pada tahap pendahuluan dilakukan studi
kepustakaan, studi lapangan dan penyusunan produk awal atau draf model. Pada tahap
pengembangan dilakukan realisasi produk awal APLD berbasis inkuiri dan perangkat pendukung
meliputi silabus, RPP, LKS. Tahap uji coba terbatas dilakukan pada sekolah SMPN 2 Montong
Gading melibatkan 36 siswa. Hasil uji coba terbatas dan hasil perbaikan selanjutnya digunakan
untuk uji coba skala luas. Di SMPN 2 Sikur dan SMPN 1 Terara dengan melibatkan 66 siswa.
Produk final diuji efektifitasnya melalui implementasi dalam pembelajaran pada kelas
eksperimen dan membandingkannya dengan kelas kontrol dalam cluster random sampling.
Pengolahan data pengusaan konsep diawali dengan melakukan uji kolmogrov smirnov dan uji
homogenitas menggunakan uji levene. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa
dilakukan dengan menghitung besarnya skor gain yang dinormalisasi (N –gain). Dimana
peningkatan pengusaan konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Tentu dengan
beberapa kendala seperti waktu yang sedikit, panduan percobaan dan instrument tes penggusaan
konsep yang diberikan.
4. Sumber :
Neti Nufrianti. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan PhET Pada Materi Listrik Dinamis Untuk Menigkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa. Surabaya: Jurnal Pendidkan Sains. Vol 6, No 1.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada SMPN 6 Muaro
Jambi diketahui bahwa dalam proses pembelajaran IPA siswa kurang aktif dan masih didominasi
oleh guru, siswa lebih banyak duduk mendengarkan guru, mencatat dan mengerjakan soal
latihan. Akibatnya siswa menjadi menjadi pasif dan pengetahuan yang diperoleh sebatas buku
teks atau Informasi dari guru. Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan pada
siswa untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah sendiri berdasarkan fakta dan
observasi. Pemilihan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Seiring dengan perkembangan TIK. Salah satu PhET (physics education technology).
Penggunaan PhET dalam pembelajaran listrik dinamis sangat diperlukan, agar siswa bisa lebih
memahami konsep dan keterkaitan antar variabel yang terlibat dalam rangkaian listrik. Penelitian
ini merupakan penelitian pengembangan karena mengembangkan perangkat pembelajaran yang
meliputi RPP, LKS, tes hasil belajar, tes keterampilan berpikir kritis dengan menerapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET. Prosedur penelitian menggunakan rancangan
pengembangan perangkat pembelajaran model 4D. keterlaksanaan RPP dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing berbantuan PhET terlaksana dengan baik. Aktivitas siswa yang dimulai
dengan lembar pengamatan aktivitas siswa bernilai baik. Hambatan yang ditemui penulis salah
satunya adalah siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut sehingga tidak
semua siswa aktif dalam proses KBM. Penigkatan skor keterampilan berpikir kritis masing –
masing siswa pada uji 2 mengalami peningkatan dapat dilihat dari nilai N –gain yang mereka
peroleh.
5. Sumber :
Putri Ayuningtyas. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Dengan Model
Inkuiri Terbimbing Untuk Melatih Ketrampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Materi
Fluida Statis. Surabaya: Jurnal Pendidikan Saims. Vol 4, No 2.
Hasil diskusi yang telah dilakukan dengan guru fisika SMA Kemala Bhayangkari 1
Surabaya dapat diungkap bahwa: 1) belum tersedianya perangkat pembelajaran fisika berbasis
scientific 2) pelaksanaan pembelajaran fisika hanya menekan pada pemahaman konsep,
penguasaan teori dan pembahasan soal 3) kegiatan praktikum belum mampu melatih
keterampilan proses sains. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian tentang pengembangan
perangkat pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing yang bertujuan untuk melatih
keterampilan proses sains siswa perlu dilaksanakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian
pengembangan karena dikembangkan perangkat pembelajaran fisika dengan model inkuiri
terbimbing. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari RPP, LKS, buku ajar, tes
hasil belajar dan tes keterampilan proses. Subyek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
fisika dengan model inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan proses sains siswa SMA pada
materi fluida statis. Dengan 3 kelas replikasi yaitu XI IPA 1, XI IPA 2 DAN XI IPA 3 SMA
Kemala Bhayangkari 1 Surabayasemester genap tahun pelajaran 2013/2014. Model
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model 3D. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) observasi 2) angket 3)
pemberian tes. Berdasarkan hasil penilaian, keterbacaan BAS dan LKS secara umum berkategori
baik dan layak digunakan. Keterlaksanaan RPP yang baik menunjukkan bahwa guru mampu
mengelola pembelajaran sesuai dengan tahapan – tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing.
Kendala dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya a) keterbatasan waktu b) siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran tersebut c) siswa mengalami kesulitan menjawab
pertanyaan di LKS d) siswa tidak sabar untuk melakukan percobaan e) siswa masih belum
percaya diri saat presentasi. Respon dan tanggapan siswa tentang pembelajaran ini adalah
menarik dan baru. Tes hasil belajar dinyatakan bahwa N –gain tergolong tinggi karena memiliki
skor rata – rata ≥ 0,7. Keterampilan proses sains siswa mencapai kategori baik dengan nilai rata –
rata 83,31. Beberapa saran dari penulis antara lain : 1) pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing memerlukan pengaturan waktu seefektif mungkin 2) dalam merencanakan dengan
melaksanakan pembelajaran inkuiri hendaknya guru menyiapkan alat dan bahan percobaan
dengan teliti 3) guru perlu terus melatih siswanya untuk mengembangkan keterampilan proses
sains.
6. Sumber :
Muhammad Rizal. 2014. Pengaruh Pembelajran Inkuiri Terbimbing Dengan Multi
Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa
SMP. Malang: Jurnal Pendidikan Sains. Vol 2, No 3.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa
orang guru IPA SMPN 2 Peukan Baro diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang selama ini
dilakukan umumnya bersifat teacher centered approach. Belum maksimalnya proses
pembelajaran yang dilakukan seperti masih kurangnya praktikum untuk menguatkan konsep –
konsep yang dipelajari. Kendala lainya yang dialami siswa adalah guru umumnya lebih banyak
menggunakan representasi matematika dari pada representasi yang lain. Penilitian metode
kuantitatif dengan pendekatan kuasi eksperimen menggunakan posttest – only control group
design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Peukan Baro dan
menggunakan 2 kelas yaitu kelas eksperimen memakai inkuiri terbimbing dengan multi
representasi dan kelas control memakai inkuiri terbimbing. Instrument keterlaksanaan antara
lain: silabus, RPP, LKS, instrument tes tertulis keterampilan proses sains dan pengusaan konsep
IPA. Data data dianalisis dengan menggunakan uji independent –sampel t test dan pearson
correlation. Pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan hasil sebagai berikut.
Pertama, hasil keterampilan proses sains siswa yang belajar menggunakan pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan multi representasi tidak berbeda secara signifikan dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing. Penyebabnya adalah karena kedua kelompok menggunakan model
pembeljaran inkuiri terbimbing. Kedua, terjadi perbedaan yang signifikan antara pengusaan
konsep IPA siswa yang belajar menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan multi
representasi dan siswa yang belajar dengan inkuiri terbimbing. Disebabkan karena dalam
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan multi representasi siswa mendapat penjelasan dari
materi yang telah dipelajari dengan berbagai representasi untuk lebih memudahkan siswa dalam
memahami materi yang dipelajari dalam berbagai cara atau bentuk. Ketiga, berdasarkan hasil
analisis hubungan keterampilan proses sains dan pengusaan konsep IPA diperoleh hasil bahwa
keterampilan proses sains berkorelasi positif dengan pengusaan konsep IPA. Artinya perubahan
yang terjadi pada keterampilan proses sains akan diikuti secara positif oleh perubahan konsep
IPA siswa. Saran dari penulis adalah agar guru membiasakan membelajarkan siswa dengan multi
representasi yang terintegrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga siswa akan lebih
mudah saat mengikuti pelajaran.
7. Sumber :
Puspa Arum Dwi Sulisyowarni, Setyo Admoko. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Menggunakan Laboraturium Virtual Pada Materi Tata
Surya Di SMP. Surabaya : Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 5, No 3.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 1 Kedamean oleh peneliti
bahwa guru megalami kesulitan dalam proses pembelajaran. materi IPBA merupakan materi baru
yang ditambahkan pada semester 2 dikurikulum 2013. Namun hasil yang diperoleh tidak
memuaskan, pada ranah kognitif 62% siswa mencapai KKM sedangkan 38% mengalami
remedial. Secara individu siswa belum memiliki pemahaman konsep kesimpulan tertulis. Solusi
dari permasalahan tersebut adalah tersedianya LKS dengan menggunakan kurikulum 2013 yang
bias dipraktekkan secara mandiri oleh siswa. Dengan menggunakan LKS virtual siswa dapat
melakukan percobaan secara mandiri dirumah. Siswa mendapat pengalaman baru dan
menyelesaikan masalah dalam waktu yang lebih efisien. Jenis penelitian ini adalah
pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing menggunakan laboraturium virtual pada materi
tata surya. Model pengembangan adalah ADDIE (analysis, design, develop, implementation, and
evaluation). Pada tahap analysis, design develop and evaluation dilakukan dijurusan fisika
nunesa, sedangkan tahap implementation dilakukan di SMPN 1 Kedamen dengan jumlah siswa
33 . pada tahap uji coba menggunakan model one group pretest – posttest design sebelum uji
coba LKS diproses oleh 2 dosen ahli. Kelayakan LKS berbasis inkuiri terbimbing secara umum
memperoleh persentase 93,26%. Keterlaksanaan proses pembelajaran mulai dari kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup adalah sangat baik menurut skala likert. Hasil penilaian sikap
siswa selama pembelajaran tergolong bagus. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dalam
pemberian lembar kerja siswa yang dikembangkan, selain mampu melatih keterampilan proses
sains juga dapat membentuk sikap siswa dari berbagai sikap seperti teliti kerja sama disiplin
terbuka. Secara umum nilai rata – rata keterampilan proses sains telah memenuhi kategori sangat
baik dengan presentase 92,06%. Bahwa sebanyak 23 siswa memperoleh skor rata – rata dari
pretest adalah 1,66 dengan predikat C- setelah dilakukan pembelajaran dengan laboraturium
virtual dan pemberian LKS berbasis inkuiri terbimbing maka rata – rata posttest sebesar 3,44
dengan predikat B+. respon siswa terhadap kerbacaan LKS secara umum adalah 90,91% dengan
kategori sangat baik. Saran dari penulis adalah pengembangan LKS berbasis eksperimen virtual
membutuhakan persiapan peralatan information, communication and technologies (ICT) yang
baik serta persiapan yang dilakukan sebaiknya memperhatikan tugas yang akan diberikan dalam
LKS.
8. Pengembangan Modul Interaktif Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Poko Bahasan Fluida
di SMKN 6 Surakarta
Penulis : Dwi Fista Setyo, Suparmi dan Sarwanto
Bahwa siswa mengalami kesulitan belajar mengunakan buku pegangan yang diberikan
oleh guru, sehingga untuk belajar mandiri menggunakan buku tersebut siswa kurang termotivasi.
Hal ini menyebabkan prestasi belajar yang diperoleh kurang optimal. Ternyata belum semua
guru fisika memahami metode pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Hal ini menyebabkan
kurangnya keterampilan siswa dalam berinkuiri. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu
dilakukan penelitian mengenai pengembangan modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing yang
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan fluida. Jenis
penelitian ini adalah research and development yang mengadaptasi model 4D. Pada tahap
pendifinisian dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa kelas XII SMK dan guru fisika
SMK serta analisis kurikulum. Pada tahap perancangan modul disertai dengan video yang
berhungan dengan materi yang ada dalam modul. Pada tahap pengembangan setelah modul siap
maka langkah berikutnya adalah validasi ahli, teman sejawat dan guru fisika SMK. Pada tahap
penyebaran produk disebarkan ke guru fisika SMK di Surakarta seperti SMKN 2 Surakarta,
SMKN 5 Surakarta, SMKN 7 Surakarta, SMKN 9 Surakarta, SMKN Batik 2 Surakarta. Pada bab
pembahasan berdasarkan hasil validasi dari 2 ahli, 2 guru fisika SMK dan 2 teman sejawat pada
table 2 secara umum bahwa modul yang dikembangkan berkategori sangat baik. Uji coba
terbatas diberikan kepada 10 siswa diluar kelas sampel yaitu siswa dari kelas XI MM 2. Siswa
diberi modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan untuk dipelajari dalam 7
hari. Pada tahap penyebaran rata – rata respon 5 guru terhadap modul interaktif berbasis inkuiri
terbimbing pada pokok bahasan fluida yang dikembangkan adalah sangat baik. Ternyata
persoalan yang disajikan dalam modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hasil belajar kognitif pada uji coba diperluas dari
pretest dan posttest. Pada kelas yang menggunakan modul LKS dalam pembelajaran diuji
normalitas dan homogenitas, diperoleh hasil normal dan homogen. Kemudian dilakukan analisis
independent samples t – test. Diperoleh t hitung adalah 7,65 dan t table adalah 1,99 karena t
hitung > t table berarti bahwa terdapat perbedaan antara rata – rata N gain kelas yang
menggunakan modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing dan kelas yang menggunakan modul
LKS. Deskripsi data hasil pencapaian afektif dan psikomotorik dari pertemuan 1 sampai
pertemuan 4 selalu menunjukkan peningkatan. Keterbatasan yang dialami penulis antara lain : 1)
keterbatasan waktu 2) uji coba terbatas siswa hanya mempelajari modul sendiri 3) respon siswa
hanya dilihat dari hasil angket 4) siswa belum terbiasa dengan metode pemebelajaran 5) dalam
modul tidak ada tugas pembuatan alat sederhana 6) hasil belajar psikomotor dan afektif pada
kelas kontrol tidak diamati 7) pembelajaran masih didampingi guru 8) dalam LKS , masalah
yang akan dipecahkan perlu ditunjukan secara eksplisit.
9. Sumber :
U.A. Deta, Suparmi dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek,
Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Surakarta:
Jurnal Pendidikan Fisika. ISSN: 1693 – 1246.
Untuk membelajarakan materi fluida yang dekat dengan kehidupan sehari – hari,
diperlukan suatu model pembelajaran yang berdasarkan suatu permasalahan sehari – hari.
Pembelajaran fisika dengan inkuiri secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional. Pada materi fluida, gejala – gejala fluida dapat diamati oleh siswa.
Dengan demikian, pembelajaran pada materi fuida dapat dilakukan melalui penyelidikan –
penyelidikan secara langsung. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran fisika dengan model PBL menggunakan metode proyek dengan inkuiri terbimbing.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan 2 kelompok yaitu kelopok pertama diberi
pembelajaran model PBL menggunakan metode proyek dan kelompok kedua menggunakan PBL
menggunakan metode inkuiri terbimbing. Adapun populasi delam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI di SMA N 1 Papar Kediri. Instrument pembeljaran meliputi silabus, RPP, LKS.
Sedangkan instrument pengambilan data meliputi tes keterampilan proses sains, tes kreativitas
siswa, tes prestasi belajar untuk penilaian afektif, lembar pengamatan untuk penilaian
psikomotor dan lembar pengamatan untuk penilaian afektif. Prestasi belajar kognitif dan
psikomotor digunakan uji general linear model multivariate ANOVA 2x2x2. Prestasi belajar
afektif, data prestasi belajar belajar berupa uji kruskal – walls one way anova. Pembahasan
hipotesis 1 berdasarkan hasil rata – rata prestasi belajar kognitif siswa, diperoleh rata – rata
prestasi belajar kognitif siswa dengan dengan metode inkuiri terbimbing lebih baik dari pada
siswa dengan metode proyek. Hipotesis 2 berdasarkan hasil rata – rata prestasi belajar afektif
siswa, diperoleh rata – rata prestasi belajar afektif dengan kreativitas tinggi lebih baik dari pada
siswa dengan kreativitas rendah. Hipotesi 3 berdasarkan hasil rata – rata prestasi belajar kognitif,
psikomotor dan afektif siswa diperoleh rata – rata rata – rata prestasi belajar kognitif, psikomotor
dan afektif siswa dengan keterampilan proses sains tinggi lebih baik daripada siswa dengan
keterampilan proses sains rendah. Hipotesis 4 berdasarkan rata – rata prestasi belajar afektif
siswa diperoleh bahwa siswa dengan kreativitas tinggi ketika diajar dengan metode inkuiri
terbimbing memiliki rata – rata hasil belajar afektif paling baik dibandingkan dengan kelompok
lainnya. Hipotesis 5 berdasarkan rata – rata prestasi belajar psikomotor dan afektif siswa,
diperoleh bahwa siswa dengan keterampilan proses sains tinggi ketika diajarkan dengan metode
inkuiri terbimbing memiliki rata – rata hasil belajar psikomotor dan afektif paling baik
dibandingkan kelompok lainnya. Hipotesis 6 berdasarkan rata – rata prestasi belajar afektif siswa
diperoleh bahwa siswa dengan kreativitas dan keterampilan proses sains tinggi memiliki rata –
rata hasil belajar afektif paling baik dibandingkan dengan kelompok lainya. Hipotesis 7
berdasarkan rata – rata prestasi belajar afektif siswa, diperoleh bahwa siswa dengan kreativitas
dan keterampilan proses sains tinggi ketika diajar menggunakan metode inkuiri terbimbing
memiliki rata – rata hasil belajar kognitif dan afektif paling baik dibandingkan dengan kelompok
lainnya. Adapun saran dari penulis adalah metode proyek secara teori sangat baik dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki oleh siswa dalam rangka merancang proyek. Siswa yang tidak
memiliki sumber daya yang memadai tentu akan mengalami kesulitan untuk merancang suatu
proyek. Sedangkan pembelajaran metode inkuiri sebaiknya diterapkan kepada siswa dengan
kreativitas dan keterampilan proses sains tinggi.
10. Sumber :
Asnita. 2016. Pengembangan Perangkat Pembeljaran IPA Model Inkuiri Terbimbing
Dengan Strategi Motivasi ARCS Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Siswa SMP. Surabaya :
Jurnal Pendidikan Sains.Vol 6, No 1.
Berdasarkan observasi di SMPN 17 Kendari dari hasil diskusi, peneliti mendapat
informasi bahwa dalam proses pembelajaran untuk materi suhu dan kalor dalam penyampaian
materi guru hanya menggunakan metode ceramah. Permasalahan yang lain adalah keterbatasan
guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif
untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat menigkatkan hasil
belajar siswa. Salah satu model yang sesuai dengan pendekatan ilmiah yang mampu memotivasi
siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar siswa lebih terampil dalam menyelesaikan
masalah adalah model inkuiri terbimbing dengan stategi motivasi ARCS. Penitian ini termasuk
penelitian pengembangan karena mengembangkan perangkat pembelajaran IPA model inkuiri
terbimbing dengan strategi motivasi ARCS untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP yang
meliputi RPP, LKS, buku ajar siswa, instrument penilaian hasil belajar siswa dan angket
motivasi siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi pada 3D. uji coba perangkat
dilakukan dengan menggunakan rancangan one group pretest – posttest design. Hasil
pengembangan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, LKS, BAS, instrument penilaian dan
angket motivasi siswa divalidasi oleh pakar dan diujicobakan uji coba 1 12 siswa dan uji coba 2
30 siswa. Bahwa seluruh tahapan pembelajaran terlaksana dengan kategori tiap aspek adalah
baik dan rata – rata perolehan berada pada rentang 3,5 – 4.0 nilai reliabilitas rata – rata 96,33.
Hasil belajar afektif dalam penelitian ini tampak pada tingkah laku siswa yaitu sikap tanggung
jawab dan jujur. Berdasarkan hasil yang diperoleh semua siswa tidak mencapai ketuntasan saat
pretest tapi terdapat peningkatan hasil belajar setelah dilakukan proses pembelajaran karena
motivasi siswa serta kelibatan siswa dalam pembelajaran. Disisi lain hail posttest setelah
pembelajaran diperoleh skor rata – rata untuk aspek keterampilan 3,43. Peningkatan hasil belajar
aspek keterampilan terlihat dengan N – gain sebesar 0,81 dengan kategori tinggi analisis
motivasi belajar siswa 4 komponen (perhatian, keterkaitan, percaya diri, kepuasan) selama proses
pembelajaran rata – rata dalam kategori baik. Saran dari penulis adalah pengenalan awal model
pembelajaran yang diterapkan bisa dilakukan pada waktu khusus agar saat proses pembelajaran
siswa tidak kesulitan menyelesaikan LKS dan melakukan penyelidikan.
ANALISIS DAN SINTESIS 10 JURNAL
DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS 1 MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN
DISUSUN OLEH :
ZEFRY ARDI FERDIANSAH
17070795008
FAKULTAS PASCASARJANA SAINS
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017
Binar Kurnia Prahani. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Inkuiri
Terbimbing Untuk Melatih Kemampuan Multi Representasi Siswa SMA. Surabaya: Jurnal
Pendidikan Sains. Vol 4, No 2.
Berdasarkan tes kemampuan multirepresentasi di SMAN 19 Surabaya pada materi fisika
sub pokok bahasan kalor terhadap wujud zat secara representasi hanya 12,50% dan hasil
observasi melalui wawancara dan angket pada siswa dan guru ditemukan beberapa penyebab
belum terlaksana secara maksimal upaya melatih kemampuan multi representasi dalam
pembelajaran fisika. Maka dari itu penulis mengambil judul “Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Fisika Model Inkuiri Terbimbing Untuk Melatih Kemampuan Multi Representasi
Siswa SMA”. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang mengacu pada model
pengembangan Kemp. Terdiri atas: 1) instructional problems 2) learner characteristics 3) task
analysis 4) instructional objectives 5) content sequencing 6) instructional starategies 7)
instructional delivery 8) evaluation instrumens dan 9) instructional resources. Teknik analisis
data terdiri atas 1) analisis data validitas perangkat pembelajaran meliputi RPP, buku ajar, LKS,
instrument tes pengetahuan, instrument penilaian SMP, instrument tes kinerja. 2) analisis data
pengamatan aktivitas siswa menggunakan deskriptif kuantitatif dan kualitatif 3) analisis
peningkatan kemampuan multi representasi fisika menggunakan uji wilcoxon matched pairs dan
uji u mann – whitney untuk mengetahui perbedaan kemampuan representasi siswa 4) analisis
data angket respon siswa menggunakan skala guttman. Ada beberapa siswa yang tes
pengetahuan tidak tuntas, ternyata tes kemampuan multi representasi juga tidak tuntas. Diberikan
solusi remedial dengan pendampingan pembelajaran agar mampu memvisualkan dan
merepresentasikan secara verbal dalam proses memahami konsep dalam pembelajaran yang
bermakna.
2. Sumber :
Rouf Al Amin. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika SMA Model Guided
Inquiry Untuk Menigkatkan Pemahaman Konsep Siswa Materi Listrik Dinamis. Surabaya:
Jurnal Pendidikan Sains. Vol 1, No 2.
Kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep dan prinsip fisika tidak hanya dipengaruhi
oleh ketidakmampuan siswa tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam mengelola
kegiatan belajar mengajar. Terdapat enam prinsip dalam pembelajaran guided inquiry antara lain:
1) siswa belajar secara aktif menghubungakan dan mencerminkan pengalaman 2) siswa belajar
dengan membangun pengetahuan dari apa yang mereka ketahui 3) siswa mengembangkan
berpikir tingkat tinggi melalui berpikir kritis dalam proses belajar 4) pengembangan siswa
dilakukan secara bertahap 5) siswa mempunyai cara berbeda dalam belajar 6) siswa belajar
melalui interaksi sosial dengan siswa lain. Dari paparan diatas dilakukan penelitian untuk
mengetahui efektivitas perangkat pembelajaran fisika SMA model guided inquiry untuk
meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi listrik dinamis. Penelitian ini merupakan
penelitian pengembangan yang dikembangkan dengan desain 4D yang telah direduksi menjadi
menjadi desain 3D yang meliputi tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), dan
tahap pengembangan (develop). Pada tahap pendefinisian penulis menetapkan syarat – syarat
yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti kondisi siswa, materi dan konsep yang akan
disampaikan. Pada tahap perancangan peneliti menyusun RPP, LKS, buku ajar, tes pemahaman
konsep siswa yang selanjutnya perangkat tersebut divalidasi oleh 2 pakar ahli. Tahap
pengembangan dilakukan dengan memperbaiki perangkat pembelajaran sesuai saran dari
validator dan hasil uji coba terbatas. Pemahaman konsep setiap siswa meningkat dengan tingkat
peningkatkan berupa rata – rata N – gain sebesar 0,8. Tetapi kelas X3 lebih rendah dari kelas X4
dan kelas X5 karena terdapat 4 indikator yang belum tuntas adalah mengklasifikasikan benad
berdasarkan kelompok konduktivitasnya dari hasil post test siswa dapat menjawab pertanyaan
tetapi tidak dapat menguraikan alasan dengan benar. Sementara itu, data data respon siswa
menunjukkan bahwa ketertarikan siswa pada komponen belajar tinggi. Setengah dari jumlah
siswa yang responden menyatakan sangat tertarik.
3. Sumber :
Muhammad Azhari Habsi. 2015. Pengembangan Alat Listrik Dinamis Berbasis Inkuiri
Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa. Mataram: Jurnal pendidikan IPA. Vol 1,
No 1.
Dari hasil studi pendahuluan ditemukan beberapa permasalahan pembelajaran disekolah
yang perlu diperbaiki diantaranya : pertama, pembelajaran listrik dinamis masih menggunakan
metode ceramah dan terpusat pada guru. Kedua, konsep listrik dinamis bersifat abstrak dan
masih membutuhkan media untuk penjelasan konsep. Ketiga, keberadaan peralatan praktikum
listrik dinamis disekolah tidak memadai jika dibandingkan dengan kondisi ideal. Keempat,
pengusaan konsep listrik dinamis disekolah yang diobservasi masih rendah. Penelitian ini
termasuk jenis penelitian pengembangan dalam bidang pendidikan dengan model pengembangan
borg &gall yang dimodifikasi oleh sukmadinata (2011) menjadi 3 tahap yaitu tahap
pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap pengujian. Pada tahap pendahuluan dilakukan studi
kepustakaan, studi lapangan dan penyusunan produk awal atau draf model. Pada tahap
pengembangan dilakukan realisasi produk awal APLD berbasis inkuiri dan perangkat pendukung
meliputi silabus, RPP, LKS. Tahap uji coba terbatas dilakukan pada sekolah SMPN 2 Montong
Gading melibatkan 36 siswa. Hasil uji coba terbatas dan hasil perbaikan selanjutnya digunakan
untuk uji coba skala luas. Di SMPN 2 Sikur dan SMPN 1 Terara dengan melibatkan 66 siswa.
Produk final diuji efektifitasnya melalui implementasi dalam pembelajaran pada kelas
eksperimen dan membandingkannya dengan kelas kontrol dalam cluster random sampling.
Pengolahan data pengusaan konsep diawali dengan melakukan uji kolmogrov smirnov dan uji
homogenitas menggunakan uji levene. Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa
dilakukan dengan menghitung besarnya skor gain yang dinormalisasi (N –gain). Dimana
peningkatan pengusaan konsep kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Tentu dengan
beberapa kendala seperti waktu yang sedikit, panduan percobaan dan instrument tes penggusaan
konsep yang diberikan.
4. Sumber :
Neti Nufrianti. 2016. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Berbantuan PhET Pada Materi Listrik Dinamis Untuk Menigkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Siswa. Surabaya: Jurnal Pendidkan Sains. Vol 6, No 1.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti pada SMPN 6 Muaro
Jambi diketahui bahwa dalam proses pembelajaran IPA siswa kurang aktif dan masih didominasi
oleh guru, siswa lebih banyak duduk mendengarkan guru, mencatat dan mengerjakan soal
latihan. Akibatnya siswa menjadi menjadi pasif dan pengetahuan yang diperoleh sebatas buku
teks atau Informasi dari guru. Pembelajaran inkuiri terbimbing memberikan kesempatan pada
siswa untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah sendiri berdasarkan fakta dan
observasi. Pemilihan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Seiring dengan perkembangan TIK. Salah satu PhET (physics education technology).
Penggunaan PhET dalam pembelajaran listrik dinamis sangat diperlukan, agar siswa bisa lebih
memahami konsep dan keterkaitan antar variabel yang terlibat dalam rangkaian listrik. Penelitian
ini merupakan penelitian pengembangan karena mengembangkan perangkat pembelajaran yang
meliputi RPP, LKS, tes hasil belajar, tes keterampilan berpikir kritis dengan menerapkan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan PhET. Prosedur penelitian menggunakan rancangan
pengembangan perangkat pembelajaran model 4D. keterlaksanaan RPP dengan menggunakan
model inkuiri terbimbing berbantuan PhET terlaksana dengan baik. Aktivitas siswa yang dimulai
dengan lembar pengamatan aktivitas siswa bernilai baik. Hambatan yang ditemui penulis salah
satunya adalah siswa masih belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut sehingga tidak
semua siswa aktif dalam proses KBM. Penigkatan skor keterampilan berpikir kritis masing –
masing siswa pada uji 2 mengalami peningkatan dapat dilihat dari nilai N –gain yang mereka
peroleh.
5. Sumber :
Putri Ayuningtyas. 2015. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Dengan Model
Inkuiri Terbimbing Untuk Melatih Ketrampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Materi
Fluida Statis. Surabaya: Jurnal Pendidikan Saims. Vol 4, No 2.
Hasil diskusi yang telah dilakukan dengan guru fisika SMA Kemala Bhayangkari 1
Surabaya dapat diungkap bahwa: 1) belum tersedianya perangkat pembelajaran fisika berbasis
scientific 2) pelaksanaan pembelajaran fisika hanya menekan pada pemahaman konsep,
penguasaan teori dan pembahasan soal 3) kegiatan praktikum belum mampu melatih
keterampilan proses sains. Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian tentang pengembangan
perangkat pembelajaran fisika dengan model inkuiri terbimbing yang bertujuan untuk melatih
keterampilan proses sains siswa perlu dilaksanakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian
pengembangan karena dikembangkan perangkat pembelajaran fisika dengan model inkuiri
terbimbing. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari RPP, LKS, buku ajar, tes
hasil belajar dan tes keterampilan proses. Subyek penelitian ini adalah perangkat pembelajaran
fisika dengan model inkuiri terbimbing untuk melatih keterampilan proses sains siswa SMA pada
materi fluida statis. Dengan 3 kelas replikasi yaitu XI IPA 1, XI IPA 2 DAN XI IPA 3 SMA
Kemala Bhayangkari 1 Surabayasemester genap tahun pelajaran 2013/2014. Model
pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model 3D. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1) observasi 2) angket 3)
pemberian tes. Berdasarkan hasil penilaian, keterbacaan BAS dan LKS secara umum berkategori
baik dan layak digunakan. Keterlaksanaan RPP yang baik menunjukkan bahwa guru mampu
mengelola pembelajaran sesuai dengan tahapan – tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing.
Kendala dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya a) keterbatasan waktu b) siswa belum
terbiasa dengan model pembelajaran tersebut c) siswa mengalami kesulitan menjawab
pertanyaan di LKS d) siswa tidak sabar untuk melakukan percobaan e) siswa masih belum
percaya diri saat presentasi. Respon dan tanggapan siswa tentang pembelajaran ini adalah
menarik dan baru. Tes hasil belajar dinyatakan bahwa N –gain tergolong tinggi karena memiliki
skor rata – rata ≥ 0,7. Keterampilan proses sains siswa mencapai kategori baik dengan nilai rata –
rata 83,31. Beberapa saran dari penulis antara lain : 1) pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing memerlukan pengaturan waktu seefektif mungkin 2) dalam merencanakan dengan
melaksanakan pembelajaran inkuiri hendaknya guru menyiapkan alat dan bahan percobaan
dengan teliti 3) guru perlu terus melatih siswanya untuk mengembangkan keterampilan proses
sains.
6. Sumber :
Muhammad Rizal. 2014. Pengaruh Pembelajran Inkuiri Terbimbing Dengan Multi
Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa
SMP. Malang: Jurnal Pendidikan Sains. Vol 2, No 3.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan terhadap beberapa
orang guru IPA SMPN 2 Peukan Baro diperoleh informasi bahwa pembelajaran yang selama ini
dilakukan umumnya bersifat teacher centered approach. Belum maksimalnya proses
pembelajaran yang dilakukan seperti masih kurangnya praktikum untuk menguatkan konsep –
konsep yang dipelajari. Kendala lainya yang dialami siswa adalah guru umumnya lebih banyak
menggunakan representasi matematika dari pada representasi yang lain. Penilitian metode
kuantitatif dengan pendekatan kuasi eksperimen menggunakan posttest – only control group
design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Peukan Baro dan
menggunakan 2 kelas yaitu kelas eksperimen memakai inkuiri terbimbing dengan multi
representasi dan kelas control memakai inkuiri terbimbing. Instrument keterlaksanaan antara
lain: silabus, RPP, LKS, instrument tes tertulis keterampilan proses sains dan pengusaan konsep
IPA. Data data dianalisis dengan menggunakan uji independent –sampel t test dan pearson
correlation. Pengujian hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan hasil sebagai berikut.
Pertama, hasil keterampilan proses sains siswa yang belajar menggunakan pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan multi representasi tidak berbeda secara signifikan dengan pembelajaran
inkuiri terbimbing. Penyebabnya adalah karena kedua kelompok menggunakan model
pembeljaran inkuiri terbimbing. Kedua, terjadi perbedaan yang signifikan antara pengusaan
konsep IPA siswa yang belajar menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan multi
representasi dan siswa yang belajar dengan inkuiri terbimbing. Disebabkan karena dalam
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan multi representasi siswa mendapat penjelasan dari
materi yang telah dipelajari dengan berbagai representasi untuk lebih memudahkan siswa dalam
memahami materi yang dipelajari dalam berbagai cara atau bentuk. Ketiga, berdasarkan hasil
analisis hubungan keterampilan proses sains dan pengusaan konsep IPA diperoleh hasil bahwa
keterampilan proses sains berkorelasi positif dengan pengusaan konsep IPA. Artinya perubahan
yang terjadi pada keterampilan proses sains akan diikuti secara positif oleh perubahan konsep
IPA siswa. Saran dari penulis adalah agar guru membiasakan membelajarkan siswa dengan multi
representasi yang terintegrasi dalam pembelajaran inkuiri terbimbing sehingga siswa akan lebih
mudah saat mengikuti pelajaran.
7. Sumber :
Puspa Arum Dwi Sulisyowarni, Setyo Admoko. 2016. Pengembangan Lembar Kerja Siswa
(LKS) Berbasis Inkuiri Terbimbing Menggunakan Laboraturium Virtual Pada Materi Tata
Surya Di SMP. Surabaya : Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 5, No 3.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMPN 1 Kedamean oleh peneliti
bahwa guru megalami kesulitan dalam proses pembelajaran. materi IPBA merupakan materi baru
yang ditambahkan pada semester 2 dikurikulum 2013. Namun hasil yang diperoleh tidak
memuaskan, pada ranah kognitif 62% siswa mencapai KKM sedangkan 38% mengalami
remedial. Secara individu siswa belum memiliki pemahaman konsep kesimpulan tertulis. Solusi
dari permasalahan tersebut adalah tersedianya LKS dengan menggunakan kurikulum 2013 yang
bias dipraktekkan secara mandiri oleh siswa. Dengan menggunakan LKS virtual siswa dapat
melakukan percobaan secara mandiri dirumah. Siswa mendapat pengalaman baru dan
menyelesaikan masalah dalam waktu yang lebih efisien. Jenis penelitian ini adalah
pengembangan LKS berbasis inkuiri terbimbing menggunakan laboraturium virtual pada materi
tata surya. Model pengembangan adalah ADDIE (analysis, design, develop, implementation, and
evaluation). Pada tahap analysis, design develop and evaluation dilakukan dijurusan fisika
nunesa, sedangkan tahap implementation dilakukan di SMPN 1 Kedamen dengan jumlah siswa
33 . pada tahap uji coba menggunakan model one group pretest – posttest design sebelum uji
coba LKS diproses oleh 2 dosen ahli. Kelayakan LKS berbasis inkuiri terbimbing secara umum
memperoleh persentase 93,26%. Keterlaksanaan proses pembelajaran mulai dari kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup adalah sangat baik menurut skala likert. Hasil penilaian sikap
siswa selama pembelajaran tergolong bagus. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa dalam
pemberian lembar kerja siswa yang dikembangkan, selain mampu melatih keterampilan proses
sains juga dapat membentuk sikap siswa dari berbagai sikap seperti teliti kerja sama disiplin
terbuka. Secara umum nilai rata – rata keterampilan proses sains telah memenuhi kategori sangat
baik dengan presentase 92,06%. Bahwa sebanyak 23 siswa memperoleh skor rata – rata dari
pretest adalah 1,66 dengan predikat C- setelah dilakukan pembelajaran dengan laboraturium
virtual dan pemberian LKS berbasis inkuiri terbimbing maka rata – rata posttest sebesar 3,44
dengan predikat B+. respon siswa terhadap kerbacaan LKS secara umum adalah 90,91% dengan
kategori sangat baik. Saran dari penulis adalah pengembangan LKS berbasis eksperimen virtual
membutuhakan persiapan peralatan information, communication and technologies (ICT) yang
baik serta persiapan yang dilakukan sebaiknya memperhatikan tugas yang akan diberikan dalam
LKS.
8. Pengembangan Modul Interaktif Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Poko Bahasan Fluida
di SMKN 6 Surakarta
Penulis : Dwi Fista Setyo, Suparmi dan Sarwanto
Bahwa siswa mengalami kesulitan belajar mengunakan buku pegangan yang diberikan
oleh guru, sehingga untuk belajar mandiri menggunakan buku tersebut siswa kurang termotivasi.
Hal ini menyebabkan prestasi belajar yang diperoleh kurang optimal. Ternyata belum semua
guru fisika memahami metode pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Hal ini menyebabkan
kurangnya keterampilan siswa dalam berinkuiri. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu
dilakukan penelitian mengenai pengembangan modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing yang
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pokok bahasan fluida. Jenis
penelitian ini adalah research and development yang mengadaptasi model 4D. Pada tahap
pendifinisian dilakukan dengan memberikan angket kepada siswa kelas XII SMK dan guru fisika
SMK serta analisis kurikulum. Pada tahap perancangan modul disertai dengan video yang
berhungan dengan materi yang ada dalam modul. Pada tahap pengembangan setelah modul siap
maka langkah berikutnya adalah validasi ahli, teman sejawat dan guru fisika SMK. Pada tahap
penyebaran produk disebarkan ke guru fisika SMK di Surakarta seperti SMKN 2 Surakarta,
SMKN 5 Surakarta, SMKN 7 Surakarta, SMKN 9 Surakarta, SMKN Batik 2 Surakarta. Pada bab
pembahasan berdasarkan hasil validasi dari 2 ahli, 2 guru fisika SMK dan 2 teman sejawat pada
table 2 secara umum bahwa modul yang dikembangkan berkategori sangat baik. Uji coba
terbatas diberikan kepada 10 siswa diluar kelas sampel yaitu siswa dari kelas XI MM 2. Siswa
diberi modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan untuk dipelajari dalam 7
hari. Pada tahap penyebaran rata – rata respon 5 guru terhadap modul interaktif berbasis inkuiri
terbimbing pada pokok bahasan fluida yang dikembangkan adalah sangat baik. Ternyata
persoalan yang disajikan dalam modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing yang dikembangkan
dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Hasil belajar kognitif pada uji coba diperluas dari
pretest dan posttest. Pada kelas yang menggunakan modul LKS dalam pembelajaran diuji
normalitas dan homogenitas, diperoleh hasil normal dan homogen. Kemudian dilakukan analisis
independent samples t – test. Diperoleh t hitung adalah 7,65 dan t table adalah 1,99 karena t
hitung > t table berarti bahwa terdapat perbedaan antara rata – rata N gain kelas yang
menggunakan modul interaktif berbasis inkuiri terbimbing dan kelas yang menggunakan modul
LKS. Deskripsi data hasil pencapaian afektif dan psikomotorik dari pertemuan 1 sampai
pertemuan 4 selalu menunjukkan peningkatan. Keterbatasan yang dialami penulis antara lain : 1)
keterbatasan waktu 2) uji coba terbatas siswa hanya mempelajari modul sendiri 3) respon siswa
hanya dilihat dari hasil angket 4) siswa belum terbiasa dengan metode pemebelajaran 5) dalam
modul tidak ada tugas pembuatan alat sederhana 6) hasil belajar psikomotor dan afektif pada
kelas kontrol tidak diamati 7) pembelajaran masih didampingi guru 8) dalam LKS , masalah
yang akan dipecahkan perlu ditunjukan secara eksplisit.
9. Sumber :
U.A. Deta, Suparmi dan S. Widha. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek,
Kreativitas, serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Surakarta:
Jurnal Pendidikan Fisika. ISSN: 1693 – 1246.
Untuk membelajarakan materi fluida yang dekat dengan kehidupan sehari – hari,
diperlukan suatu model pembelajaran yang berdasarkan suatu permasalahan sehari – hari.
Pembelajaran fisika dengan inkuiri secara signifikan lebih baik dibandingkan dengan
pembelajaran tradisional. Pada materi fluida, gejala – gejala fluida dapat diamati oleh siswa.
Dengan demikian, pembelajaran pada materi fuida dapat dilakukan melalui penyelidikan –
penyelidikan secara langsung. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi
pembelajaran fisika dengan model PBL menggunakan metode proyek dengan inkuiri terbimbing.
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan 2 kelompok yaitu kelopok pertama diberi
pembelajaran model PBL menggunakan metode proyek dan kelompok kedua menggunakan PBL
menggunakan metode inkuiri terbimbing. Adapun populasi delam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas XI di SMA N 1 Papar Kediri. Instrument pembeljaran meliputi silabus, RPP, LKS.
Sedangkan instrument pengambilan data meliputi tes keterampilan proses sains, tes kreativitas
siswa, tes prestasi belajar untuk penilaian afektif, lembar pengamatan untuk penilaian
psikomotor dan lembar pengamatan untuk penilaian afektif. Prestasi belajar kognitif dan
psikomotor digunakan uji general linear model multivariate ANOVA 2x2x2. Prestasi belajar
afektif, data prestasi belajar belajar berupa uji kruskal – walls one way anova. Pembahasan
hipotesis 1 berdasarkan hasil rata – rata prestasi belajar kognitif siswa, diperoleh rata – rata
prestasi belajar kognitif siswa dengan dengan metode inkuiri terbimbing lebih baik dari pada
siswa dengan metode proyek. Hipotesis 2 berdasarkan hasil rata – rata prestasi belajar afektif
siswa, diperoleh rata – rata prestasi belajar afektif dengan kreativitas tinggi lebih baik dari pada
siswa dengan kreativitas rendah. Hipotesi 3 berdasarkan hasil rata – rata prestasi belajar kognitif,
psikomotor dan afektif siswa diperoleh rata – rata rata – rata prestasi belajar kognitif, psikomotor
dan afektif siswa dengan keterampilan proses sains tinggi lebih baik daripada siswa dengan
keterampilan proses sains rendah. Hipotesis 4 berdasarkan rata – rata prestasi belajar afektif
siswa diperoleh bahwa siswa dengan kreativitas tinggi ketika diajar dengan metode inkuiri
terbimbing memiliki rata – rata hasil belajar afektif paling baik dibandingkan dengan kelompok
lainnya. Hipotesis 5 berdasarkan rata – rata prestasi belajar psikomotor dan afektif siswa,
diperoleh bahwa siswa dengan keterampilan proses sains tinggi ketika diajarkan dengan metode
inkuiri terbimbing memiliki rata – rata hasil belajar psikomotor dan afektif paling baik
dibandingkan kelompok lainnya. Hipotesis 6 berdasarkan rata – rata prestasi belajar afektif siswa
diperoleh bahwa siswa dengan kreativitas dan keterampilan proses sains tinggi memiliki rata –
rata hasil belajar afektif paling baik dibandingkan dengan kelompok lainya. Hipotesis 7
berdasarkan rata – rata prestasi belajar afektif siswa, diperoleh bahwa siswa dengan kreativitas
dan keterampilan proses sains tinggi ketika diajar menggunakan metode inkuiri terbimbing
memiliki rata – rata hasil belajar kognitif dan afektif paling baik dibandingkan dengan kelompok
lainnya. Adapun saran dari penulis adalah metode proyek secara teori sangat baik dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun dalam pelaksanaannya perlu mempertimbangkan
sumber daya yang dimiliki oleh siswa dalam rangka merancang proyek. Siswa yang tidak
memiliki sumber daya yang memadai tentu akan mengalami kesulitan untuk merancang suatu
proyek. Sedangkan pembelajaran metode inkuiri sebaiknya diterapkan kepada siswa dengan
kreativitas dan keterampilan proses sains tinggi.
10. Sumber :
Asnita. 2016. Pengembangan Perangkat Pembeljaran IPA Model Inkuiri Terbimbing
Dengan Strategi Motivasi ARCS Untuk Menigkatkan Hasil Belajar Siswa SMP. Surabaya :
Jurnal Pendidikan Sains.Vol 6, No 1.
Berdasarkan observasi di SMPN 17 Kendari dari hasil diskusi, peneliti mendapat
informasi bahwa dalam proses pembelajaran untuk materi suhu dan kalor dalam penyampaian
materi guru hanya menggunakan metode ceramah. Permasalahan yang lain adalah keterbatasan
guru dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif
untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat menigkatkan hasil
belajar siswa. Salah satu model yang sesuai dengan pendekatan ilmiah yang mampu memotivasi
siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa agar siswa lebih terampil dalam menyelesaikan
masalah adalah model inkuiri terbimbing dengan stategi motivasi ARCS. Penitian ini termasuk
penelitian pengembangan karena mengembangkan perangkat pembelajaran IPA model inkuiri
terbimbing dengan strategi motivasi ARCS untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP yang
meliputi RPP, LKS, buku ajar siswa, instrument penilaian hasil belajar siswa dan angket
motivasi siswa. Pengembangan perangkat pembelajaran berorientasi pada 3D. uji coba perangkat
dilakukan dengan menggunakan rancangan one group pretest – posttest design. Hasil
pengembangan perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, LKS, BAS, instrument penilaian dan
angket motivasi siswa divalidasi oleh pakar dan diujicobakan uji coba 1 12 siswa dan uji coba 2
30 siswa. Bahwa seluruh tahapan pembelajaran terlaksana dengan kategori tiap aspek adalah
baik dan rata – rata perolehan berada pada rentang 3,5 – 4.0 nilai reliabilitas rata – rata 96,33.
Hasil belajar afektif dalam penelitian ini tampak pada tingkah laku siswa yaitu sikap tanggung
jawab dan jujur. Berdasarkan hasil yang diperoleh semua siswa tidak mencapai ketuntasan saat
pretest tapi terdapat peningkatan hasil belajar setelah dilakukan proses pembelajaran karena
motivasi siswa serta kelibatan siswa dalam pembelajaran. Disisi lain hail posttest setelah
pembelajaran diperoleh skor rata – rata untuk aspek keterampilan 3,43. Peningkatan hasil belajar
aspek keterampilan terlihat dengan N – gain sebesar 0,81 dengan kategori tinggi analisis
motivasi belajar siswa 4 komponen (perhatian, keterkaitan, percaya diri, kepuasan) selama proses
pembelajaran rata – rata dalam kategori baik. Saran dari penulis adalah pengenalan awal model
pembelajaran yang diterapkan bisa dilakukan pada waktu khusus agar saat proses pembelajaran
siswa tidak kesulitan menyelesaikan LKS dan melakukan penyelidikan.
ANALISIS DAN SINTESIS 10 JURNAL
DIAJUKAN SEBAGAI TUGAS 1 MATA KULIAH
METODOLOGI PENELITIAN
DISUSUN OLEH :
ZEFRY ARDI FERDIANSAH
17070795008
FAKULTAS PASCASARJANA SAINS
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2017