HUKUM HAK ASASI MANUSIA ID

HUKUM HAK ASASI MANUSIA
M. Riska Anandya Putri Pratiwi
Riskaanandya.putripratiwi@gmail.com
DATA BUKU :
Nama / Judul Buku: Hukum Hak Asasi Manusia
Penulis/ Pengarang : Prof. Dr. Rahayu,S.H.,M.Hum.
Penerbit : Baadan Penerbit Universitas Dipenogoro Semarang
Tahun Penerbit : Edisi Revisi 2015
Kota Penerbit : Semarang
Bahasa Buku : Indonesia
Jumlah Halaman : 402
ISBN Buku : 978-979-70490-6-5
Buku yang akan saya review adalah buku yang berjudul “ Hak Asasi Manusia ”
karya dari Prof. Dr. Rahayu,S.H,.M.Hum. dari kata pengantar beliau menjelaskan
banyak buku yang mengenaik tentang HAM namun informasi yang di dapati
cenderung disajikan secara persial atau tematik yang menyulitkan pembaca
untuk memahaminya secara menyeluruh. Dan di terbitkan nya buku ini pada
awal kata pengantar menjelaskan HAM dipahami sebagai hak yang kodrati
dimiliki oleh setiap orang tanpa pengecualian dan keistimewaan yang
berdasarkan golongan kelopok ataupun individu tertentu. Dimana beliau juga
mengatakan perhatian dan perjuangan umat manusia terhadap HAM

sesungguhnya telah berjalan seiring dengan perkembangan peradaban
mencpai kemulian kehidupan manusia. Didalam buku ini pada kata pengantar
pertama juga menyebutkan Konsep yang melahirkan prinsip demokrasi dimana
dari kata arti demokrasi itu sendiri adalah dari oleh negara untuk rakyat.
Konsep seperti inilah yang sering mendasari ketentuan Internasional bahwa
setiap kewajiban perlindungan dan pemajuan HAM utamanya terletak pada
negara. Dimana penjelasan dibuku mana pu negara itu adaldah pemegang
kewajiban HAM untuk warganya. di dalam kata pengantar juga menjelaskan
kewajiban untuk menegakan HAM adalah kewajiban yang tidak dapat di
pungkiri oleh negara,karena merupakan bagian dari kewajiban negara untuk
melindungi kepentingan dari umat manusia. Beliau juga menejalaskan pada
setiap manusia memerlukan jaminan perlindungan bagi hak-hak pribadi untuk
kepentingan masyarakat agar hak-hak tersebut juga ditindak lanjuti oleh kuasa
hukum. Dan dari seiringnya perkembangan jaman dan penjelasan – penjelasan
dari beberbagai buku ini memberikan atau berbagi pada masa kini dimana di
dalam buku ini ada beberapa bab yang sebagian judulnya berbeda-beda
namun penjelasannya pun ada. Di dalam buku ini pada BAB I menjelaskan
istilah,pengertian,teori, dan prinsip dari HAM dan didalam buku ini cukup jelas
penejalsan dari arti HAM itu sendiri yang di jelaskan oleh beberapa pendapat
para tokoh dalam menjelaskan arti dari HAM, namun di buku ini sudah

tercantum juga perumusan HAM dalam UU nomer : 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia ( HAM) pasal 1 angka 1 UU ini mendefinisikan sebagai berikut :
“Seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagi
Makhluk
Tuhan
Yang
Maha
Esa
dan
di
lindungi
oleh
negara
hukum,pemerintahan dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan

harkat dan martabat pada manusia”. dari uraian di atas maka secara
konseptual dapat di artikan bahwa HAM memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
moral dan dimensi hukum. Di dalam BAB I juga mejelaskan teori dari HAM
penejelasan yang termuat pun bermacam – macam dari teori hukum alam
,teori hukum positive, teori universal , dan teori relatisvsme budaya,

demikianlah sesungguhnya Pancasila telah cukup menajdi landasan visi
kedepan tentang bagaimana nasionalisme Indonesia mampu mengantisipasi
perkembangan global dengan memaduakan nilai-nilai universal kemanusiaan
dengan nilai-nilai pada kearifan local yang sesuai dengan terori-teori yang
sudah tertera dari HAM itu sendiri. Sedangkan dari prinsip HAM itu mempunyai
arti rumusan dasar dan acuan standar dalam pelaksanaan HAM. Prinsip
tersebut tidak hanya di temukan di beberapa penjelasan buku namu di dalam
perjanjian HAM internasional tentang HAM pun ada. Antara lain prinsip tersebut
universal dan tidak dapat di cabut, Tidak bisa di bagi, saling bergantung dan
berkaitan, kesataraan dan non- demokrasi dan partisipasi dan kontrubuksi.
Dalam hal ini negara harus bertunduk pada norma hukum dan standar yang
tercantum dalam berbagai instrument HAM yang sudah berlaku. Di BAB I ini
juga menjelaskan berbagai pemikiran tentang HAM dari genarasi pertama
hingga generasi ketiga di dalam buku ini berpendapat dari generasi ke generasi
itu samma yaitu dipahami dalam konteks hubungan kekuasaan yang bersifat
artikel yang terjadi antara rakyat dengan pemerintah dalam satu negara.
Karena itu yangs elalu dijadikan sasaran perjuangan Hak Asasi Manusia adalah
kekuasaan dari represif negara kepada rakyatnya dan harus di tetapkan secara
adil, baik terhadap individu maupun kelompok. Pada penulis buku juga
menyajikan pelanggaran yang terjadi pada Hak Asasi Manusia menurut saya

dimana pelanggaran HAM dilihat terutama sebagai tanggung jawab negara di
dalam konteks kewajibannya terhadap warga negaranya. Pemahaman yang
demekian ini di sebabkan karena pada hakikatnya konsep dari HAM secara
normative
bertujuan
untuk
mencegah
kemungkinan
terjadinya
penyalahgunaan kekuasan atau membatasi penggunaan sarana kekuatan
koersif negara. Penjelasan BAB I dari kewajiban negara pada halnya memiliki
kewajiban untuk mengimplementasi kan prinsip-prinsip HAM yang terdapat
dalam instrument-instrumen tersebut. Namun kurangnya adalah karena
keterbatasan terdapat hal tertentu yang tidak dimiliki oleh individu sebagai
anggota masyarakat untuk menjamin prinsip tersebut. Di dalam buku ini juga
menyatakan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah sebgaimana di atur
dalam pasal 71 di atas memerlukan implementasi yang efektif dalam berbagai
bidang. Diutarakan pasal 28I ayat 4 UUD 1945 menyatakan bahwa
perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM adalah tanggung
jawab negara, terutama Pemerintah. Dari pemahaman pada buku ini BAB I

menjelaskan bahwa sesungguhnya HAM tidak hanya berbicara mengenai hak
tapi, berbicara pula mengenai kewajiban , kewajiban yang dimaksudkan dalam
penulis adalah menghargai dan menghormati Hak Asasi orang lain. Dengan
demikian tetap di ingat bahwa penghormatan dan pemenuhan HAM yang
merupakan salah satu ukuran tercapainya keadilan,ketertiban, dan keamanann
dimana hal tersebut harus dilakukan oleh setiap manusia. Sedangkan di dalam
BAB II dibuku ini penulis lebih menjelaskan sejarah dari perkembangan HAM
dari Hukum Internasional sampai perkembangan di negara Indonesia sendiri. Di
BAB II ini menjelaska sejarah perkembangan ham dari tahun ke tahun dari di
beberbagai negara dengan beda tokoh, dari sejarah tersebut berbagai tokoh
mengutarakan instrument- instrument pada HAM dari isntrumen decralation Of
the Right of Man and Citizen lalu petition of Rights dan Bill of Rights.

Sedangkan dalam perkembangan HAM dalam hukum internasional di dalam
buku menjelaskan dari abad 19 – 20 hukum Internasional hanya merupakan
hukum yang mewadahi pengaturan tentang hubungan antara negara-negara
belaka. Penulis juga menuliskan pada abad ke 20 dengan adanya gerakan
pengapusan, pembudakan, yang dilandasi oelh motif kepedulian kemanusiaan
yang besar. Hukum HAM internasional juga berkembang tidak melalui itu saja
namun perjanian internasional yang terus meningkat sejak tahun 1945.

Sedangakan perkembangan HAM di Indonesia dapat dirumut seiring
perjalananya sejarah pembentukan bangsa ini. Dimana menurut pandangan
pertama HAM di Indonesia dapat ditemukan dalam pembukaan , batang tubuh
maupun penjelasan UUD 1945 dari berbagai jenis Hak HAM pada setiap
manusia. di dalam buku ini penulis juga menulis penjelasan yang bergambar
table dari Mautan Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi RIS 1949 dari pasal isi
dan profil HAMnya. Kewajiban negara juga diatur sama dalam konstitusi RIS
1949 untuk menjamin adanya penegakan HAM oleh negara. Dan diatur pada
gambar tabel lagi Muatan HAM dalam UUD sementara 1950 terdiri dari isi dan
profil HAM diskursus tentang penjaminan HAM secara konstitusional ini terus
berkembang termasuk dalam konstituante parlamen yang di bentuk sebagai
hasil pemiliahan umum tahun 1955 dengan tugas merumuskan konstitusi baru.
Perdebatan pun terjadi pada tahun (1957- 1959). Di dalam garis besar terdapat
4 pandangan dalam konstituante mengenai penjaminan HAM dalam konstitusi.
Perdebatan HAM muncul kembali sebagai hak konsitusi saat lahirnya orde baru
yang menggulingkan rezim pada demokrasi, seiring dengan semakin
terbukanya informasi di era global yang berdampak pada semakin mudahnya
akses masyarkat untuk mengtahui berbagai perkembangan di dunia luar telah
mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih berani menuntut hak-haknya
termasuk ha katas keadilan dan hak untuk mengatahui suatu kebenaran.

Dalam buku ini tidak menjalaskan perkembangan HAM di Indonesia saja
namun, Situasi politik di Indonesia pada tahun 1998 tersebut tidak lepas dari
reaksi Internasional sehingga para penguasa baru pun tidak punya pilihan lain
selain memenuhi tuntunan reformasi untuk segera membuka system politik
yang selama ini tertutup menjamin perlindungan HAM, menghentikan KKN
( Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme ) menghapuskan dwi- fungsi ABRI,
penyelanggaraan Pemilu yang benar- benar jurdil ( jujur dan adil ). Dan sampai
saat ini Indonesia baru meratifikasi sekitar 10 instrumen internasional HAM dari
25 yang sudah di terima masyarakat internasional. Didalam buku ini pada
pembahasan BAB III instrument Hukum Internasional HAM penulis buku
mengutarakan sebagaimana perkembangan instrument Hukum Internasional
HAM tidak dapat dilepaskan dari instrument HAM di tingkat nasional, karena
pelembagaan HAM yang mewujud pada berbagai instrument HAM yang
disahkan pada PBB di awali atau terinspirasi oleh pelembagaan HAM diberbagai
udang- undang dan di berbagai negara di dunia. Beberapa instrument HAM
tersebut merupakan titik awal untuk memulai pembahasan tentang instrument
HAM karena, instrument sebagaimana tersebut secara signifikan sangat
memepengaruhi berbagai instrument hukum HAM modern di tingkat
Internasional terdapat Universal Decraltion of Human Right ( dekralasi
Universal HAM) didalam buku ini juga menjelaskan dokumen dari pengakuan

internasional HAM yang disusun oleh Komisi HAM PBB. Dan selanjutnya
Internasional Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR) atau Kovenan
Internasional tentang Hak sipil dan Politik tahun 1966 dan di buku ini terdapat
pasal yang termasuk ICCPR pasal 2 yaat 2 menegaskan bahwa menyatakan :
Dalam hal belum ditentukan oleh tindakan leglisatif atau tindakan lainnya yang

sudah ada, setiap negara pihak pada Konvenan ini berjanji untuk mengambil
langkah – langkah konstisionalnya dan ketentuan Kovenan ini, untuk
menetapkan hukum atau tindak kan lain nya yang diakui dalam Kovenan ini.
Dan selanjutnya International Covenant on Economic and Social Rights
(ICESCR) atau Kovenan Hak Ekonmi, Sosial, dan Budaya Tahun 1966
merupakan instrument Hukum Internasional yang terdiri dari 31 pasal lebih
menjabarkan hak-hak yang diatur dalam bagian akhir UDHR kovenan ini mulai
berlaku efektif pada tanggal 3 Januari 1976 setelah di Ratifikasi lebih dari 60
negara. Namun ada juga menjaelaskan Coventation on The Rights of Child atau
Konvensi Hak Anak ini merupakan instrument internasional yang paling
komprehensif berlaku pada rezim HAM ini di terima oleh semua negara dengan
waktu yang sangat singkat Konvensi ini disetujui pada tanggal 20 November
1989 yang jumlah pasal terdiri 45 pasal KHA ini di tujukan kepada anak di
bawah umur 18 tahun kecuali kedewasaan sudah tercapai sebelum( pasal 1

konvensi ). Selanjutnya ada Conventation Against Tortucre and Other Cruel
Inbuman or Degrading Treatment or Punisment (CAT) atau Konevensi
menentang penyiksaan konvensi yang di terima PBB pada tanggal 10
desember 1984 ini merupakan instrument khusus yang hanya membahas satu
hak tanggal yang tercantum pada pasal 5 UDHR dan pasal 7 Konevenan Hak
Sipil Politik dari beberapa yang saya review di dalam buku ini menyatumkan
banyak Konvenan sesuai dengan pasal dan tanggal dibentuknya. Di dalam
buku ini pada BAB III juga menyebutkan Mekanisme Internasional Pemantauan
HAM itu juga di bagi menjadi tiga mekanisme pemantuan internasional yang
teridiri dari berdasarkan piagam ,mekanisme berdasrkan perjanjian,
mekanisme regional namun di sertakan penjelasan mekanisme pemantauan
HAM berdasarkan Piagam PBB pemantuan ini di dirikan sejak tahun 1945
sedangkan mekanisme perjanjian internasional dibentuk melalui lembaga
monitoring yang berbasis pada perjanjian internasional tentang HAM dibentuk
atas perintah konvensi yang bertugas mengawasi dan meminta laporan dari
negara yang telah meratifikasi. Sedangkan dalam mekanisme regional yang
dibentuk oleh 10 negara eropa barat dan di resmikan pada tanggal 5 Mei 1949,
dewan Eropa ini melahirkan konvensi HAM Eropa. Apapun diebntuknya AICHR
merupakan langkah awal yang haruus terus dikawal perkembangannya bagi
terbuka nya jalan lagi mekanisme HAM regional. Ratifikasi terhadap piagam

ASEAN oleh negara- negara anggotanya menegaskan adanya komitmen
perubahan kolektif untuk Bersama-sama menerapkan Demokrasi, Supremasi
Hukum ,Pemerintah Konstituenal , penghormatan kepada HAM dan kebebasan
fundamental dan keadilan social sebagaimana dirumuskan dalam tujuan
organisasi ini. Piagam ini mengikat negara- negara anggotanya, sehingga perlu
dilakukan upaya yang terus menerus untuk membumikan prinsip-prinsip
tersebut di semua negara anggota demi tercapainnya kesaman persepsi dan
kesamaan tindakan. Dan dibuku ini penulis mengutarakan pendapat juga
mengingat masalah HAM dapat ahdir di setiap saat, maka sumbangan dan
peran lembaga ini secara nyata untuk menyelsaikan masalah-masalah HAM di
kawasan ASEAN harus mulai dipikirkan sejak sekarang Konesekuesinya. ASEAN
harus memiliki dan mengembangkan kriteria yang jelas mengenai situasi HAM
negara-negara anggotanya. Di dalam buku ini di BAB IV menjelaskan Instrumen
Hukum Nasional Hak Asasi Manusia sebagaimana di jelaskan secara singkat
pada BAB II di buku ini bahwa perjuangan untuk memasukan ketentuan
tentang HAM di dalam UUD 1945 adalah perjuangan panjang dan berliku.
Upaya tersebut telah dilakukan sejak tahun 1945 yaitu pada perdebatan antara
beberapa anggota PPKI dilanjutkan oleh Badan Konstituante, oleh MPRS dan

baru berhasil pada tahun 2000 melalui amandemen UUD yang dilakukan oleh

anggota MPR hasil pemilu 1999. Perubahan yang dilakukan pada UUD 1945
bukan hanya perubahan rediksional tetapi, merupakan perubahan paradigm
pemikiran yang sangat mendasar, karena selain mengubah norma yang
memungkinkan prinsip negara hukum dapat diwujudkan juga mengubah
norma-norma demokrasi agar demokrasi prosedral dan demokrasi subsentif
dapat diwujudkan. Di bab ini juga menyertakan dalam kaitannya dengan HAM
maka amandemen terhadap UUD 1945 telah menambahkan pasal-pasal yang
mengatur HAM khsusunya pada BAB XA, pasal 28A – 28J dalam UUD NRI 1945.
Dengan amandemen itu pula semakin pula semakin jelas tanggung jawab
negara, terutama pemerintah, dalam uapay perlindungan ,pemajuan,
penegakan dan pemenuhan HAM yang harus dilakukan sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis dimana pelaksanaanya dijamin, diatur dan
dituangkan dalam perarturan Udang – undang. Di dalam BAB IV menjelaskan
beberapa tentang Hak Asasi Manusia dalam perarturan perundang- undangan
secara lengkap dan jelas. Dimana pada undang- undang nomer 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia UU ini memuat semua hak yang tercantum di
berbagai instrmen internasional HAM. UU yang terdiri dari 106 pasal dan
meliputi sebelas bagian ini memuat pengakuan yang luas terhadap hak asasi
manusia mulai dari hak sipil politik, hak-hak ekonomi, social dan budaya. UU ini
secara tegas mengakui paham natural rights yang sudah di jelaskan pada buku
ini di bagian BAB II. Di BAB IV ini juga menjelaskan pada Undang- undang
Nomer 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Dalam laporannya komisi ini
mempelihatkan ala bukti- bukti pelanggaran atas hak-hak asasi dan hukum
humainter internasional dan merekomendasikan perlunya dibentuk mekanisme
untuk meminta petanggung jawaban dair pelaku, diantaranya melalui
pembentukan oleh PBB untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut,serta
pembentukan tribunal di tingkat internasional. Namun mengingat sampai saat
ini belum terdapat kesepakatan yang diterima mengenai pengertian dari
pelanggaran HAM berat , adapun unsur- unsur yang menyertai dari
pelanggaran berat HAM ini adalah bahwa pelanggaran tersebut harus
dilakukan secara sistematis atau meluas. Selanjutnya pada Undang- undang
Nomer 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dala Rumah tangga
menurut penulis, salah satu perkembangan baru di bidang HAM di Indonesia
adalah masuknya system hukum public ke ranag domestic, yaitu kehidupan
rumah tangga. Karena , pada awalnya hukum pidana hanya mengatur urusan
public, yaitu perbuatan yang disana mengandung tanggung jawab negara yang
mengaturnya. Dari rumusan tersebut maka dapat diketahui bahwa perbuatan
KDRT meliputi beberapa macam dari kekerasan fisik, kekerasan pskhlis
,kekerasan seksual dan penelantaran dalam rumah tangga . Karena di dalam
BAB IV ini menjelaskan beberapa undang – undang serta pasalnya yang
bersangkutan dengan pengaturan pelanggaran berat yang terjadi pada HAM
maka penulis mengharapkan manusia dapat melakukan hal sebaiknya sesuai
hak asasi yang di punyai bukan hanya pengaturan undangundag itu saja namu
di dapati dalam buku ini khsusunya BAB IV tentang penghapusan diskriminasi
ras dan etnis di Indonesia merupakan fakta sejarah yang tidak dapat diingkari
keragaman dan kemajukan dapat berpotensi menimbulkan konflik komunal tapi
di sisi lain sebenernya juga dapat menajadi modal social dan kekayaan bagi
bangsa yang bersangkutan bila dikeola berdasarkan nilai-nilai kemanusiaan,
kesetaraan, dan toleransi. Semboyan bhineka tnggal ika yang berarti berbedabeda tetapi tetap satu menjadi dan menunjukan ada Indonesia yang bersatu
dengan keragamaan. Pada aturan undang- undang ini dibentuk pada tanggal

08 November 2008. Didalam buku bab IV ini juga mengatur undang-undang
teantang system peradilan pada anak yang tertera pada undang- undang
nomer 11 tahun 2012 UU ini menegaskan bahwa anak adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan
seluruh bangsa dan negara. Tujuan buku ini menyatuman undang-undag ini
bertujuan untuk melindungi dan mengayomi anak yang berhadapan dengan
hukum agar anak daapat menyongsong masa depannya yang masih panjang.
Di undang- undang ini juga mengatur mengenai keseluruhan proses
penyelsaian perkara nak yang berhadapan dengan hukum muali tahapan
penyelidikan samapi dengan tahap pembibingan setelag menjalani pidana.
Pelasanaan proses tersebut sesuai dengan ketentuan pasal 2 UU ini di
dasarkan pada asas – asas. Menurut penulis dalam buku ini UU yang di
terterakan ini sangat
penting dikarenakan, anak merupakan salah satu
kelompok masyarakat yang dianggap rentan dan memerlukan perhatian lebih
berbagai di dalam aturan perundang-undangan. Hal ini juga menujukan
univesalitas hak anak dalam mendapatkan perlindungan, Pendidikan, dan
pemeliharaan. Bukan hanya itu saja perlindungan saksi dan korban juga ada
dalm penjelasan di buku ini di BAB IV menurut UU ini maka selain saksi dan
korban, juga memiliki kontrubusi besar untuk menangkap tindak pidana
tertentu yakni saksi pelaku, pelapor dan ahli mereka itu semua termasuk orang
yang memberikan keterangan dalam kasus. Di dapati penjelasan undangundang nomer 35 tahun 2014 tentang perubahan UU nomer 23 tahun 2002
tentang perlindungaan anak dimana didalam buku ini penulis menjelaskan
kurang dan lebihny sama dengan pada pasal undang- undang nomer 11 tahun
2012 yang ada pada BAB IV pada buku ini. Namun yang beda dri penjelasan
undang – undang ini menjelaskan selain megatur tentang hak anak UU ini
megatur pembentukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia(KPAI) pembahasan
lebih jelas berlanjut tentang KPAI di dalam buku ini penulis di jelaskan pada
BAB V. di dalam buku ini penulis menulis meknisme perlindungan dan
penegakan pada HAM yang saya ketahui dengan sebutan KOMNAS HAM
dimana badan tersebut berguna untuk memperlindungi HAM atau pelanggaran
yang merupakan melanggar pada HAM tidak sesuai dengan pasal dan undangundangnya. Dan yang say abaca di BAB V penulis juga menyertakan
perlindungan kekerasan pada perempuan hal tersebut untuk merespon isu-isu
pada hak perempuan. Bukan hanya itu saja saya juga mendapati Komisi
Perlindungan Anak Indonesia atau sering di sebutnya dengan KPAI yang saya
baca pada buku ini dimana KPAI ini bertugas untuk melindungi hak anak pada
saat anak itu di telantarkan atau adanya kekerasan dalam Pendidikan yang
terjadi di sekolah maupun dirumah. Di dalam BAB V penulis juga menyeratakan
Mekanisme Penegakan Hak Asasi Manusia dimana guna dari ini untuk
pengadilan pada pelanggaran HAM yang terjadi supaya lebih di perhatikan dan
terdapat sanksi atau hukuman nya bagi seseorang yang melanngar HAM
kepada orang lain. Dimana pengertian tersebut sudah dijelaskan pada buku ini
melalui BAB I. dan yang say abaca buku ini dari BAB I – BAB V menunurut saya
kelebihannya dimana penjelasan yang sudah dijelaskan dari BAB I sudah jelas
dan berdasarkan sejarah perkembangan dari HAM terserbut dan pengunaan
atau pesertaan pasal, undang-undang da nisi pun sudah lengkap dan jelas. Dan
tertera pada BAB terakhir dimana pelanggaran HAM di jelaskan dengan
lembaga badan penyelsaiannya pun ada beserta pasal dan undang-undang
yang sudah di jelaskan pada buku ini. Dan menurut saya kekurangan dari buku
ini adanya kata-kata latin atau inggris yang terkadang tidak disertakan dengan
pengartian yang jelas.