SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA

SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA
Materi Perkuliahan Sistem Politik Indonesia
Tanggal 28 Maret 2006
Oleh Uwes Fatoni, M.Ag
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya.
Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi
diperlukan analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya
terdapat interaksi fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem
politik merupakan sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang
memiliki tantangan dan tekanan.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti
dari sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan
melakukan proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus
dilakukan dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan
pengambilan keputusan
Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai
keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19
melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli
politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh

lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.
Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa
dari elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.
Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi input
menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).
Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :
1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara
maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika
datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah
berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah sedemikian
rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako yang

diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan pajak
sebagai pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku
individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering
memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka

kemudian regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif
membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang
dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output,
output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya
partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.
6. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup dalam
dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki
kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas
internasional ini negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan
pinjaman (loan) kepada negara-negara berkembang.
Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu pendekatan
pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:
a. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau pertengahan. Gaya
agregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukans ecara tawaran pragmatik seperti
yang digunakan di AS atau pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Sovyet atau
tradisionalistik.
b. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik
PROSES POLITIK DI INDONESIA

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-masa
berikut ini:
- Masa prakolonial
- Masa kolonial (penjajahan)
- Masa Demokrasi Liberal
- Masa Demokrasi terpimpin
- Masa Demokrasi Pancasila

- Masa Reformasi
Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :
 Penyaluran tuntutan
 Pemeliharaan nilai
 Kapabilitas
 Integrasi vertikal
 Integrasi horizontal
 Gaya politik
 Kepemimpinan
 Partisipasi massa
 Keterlibatan militer
 Aparat negara

 Stabilitas
Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :
1. Masa prakolonial (Kerajaan)
 Penyaluran tuntutan – rendah dan terpenuhi
 Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa atau pemenang peperangan
 Kapabilitas – SDA melimpah
 Integrasi vertikal – atas bawah
 Integrasi horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan
 Gaya politik - kerajaan
 Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan
 Partisipasi massa – sangat rendah
 Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang
 Aparat negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah
 Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang
2. Masa kolonial (penjajahan)

 Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi
 Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham
 Kapabilitas – melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah
 Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis

 Integrasi horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi
 Gaya politik – penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)
 Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat
 Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada
 Keterlibatan militer – sangat besar
 Aparat negara – loyal kepada penjajah
 Stabilitas – stabil tapi dalam kondisi mudah pecah
3. Masa Demokrasi Liberal
 Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani
 Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi
 Kapabilitas – baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial
 Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
 Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator
 Gaya politik - ideologis
 Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928
 Partisipasi massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta
 Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh sipil
 Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai
 Stabilitas - instabilitas
4. Masa Demokrasi terpimpin

 Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas
 Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah
 Kapabilitas – abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju

 Integrasi vertikal – atas bawah
 Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,
 Gaya politik – ideolog, nasakom
 Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik
 Partisipasi massa - dibatasi
 Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan
 Aparat negara – loyal kepada negara
 Stabilitas - stabil
5. Masa Demokrasi Pancasila
 Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi
 Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM
 Kapabilitas – sistem terbuka
 Integrasi vertikal – atas bawah
 Integrasi horizontal - nampak
 Gaya politik – intelek, pragmatik, konsep pembangunan
 Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI

 Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi
 Keterlibatan militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI
 Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)
 Stabilitas stabil
6. Masa Reformasi
 Penyaluran tuntutan – tinggi dan terpenuhi
 Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM tinggi
 Kapabilitas –disesuaikan dengan Otonomi daerah
 Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
 Integrasi horizontal – nampak, muncul kebebasan (euforia)
 Gaya politik - pragmatik

 Kepemimpinan – sipil, purnawiranan, politisi
 Partisipasi massa - tinggi
 Keterlibatan militer - dibatasi
 Aparat negara – harus loyal kepada negara bukan pemerintah
 Stabilitas - instabil
posted by Uwes Fatoni | 7:17 AM | 7 comments

BUDAYA DAN STRUKTUR POLITIK

Materi Perkuliahan Sistem Politik Indonesia
Tanggal 21 Maret 2006
Oleh Uwes Fatoni, M.Ag
Sistem politik terdiri dari tradisional, transisi dan modern
Sistem politik itu sangat luas namun bila diringkaskan bisa dilihat dari dua sudut pandang
yatu kultur (budaya) atau struktur (lembaga).
BUDAYA POLITIK
Budaya politik adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik.
Budaya politik berbeda dengan peradaban politik yang lebih dititiktekankan pada teknologi.
Budaya politik dilihat dari perilaku politik masyarakat antara mendukung atau antipati juga
perilaku yang dipengaruhi oleh orientasi umum atau opini publik.
Tipe budaya politik
1. Budaya parokial yaitu budaya politik yang terbatas pada wilayah tertentu bahkan
masyarakat belum memiliki kesadaran berpolitik, sekalipun ada menyerahkannya kepada
pemimpin lokal seperti suku.
2. Budaya Kaula artinya masyarakat sudah memiliki kesadaran terhadap sistem politik namun
tidak berdaya dan tidak mampu berpartisipasi sehingga hanya melihat outputnya saja
tanpa bisa memberikan input.
3. Budaya partisipan yaitu budaya dimana masyarakat sangat aktif dalam kehidupan politik.
4. budaya politik campuran, maksudnya disetiap bangsa budaya politik itu tidak terpaku

kepada satu budaya, sekalipun sekarang banyak negara sudah maju, namun ternyata tidak
semuanya berbudaya partisipan, masih ada yang kaula dan parokial. Inilah yang
kemudian disebut sebagai budaya politik campuran.

Ketika melihat budaya politik di Indonesia kita bisa melihat dari aspek berikut:
a. Konfigurasi subkultur. Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang beragam, namun
semuanya sudah melebur menjadi satu bangsa sehingga tidak muncul kekhawatiran
terjadi konflik. Berbeda dengan india yang subkulturnya sangat beragam bahkan terjadi
sekat antar kasta.
b. Bersifat Parokial kaula. Karena masyarakat Indonesia mayoritas masih berpendidikan
rendah maka budaya politiknya masih bersifat parokial kaula.
c. Ikatan primordial, sentimen kedaerahan masih muncul apalagi ketika Otonomi Daerah
diberlakukan.
d. Paternalisme, artinya masih muncul budaya asal bapak senang (ABS)
e. Dilema interaksi modernisme dengan tradisi. Indonesia masih kuat dengan tradisi namun
modernisme mulai muncul dan menggeser tradisi tersebut sehingga memunculkan sikap
dilematis.
STRUKTUR POLITIK
Politik adalah Alokasi nilai-nilai yang bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta
penggunaan kekuasaan.

Kekuasaan berarti kapasitas dalam menggunakan wewenang, hak dan kekuatan fisik.
Ketika berbicara struktur politik maka yang akan diperbincangkan adalah tentang mesin
politik sebagai lembaga yang dipakai untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan jenisnya mesin politik terbagi dua yaitu :
1. Mesin politik Informal
- Pengelompokan atas persamaan sosial ekonomi
 Golongan petani merupakan kelompok mayoritas (silent majority)
 Golongan buruh
 Golongan Intelegensia merupakan kelompok vocal majority
- Persamaan jenis tujuan seperti golongan agama, militer, usahawan, atau seniman
- Kenyataan kehidupan politik rakyat seperti partai politik, tokoh politik, golongan
kepentingan dan golongan penekan.
2. Mesin politik formal
Mesin politik formal berupa lembaga yang resmi mengatur pemerintahan yaitu yang
tergabung dalam trias politika :

- Legislatif
- Eksekutif
- Yudikatif
Fungsi Politik

1. Pendidikan politik
2. Mempertemukan
kepentingan
atau
mengakomodasi
dan
beradaptasi
3. Agregasi kepentingan yaitu menyalurkan pendapat masyarakat
kepada penguasa, disini penyalurnya berarti pihak ketiga
4. Seleksi kepemimpinan
5. komunikasi politik yaitu masyarakt mengemukakan langsung
pendapatnya kepada penguasa demikian pula sebaliknya.
posted by Uwes Fatoni | 7:15 AM | 7 comments

TU ESDAY, MARCH 07, 2006

Materi perkuliahan tanggal 6 Maret 2006
Pengertian
Sistem adalah Satu kesatuan yang terbentuk dari beberapa unsur yang saling terkait
Suatu cara yang mekanismenya berpola, konsisten dan otomatis
Politik berasal dari polis (negara kota: bhs Yunani)
Artinya kegiatan dalam rangka mengurus kepentingan masyarakat
Indonesia adalah nama untuk suatu bangsa dan negara yang memiliki wilayah, penduduk,
pemerintah dan aturan.
Sistem Politik berarti mekanisme seperangkat fungsi atau peranan dalam strutkus politik
dalam hubungan satu sama lain yang menunjukkan satu proses yang langgeng.
Sistem Politik Indonesia berarti :
1. Sistem politik yang pernah berlaku di Indonesia (masa lampau)
2. sistem politik yang sedang berlaku di Indonesia (masa sekarang)
3. Sistem politik yang berlaku selama eksistensi Indonesia masih ada
(masa yang akan datang)
Fenomena dalam politik
a. Sistem Politik Negara
b. Peran politik Jabatan

c. Struktur politik Institusi
d. Budaya politik Pendapat umum
e. Sosialisasi politik Pendidikan kewarganegaraan.
Oleh Uwes Fatoni, M.Ag
posted by Uwes Fatoni | 2:53 AM | 0 comments

SATU RDAY, FEBRUA RY 25, 2006

SILABUS MATA KULIAH

SISTEM POLITIK INDONESIA
Mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia
Bobot : 2 (dua) SKS
Jurusan :
Deskripsi :
Sistem politik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sejarah bangsa Indonesia sejak
zaman kerajaan, penjajahan, kemerdekaan sampai masa reformasi sekarang. Para founding
father bangsa telah merumuskan secara seksama sistem politik yang menjadi acuan dalam
pengelolaan negara. Hal ini tentunya dilakukan dengan melihat kondisi dan situasi bangsa
pada saat itu. Sistem politik Indonesia pada masa reformasi saat ini mengalami
perkembangan yang sangat signifikan. Bermunculan lembaga dan sistem yang baru dalam
rangka merespon permasalahan bangsa yang semakin kompleks. Berdasarkan hal tersebut,
mata kuliah ini disajikan sebagai dasar untuk pengenalan lebih jauh tentang apa dan
bagaimana sistem politik Indonesia. Secara spesifik akan dikaji mengenai sistem politik sejak
zaman kerajaan sampai masa reformasi, sistem kepartaian, sistem pemilihan umum, dan
fungsi serta kedudukan lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Pokok bahasan :
1. Pengertian sistem politik Indonesia
2. Sejarah Sistem Politik Indonesia (zaman pra kolonial, kolonial, orde
lama, orde baru, dan reformasi)
3. Sistem Kepartaian
4. Sistem Pemilihan Umum anggota DPR, DPD dan DPRD
5. Sistem Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden
6. Sistem Pemilihan Umum Daerah (Gubernur dan Bupati/Walikota)
7. Fungsi dan Kedudukan Eksekutif
8. Fungsi dan Kedudukan Legislatif

9. Fungsi dan Kedudukan Yudikatif
10.
Fungsi dan Kedudukan Lembaga Negara masa Reformasi
- Komisi Pemilihan Umum (KPU)
- Mahkamah Konstitusi (MK)
- Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
- Komisi Yudisial (KY)
Referensi :
1. Rusadi
Kantaprawira, Sistem
Politik Indonesia,
Sinar
Baru,Bandung, 1988
2. Fisip UI, Mengubur Sistem Politik Orde Baru, Bandung, Mizan,
1998
3. Arief Rahman, Sistem Politik Indonesia, Surabaya, Intelektual Club,
2001
4. Hartono Mardjono, Reformasi Polisik Suatu Keharusan,Jakarta, GIP,
posted by Uwes Fatoni | 1:00 PM | 3 comments

http://www.sistempolitikindonesia.blogspot.com/

Masalah Sosial dan Keadaan Politik di Indonesia 2012
1. Menganalisa masalah
Kenaikan harga BBM selalu membuat gejolak panas masyarakat
Indonesia, pasalnya kenaikan harga BBM membawa banyak dampak
negatif seperti kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Sehingga,
banyak kalangan masyarakat yang berunjuk rasa menolak kenaikan
harga BBM yang bertujuan untuk mengurangi beban Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Seolah tak ada hentinya, gelombang protes terus dilakukan demi
membatalkan opsi tersebut. Di Jakarta Himpunan Mahasiswa Islam
Indonesia berunjuk rasa dengan memblokir jalan dan membakar ban
bekas, selain itu mereka juga menutup Stasiun Pengisian Bahan
bakar atau SPBU. Mereka sangat mengecam keras akan kebijakan
pemerintah tersebut. Meskipun pemerintah menjajikan akan ada
program Bantuan Langsung Tunai (BLT) tetapi masyarakat tetap
menolaknya karena mereka berfikir bahwa BLT tersebut hanya

sebagai solusi instan pasca kenaikan harga BBM. Sehingga
masyarakat akan tetap mendapat kerugiannya.
2. solusi dari masalah sosial diatas
Pemerintah tidak perlu menaikkan harga BBM, mengingat masyarakat
di Indonesia sebagian besar adalah kalangan menengah kebawah. Ini
akan menciptakan inflasi yang kemudian berdampak buruk bagi
mereka. Meskipun BLT diadakan itu hanya sekedar solusi cepat dan
singkat pasca kenaikan BBM, dan itu tidak akan dapat membantu
masyarakat memenuhi kebetuhan hidupnya. Lalu percuma saja ada
perjuangan meminta kenaikan upah buruh, jika BBM jadi naik kapan
buruh merasakan kesejahteraannya apabila kebutuhan dan transport
sehari-harinya menjadi mahal.
1. lebih baik pemerintah mencari OPSI lain, jika beban terberat dalam
APBN adalah impor BBM, sebaiknya jangan berpatokan untuk
meningkatkan harga BBM saja, sebaiknya melakukan investasi agar
meningkatkan kapasitas produksi atau membatasi penggunaan BBM
sehingga biaya impor dapat terkurangi.
2. bersihkan aparat hukum dari KKN
3. jika harus terjadi kenaikan harga BBM maka pemerintah sebaiknya
dapat menjelaskan maksud dari kenaikan tersebut secara terperinci
dan transparan. Agar masyarakat dapat memahaminya.
3. Kondisi politik Indonesia saat ini
Kondisi politik yang ada di Indonesia saat ini sangat buruk.
Keterpurukan ini disebabkan perpolitikan Indonesia yang tidak sehat.
Banyak politisi di Negara ini yang terlibat kasus korupsi. Mereka lebih
mementingkan kepentingan pribadi dan lupa akan tugasnya sebagai
pejuang rakyat. Bahkan saat ini banyak pejabat dan tokoh yang hanya
bisa bercuap-cuap berdiskusi di televisi mencaci maki kinerja
pemerintah tanpa mengetahui jalan keluarnya. Bukankah lebih baik
bertindak dibandingkan hanya berdiskusi di televisi dan sebuah
diskusi tidak akan berguna tanpa adanya perbuatan nyata.
Selanjutnya yang membuat politik Indonesia kacau adalah parpolparpol yang memilih selebritis tanah air untuk menjadi anggota
partainya. Dengan maksud rakyat lebih banyak memilihnya karena
kepopuleran. Sebernanya, yang dibutuhkan bukanlah kepopuleran

akan tetapi kinerja yang optimal yang dapat membangun politik
Indonesia menjadi sangat baik. Dan seharusnya parpol memilih
anggota yang mahir pada bidangnya bukan asal-asalan. Karena, ini
buka