LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGABD. docx

LAPORAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA
MASYARAKAT

Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Provinsi Riau Dan Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Persada Bunda
Pekanbaru, 5 Oktober 2016 S.d 29 Januari 2017
Lokasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pekanbaru
Judul :
Elektabilitas Komunikasi Politik (Communication Political Electability) Pada Dinamika
Politik Di Indonesia (Studi Elektabilitas Pemilihan Umum)
KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI RIAU
Dr. Nurhamin,.SPt,.MH
&
KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KOTA PEKANBARU
Amiruddin Sijaya,.S.Pd,.MM
PENULIS :
Hefri Yodiansyah,.S.Sos,.M.I.Kom
NIDN. 1008068105

YAYASAN PENDIDIKAN PERSADA BUNDA
SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PEKANBARU 2017

0

ELEKTABILITAS KOMUNIKASI POLITIK (COMMUNICATION POLITICAL
ELECTABILITY) PADA DINAMIKA POLITIK DI INDONESIA
(Studi Elektabilitas Dinamika Politik Pemilihan Umum)
Hefri Yodiansyah,.S.Sos,.M.I.Kom*
NIDN. 1008068105
Laporan Penyelenggaraan Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
ABSTRAK
Pemilihan umum di Indonesia dalam penyelenggaraan pemilihan umum tersebut banyak
sekali menemukan situasi dan kondisi dalam pemilihan umum mulai dari penyelenggaraan,
sistem politik, bakal pasangan calon (pasangan calon) sampai dengan dipilih dan dilantiknya
kandidat politik itu, serta pemilih (voter), dan massa pendukung partai politik maupun massa
politik sebagai tim sukses politik dalam membenah pemilihan umum itu agar lebih baik.
Kata Kunci: Seleksi, Rekrutmen, Kandidat, Pemilu, Pemilih, Elektabilitas

ABSTRACT
Political advertising is self promoting activities with a good image in front of the community
with the political elements for the achievement of specific objectives. Leadership styles are
patterns that vary from the desired behavior and leadership during the process of directing
influence towards common goals. This study aims to investigate the relationship between
exposure to political advertising election and leadership style with electability.
Keywords: Selection, Recrutment, Candidate, Pemilu, Voters, Electability

* Koresponden: Penulis Dosen STISIP Program Studi Ilmu Komunikasi Yayasan Pendidikan
Persada Bunda
1

PENDAHULUAN
Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia merupakan serangkaian akses kita dalam
menentukan pilihan mana yang harus kita ambil. Dalam penyelenggaraan pemilihan umum di
Indonesia sebagai modal dasar kita dalam pencapaian demokrasi dan pancasila yang
berlandaskan kepada Undang–Undang Dasar tahun 1945 dan perundang–undangan lainnya.
Pemilihan umum di Indonesia dalam penyelenggaraan pemilihan umum tersebut banyak
sekali kita menemukan situasi dan kondisi dalam pemilihan umum mulai dari
penyelenggaraan, sistem politik, bakal pasangan calon (paslon) sampai dengan terpilihnya

kandidat politik itu, serta pemilih (voter), dan massa pendukung partai politik maupun massa
politik sebagai tim sukses politik dalam membenah pemilihan umum itu agar lebih baik (Juri
Ardiantoro, Umum, & Umum, 2017a, 2017b).
Penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia merupakan fenomena politik dalam
pelaksanaan pemilihan umum. Proses penyelenggaraan pemilu sebagai salah satu sistem
politik dalam pelaksanaan pemilihan umum. Posisi wilayah penyelenggaraan sistem politik
dalam pelaksanaan Pemilu sangat menentukan letak wilayah geografis dalam mempetakan
geoekonomi dan geopolitik yang akan dilaksanakan dalam memperjuangkan kekuasaan
dalam ranah ilmu politik. Dalam penyelenggaraan sistem politik melalui pemilu harus
mengetahui peta wilayah yang akan di selenggarakan proses pemilihan umum (Yodiansyah,
2016, 2017; Yodiansyah & Susilawati, 2017).
Setelah menyelenggarakan Pilkada serentak tape Pertama, kini kita sudah harus bersiap
kembali mempersiapkan tahapan pemungutan dan penghitungan suara Pilkada Tahun 2017.
Tantangan kita semakin berat, Undang-Undang 10 Tahun 2015 mensyaratkan bahwa yang
berhak didaftar sebagai pemilih adalah warga Negara yang telah memenuhi syarat yang
dibuktikan dengan KTP Elektronik atau Surat Keterangan yang dikeluarkan oleh Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil. Setidaknya ada 3 (tiga) tugas berat yang akan akan menanti
rekan – rekan petugas KPPS, yakni: 1. Pelayanan hak pilih; 2. Transparansi penyelenggaraan
pemungutan suara, dan; 3. Akuntabilitas penghitungan suara; Berbagai upaya kita laksanakan
untuk mendukung penyelenggaraan pemungutan suara salah satunya adalah penerbitan

panduan KPPS. Selain itu, saat ini KPU sedang menyiapkan video tata cara pemungutan dan
penghitungan suara, video tata cara pengisian formulir pemungutan dan penghitungan suara,
serta video tata cara pengisian formulir rekapitulasi hasil penghitungan suara.
Banyak media massa di Indonesia menyorot fenomena komunikasi dalam penyelenggaraan
dan pelaksanaan sistem politik dalam kajian pemilihan umum di Indonesia. Kajian
Komunikasi yang dimaksud adalah bagaimana media massa menyorot peristiwa politik itu
dengan kajian tertentu. Peristiwa itu menyangkut elektabilitas komunikasi media massa yang
disampaikan dalam format jurnalistiknya. Menurut bahasa “elektabilitas” dalam bahasa
inggris berbagai istilah hampir sama arti kata dengan maksudnya “electability, election,
selection, dan sebagainya.” Namun berbeda dalam pemilihan umum mulai tahun 2017 ini,
banyak para pakar komunikasi politik dan pakar ilmu politik menggunakan bahasa tersebut
untuk memperlihatkan fenomena baru dalam nuansa politik baru saat ini dalam kajian
jurnalistik. Dalam jurnalistik memiliki peran “kata” dalam bahasa jurnalistik dalam hal “arti”
tergantung pada peran opini public yang berkembang atau melekat dalam pikiran masyarakat
dalam kajian komunikasi politik itu.
Ketika kita simak dengan baik pemilihan umum dengan penyelenggaraan sistem politik
mengalami hambatan dan rintangan komunikasi secara komunikasi verbal (lisan maupun
tulisan). Komunikasi verbal itu adalah makna arti atau maksud kata “elektabilitas” dalam
komunikasi sebagai gaya bahasa jurnalistik memberikan peran “image” dalam “opini public”
pada ingatan tertentu dalam sosial masyarakat tertentu. Image peristiwa yang satu ke

2

peristiwa lainnya dalam pemilihan umum masa dulu sampai masa akan datang, akan tetapi
mengalami perubahan “artimakna” dalam peristiwa pemilihan itu bergantung pada istilah
semiotika komunikasi yang sering mereka pakai menurut istilahnya. Peran kata elektabilitas
komunikasi dalam arti makna katanya ini tidak perlu kita perdebatkan tetapi kita ingin
mengetahui sejarah elektabilitas, konsep elektabilitas, pengertian elektabilitas, ruang lingkup
elektabilitas dalam elektabilitas komunikasi dalam ranah politik pada pemilihan umum di
Indonesia.
Penyelenggaraan dan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia perlu dan sangat penting
dalam kehidupan demokrasi Indonesia dengan motto pemilihan umum antara lain; jujur,
bersih, bertanggung jawab, bermartabat, dan berwibawa, proses itu perlu peran aktif berbagai
pihak dalam penyelengaraan dan pelaksanaan pemilihan umum di Indonesia. Berbagai sistem
politik dalam pemilihan umum tersebut telah kita lakukan, memerlukan pembenahan
penyelenggaraan maupun pelaksanaan pemilihan umum tersebut. Konsekuensi kita perlu
memahami, mempelajari, mengevaluasi, dalam pemahaman regulasi sistem politik di
Indonesia.
Aparatur Negara dalam bidang keamanan dalam pelaksanaan pemilihan umum seperti, TNI
dan POLRI untuk menjaga netralitas pemilihan umum dalam mengamankan penyelenggaraan
PEMILU di Indonesia sesuai dengan pelaksanaan pemilihan umum pada ketentuan konstitusi

perundang–undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pemilihan umum TNI dan POLRI
yang merupakan salah satu penentu kualitas dan kualitas terapan demokrasi dan pancasila itu
di Indonesia. Pesatnya perkembangan ilmu politik dan teknologi komunikasi massa memberi
pendidikan politik bagi semua lapisan masyarakat. Proses pendidikan politik itu memerlukan
pembenahan dan penerapan sistem politik yang berhasilguna dan manfaatguna dalam proses
pelaksanaan pemilihan umum dengan penyelenggaraan demokrasi di Indonesia.
Lembaga penyelenggara pemilihan umum yang kita kenal adalah KPU/KPUD sebagai
lembaga penyelenggara PEMILU yang jujur, bersih, bertanggung jawab, bermartabat, dan
bermarwah. Badan KPU/KPUD adalah lembaga penyelenggara pemilihan umum ditingkat
nasional maupun daerah (Provinsi, dan Kab/Kota) sebagai metode pelaksanaan pemilihan
umum di Indonesia. Pelaksanaan pemilihan umum memiliki peran strategis bagi seorang
politisi maupun partai politik dalam setiap momentum politik, namun kredibilitas adalah
syarat utama yang harus dimiliki suatu lembaga pemilihan umum di Indonesia, agar tetap
dipercaya pelaksanaannya. Lembaga pelaksana pemilihan umum ini bertujuan untuk
mengetahui pendapat politisi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi pendapat politisi
terhadap kredibilitas lembaga tersebut mengenai elektabilitasnya dalam Pemilihan umum.
Begitu juga dengan lembaga/badan yang disebut dengan Bawaslu di tingkat nasional maupun
tingkat provinsi, Panwaslu Daerah di tingkat kab/kota sebagai lembaga pengawas
pelaksanaan pemilihan umum yang netral dalam penyelengaraan pemilihan umum. Terkait
dengan pemilihan umum lembaga tersebut dalam mengaplikasikan fungsi dan wewenangnya

lembaga tersebut dalam mengawasi pelaksanaan pemilihan umum, terhadap kecurangan atau
sengketa pemilihan umum yang dilakukan oleh politisi dalam penyelenggaraan pemilihan
umum di Indonesia.
Dalam pemilihan umum partisipasi lembaga masyarakat seperti; Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM)/Organisasi masyarakat (Ormas) sangat mempengaruhi penyelenggaraan
pemilihan umum. Persoalan lembaga tersebut hadir sebagai lembaga masyarakat memiliki
peran strategis bagi pengawasan indenpenden masyarakat maupun komunitas masyarakat
dalam setiap momentum politik, namun kredibilitas adalah syarat utama yang harus dimiliki
suatu lembaga tersebut, agar tetap dipercaya keberadaannya. Kecenderungan lembaga
tersebut masih mempercayai kredibilitas lembaga pengawas penyelenggaraan maupun
3

pelaksanaan di lapangan dan elektabilitasnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi lembaga
tersebut dalam pengawasan penyelenggaraan maupun pelaksanaan pemilihan umum dilatar
belakangi oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal lembaga tersebut dipengaruhi
oleh faktor pengalaman dan pendidikannya sedangkan secara eksternal dipengaruhi oleh
tradisi sistem politik di Indonesia dan kredibilitas lembaga tersebut. Dalam pengawasan
indenpenden di luar bawaslu atau panwaslu di setiap tingkatannya mengungkapkan ada lima
kriteria kredibilitas suatu lembaga tersebut yaitu: track record lembaga LSM, track record
pimpinan lembaga LSM, sumber daya manusia profesional, citra positif dan memiliki kantor

yang jelas. Strategi yang dilakukan oleh lembaga tersebut dalam menjaga hubungannya
dengan politisi adalah melalui pendekatan yang bersifat emosional dan pendekatan yang
bersifat profesional. Diharapkan lembaga tersebut mampu dapat merumuskan metodologi
sistem politik yang relevan dalam setiap dinamika politik yang ada, seperti fenomena
kecurangan atau sengketa dalam penyelengaraan ataupun pelaksanaan pemilihan umum.
Kepada politisi diharapkan agar selektif dan berdasarkan standar yang ideal dalam
menggunakan lembaga tersebut di tengah masyarakat dalam pemilihan umum.
Elektabilitas pasangan calon (paslon) atau kandidat di perjuangkan “…political advertising is
self promoting activities with a good image in front of the community with the political
elements for the achievement of specific objectives. Leadership styles are patterns that vary
from the desired behavior and leadership during the process of directing influence towards
common goals. This study aims to investigate the relationship between exposure to political
advertising election and leadership style with electability...”
Sistem politik yang semakin demokratis di Indonesia yang ditandai dengan pelaksanaan
pemilu legislative, pemilihan presiden dan pemilukada secara langsung dengan melibatkan
seluruh rakyat, telah menyebabkan popularitas seseorang atau partai politik menjadi hal yang
mutlak dalam setiap kontestasi. Membangun citra positif seorang calon legislative, calon
presiden, calon gubernur, bupati dan walikota memerlukan strategi komunikasi politik yang
tepat. Salah satu konsep dan praktek komunikasi politik yang akhir- akhir ini berkembang
dalam usaha membangun citra positif menghadapi kontestasi politik adalah Public Relations

Politik.
Negara demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang kekuasaannya berada di tangan
rakyat. Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Salah satu syarat terselenggaranya negara demokrasi adalah adanya
pemilihan umum atau pemilu. Survei elektabilitas dilakukan untuk memprediksi keterpilihan
partai atau kandidat politik dalam pemilu. Melihat karakter pemilih di Indonesia yang labil,
peneliti tertarik meneliti relevansi elektabilitas dalam konteks politik di Indonesia. Objek
penelitian ini adalah Kandidat Politik, Tim sukses politik, Massa Pendukung politik, Partai
Politik, Gabungan Partai Politik dan Masyarakat Politik, Aliansi Politik, Aktivis Politik, dan
Pemilih dalam masyarakat. Peneliti akan menganalisis arah opini publik mengenai
elektabilitas di mata masyarakat. Dalam laporan penulis mengambil judul “Elektabilitas
Komunikasi Politik (Communication Political Electability) Pada Dinamika Politik Di
Indonesia (Studi Elektabilitas Dinamika Politik Pemilihan Umum).”
PERUMUSAN MASALAH LAPORAN
Perkembangan sistem politik di Indonesia semakin maju, sering dengan pendidikan politik
masyarakat yang di dapat dalam penyelenggaraan pemilihan umum itu secara berlanjutan.
Sebagai sarana dan prasarana demokrasi dan pancasila sebagai salah satu sistem politik di
Indonesia itu menjadi tolak ukur demokrasi dalam penyelenggaraan sistem politik Indonesia
tersebut dilakukan. Dengan pola pelaksanaan sistem politik di Indonesia berbagai macam
bentuk pelaksanaan yang telah dilakukan dalam pemilihan umum (PEMILU), karena pola

4

sistem politik Indonesia demikian akan menjadikan salah satu sumber (akses) dalam
perencanaan komunikasi membentuk suatu kaidah dan nilai – nilai demokrasi dan pancasila
di Indonesia, maka dengan ini penulis mengambil perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana elektabilitas komunikasi politik (communication political electability)
pada dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia?
2. Bagaimana faktor–faktor elektabilitas komunikasi politik (communication political
electability) pada dinamika politik di Indonesia?
MANFAAT DAN TUJUAN LAPORAN
Adapun manfaat laporan sebagai berikut:
1. Sebagai bahan sumbangan ilmu pengetahuan di bidangnya
2. Sebagai bahan masukan dalam penyelengaaraan dan pelaksanaan pemilihan umum
lebih lanjut.
3. Sebagai bahan mata kuliah dan bahan lainnya
4. Sebagai materi dosen maupun mahasiswa dalam perkuliahan
5. Sebagai bahan–bahan kumpulan catatan aktivitas dosen dalam mengembangkan
pengetahuan dan pengalaman dengan metode pengembangan pengajaran ataupun pola
pengajaran tertentu
Tujuan laporan antara lain, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui elektabilitas komunikasi politik (communication political
electability) pada dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia?
2. Untuk mengetahui faktor–faktor elektabilitas komunikasi politik (communication
political electability) pada dinamika politik di Indonesia?
LEVEL LAPORAN
Penyelenggaraan PEMILU di Indonesia sebagai syarat mutlak pelaksanaan pemilihan kepala
daerah di tingkatan tertentu dalam wilayah tertentu. Dalam penyelenggaraan PEMILU di
perlukan partisipasi masyarakat bahkan lembaga ataupun instansi yang terkait dengan
penyelenggaraan PEMILU sampai dengan tingkat yang tertinggi sampai tingkat terrendah
dalam pelaksanaan pemilihan tertentu, dalam pelaksanaan PEMILU memerlukan
penyelenggaraan dalam pelaksanaan Pemilu dalam tahap – tahapnya, antara lain:
1. Komisi Pemilihan Umum (KPU), KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota adalah
lembaga penyelenggara Pemilu di pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang bersifat
tetap. Untuk penyelenggaraan pemilihan di tingkat kecamatan dibentuk Panitia
Pemilihan Kecamatan (PPK), di tingkat desa/kelurahan atau sebutan lainnya dibentuk
Panitia Pemungutan Suara (PPS), dan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dibentuk
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang bersifat ad hoc.
“…Anggota KPPS sebanyak 7 (tujuh) orang yang terdiri atas seorang ketua
merangkap anggota dan enam anggota serta dibantu oleh 2 (dua) orang petugas
ketertiban dan keamanan TPS…” (Juri Ardiantoro et al., 2017a).
5

2. Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), Badan Pengawas Pemilu Provinsi
(BAWASLU Provinsi) adalah lembaga yang mengawasi penyelenggaraan Pemilu di
pusat dan provinsi yang bersifat tetap. Untuk mengawasi penyelenggaraan pemilihan
di kabupaten/kota, kecamatan, desa/kelurahan atau sebutan lainnya, dan di TPS
dibentuk Panwas Kabupaten/Kota, Panwas Kecamatan, Pengawas Pemilihan
Lapangan (PPL)/Pengawas TPS yang bersifat ad hoc.
3. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) adalah lembaga yang bertugas
menangani pelanggaran kode etik penyelenggara Pemilu dan merupakan satu
kesatuan fungsi penyelenggaraan pemilu.
4. Pemilih adalah Penduduk yang pada tanggal 15 Februari 2017 telah berumur
sekurangnya 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah kawin dan bukan anggota
TNI/POLRI.
5. Pemilih tunadaksa adalah pemilih dengan cacat tubuh.
6. Pemilih tunanetra adalah pemilih yang tidak dapat melihat.
7. Pemilih tunawicara adalah pemilih yang tidak dapat berbicara.
8. Pemilih tunarungu adalah pemilih yang tidak dapat mendengar.
9. Pemilih tunagrahita adalah pemilih yang memiliki keterbatasan mental.
10. Pasangan Calon adalah Bakal Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati
dan Wakil Bupati serta Walikota dan Walikota yang telah memenuhi syarat dan
ditetapkan sebagai peserta pemilihan.
11. Saksi Pasangan Calon adalah seseorang yang mendapat mandat secara tertulis dari
Pasangan Calon/tim kampanye untuk menyaksikan pemungutan dan penghitungan
suara di TPS.
12. Pemantau Pemilihan adalah organisasi yang mendaftar dan telah memperoleh
Akreditasi dari KPU Provinsi/KIP Aceh atau KPU/KIP Kabupaten/Kota untuk
melakukan pemantauan pemilihan
13. Tempat Pemungutan Suara (TPS) adalah tempat pemilih memberikan suara pada hari
pemungutan suara, yakni pada hari Rabu, tanggal 15 Pebruari 2017, mulai pukul
07.00 -13.00 waktu setempat, termasuk untuk penghitungan suara yang dimulai
setelah pemungutan suara selesai.
14. Daftar Pemilih Tetap (DPT), adalah daftar nama penduduk Warga Negara Indonesia
yang telah memenuhi syarat sebagai Pemilih.
15. Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) adalah daftar Pemilih yang tidak terdaftar sebagai
Pemilih dalam DPT, namun memenuhi syarat dilayani penggunaan hak pilihnya pada
hari dan tanggal pemungutan suara.
16. Daftar Pemilih Pindahan (DPPh), adalah daftar pemilih yang terdaftar dalam DPT
yang menggunakan hak pilih di TPS lain.
17. Pemungutan suara adalah proses pemberian suara oleh pemilih dengan cara
mencoblos pada kolom yang memuat no urut, foto atau nama pasangan calon.
18. Penghitungan Suara adalah proses penghitungan Surat Suara oleh KPPS untuk
menentukan suara sah yang diperoleh Pasangan Calon serta Surat Suara yang
dinyatakan tidak sah, Surat Suara yang tidak digunakan dan Surat Suara rusak/ keliru
dicoblos.
6

19. Surat suara adalah jenis perlengkapan pemungutan suara yang berbentuk lembaran
kertas dengan desain khusus yang digunakan oleh pemilih untuk memberikan suara
pada pemilihan yang memuat no urut, foto dan nama pasangan calon.
Elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik
dalam pemilihan umum di Indonesia, proses seleksi, proses rekrutmen, proses kandidat,
proses pemilu, proses pemilih, & proses elektabilitas, elektabilitas komunikasi politik, yaitu :
a. Definisi elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada

dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Razak, 2015).
b. Sejarah elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada

dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Indra, 2015).
c. Konsep elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada

dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Salim &
Perbawaningsih, 2014).
d. Pengertian elektabilitas komunikasi politik (communication political electability)

pada dinamika politik di Indonesia dalam pemilihan umum di Indonesia (Indra, 2015;
Razak, 2015; Salim & Perbawaningsih, 2014).
e. Ruang Lingkup elektabilitas komunikasi politik (communication political electability)

pada dinamika politik dalam pemilihan umum di Indonesia (Andi Muhammad, Sultan,
& Hasanuddin, 2014; Indra, 2015; Koltay, 2011; Kriyantono, 2007; Lisman Setiawan,
2016; Niken, 2015; Potter & Donnerstein, 2016; Rosidi, 2013; Saefudin & Iskandar,
2017; Salim & Perbawaningsih, 2014; Siagian & Head, 2012; Surya, Putri, &
Universitas Indraprasta PGRI Jakarta, 2016; Thorson & Wells, 2015; Yodiansyah,
2016), antara lain:
a) Komunikasi

interpersonal
Perbawaningsih, 2014).

(Saefudin

&

Iskandar,

2017;

Salim

&

b) Komunikasi

massa (Andi Muhammad et al., 2014; Budhirianto &
Komunikasi, 2014; Dwita, 2016; Elvinaro & Unpad, 2012; Erka, 2015; Fadhil,
2013; Gama & Widarwati, 2008; Heryanto, 2009; Holik, 2011; Hudi,
Abdulkarim, & Kokom Komalasari, 2012; Ilyas, 2010; Imran, 2010; Inri
Inggrit, 2009; Jati, 2014; Juri Ardiantoro et al., 2017a, 2017b; Khalil,
Zulkarnain, Furwanti, & Riau, 2014; Markoni, 2012; Saefudin & Iskandar,
2017; Seminar & Nasional, 2014; Siagian & Head, 2012; Siti, 2009; Sobari,
2014; Sujatmiko & Lampung, 2016; Sundari, 2014; Suryana, Pajajaran,
Bandung, Barat, & Fax, 2014; Yodiansyah, Hefri, 2016; Yodiansyah, 2017;
Yusuf, 2011).

c) Komunikasi politik (Al-husainni & Fuady, 2016; Alwie, 2012; Diurna & No,

2014; Effendi, 2004; Iswan Heriadjie, 2013; Kamaruddin, 2009a, 2009b;
Muhammad, 2015; Nyarwi, 2012; Survei & April, 2014; Yodiansyah, 2017).
d) Komunikasi pemasaran politik (marketing politik) (Alwie, 2012; Birokrasi et

al., 2014; Dadan & Bandung, 2011; Gama & Widarwati, 2008; Ginting, 2013;
Heryanto, 2009; Imam Fauzi, Suharyono, & Kumadji, 2013; Ina & Boro,
2009; Inri Inggrit, 2009, 2014; Jati, 2014; Khalil et al., 2014; Lindawati, 2013;
Lisman Setiawan, 2016; Manuel, Tornero, & Varis, 2010; Mulyana, 2004;
Niken, 2015; Poerwadi, 2011; Rosidi, 2013; Saputra, Haryono, & Rozikin,
Mochammad, 2013; Siagian & Head, 2012; Siti, 2009; Sun, 2016; Survei &
April, 2014; Surya et al., 2016).
7

Sebuah rincian peristiwa pemilihan umum mengangkat fenomena latar belakang masalah
proses penyelenggaraan politik dalam sistem pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai
standar mutu elektabilitas komunikasi politik (communication political electability) pada
dinamika politik dalam pemilihan umum di Indonesia, proses seleksi, proses rekrutmen,
proses kandidat, proses pemilu, proses pemilih, & proses elektabilitas, elektabilitas
komunikasi politik, yaitu : definisi, sejarah, konsep, pengertian, ruang lingkup elektabilitas
komunikasi politik (communication political electability) pada dinamika politik dalam
pemilihan umum di Indonesia, antara lain: komunikasi interpersonal; komunikasi massa;
komunikasi politik; komunikasi pemasaran politik (marketing politik).
METODE LAPORAN
Elektabilitas (electability) adalah sebuah rincian peristiwa pemilihan umum mengangkat
fenomena latar belakang masalah proses penyelenggaraan politik dalam sistem pelaksanaan
politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik di mata masyarakat. Sistem
penyelenggaraan ini tentang peristiwa elektabilitas pengakuan masyarakat terhadap kandidat
politik bahkan partai politik yang diakui oleh massa pendukung.
Proses pengakuan (elektabilitas) itu perlu dalam proses penyelenggaraan Pemilu di Indonesia.
Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia dalam kehidupan demokrasi sangat penting.
Penyelenggaraan Pemilu tersebut merupakan tradisi turun – temurun dari sistem politik di
Indonesia. Sistem politik itu menunjukan makna demokrasi melalui proses penyelenggaraan
Pemilu di Indonesia. Mulai dari penyelenggaraan Pemilu; Pemilihan presiden (pilpres),
Pemilihan Legislatif (peleg) seperti; pemilihan umum peleg tingkat nasional, pemilihan
umum Dewan Perwakilan Daerah (DPD), serta pemilihan umum peleg tingkat daerah
kabupaten/kota, dan Pemilihan umum kepala daerah Kabupaten/Kota (pilkada). Proses
tahapan Pemilu tersebut telah kita lakukan di seluruh Indonesia. Tahap penyelenggaraan
Pemilu tersebut untuk mengisi sistem politik yang berlaku di Indonesia. Masyarakat pemilih
memilih pilihannya dengan berbagai kepentingan yang muncul dengan permasalahan
pemilihan umum itu, menurut (McQuail, 2013), dalam teori interaksionis sebagai paradigma
interaktif (alternative) kualitatif secara deskriptif mengenai fenomena komunikasi dalam
interaksi simbolik dalam komunikasi massa verbal maupun non verbal sebagai proses
intermediated.
ROAD MAP LAPORAN
Pola road map laporan pengabdian pada masyarakat memiliki tahap–tahapan peristiwa
pemilihan di masyarakat umumnya, dan khususnya pada KPUD Kota Pekanbaru sebagai
laporan pengabdian pada masyarakat berkisar pada:
a. Pola komunikasi elektabilitas sebuah rincian peristiwa pemilihan umum mengangkat
fenomena latar belakang masalah proses penyelenggaraan politik dalam sistem
pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik di mata
masyarakat. Sistem penyelenggaraan ini tentang peristiwa elektabilitas pengakuan
masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik yang diakui oleh massa
pendukung.
b. Kemampuan dan kemauan elektabilitas sistem penyelenggaraan ini tentang peristiwa
elektabilitas pengakuan masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik
yang diakui oleh massa pendukung.
c. Kemampuan lebih dominan elektabilitas sistem penyelenggaraan
d. Keahlian pada kompetensi elektabilitas proses sistem penyelenggaraan dilapangan
(observasi pengamatan mendalam) dan wawancara terhadap peristiwa politik
8

pemilihan umum di Indonesia dengan teknik studi literature (jurnal maupun buku –
buku, media cetak & video peristiwa) yang terkait dengan sumber (akses) masalah
yang akan dilaporkan.
Dalam pelaksanaan pengabdian pada masyarakat mulai tanggal 5 Oktober 2016 sampai
dengan 15 Februari 2017 berlokasi di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Pekanbaru.
Pandangan Peristiwa terhadap realitas pemilihan umum dengan teknik pengambilan data
dalam laporan ini pada tahap:
1. Input data, data diperoleh dengan mengakses berbagai sumber riset komunikasi
2. Proses data, pengambilan data dengan menggunakan teori komunikasi
3. Output data, dengan penguatan sumber level komunikasi Pembelajaran
4. Evalusasi data, prosedur penarikan data dengan pendekatan kualitatif secara deskriptif
dalam penulisan penelitian komunikasi dalam bidang manajemen sumber daya
manusia
Paradigma konstruksionis “alternative maupun perspektif komperative”, seolah–olah penulis
dapat menggunakan data laporan dengan menggunakan teknologi, teknik jurnalistik,
observasi, wawancara mendalam peristiwa dengan studi dokumentasi, dan studi literature
yang mudah di akses dalam sebuah perencanaan komunikasi (Yodiansyah, 2016).
Peristiwa pemilihan umum ini dikategorikan (klasifikasi) dengan memberikan
pengelompokan data penelitian dengan cara pengamatan ikutserta dalam membingkai
peristiwa (kontruksionis) dalam hal memperoleh data dalam laporan ini.
MATERI LAPORAN
Elektabilitas politik merupakan salah satu rangkaian peristiwa pemilihan umum mengangkat
fenomena yang beridentitas sosial, dalam proses penyelenggaraan politik atau sistem
pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik. Dalam
masyarakat tersebut tentang peristiwa elektabilitas sistem penyelenggaraan yang memberikan
pengakuan oleh masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik yang diakui oleh
massa pendukungnya (Andi Muhammad et al., 2014; Fadhil, 2013; Gama & Widarwati,
2008; Indra, 2015; Kurniawan, 2015; Niken, 2015; Razak, 2015; Salim & Perbawaningsih,
2014; Sobari, 2014).
Elektabilitas komunikasi massa tentang masalah proses penyelenggaraan politik dalam sistem
pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar mutu kandidat politik di mata
masyarakat dengan berbagai sumber dalam membicarakan mutu sistem politik itu
diselenggarakan dalam proses pelaksanaan dilapangan dengan bimbingan teknis (Chaudhary,
2016; Diurna & No, 2014; Dwita, 2016; Effendi, 2004; Elvinaro & Unpad, 2012; Erka, 2015;
Fadhil, 2013; Gama & Widarwati, 2008; Graber, 2012; Hamad, 2005; Heryanto, 2009; Hudi
et al., 2012; Iswan Heriadjie, 2013; Jati, 2014; Juri Ardiantoro et al., 2017a, 2017b; Jurnal
Komunikasi Massa; Ilmu, 2014; Koltay, 2011; Lindawati, 2013; Manuel et al., 2010;
Mulyana, 2004; Nila, 2011; Nyarwi, 2012; Pattah, 2014; Poerwadi, 2011; Potter &
Donnerstein, 2016; Rianto, 2016; Saefudin & Iskandar, 2017; Singh, 2016; Tyner, 2012;
Yodiansyah, 2016).
Elektabilitas media on line para kandidat politik dalam peristiwa politik berdasarkan
fenomena komunikasi massa dalam menggunakan publikasi di lapangan. Pembicaraan politik
dianggap suatu fenomena komunikasi dalam proses pembelajaran politik di Indonesia
(Birokrasi et al., 2014; Budhirianto & Komunikasi, 2014; Diurna & No, 2014; Dwita, 2016;
Erka, 2015; Ermanovida, Parwiyanti, Syarifudin, 2011; Fadhil, 2013; Gama & Widarwati,
9

2008; Holik, 2011; Ilyas, 2010; Jati, 2014; Juri Ardiantoro et al., 2017a; Jurnal Komunikasi
Massa; Ilmu, 2014; Koltay, 2011; Kriyantono, 2007; Markoni, 2012; Puspitasari, Hafiar,
Anwar, & Program Studi Humas Universitas Padjadjaran, 2014; Saefudin & Iskandar, 2017;
Sobari, 2014; Yodiansyah, 2016). Proses pembelajaran (edukasi) pendidikan politik pada
massa akan datang memberikan kuntribusi dalam penyelenggaraan pemilihan umum. Proses
pembelajaran itu perlu menggunakan teknologi yang tepatguna. Peranan teknologi di
bimbingan teknis memerlukan sumber daya manusia di lapangan. Dengan menggunakan
metode penelitian yang sangat tepat.
Elektabilitas media massa (Birokrasi et al., 2014; Budhirianto & Komunikasi, 2014;
Chaudhary, 2016; Diurna & No, 2014; Dwita, 2016; Effendi, 2004; Erka, 2015; Gama &
Widarwati, 2008; Graber, 2012; Inri Inggrit, 2009; Juri Ardiantoro et al., 2017a; Jurnal
Komunikasi Massa; Ilmu, 2014; Kamaruddin, 2009b; Nila, 2011; Potter & Donnerstein,
2016; Survei & April, 2014; Yodiansyah, 2017). Dalam pengembangan elektabilitas media
massa dalam mempengaruhi opini public, pencitraan politik, standar mutu kandidat dalam
rangkaian peristiwa politik di Indonesia.
Elektabilitas media elektronik sistem pelaksanaan politik (marceting politics) sebagai standar
mutu kandidat politik. Proses sistem politik itu dalam pelaksanaan dinamika politik memeliki
strategi komunikasi, karena proses pembelajaran politik masih kurang menjelaskan
bimbingan teknis dilapangan. Sehingga mengakibatkan pelaksanaan itu tidak dapat di
diselenggarakan sesuai dengan realitas politik. (Anna, 2015; Birokrasi et al., 2014;
Budhirianto & Komunikasi, 2014; Diana Wibawaningtyas, 2013; Diurna & No, 2014; Dwita,
2016; Effendi, 2004; Erka, 2015; Fadhil, 2013; Hudi et al., 2012; Inri Inggrit, 2009; Jusoff,
2009; Koltay, 2011; Kriyantono, 2007; Manuel et al., 2010; Markoni, 2012; Martens, 2010;
Rianto, 2016; Saefudin & Iskandar, 2017; Suryadi, 2013; Thorson & Wells, 2015; Tyner,
2012; Yodiansyah, 2016; Yodiansyah, Materi, & Ki, 2017). Dalam perencanaan komunikasi
dalam bidang politik dengan akses, perilaku politik, komunikasi persuasive, budaya politik,
kompetensi politik dalam dinamika politik, dan masyarakat umum dalam pemilihan umum.
Elektabilitas media cetak sistem penyelenggaraan ini tentang peristiwa elektabilitas
pengakuan masyarakat terhadap kandidat politik bahkan partai politik yang diakui bersama
oleh massa pendukung (Bambang, 2014; Birokrasi et al., 2014; Chaudhary, 2016; Druick,
2016; Effendi, 2004; Elvinaro & Unpad, 2012; Holik, 2011; Ilyas, 2010; Imam Fauzi et al.,
2013; Imran, 2010; Iswan Heriadjie, 2013; Juri Ardiantoro et al., 2017a; Kurniawan, 2015;
Paramita, Azeharie, Purnama, & Jp, 2015; Poerwadi, 2011; Saefudin & Iskandar, 2017;
Survei & April, 2014; Yodiansyah, 2016, 2017). Elektabilitas kandidat politik (paslon) “…
Political marketing is necessary both for politicians and political parties..”. “…Political
marketing is believed to be the methods and instruments that can help politicians and
political parties in order to create competitive advantage and win the competition…”.
Marketing politik dalam memberikan kepercayaan dengan metode dan instrument dalam
membantu pesta demokrasi berdasarkan siap menang atau siap kalah dalam kompetensi
penyelenggaraan politik yang demokrasi (Alwie, 2012). This study sampled at village of
Cintaraja and the village of Kulim in the city of Pekanbaru by respondents as many as 100
people. The data used are primary data obtained from a questionnaire with five- point Likert
scale to determine the perceptions of respondents on the variables observed. The findings
obtained are known effect of a political product, the price of politics, poltical campaigns and
political distribution in the urban and suburban groups. Political campaign and the
distribution of politics does not affect the vote decision of urban group. On the outskirts of
the distribution of political groups does not affect the decision to choose, there is a different
partially, but simultaneously, there is no difference in the decision to vote in urban with a
group of suburban (Alwie, 2012).
10

Actually there are some similarities in terms of selling politicians and to sell products. Most
political sell products in the shape of abstracs and intangible, related to the value (value
laden), the promise in the future, or something that satisfaction gained in the long term,
vague, and uncertain. The purpose of this study was to find out level of perceptions of urban
and suburban groups on the political product, the price of politics, political campaigns, and
political distribution of the decisions to vote at the urban and suburban groups, as well as
examine the differences between urban groups with a group of suburban (Bambang, 2014).
Political advertising is self promoting activities with a good image in front of the community
with the political elements for the achievement of specific objectives. Leadership styles are
patterns that vary from the desired behavior and leadership during the process of directing
influence towards common goals. (Fadhil, 2013). The sampling technique has been used in
this research is multi stage cluster sampling. In this research, campaign is directly the
important media for influencing people. Farther, it is necessarily for the candidate to be
recognized by citizen their real figure. By the existing support given to district, the society
would be tend to behave responsively on the candidate (Gama & Widarwati, 2008). Sistem
politik yang semakin demokratis di Indonesia yang ditandai dengan pelaksanaan pemilu
legislative, pemilihan presiden dan pemilukada secara langsung dengan melibatkan seluruh
rakyat, telah menyebabkan popularitas seseorang atau partai politik menjadi hal yang mutlak
dalam setiap kontestasi. Membangun citra positif seorang calon legislative, calon presiden,
calon gubernur, bupati dan walikota memerlukan strategi komunikasi politik yang tepat.
Salah satu konsep dan praktek komunikasi politik yang akhir- akhir ini berkembang dalam
usaha membangun citra positif menghadapi kontestasi politik adalah Public Relations Politik.
Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa citra positif dapat dibangun dengan komunikasi
timbal balik (two ways traffic communication). Karenanya dimensi hubungan atau konteks
(context) komunikasi adalah proses pembingkaian pesan dalam transmisi komunikasi dalam
praktek kampanye dan iklan politik yang proses komunikasinya berjalan satu arah (Ilyas,
2010). Hasil penelitian ini adalah: 1) Brand Personality berpengaruh signifikan terhadap
Brand Equity. 2) Sales Promotion berpengaruh tidak signifikan terhadap Brand Equity. 3)
Brand Personality berpengaruh signifikan terhadap keputusan memilih. 4) Sales Promotion
berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan memilih. 5) Brand Equity berpengaruh
signifikan terhadap keputusan memilih (Imam Fauzi et al., 2013). Konsep elektabilitas, dari
kedua faktor tersebut yang paling dominan adalah modal politik. Reputasi yang telah dimiliki
punya kapasitas, popularitas, prestasi, karakter tersendiri, dan telah menjelma menjadi sosok
yang tidak hanya diperhitungkan pentas nasional (Indra, 2015).
Media massa mempunyai kapabilitas mengangkat seseorang menjadi figur yang pantas
dipilih, populer, mengangkat persepsi dan citra, serta menjadikan seseorang tersebut sebagai
kandidat yang pantas dipuji. Disamping itu media juga mampu melakukan hal yang
sebaliknya. Dengan mempertimbangkan hal diatas, maka tidak heran jika menjelang Pilkada,
kandidat yang berkepentingan tidak segan – segan untuk menghabiskan biaya puluhan juta
rupiah dalam rangka melakukan pencitraan lewat media massa. Analisis Framing memiliki
kemampuan untuk menjelaskan persoalan yang sama menjadi tampak berbeda ketika di
konstruksi media. Sebuah peristiwa dapat digambarkan dengan berbagai cara oleh media,
sehingga dapat meninggalkan kesan beraneka ragam bagi khalayak. Dalam ranah politik,
khususnya masa kampanye pemilihan kepala daerah, masyarakat tentu akan sering
memperbincangkan, memikirkan, dan pada tingkat tertentu akan berpengaruh kepada pilihan
politik yang diambil berdasarkan berita maupun informasi yang ditayangkan media. Dengan
demikian, penelitian ini bertujuan memberikan gambaran bagaimana media memberitakan
komunikasi politik antara pasangan calon walikota selama masa kampanye Pilkada. Dalam
tataran praksis nantinya akan terlihat bagaimana media mencitrakan hubungan dan
11

komunikasi politik antara masing – masing pasangan walikota dan wakil walikota sebagai
media referensi masyarakat. Dengan mengembangkan jurnalisme advokasi yang berarti
jurnalisme yang punya keberpihakan kesemua pihak di seluruh lapisan masyarakat. Hal ini
diaplikasikan dalam bentuk menjaga keberimbangan pemberitaan dalam masa kampanye
Pilkada (Iswan Heriadjie, 2013).
Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13/2012, No. 11/2012, No. 01/ 2012,
Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu (Juri Ardiantoro et al., 2017a). Rekapitulasi hasil
penghitungan suara tingkat kecamatan merupakan rangkaian tahapan yang tidak kalah
pentingnya dalam Penyelenggaran Pilkada. Rekapitulasi yang dilaksanakan di tingkat
kecamatan dilakukan dengan 2 (dua) tahap yakni: 1. Rekapitulasi hasil penghitungan suara
dalam satu wilayah desa; 2. Rekapitulasi hasil penghitungan suara dalam satu wilayah
kecamatan; Tahapan rekapitulasi sampai dengan penetapan calon terpilih merupakan puncak
pelaksanaan Pilkada. Hasil rekapitulasi yang dilaksanakan secara berjenjang menjadi
dokumen bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil Pilkada untuk mengajukan sengketa
di Mahkamah Konstitusi. Dalam tahapan ini peran PPK menjadi sangat penting karena
menjadi tangan pertama yang mengkompulir hasil penghitungan suara dari masing-masing
TPS (Juri Ardiantoro et al., 2017b). “…Kemampuan berpikir manusia melahirkan Ilmu
Pengetahuan, Kebudayaan dan Peradaban. Moralitaspun lahir atas dasar berpikir, karena
manusia dilahirkan tidak sertamerta membawa moralitas. Ketika manusia berhenti berpikir
maka identitas, eksistensinya akan hilang sebagai manusia, bangsa dan negara yang
berperadaban. Akal pikiran menjadikan manusia mampu mengkonstruksi realitas Sebagai
bentuk kebudayaan dan peradabannya dan alamsemesta, yang mampu menciptakan hidup
melampaui sebagian pemahaman yang ada…” (Kamaruddin, 2015).
Dengan pendekatan penelitian menggunakan kualitatif dengan metode analisis deskriptif
dengan jenis studi kasus. Subjek pada penelitian ini adalah fokus besar dalam penelitian.
Kemudian objek pada penelitian ini adalah fenomena atau persoalan yang ada di dalam fokus,
yaitu retotika politik. Pesta demokrasi pada Pemilukada memberikan rasa bangga khususnya
masyarakat mampu melaksanakan proses demokrasi secara baik dan beradab, pantas menjadi
contoh yang baik dalam pelaksanaan demokrasi di dunia (Rosidi, 2013).
“…The purpose of this research is to analyze the structural determinism variable to
determine the indicator of the election of the regent candidates, to analayze the behaviorism
variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, to analyze the
utility variable to determine the indicator of the election of the regent candidates, and to
analyze the psychology variable to determine the indicator of the election of the regent
candidates…”(Saefudin & Iskandar, 2017).
Marketing Politik Pasangan Kepala Daerah dalam Pemilukada dalam peran dari marketing
politik membuat para kandidat di seluruh pemilihan Kepala Daerah berlomba – lomba dalam
mengkreasikan ilmu marketing politik sebagai kunci sukses dalam pemenanganya. Bahwa
“… marketing politik yang telah dilakukannya dalam pemenangan pasangan Abah Anton dan
Sutiaji, yaitu pembentukan figure dan program-program kampanye yang kompleks mecaukup
dari penentuan produk politik, promotion, place, price dan segmentasi pemilih. Tidak terlepas
dari adanya faktor pendukung dan penghambat di dalam penyelenggaraan Politik (Saputra et
al., 2013). Tujuan diselenggarakan Seminar Besar Nasional Komunikasi adalah 1) membahas,
menguji serta memaparkan berbagai permasalahan komunikasi nasional Indonesia yang
berhubungan dengan Pemilihan Umum mengemukakan segi-segi yang perlu diperhatikan
serta diperbaiki, agar Pemilu dapat terlaksana sebaik-baiknya demi kepentingan Bangsa. Ini
adalah kesempatan yang luar biasa dan langka untuk meningkatkan dan menguji kemampuan,
serta memperdalam ilmu pengetahuan komunikasi yang membumi dalam konteks Indonesia.
12

Seminar yang diselenggarakan oleh Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) dirancang
khusus guna mewadahi keperluan tersebut (Seminar & Nasional, 2014).
“… Feedback is substantial in communication process. Consequently, due to absence of twoway communication in classroom, teaching and learning are not productive and prolific in
most of Indian institutions. Secondly, talk or interaction is a significant medium of students’
assessment and by listening to what they have to say teachers support their learning. Several
studies conclude that classroom discussions are often dominated by a small number of
students while others remain silent and quiet. The study was precisely conducted to find out
the factors or barriers contributing to students’ reluctance to communicate in the classrooms.
The case study method was employed and total 35-student was interviewed. The study
concludes that dialogue or communication between teachers and students is a vital part of
the education process and those students who do not speak in the classrooms are
disadvantaged. The study found that psychological, emotional, practical, social attitude and
previous school education barriers was the salient that responsible to students
communication behavior in the classrooms. These barriers must be removed to ensure the
participation of quiet students to make active role in education…” (Singh 2016 dan Survei &
April 2014). Konsep pemasaran salah satunya branding bukan hanya pada usaha
memasarakan produk. Tetapi konsep branding juga dianut oleh setiap calon kepala daerah
dalam memperebutkan posisi sebagai kepala derah. Trand kampanye mulai bergeser dari
pengerahan massa kepada kegiatan kampanye yang lebih mengutamakan pendekatan secara
personal. Tulisan berikut adalah sebuah gagasan yang mengkaitkan personal branding dengan
usaha calon kepala daerah dalam pemilihan kepala daerah. Hasil kajian diharapkan dapat
memberi sebah gambaran dan menjadi sebuah pengetahuan baru baik bagi akademisi,
politikus maupun praktisi terkait usahanya dalam memenangkan pemilihan kepala daerah
(Surya et al., 2016).
“…the discussion about concept of celebrity politics is a new study in the social sciences and
political landscape in the new Indonesian electoral democracy post-1999. Phenomenon of
celebrity into the realm of practical politics itself actually comes as a vote getter nature every
political campaign. The existence of massive publicity in the media as well as a performance
appears to attract public sympathy. However, the pattern of these celebrities also performed
by politicians to show any aspect of their daily life to become material for public
consumption. The implication is that creating any sympathy and empathy from the public to
candidate or party. Political journalism plays a major role in creating both the presence of
the news by creating better and vice versa, creating a presence of construction to candidates
or parties. This paper will elaborate more on this celebrity political perspective…” (Jati,
2014).
Peraturan Bersama KPU, Bawaslu, dan DKPP, No. 13/2012, No. 11/2012, No. 01/ 2012,
Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilu (Juri Ardiantoro et al., 2017a). Rekapitulasi yang
dilaksanakan di tingkat kecamatan dilakukan dengan 2 (dua) tahap yakni: 1. Rekapitulasi
hasil penghitungan suara dalam satu wilayah desa; 2. Rekapitulasi hasil penghitungan suara
dalam satu wilayah kecamatan; Tahapan rekapitulasi sampai dengan penetapan calon terpilih
merupakan puncak pelaksanaan Pilkada. Hasil rekapitulasi yang dilaksanakan secara
berjenjang menjadi dokumen bagi pihak-pihak yang tidak puas dengan hasil Pilkada untuk
mengajukan sengketa di Mahkamah Konstitusi. Dalam tahapan ini peran PPK menjadi sangat
penting karena menjadi tangan pertama yang mengkompulir hasil penghitungan suara dari
masing-masing TPS (Juri Ardiantoro et al., 2017b).
“… This essay deals with community media in relation to media literacy. Regarding the last
point the author remarks that media community may have a dual-roles i.e facilitating
13

community’s member in media participation and facilitating community’s member in media
education…” (Pawito, 2007). Media literacy is a term that meansmany different things to
different people— scholars, educators, citizen activists, and the general public. “…This
article re- views the variety of definitions and presents a synthesis of commonalities that most
definitions of media literacy share. The review presents an overview of how media literacy
has been treated as an issue in curriculum design within the institution of education, and then
how it has been treated as an intervention by parents and researchers…” (Potter &
Donnerstein, 2016). Sudiman dan Zoest, (1992), Pada dekade akhir-akhir ini terlihat ada
kecenderungan untuk melihat permasalahan komunikasi massa dalam perspektif semiotika.
Sementara itu, metode semiotika itu sendiri ternyata bermanfaat sekali untuk menjelaskan
sejumlah fenomena komunikasi massa (Purwasito, 2007). Perencanaan komunikasi
(communication strategis) adalah nilai interaksi (reaload level) untuk mengakses,
interpretasi, perilaku, budaya, orang lain, seperti (motive role) dampak (effect publics)
dibentuk konteks masyarakat tentang kepercayaan diri (self –confidence) berinti dari
kebutuhan manusia (plan in the action) adalah secara sehat dan teratur, misalnya; (socio –
control), (socio – cultural), (self –control), dan (self –community) yang tidak berlebihan
bahwa serangkaian komunikasi massa (mass communication) yang mengisi tingkat (reaload
level). Selebihnya data penelitian yang ada yang menunjukkan ketidakpahaman pengetahuan
masyarakat (society) terhadap teori-teori paradigma (paradigm theories), dengan maksud dan
tujuan dalam kehidupan bangsa dan bernegara (ideologi pancasila dan demokrasi) untuk
menilai ditambahkan persyaratan nilai (needs value). Literasi media adalah kemampuan
untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan pesan – pesan dalam
berbagai bentuk literasi secara luas. Literasi media merupakan kemampuan untuk
menciptakan makna pribadi dari simbol – simbol verbal dan visual yang kita dapat setiap hari
dari televisi, iklan, film, dan media digital. Literasi media lebih dari sekedar mengajak
khalayak untuk mendekode informasi melainkan mengajak khalayak untuk menjadi pemikir
kritis (Yodiansyah, 2016).
Dalam pemilihan umum wilayah geopolitik Indonesia dan garis bujur berada diantara 6o LU
– 11o LS dan 95o BT – 141o BT. Pulau yang paling utara adalah Pulau Weh yang dilalui 6o
LU, pulau paling selatan yaitu Pulau Roti, yang dilalui oleh garis lintang 11o LS. Selain
dilalui oleh garis lintang 6o LU Pulau Weh juga dilalui oleh garis bujur 95o BT. Adapun garis
bujur 141o BT melalui batas Irian Jaya dengan Negara Papua (Yodiansyah, Regional, &
Indonesia, 2017). Sudah memahami tentunya mengenai konsep geopolitik dan pewilayahan
di permukaan bumi. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik yang berbeda
dengan wilayah lainnya. Suatu wilayah dengan karakteristiknya berarti memiliki kekuatan
sebagai potensi yang dapat dikembangkan untuk mendukung kehidupan manusia yang
terdapat di dalamnya. Pada BBM ini, Anda akan mempelajari regional Indonesia. Pokok
bahasan ini sangat penting dipahami oleh Anda sebagai calon guru profesional khususnya
dalam mempelajari ilmu geografis. Diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
Pertama. Mengidentifikasi kondisi fisik Indonesia. Kedua, Mengidentifikasi kondisi
penduduk Indonesia (Yodiansyah & Susilawati, 2017).
The existence of the local media as a subsystem of local politics requires strong
professionalism and idealism bases. Without professionalism, it was not easy for mass media
to maintain their trust from society. As a business institution, the local media should elevate
the quality of its management to support who