Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan

BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang Masalah
Kesehatan dan penampilan merupakan aspek yang sering dikaitkan
dengan berat badan seseorang. Badan yang sehat dengan penampilan
yang menarik akan menjadikan seseorang menjadi lebih yakin bila
berhadapan dengan orang lain. Menurut undang-undang pokok kesehatan
nomor 9 tahun 1960, dalam pasal 2 dikatakan bahwa yang dimaksud
kesehatan adalah yang meliputi kesehatan badan, rohani (mental), dan
sosial dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan
kelemahan. Masyarakat tentu saja harus mulai peduli dengan kesehatan
pada dirinya sendiri seperti sebuah kutipan yang berbunyi "mencegah lebih
baik daripada mengobati". Kutipan ini sejalan dengan keharusan kita untuk
memahami bahwa kesehatan merupakan salah satu hal yang paling
berharga bagi manusia. Di era globalisasi ini masalah-masalah umum yang
dihadapi dengan adanya tuntutan yang cepat dan akurat pada segala
bidang adalah kesehatan terutama pada fisik dan mental.
Kesehatan fisik adalah sebuah keadaan tubuh yang baik artinya
bebas dari sakit pada seluruh badan dan bagian-bagiannya serta dapat
berfungsi secara normal. Kesehatan fisik terwujud apabila seseorang tidak
merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan. Sedangkan kesehatan

mental adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak mengalami perasaan bersalah
terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri
serta dapat menerima kekurangannya, kemampuan menghadapi masalah-masalah
dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya serta memiliki
kebahagiaan dalam hidupnya (Pieper dan Uden, 2006). Kesehatan mental memiliki
peranan yang cukup besar pada keadaan tubuh kita. Setiap orang yang mentalnya

sehat cenderung meiliki badan yang sehat, jadi setiap orang hendaknya berusaha
semaksimal mungkin agar mentalnya selalu sehat. Banyak orang yang
mengabaikan kesehatan mentalnya sehingga sering terjadi stres. Stres merupakan
sebuah topik yang sangat populer dalam percakapan sehari-hari. Stres merupakan
salah satu dampak dari perubahan sosial dan akibat dari suatu proses modernisasi
yang biasanya diikuti oleh perubahan tatanan hidup serta kompetisi antar individu
yang semakin berat. Gejala stres yang sering terjadi seperti reaksi mudah
tersinggung, gangguan tidur, kecemasan, mudah marah, dan psychosomatis.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa 3 per mil dari
sekitar 32 juta penduduk di Jawa Tengah menderita kegilaan dan 19 per mil
lainnya menderita stres. Jumlah tersebut jika dipersentasekan, maka
jumlahnya mencapai sekitar 2,2 persen dari total penduduk Jawa Tengah .
Stres adalah suatu kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya

tuntutan dalam diri dan lingkungan (Rathus dan Nevid, 2006). Pernyataan
tersebut berarti bahwa seseorang dapat dikatakan mengalami stres, ketika
seseorang mengalami suatu kondisi dengan adanya tekanan dalam diri
akibat tuntutan-tuntutan yang berasal dari dalam diri dan lingkungan. Stres
muncul akibat adanya kesenjangan antara tuntutan yang dihasilkan
transaksi antara individu dan lingkungan dengan sumber daya biologis,
psikologis, atau sistem sosial yang dimiliki individu tersebut yang akan
mempengaruhi kognisi, emosi dan perilaku sosialnya (Sarafino,2006).
Stres tidak selalu berdampak negatif pada diri individu, tetapi stres dapat
berdampak positif. Stres yang berdampak negatif disebut dengan distress
dan stres yang berdampak positif disebut eustress.
Stimulus atau peristiwa yang menimbulkan respon stres pada organisme
disebut stressor, sebuah ancaman atau kejadian tertentu dapat menjadi
sebuah stressor. Setiap individu memiliki dampak stres yang berbeda-beda
hal ini dikarenakan setiap individu memiliki karakter yang berbeda.

Perbedaan karakteristik tersebut akan menentukan respon individu
terhadap stimulus yang menjadi sumber stres, sehingga respon setiap
individu akan berbeda-beda walaupun stimulus yang menjadi sumber
stresnya sama. Stres dapat dibedakan menurut tingkatannya, tingkat stres yang

dialami setiap individu berbeda-beda. Tingkat stres sangat ringan, terjadi apabila
tidak terdapat gejala berat yang dialami. Seseorang yang mengalami stres tingkat
ringan masih dapat melakukan pekerjaan dan kegiatannya sehari-hari. Sedangkan
tingkat stres yang sangat tinggi terjadi jika semua gejala-gejala stres yang dialami
berintensitas berat. Pada individu yang mengalami tingkat stres yang berat ini akan
mengalami perubahan pola hidup (Dewi, Lilik, dan Karyanta, 2013).
Menjaga kesehatan bukan sebuah hal yang mudah apalagi dengan
keadaan lingkungan sekitar kita yang semakin buruk selain itu pola hidup
dan makan yang jarang diperhatikan oleh masyarakat dapat memunculkan
masalah baru bagi kesehatan. Masalah gizi merupakan masalah yang ada
di tiap-tiap negara, baik negara miskin, negara berkembang maupun
negara

maju.

Indonesia

termasuk

kedalam


negara

yang

sedang

berkembang, salah satu masalah gizi yang terjadi adalah obesitas.
Menurut WHO obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebih ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Terjadinya obesitas lebih
ditentukan oleh terlalu banyaknya makan dan kurangnya aktivitas fisik
(Misnadierly, 2007). Menurut laporan WHO sebanyak 1,6 miliyar orang
dewasa didunia memiliki berat badan lebih (overweight) dan 400 juta
diantaranya mengalami obesitas.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2010,
angka kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas pada penduduk usia dewasa
di atas usia 18 tahun tercatat sebanyak 21,7%. Prevalensi obesitas lebih tinggi di
daerah perkotaan dibanding daerah pedesaan, dan juga lebih tinggi pada kelompok
yang berpendidikan lebih tinggi dan bekerja sebagai PNS/TNI/Polri/Pegawai.


Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi
(26,9%) dibanding laki-laki (16,3%). Menurut Harahap (2009) semakin tinggi
tingkat pengeluaran rumahtangga per kapita cenderung semakin tinggi prevalensi
obesitas. Penyebab terjadinya kelebihan berat badan dan obesitas
berkaitandengan berbagai faktor, baik faktor risiko yang tidak dapat diubah
meliputi: genetik, etnik/ budaya, jenis kelamin dan umur, serta faktor yang
dapat diubah adalah konsumsi makanan, gaya hidup, stres dan aktivitas
fisik
Penelitian yang dilakuakan oleh Dyah kurnia Fitri di SMA Negeri 1 Klaten,
Wonosari pada tahun 2012 tentang perbedaan stres antara remaja putra dan putri
menunjukan remaja putri yang mengalami obesitas lebih mudah mengalami stres
daripada remaja putra. Remaja putri yang obesitas lebih merasa tidak mampu
mengatasi masalah, merasa dirinya terabaikan oleh orang lain, lebih cemas atau
tertekan, sering merasa bosan, dan mengubah pola minum, merokok, dan makan.
Hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti pada subjek wanita yang
mengalami obesitas mereka mengatakan kurang percaya diri, terkadang cemas
dengan penampilan berusaha untuk diet beberapa kali namun gagal karena tidak
ada ada yang mendukung atau menyemangati untuk melakukan diet. Sedangkan
pada beberapa laki-laki yang peneliti wawancara mereka rata-rata mengatakan
tidak terlalu terganggu dengan keadaan fisik mereka namun ada yang mengatakan

cukup terganggu dengan kelebihan berat badan karena menghambat gerakan saat
beraktivitas. Stres memiliki dampak pada kesehatan melalui dua cara.
Pertama, perubahan yang diakibatkan oleh stres secara langsung
mempengaruhi fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan.
Kedua, secara tidak langsung stres mempengaruhi perilaku individu baik
perilaku sosialnya maupun perilaku mengenai kesehatannya sehinggga
menyebabkan timbulnya penyakit atau memperburuk kondisi yang sudah
ada (Safarino, 2006).

Dalam

menghadapi

situasi

yang

penuh

tekanan


individu

membutuhkan dukungan sosial. Friedman dalam Murniasih (2007)
menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Dukungan sosial
memberikan efek yang luar biasa pada emosional seseorang. Keluarga
adalah lingkungan sosial terdekat bagi seseorang maka sering kali
seseorang

mendapatkan

dukungan

yang

berasal

dari


kelurganya.

Dukungan keluarga atau dukungan keluarga menurut Friedman (2010)
adalah sebuah sikap dan tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya,

berupa

dukungan

informasional,

dukungan

penilaian,

dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan
dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan.
Dampak dari tidak adanya dukungan keluarga yaitu kemungkinan
seseorang tidak dapat menekan munculnya suatu stressor karena tidak
ada informasi yang dapat memberikan sugesti yang khusus pada individu.
Tumbuh kembang pada manusia memiliki beberapa aspek yaitu fisik,
psikis, sosial dan spiritual. Keberhasilan dalam kehidupan individu dapat
ditentukan oleh lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga yang kondusif
menentukan

optimalisasi

perkembangan

pribadi,

penyesuaian

diri,

kemampuan bersosialisasi, kecerdasan, dan moral serta peningkatan

kapasitas diri menuju menuju batas-batas kebaikan dan kesempurnaan
dalam

ukuran

kemanusiaan.

Sehingga

diharapkan

keluarga

akan

mengambil peranan untuk dapat membantu seseorang dalam menghadapi
berbagai permasalahan bahkan dapat membantu dalam mengurangi stres.
Pentingnya penelitian ini adalah kita dapat mengetahui bahwa

dukungan keluarga akan memberikan pengaruh terhadap stres pada

penderita obesitas. Berdasarkan uraian analisis diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah ada hubungan antara
dukungan keluarga dengan stres pada penderita obesitas?"
B. Keaslian Penelitian
Berikut ini beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini:
1. Dyah Kurnia Fitri, (2012) melakukan penelitian dengan judul " Perbedaan
Kejadian Stres Antara Remaja Putra dan Putri dengan Obesitas di
SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten ". Subjek pada penelitian ini adalah
remaja

dengan

tingkat

pendidikan

SMA.

Jenis

penelitian

ini

merupakan survei analitik menggunakan rancangan cross sectional.
Hasil penelitian menyebutkan ada perbedaan yang signifikan kejadian
stres antara remaja putra dan putri obesitas di SMA negeri 1 Wonosari,
Klaten.
2. Kiki Korneliani dan Dida Meida, (2012) melakuka penelitian dengan judul
" Hubungan Obesitas dan Stres Dengan Kejadian Hipertensi Guru SD
Wanita ". Subjek pada penelitian ini adalah wanita yang berprofesi
sebagai guru SD dengan usia 40-55 tahun. Metode penelitian ini
menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara obesitas dan
stres dengan kejadian hipertensi pada Guru SD wanita di Tasikmalaya,
Jawa Barat.
3. Daubenmier et al.,(2011) melakukan penelitian dengan judul
“Mindfulness Intervention for Stress Eating to Reduce Cortisol and
Abdominal Fat among Overweight and Obese Women: An Exploratory
Randomized Controlled Study”, desain experimental yang dilakukan
pada wanita dewasa yang stres dan ingin mengontrol efek stres pada

perilaku makan mereka, sampel adalah wanita umur 25-40 tahun.
Hasil

penelitian

menunjukkan

perbaikan

kesadaran

terhadap

makanan, perbaikan stres kronis dan perbaikan cortisol awakening
respose (CAR). Perbedaan dengan penelitian ini adalah cara
pengambilan sampel, kriteria sampel, tempat penelitian, desain
penelitian, variabel pola konsumsi dan aktivitas fisik.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
dukungan keluarga dengan stres pada penderita obesitas.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi ilmiah
pada bidang psikologi secara umum dan psikologi klinis secara khusus
2. Manfaat Praktis
Sebagai sumber informasi ilmiah tentang hubungan antara
dukungan keluarga dengan stres pada penderita obesitas.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, S. P., Lilik, S., & Karyanta, N. A. (2013). Perbedaan Perilaku Merokok
Ditinjau dari Tingkat Stres pada Wanita Dewasa Awal di Yogyakarta.
Jurnal Ilmiah Psikologi Candrajiwa Volume 2 No. 2 , 30-43.
Harahap, Sofyan Safri. 2002. Teori Akuntansi Laporan Keuangan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Friedman, Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori
dan Praktek. Jakarta : EGC
Misnadiarly. 2007. Obesitas sebagai Faktor Resiko beberapa Penyakit.
Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Murniasih, Erni & Rahmawati, Andhika. Hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia
prasekolah di bangsal l rsup dr. soeradji tirtonegoro klaten tahun 2007,
Jurnal Kesehatan Surya Medika : Yogyakarta.
Pieper, J & Uden, M.V. (2006). Religion in Coping and Mental Health Care.
New York: Yord Universuty Press, Inc.
Nevid, J.S., Rathus, S.A. & Greene, B. (2006). Psikologi Abnormal, Edisi
kelima, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology : Biopsychosocial Interactions. Fifth
Edition.USA : John Wiley & Sons.

TEKNIK PENULISAN SKRIPSI
"HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN STRES PADA
PENDERITA OBESITAS"

Disusun :
Raidah Hanifah
1300013255

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA 2016