HASIL IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PERMUKI. docx

TUGAS II PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN (RP09-1304)

LAPORAN HASIL IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK
PERMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN
WONOKROMO
KOTA SURABAYA

disusun oleh:
Anoraga Jatayu

3613100006

Mega Suryaningsih

3613100010

Auliyaa Syara Diinillah

3613100012

Joshua Argentino


3613100027

Endy Hernowo

3613100029

Pisces Eria

3613100038

Lidya Yohana

3613100047

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2014


ABSTRAK
Menjamurnya permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan
serius yang masih melanda di berbagai ibu kota di Indonesia, seperti halnya di
Surabaya. Surabaya yang merupakan ibu kota Jawa Timur ini, ternyata juga
masih memiliki masalah permukiman kumuh. Salah satunya permukiman yang
terdapat di daerah Kelurahan Ngagel, Kecamatan Wonokromo Surabaya.
Permukiman tersebut berdiri tepat bersebelahan dengan rel kereta api dekat
Stasiun Wonokromo. Lebih tepatnya di sepanjang Jl. Mustika Baru serta di Jl.
Lumumba Dalam.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
tentang permukiman kumuh yang terdapat di kota Surabaya, seperti dari segi
karakteristik kawasan yang meliputi kondisi bangunan, kepadatan bangunan,
kepadatan penduduk, serta penyediaan sarana dan prasarana. Sehingga
nantinya, didapatkan upaya apa yang dapat dilakukan guna mengatasi
permasalahan permukiman kumuh. Metode pengumpulan datanya meliputi
pengamatan langsung dan wawancara dengan masyarakat sekitar mengenai
kondisi fisik hunian dan lingkungan permukiman serta data sekunder yang
didapat dari BPS dan data monografi Kelurahan Ngagel tahun 2013. Hasil
penelitian kami menunjukkan bahwa rumah-rumah yang terbangun disana
memiliki jarak yang sangat dekat dengan rel kereta api, mungkin hanya sekitar

1-2 meter. Padahal seharusnya, jarak rumah dengan rel kereta api adalah
sebesar 3 meter. Selain itu, permukiman tersebut juga memiliki kondisi
bangunan yang beragam. Sebagian wilayah bersifat permanen, sedangkan
yang lain masih bersifat semi-permanen dan bahkan tidak layak huni. Dari segi
kepadatan bangunannya, bangunan rumah antara satu warga dengan warga
lainnya hampir tidak mempunyai jarak. Untuk penyediaan jaringan listrik
sudah tersebar merata. Namun, untuk jaringan air bersih dan sanitasi belum
tersebar dengan baik. Untuk jaringan air bersih, warga sudah menggunakan
air PDAM namun kualitas airnya kurang baik sehingga masih ada warga yang
menggunakan sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sedangkan untuk
sanitasi, belum semuanya memiliki toilet atau WC sehingga masih disediakan
WC umum di sana. Untuk penyediaan sarana pendidikan, di daerah ini
terdapat pendidikan formal maupun informal. Sedangkan sarana kesehatan,
masyarakat sekitar hanya mengandalkan Puskesmas yang betempat di dekat
Kantor Kelurahan Ngagel. Dari segi sosial, dimasing-masing RT warga telah
memiliki Balai RT. Dan yang terakhir dari segi ekonomi, sebagian besar
masyarakat sekitar bermata pencaharian sebagai buruh.
Kata Kunci : kumuh, permukiman, rumah

v


Daftar Isi

ABSTRAK............................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................ iii
Daftar Tabel....................................................................................................... iv
Daftar Gambar................................................................................................... iv
Kata Pengantar................................................................................................... v
BAB I................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1

Latar Belakang....................................................................................... 1

1.2

Tujuan Penulisan.................................................................................... 1

1.3


Manfaat Penulisan.................................................................................2

1.4

Sistematika Penulisan............................................................................2

BAB II.................................................................................................................. 3
TINJAUAN LITERATUR, PERATURAN, DAN KEBIJAKAN...........................................3
2.1

Tinjauan Literatur.................................................................................. 3

2.2

Peraturan yang Terkait dengan Perumahan dan Permukiman...............6

BAB III................................................................................................................. 8
PEMBAHASAN..................................................................................................... 8
3.1


Karakteristik Kawasan...........................................................................8

3.1.1

Kondisi Bangunan............................................................................9

3.1.2

Kepadatan Bangunan......................................................................9

3.1.3

Kepadatan Penduduk.....................................................................10

3.1.4

Penyediaan Prasarana...................................................................11

3.1.5


Penyediaan Sarana........................................................................12

3.2

Perbaikan lingkungan yang pernah dilakukan......................................12

3.3

Upaya untuk Mengatasi Permasalahan................................................13

BAB IV.............................................................................................................. 16
PENUTUP.......................................................................................................... 16

v

Daftar Tabel
Tabel 2.1 Standar Nasional Indonesia tentang Permukiman...............................5
Tabel 3.1 Batas Wilayah Kelurahan Ngagel........................................................8
Tabel 3.2 Jumlah penduduk Kelurahan Ngagel Tahun 2009-2013.....................10
Tabel 3.3 Jumlah penduduk Kelurahan Ngagel berdasarkan Usia Tahun 20092013................................................................................................................. 10


Daftar Gambar
Gambar 3.1 Peta Kelurahan Ngagel...................................................................8
Gambar 3.2 Kondisi Bangunan di Kelurahan Ngagel..........................................9
Gambar 3.3 Kepadatan Bangunan di Kelurahan Ngagel.....................................9
Gambar 3.4 Penggunaan air sumur oleh beberapa warga di Kelurahan Ngagel
......................................................................................................................... 11
Gambar 3.5 Jaringan Listrik di Kelurahan Ngagel.............................................11
Gambar 3.6 Keadaan prasarana sanitasi di Kelurahan Ngagel.........................11
Gambar 3.7 Perbaikan lingkungan yang pernah dilakukan berupa pemavingan
jalan................................................................................................................. 12
Gambar 3.8 Desain Solusi Permukiman di Kelurahan Ngagel...........................13
Gambar 3.9 Desain Peremajaan Rumah di Kelurahan Ngagel..........................14
Gambar 3.10 Desain Pembuatan Sistem Drainase di Kelurahan Ngagel..........14
Gambar 3.11 Desain Perencanaan Pembangunan Rumah Vertikal di Kelurahan
Ngagel.............................................................................................................. 15

v

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena tak lepas dari rahmat
dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Laporan
Hasil Identifikasi Karakteristik Permukiman Kumuh di Kelurahan
Ngagel, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya. Laporan ini disusun
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Perumahan dan Permukiman.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tersusun dengan peran serta dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rulli Pratiwi Setiawan ST., M.Sc. sebagai dosen mata kuliah
Perumahan dan Permukiman, arahan dan bimbingan beliau sangat
membantu dalam penyusunan laporan ini.
2. Dr.Ir. Rima Dewi. MIP sebagai dosen mata kuliah Perumahan dan
Permukiman, arahan dan bimbingan beliau sangat membantu dalam
penyusunan laporan ini.
3. Dian Rahmawati.ST..MT. sebagai dosen mata kuliah Perumahan dan
Permukiman, arahan dan bimbingan beliau sangat membantu dalam
penyusunan laporan ini.
4. Kedua orang tua dan keluarga yang telah mendukung selama masa
studi di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
5. Rekan-rekan di Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota yang selalu

memberikan dorongan dan motivasi selama proses penyusunan
makalah ini.
Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan
laporan ini. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam makalah ini. Untuk itu, kritik dan saran pembaca yang bersifat
membangun sangat kami harapkan, agar di kemudian hari kami tidak
melakukan kesalahan yang sama. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 8 Juni 2014

Penulis

v

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang


Suatu kota dapat terbentuk dari adanya konsentrasi penduduk yang
mungkin awalnya hanya terdiri dari puluhan atau ratusan orang, tetapi
kemudian terus berkembang hingga belasan juta orang dengan membentuk
sejumlah lokasi pemukiman. Dari proses tersebut maka dapat dikatakan
bahwa suatu pemukiman merupakan salah satu bagian dari pembentuk kota.
Pemukiman merupakan titik awal dimana suatu kota tumbuh dan berkembang.
Keberadaan pemukiman saat ini tidak hanya dilihat dari fenomena fisiknya
saja, tetapi selain sebagai elemen dari pertumbuhan kota, pemukiman juga
sebagai pusat dari aktivitas ekonomi, simbol dari penerimaan sosial, distribusi
pendapatan dan sebagai pemenuhan kebutuhan sosial.
Seiring dengan terjadinya pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat, sedangkan jumlah ketersediaan lahan untuk pemukiman yang
tetap maka terjadi persaingan untuk mendapatkan tempat bermukim.
Persaingan tempat bermukim ini bukan hanya dilihat dari ketersediaan
lahannya saja, tapi masyarakat juga melihat dari sisi lokasi. Lokasi pemukiman
yang dekat dengan berbagai pusat kegiatan merupakan sasaran utama dari
pemilihan tempat pemukiman (Nasution, 1978). Dengan kondisi yang seperti
ini menyebabkan tidak jarang pada lokasi pemukiman yang dekat dengan
pusat kegiatan akan timbul beberapa titik konsentrasi pemukiman hunian yang
padat.
Kota Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia juga
mengalami fenomena seperti di atas. Dengan luas wilayah 274,06 Km2 yang
dibagi dalam 31 kecamatan dan 163 kelurahan, jumlah penduduk Kota
Surabaya sampai dengan tahun 2012 mencapai 3,110,187 jiwa (Surabaya
dalam Angka Tahun 2013). Pertumbuhan penduduk Kota Surabaya tahun 20002010 (Surabaya dalam Angka Tahun 2011) mengalami peningkatan sekitar
0,63% per tahun dan hal ini diperkirakan akan meningkat tiap tahunnya.
Kondisi yang seperti ini memperlihatkan bahwa Kota Surabaya pasti tidak
lepas dari adanya titik-titik lokasi pemukiman padat hunian. Berdasarkan
laporan data dasar RP4D Kota Surabaya, sebaran lokasi permukiman kumuh
tersebar merata hampir di seluruh kelurahan yang ada di Kota Surabaya.
Kecamatan Wonokromo merupakan salah satu kecamatan di Kota
Surabaya bagian selatan yang di beberapa titik wilayahnya memiliki
pemukiman kumuh. Salah satu titik kumuh di Kecamatan Wonokromo terletak
di Kelurahan Ngagel.Permukiman kumuh di Wilayah Ngagel dapat Kriteria
kumuh di Wilayah Kelurahan Ngagel ini ditinjau dari kualitas kondisi fisik,
kepadatan penduduk, dan penyediaan sarana dan prasarana.

1.2

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah sebagai berikut :

1

1. Mengidentifikasi karakteristik permukiman kumuh meliputi kondisi
bangunan, kepadatan bangunan, kepadatan penduduk, kondisi dan
penyediaan prasarana dan sarana lingkungan di Wilayah Kelurahan
Ngagel.
2. Mengetahui upaya perbaikan lingkungan atau kegiatan pembangunan
yang pernah dilakukan.
3. Merumuskan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan permukiman
kumuh di Kelurahan Ngagel

1.3

Manfaat Penulisan

Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah wawasan tentang penataan lingkungan permukiman kumuh.
2. Dapat dijadikan sebagai rekomendasi aplikatif untuk penyelesaian
masalah permukiman kumuh.

1.4

Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan makalah ini, akan menggunakan sistematika
penulisan yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan
Pada Bab ini berisi tentang latar belakang , tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Literatur, Peraturan dan Kebijakan
Bab ini berisi tentang seluruh teori-teori dan studi literatur terkait yang
sesuai dengan tema dan topik serta pemasalahan yang ada di penelitian
ini yaitu arahan penataan permukiman kumuh.

Bab III Pembahasan
Bab ini akan berisi tentang gambaran umum wilayah penelitian,
karakteristik kawasan: kondisi bangunan, kepadatan bangunan,
kepadatan penduduk, kondisi dan penyediaan prasarana dan sarana
lingkungan. Upaya perbaikan lingkungan atau kegiatan pembangunan
yang pernah dilakukan di kawasan tersebut. Usulan upaya-upaya untuk
mengatasi permasalahan permukiman kumuh baik secara kondisi fisik.

Bab IV Kesimpulan
Pada bab ini akan membahas tentang kesimpulan dari hasil penelitian
yang sudah dilaksanakan.

1

BAB II
TINJAUAN LITERATUR, PERATURAN, DAN KEBIJAKAN
2.1

Tinjauan Literatur

2.1.1 Definisi Permukiman
Menurut Finch dalam Wayang (1980), permukiman merupakan tempat
hidup manusia dan melakukan berbagai macam aktivitas, sedangkan pola
permukiman dapat diartikan sebagai suatu tempat (ruang) atau suatu daerah
tempat penduduk berkumpul dan hidup bersama, menggunakan lingkungan
setempat untuk mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan
hidupnya. Pengertian pola permukiman dan persebaran permukiman
bervariasi sifatnya, dari sangat jarang sampai sangat padat, dapat
mengelompok, dapat tidak teratur, atau teratur. Pertama, permukiman lebih
banyak terdapat pada tanah-tanah yang subur dengan relatif datar yang
menguntungkan untuk pertanian, kedua persebaran yang mengelompok atau
tidak teratur umumnya terdapat pada wilayah-wilayah yang topografinya tidak
seragam.
Menurut Dwi Ari & Antariksa (2005:78), permukiman merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia karena dalam menjalankan segala bentuk
aktivitasnya, manusia membutuhkan tempat bernaung dan melindungi dirinya
dari berbagai macam bahaya seperti hujan dan bahaya lainnya yang dapat
muncul sewaktu-waktu. Dalam memilih tempat tinggal, masyarakat tidak
selalu terpaku pada kondisi rumah itu sendiri tetapi lebih memperhatikan
kelengkapan dari fasilitas kegiatan dan sosial di lingkungan tempat tinggal
serta kemudahan aksesibilitasnya.
2.1.2 Unsur permukiman
Menurut Sujarto (1977), unsur permukiman terdiri dari unsur Wisma
(tempat
tinggal),
Karya
(tempat
berkarya),
Suka
(tempat
rekreasi/bersantai/hiburan), dan Penyempurna (peribadatan, pendidikan,
kesehatan, utilitas umum) atau berintegrasi di dalam suatu lingkungan dan
hubungan satu sama lain oleh unsur Marga (jaringan jalan). Perumahan adalah
suatu lingkungan mukim (tempat tinggal) manusia yang terdiri dari
sekelompok rumah dengan berbagai macam fasilitas sosial, fasilitas umum,
jaringan pergerakan, serta sarana dan prasarananya (Frick, 1988:46).
Lingkungan permukiman merupakan kawasan perumahan dalam berbagai

1

bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang, prasarana lingkungan
yang terstruktur (Nuraini, 2004).
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor:
378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan
Indonesia, sarana lingkungan adalah kelengkapan lingkungan yang berupa
fasilitas pendidikan, kesehatan, perbelanjaan dan pemerintah, pelayanan
umum, peribadatan, rekreasi, dan lapangan terbuka.
2.1.3 Definisi Permukiman Kumuh
Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan
populasi tinggi di sebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin.
Kawasan kumuh dapat ditemui di berbagai kota besar di dunia. Kawasan
kumuh umumnya dihubung-hubungkan dengan tingkat kemiskinan dan
pengangguran tinggi. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah
sosial seperti kejahatan, obat-obatan terlarang dan minuman keras. Di
berbagai negara miskin, kawasan kumuh juga menjadi pusat masalah
kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis.
Beberapa indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah
sebuah kawasan tergolong kumuh atau tidak adalah diantaranya dengan
melihat : Tingkat kepadatan kawasan, Kepemilikan lahan dan bangunan serta
kualitas sarana dan prasarana yang ada dalam kawasan tersebut.Namun
demikian kondisi kumuh tidak dapat digeneralisasi antara satu kawasan
dengan kawasan lain karena kumuh bersifat spesifik dan sangat bergantung
pada penyebab terjadinya kekumuhan. Tidak selamanya kawasan yang
berpenduduk jarang atau kawasan dengan mayoritas penghuni musiman/liar
masuk dalam kategori kumuh. Kerenanya penilaian tingkat kekumuhan harus
terdiri dari kombinasi dari beberapa indikator kumuh yang ada (Wikipedia
Indonesia).
2.1.4 Ciri dan Karakteristik Pemukiman Kumuh
Ciri dari pemukiman kumuh adalah letak dan bentuk perumahan yang
tidak teratur, sarana infra struktur kota sangat sedikit bahkan tidak ada
sama sekali, tingkat pendidikan yang rendah, kepadatan bangunan dan
penduduknya, pendapatan penduduk yang rendah, serta pada umumnya
penduduknya bekerja disektor informal. Bangunan yang padat dan material
bangunannya dalam keadan darurat tetapi karakteristk pemukiman kumuh
sebenarnya terbagi-bagi dan tertentu. Menurut Silas (Anas, 1995:40), ada
tiga bentuk dasar pemukiman kumuh, yaitu :
a.

Opostumis, yaitu pemukiman kumuh yang tumbuh karena adanya
spekulasi demi mendapatkan ganti rugi bila digusur. Kondisi ini
berlangsung secara perlahan-lahan menempati lahan kosong yang ada
pada tempat terlarang di pusat kota.

b.

Menetap dan permanen, yaiu pemukiman kumuh yang terjadi secara
organis akibat semakin patnya penduduk pada suatu kawasan.
Pemukiman ini berasal dari lingkungan yang teratur tetapi lambat laun

1

menjadi kumuh akibat kurang kontrolnya penendalian pembangunan
oleh penghuni pemukiman tersebut.
c.

Transito, yaitu bentuk pemukiman yang kumuh yang sifatnya sementara
dan sebagian besar penghuninya menetap untuk sementara waktu.

Bentuk dasar pemukiman kumuh menjadi bahan perbedaan untuk
menilai jenis pemukiman yang cepat berkembang dan meluas di wilayah
perkotaan. Menurut Subakti (1984), karakteristik khusus lingkungan kawasan
pemukiman kumuh, yaitu :
a. Permukiman tersebut dihuni oleh penduduk yang padat karena migrasi
tinggi dari desa.
b. Perkampungan tersebut dihuni oleh warga yang berpenghasilan rendah
dan hidup di bawah garis kemiskinan.
c. Permukiman tersebut berkualitas rendah dan masuk dalam kategori
kumuh darurat yaitu bangunan yang terbuat dari bahan-bahan
tradisional seperti bambu, kayu, alang-alang dan bahan-bahan yang
cepat hancur.
d. Kondisi kesehatan dan sanitasi yang rendah, perkampungan miskin ini
selalu ditandai dengan tersebarnya penyakit menular dan lingkungan
fisik yang kotor.
e. Kurangnya pelayanan kota (urban service) seperti: air minum, fasilitas
mandi, cuci, wc, listrik, sistem buangan kotoran dan sampah serta
perlindungan kebakaran.
f. Pertumbuhan tidak terencana sehingga penampilan fisiknya tidak teratur
dalam bangunan, halaman dan jalan-jalan, juga sempitnya ruang antar
bangunan.
g. Penghuni permukiman ini memiliki gaya hidup pedesaan, karena
sebagian besar penghuninya adalah migran dari desa yang masih
mempertahankan pola kehidupan tradisional, barsuasana seperti di desa
dan bergotong royong.
h. Secara sosial terisolasi dari permukiman masyarakat lainnya.
i. Perkampungan ini pada umumnya berlokasi di sekitar pusat kota dan
seringkali tidak jelas status hukum tanah yang ditempati.
2.1.5 Kriteria Permukiman Kumuh
Adapun kriteria permukiman kumuh dapat didefinisikan sebagai berikut.
a.
b.
c.
d.

Lingkungan yang berpenghuni padat (melebihi 500 org per Ha).
Kondisi sosial ekonomi masyarakat rendah.
Jumlah rumahnya sangat padat dan ukurannya di bawah standar.
Sarana prasarana tidak ada atau tidak memenuhi syarat teknis dan
kesehatan.
e. Hunian dibangun di atas tanah milik negara atau orang lain dan di
luar perundang-undangan yang berlaku.
Dan berikut adalah Standar Nasional Indonesia tentang Permukiman
yang dipaparkan dalam Tabel 2.1:

1

Tabel 2.1 Standar Nasional Indonesia tentang Permukiman
No.

Indikator/ Parameter

1

Kepadatan Bangunan

2
3
4
5

Jumlah Bangunan Temporer
Koefisien Dasar Bangunan
Jarak Hadap Antar Bangunan
Kepadatan Penduduk

6

Tingkat
Pertumbuhan
Penduduk
7
Kondisi Jalan Lingkungan/ Jalan
Setapak
8
Area
Kawasan
Genangan/
Banjir
9
Tingkat Pelayanan Air Bersih
Perpipaan dan Air Limbah
10
Tingkat
Pelayanan
Persampahan
Sumber: Standar Nasional Indonesia

Klasifikasi Kawasan Kumuh
Sangat
Kumuh
Kumuh
Kumuh
Berat
Sedang
>100
rmh/ 80-100
60-80 rmh/
Ha
rmh/ Ha
Ha
>60%
40-60%
30-40%
>70%
50-70%
30-50%
500
jiwa/ 400-500
300-400
Ha
jiwa/ Ha
jiwa/ Ha
>2,1%/
1,7-2,1%/
1,2-1,7%/
tahun
tahun
tahun
>70% Buruk 50-70%
30-50%
Buruk
Buruk
>50%
25-50%
10-25%