PEMBANTARAN PENAHANAN TERHADAP TERSANGKA DALAM PERSPERKTIF HAK ASASI MANUSIA (Studi Di Polres Purbalingga)

  

PEMBANTARAN PENAHANAN TERHADAP TERSANGKA

DALAM PERSPERKTIF HAK ASASI MANUSIA

(Studi Di Polres Purbalingga)*

  

Handri Wirast uti Sawit ri

  Fakult as Hukum Universit as Jenderal Soedirman Purwokert o

  

Abst ract

Suspect i n cust ody who exper ience sever e pai n, must be doing mai nt enance by t he i nvest i gat or as

t he of f i cer s r esponsi bl e f or det ent i on. Based on t he impl ement at ion of r esear ch r esul t s

“ pembant ar an” ar r est suspect s in t he l evel of invest i gat ion based on sever al pr ovi si ons or

r egul at i ons, among ot her s: t he Cr i mi nal Pr ocedur e Code, Act No. 2 year 2002 as wel l as SEMA No. 1

i n 1989. The pr ot ect i on of human r i ght s f or suspect s, par t i cul ar l y i n heal t h car e by pr ovi ding

oppor t unit ies f or t r eat ment i n hospi t al s out si de t he pr i son, whi ch i s a r i ght t hat must be r espect ed

and pr ot ect ed by t he st at e.

  Key words : suspect , human right s, t reat ment

Abst rak

  Tersangka yang mengalami sakit parah dalam t ahanan, harus dilakukan perawat an oleh penyidik sebagai pej abat yang bert anggungj awab menahan. Berdasarkan hasil penelit ian pelaksanaan pembant aran penahanan t ersangka di t ingkat penyidikan mengacu pada beberapa ket ent uan at au perat uran yakni ant ara lain : KUHAP, Undang-undang Nomor 2 t ahun 2002 sert a SEMA Nomor 1 t ahun 1989. Perlindungan hak asasi manusia bagi t ersangka, khususnya didalam perawat an kesehat an dengan memberi kesempat an unt uk pengobat an di rumah sakit diluar t ahanan, yang merupakan hak yang harus dihormat i dan dilindungi oleh negara. Kat a kunci : t ersangka, hak asasi manusia, perawat an

  Pendahuluan

  Indonesia sebagai suat u negara yang yang paling pent ing adalah hak at as kehidupan, berdaulat t elah pula menganut aj aran yang di samping hak at as kebebasan dan hak at as menj unj ung t inggi hak asasi manusia (HAM), hal kekayaan pribadi. Decl ar at ion of human r i ght ini t ercermin dalam Undang-Undang Dasar 1945 kemudian dalam Pasal 3 yang mengat ur bahwa yang menegaskan bahwa Negara Indonesia set iap orang berhak at as penghidupan, kebe- berdasarkan at as hukum, t idak berdasarkan basan dan keselamat an individu, sedangkan at as kekuasaan belaka. Hal ini berart i bahwa

  Pasal 5 mengat ur bahwa t idak seoranggpun Negara Indonesia menj unj ung t inggi hak asasi boleh disiksa at au diperlakukan secara kej am, manusia dan menj amin segala warga negaranya memperoleh perlakuan at au dihukum secara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan t idak manusiawi at au direndahkan mart abat - pemerint ahan, sert a waj ib menj unj ung t inggi nya. HAM merupakan hak yang melekat pada hukum dan pemerint ahan it u, dengan t idak ada mart abat manusia sebagai mahluk cipt aan kecualinya. Tuhan dan hak t ersebut dibawa sej ak lahir,

  Konsepsi awal HAM yang disusun oleh sehingga hak t ersebut bersif at kodrat i dan Locke menyat akan bahwa salah sat u hak asasi bukan merupakan pemberian manusia at au

   Art ikel ini merupakan art ikel hasil penelit ian t esis unt uk mendapat kan gel ar Magist er Il mu Hukum pada Program MIH UNSOED, 2010

  Pembant ar an Penahanan Terhadap Tersangka dal am Perspekt if HAM …

1 Namun demikian, Ham t idak dapat

  mat an sert a perlindungan harkat dan mart abat manusia. Perspekt if HAM, apabila dihubungkan dengan proses pemeriksaan perkara pidana, maka hal ini dapat t erlihat dalam penghayat an, peng- amalan, dan pelaksanaan hak asasi manusia, ant ara lain dalam Kit ab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang dij abarkan dengan adanya hak dan kewaj iban unt uk menegakkan keadilan yang t idak boleh dit inggalkan oleh set iap warga negara, set iap penyelenggara, se- t iap lembaga kenegaraan, baik di pusat maupun di daerah yang t erwuj ud dalam hukum acara pidana t ermasuk mengenai pemeriksaan yang dilakukan oleh pej abat yang berwenang. Dalam hal ini t erdapat kewaj iban negara (pej abat penegak hukum) unt uk melakukan suat u t in- dakan apabila t erj adi suat u t indak pidana, guna memulihkan kerugian yang t imbul dan men- cipt akan ket ent raman di dalam masyarakat .

  berdiri sendiri, akan t et api membut uhkan dalam kehidupan manusia. Tanpa sarana hu- kum, HAM sulit diwuj udkan dalam penegakan- nya.

  2 Pasal 8 UU No. 39 Tahun 1999 t ent ang

  HAM menegaskan bahwa perlindungan, pemaj u- an, penegakan dan pemenuhan Hak Asasi Ma- nusia merupakan t anggung j awab pemerint ah disamping j uga masyarakat . Pemerint ah t elah mengeluarkan berbagai perat uran perundang- undangan dan merat if ikasi berbagai konvensi, sepert i konvensi hak anak, konvensi penghapus- an segala bent uk diskriminasi t erhadap perem- puan dan lain-lain, t et api belum didukung dengan komit men bersama yang kuat unt uk menerapkan inst rumen-inst rumen t ersebut .

  Tuj uan hukum salah sat unya adalah un- t uk mewuj udkan t ercipt anya keseimbangan dalam kehidupan sosial yang dicederai oleh pelaku t indak pidana. Tuj uan ini hanya dapat t erwuj ud apabila semua inst rumen hukum baik segi perat uran perundang-undangannya, inst ru- men penegak hukumnya dan masyarakat it u sendiri dapat menj alankan peranannya sebagi porsi masing-masing.

  4 Penyidik dalam melaksanakan upaya pe-

  Proses pemeriksaan perkara pidana sen- diri dimulai dari penyidikan sampai dengan eksekusi di lembaga pemasyarakat an. Pemasya- rakat an merupakan suat u proses pembinaan unt uk mengembalikan kesat uan hidup dari t erpidana.

  39 negara.

3 Dalam hal t erj adi t indak

  Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada harkat keberada- an manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang waj ib dihormat i, dij unj ung t inggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pe- merint ah dan set iap orang demi kehor- 1 Dwi Kuncahyo, “ Hak Asasi Manusia Dal am Hukuman Mat i

  Berdasar ket ent uan Pasal 1 Undang- undang Nomor 39 Tahun 1999 t ent ang Hak Asasi Manusia merumuskan bahwa :

  nyidikan cenderung melakukan upaya penahan- an t erhadap t ersangka. Penahanan t ersangka dilakukan dengan memperhat ikan Pasal 21 (1) KUHAP dan unt uk it u diharuskan adanya bukt i- bukt i yang cukup, berupa: laporan polisi di- t ambah dua alat bukt i lainnya, berit a acara pemeriksaan t ersangka/ saksi dan berit a acara pemeriksaan di t empat kej adian perist iwa.

  Pemeriksaan dalam penyelesaian suat u perkara pidana harus memperhat ikan perlin- dungan harkat mart abat kemanusiaannya, sekalipun perlu diinsaf i bahwa t uj uan t indakan penegak hukum adalah unt uk melindungi ke- pent ingan masyarakat dan disisi lain t idak boleh sampai mengorbankan hak dan mart abat t ersangka. At au sebaliknya, demi unt uk me- 4 Budi yono, “ Fungsi Lembaga Pemasyarakat an Sebagai

  Tempat Unt uk Mel aksanakan Pembinaan Dan Pel aya- nan Ter pi dana Mat i Sebel um Dieksekusi” , Jur nal Di - nami ka Hukum No. 3 Vol . 9, Tahun 2009, Purwokert o:

  pidana, maka inst rumen hukum acara pidana dilaksanakan guna memulihkan keseimbangan dalam kehidupan sosial yang dicederai oleh pelaku t indak pidana.

  sert a Impl ement asinya di Indonesia” , Jur nal Cakr aw al a Hukum, Vol . 1 No. 1, Tahun 2008, hl m. 35. 2 Syamsiar Jul ia, “ Pel anggaran Ham dan Per anan Pol ri dal am Penegakan Hukum di Indonesia” , Jur nal Equa- l i t y, Vol . 11 No. 2, Agust us 2006, Medan: Fakul t as Hu- kum USU hl m. 115. 3 Sudhono Isw ahyudi, “ Mengkrit isi Rancangan Kit ab Un- dang-undang Hukum Pi dana” , Jur nal Legi sl asi Indo-

40 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 11 No. 1 Januari 2011

  lindungi dan menj unj ung harkat mart abat t er- masuk perawat an t ersangka dalam wakt u yang boleh mengorbankan kepent ingan masyarakat , sehingga ant ara kedua kepent ingan t idak dikorbankan.

  7 Syarat obyekt if , menekankan 7 Suryono Sut art o, 1987, Sar i Hukum Acar a Pi dana, Semar ang: Yayasan Cendekia Purmadarma DH, hl m. 40-

  Suryono Sut art o berpendapat bahwa syarat -syarat unt uk melakukan penahanan dapat dikualif ikasikan menj adi syarat obyekt if dan subyekt if .

  Pembahasan Pembant aran di Polres Purbalingga

  Penelit ian ini menggunakan pendekat an yuridis sosiologis at au l egal appr oach. Pe- nelit ian yang dilakukan bersif at deskript if , yang dit uj ukan unt uk memperoleh gambaran yang sej elasnya t ent ang pelaksanaan pemban- t aran penahanan t ersangka dan perspekt if hak asasi manusia dalam pelaksanaan pembant aran penahanan t ersebut di Polres Purbalingga. Dat a primer yang bersumber dari pendapat langsung dari inf orman di Kepolisian Resort Purbalingga (penyidik) dan dokt er yang menangani pem- bant aran penahanan dan t ersangka yang dibant arkan.

  Met ode Penelit ian

  Berdasarkan uraian lat ar belakang diat as, maka penulis t ert arik unt uk membahas me- nganai bagaimanakah pelaksanaan dan pers- pekt if hak asasi manusia t erhadap pembant aran penahanan t ersangka di Polres Purbalingga?

  Permasalahan

  Proses penyidikan di Polres Purbalingga t erdapat beberapa t ersangka yang sedang men- j alani penahanan. Dalam masa penyidikan, di- mungkinkan pada diri t ersangka t erdapat suat u keadaan di mana t ersangka sakit , sehingga perlu perawat an di luar rumah t ahanan negara. Oleh karena it u, agar t idak melanggar hak asasi manusia yang melakat pada diri t ersangka, maka penyidik perlu melakukan pembant aran penahanan.

  an Makamah Agung Nomor 1 Tahun 1989 yang memberikan j alan keluar bagi keadaan t ersebut penahanan. Dalam kondisi yang demikian penyi- dik dapat melakukan pembant aran penahanan t erhadap t ersangka t ersebut .

  1 No. 2, Sept ember 2004, Jakar t a: Dirj en Kum dan

  Narapi dana Mel al ui Lembaga Nasional Hak Asasi Manusia” , Jur nal Gl or i a Jur i s, Vol . 7 No. 2, Mei –Agust us 2007, hl m. 180. 6 Mudzakkir, “ Kaj ian Terhadap Ket ent uan Pemi danaan Dal am Dr af t RUU KUHP” , Jur nal Legi sl asi Indonesi a Vol .

  Mahkamah Agung Republik Indonesia t anggal 15 Maret 1989 menerbit kan Surat Edar- 5 Ant onius PS Wibowo, “ Pemaj uan dan Perl i ndungan HAM

  dapat dij adikan sebagai dasar hukum, bahwa seseorang selama menj alani proses pemerik- saan perkara sampai dengan pelaksanaan vonis hakim harus t et ap dij unj ung t inggi harkat dan mart abat nya sebagai manusia.

  unt uk menderit akan dan merendahkan mart a- bat manusia, dengan t uj uan unt uk menghor- mat i hak-hak asasi manusia.

  oleh Indonesia dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1998 yang berlaku sej ak t anggal 28 Sept ember 1998. Konvensi t ersebut berkait an dengan pemaj uan dan perlindungan t erhadap hak-hak narapidana yang diakomodir dalam la- rangan dilakukannya penyiksaan dan perlakuan at au hukuman lain yang kej am, t idak manu- siawi dan merendahkan mart abat manusia.

  Convent ion Agai nst t or t ur e and ot her cr uel , i nhuman or degr adi ng t r eat ment or puni shmen (adopt ed and opened f or si gnat ur e and accession by Gener al Assembl y Resol ut ion 39/ 46 of 10 December 1984), t elah dirat if ikasi

  Seorang t ersangka yang menj alani pe- nahanan di rumah t ahanan negara, adakalanya j at uh sakit sehingga apabila hal ini t erj adi maka adanya kewaj iban dari pihak yang me- nahan unt uk memberikan pengobat an. Art inya dalam pemeriksaan t erhadap t ersangka penyi- dik harus memperhat ikan segi kemanusiaan t ersangka sebagai subyek dalam pemeriksaan, sehingga diberikan hak at as perawat an bagi t ersangka yang sakit yang dikat egorikan sebagai sakit parah sedangkan f asilit as pengobat an dalam rumah t ahanan negara belum memadai.

5 Penj at uhan pidana sendiri t idak dimaksudkan

6 Ket ent uan ini

  Pembant ar an Penahanan Terhadap Tersangka dal am Perspekt if HAM …

  41

  pada dasar penahanan yang dit inj au dari segi t indak pidana, sedangkan syarat subyekt if segi perlunya t ersangka at au t erdakwa unt uk dit ahan.

  Tersangka yang dit ahan dan mengalami gangguan kesehat an, maka demi kepent ingan pemeriksaan penyidikan dan guna lancarnya pemeriksaan t ersangka diperlukan upaya pera- wat an. Tersangka yang sakit dalam t ahanan t idak boleh diperlakukan sewenang-wenang, dalam art i t idak boleh dilakukan pemeriksaan, sehingga t idak melanggar hak asasi t ersangka. Dalam hal kondisi kesehat an t ersangka yang sakit parah/ kronis, maka yang bersangkut an dapat mengaj ukan permohonan kepada penyi- dik agar dilakukan pembant aran penahanan t erhadap t ersangka. Kemudian pej abat penyi- dik dapat melakukan t indakan diskresi at au t indakan kebij akan polisi sebagai penyidik yang merupakan j alan keluar yang diberikan oleh hukum unt uk melakukan pengobat an di rumah sakit di luar rut an guna memberikan ef isien dan ef ekt if it as dalam menj alankan t ugas ke- polisian demi kepent ingan umum, t ermasuk t ersangka yang sakit dalam t ahanan.

  t ingkat Polres Purbalingga menurut inf orman di Polres Purbalingga didasarkan pada: adanya permohonan dari t ersangka at au keluarganya at au penasehat hukumnya; melakukan peme- riksaan t erhadap kesehat an t ersangka unt uk memast ikan apakah masih bisa dit ahan at au t idak; t ersangka memerlukan perawat an diluar rumah t ahanan negara set elah dinyat akan dengan surat ket erangan dari dokt er; t ersangka memat uhi at au memenuhi panggilan penyidik; dan t ersangka t idak akan melarikan diri at au mengulangi perbuat annya dan t idak akan me- rusak barang bukt i.

  sampai bulan April t ahun 2010, di Polres Purba- lingga baru pernah melakukan pembant aran penahanan sebanyak 3 (t iga) kali dengan ma- 8 Hasil waw ancara dengan penyidik di Pol res Purbal ingga pada t anggal 13 Apr il 2010. 9 Hasil waw ancara dengan penyidik di Pol res Purbal ingga sing-masing t ersangka berinisial (TO, YO, ER) dengan sakit sesak naf as, t ipes yang kronis

  Permohonan pembant aran penahanan dapat dikabulkan apabila ada permohonan dari t ersangka at au keluarganya. Hal ini diperlukan karena apabila t erhadap t ersangka t et ap dilakukan penahan, maka kondisi kesehat an t ersangka akan membahayakan kelangsungan hidupnya, apabila t idak segera dilakukan perawat an medis. Permohonan unt uk dilakukan pembant aran penahanan di Polres Purbalingga dilakukan dengan langsung meruj uk ke rumah sakit yang t elah dit unj uk sesuai ket ent uan dengan melihat kondisi sakit yang diderit a si t ersangka.

  Tuj uan Pembant aran penahanan t ersang- ka dalam t ingkat penyidikan adalah agar t er- sangka t et ap bisa dilakukan pemeriksaan se- bagaimana mest inya, set elah t ersangka me- mulihkan kesehat an kembali yang merupakan hak asasi kehidupan t ersangka. Berkait an de- ngan cara permohonan pembant aran menurut inf orman di Polres Purbalingga, permohonan pembant aran penahanan yang diaj ukan oleh t ersangka dilakukan secara t ert ulis. Hal ini dimaksudkan unt uk kepent ingan penyidikan yang berkait an dengan persyarat an administ rasi bagi penyidik dengan membuat laporan set elah melakukan pembant aran penahanan t ersangka.

8 Pelaksanaan pembant aran penahanan di

  10 Kemudian unt uk memeriksa t erhadap kondisi

  kesehat an t ersangka yang sakit , guna me- nent ukan perlu t idaknya dilakukan perawat an kesehat an t ersangka di luar rumah t ahanan negara (di Rumah Sakit Harapan Ibu di Purba- lingga), harus dibukt ikan dengan surat ket e- rangan dari rumah sakit yang t elah diruj uk oleh penyidik yakni dokt er Haryat i Ist if adah.

  11 Tersangka yang t erhadapnya dilakukan

9 Selama kurun wakt u dari t ahun 2005

  pembant aran penahanan di Polres Purbalingga disebabkan karena t ersangka mengalami sakit gej ala gangguan j iwa, sesak naf as yang kronis dan t ipus yang kronis. Hal ini dilakukan dengan t uj uan unt uk memberi kesempat an kepada t er- 10 Hasil waw ancara dengan penyidik di Pol res Purbal ingga pada t anggal 13 Apr il 2010. 11 Hasil waw ancara dengan penyidik di Pol res Purbal ingga

42 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 11 No. 1 Januari 2011

  sangka unt uk melakukan pengobat an sampai sembuh di Rumah Sakit Harapan Ibu di Purba- f adah. Menurut dokt er t ersebut bahwa t ersang- ka yang dirawat t ermasuk menderit a sakit parah yang harus mendapat perawat an di rumah sakit di luar rut an, karena mereka men- derit a penyakit menahun (kronis) at au ganggu- an kesehat an lain yang menyebabkan akt ivit as kerj a/ kegiat annya t erganggu sehingga t ersang- ka t idak dapat dilakukan pemeriksaan oleh penyidik.

  t ahun 1992 t ent ang Kesehat an, sehat diart ikan sebagai suat u keadakan sej aht era badan, j iwa dan sosial yang memungkinkan set iap orang hidup produkt if secara sosial dan ekonomis. Pengert ian kesehat an harus dilihat sebagai sat u kesat uan yang ut uh t erdiri dari unsur- unsur f isik, ment al, dan sosial dan didalam kesehat an j iwa merupakan bagian int egral kesehat an.

  Berdasarkan inf ormasi dari inf orman yang merupakan t ersangka di Polres Purba- lingga bahwa dirinya t elah memperoleh izin pengobat an di Rumah Sakit Harapan Ibu de- ngan t anpa dipungut biaya dengan masa wakt u pengobat an selama 3 hari, walaupun dalam menj alani perawat an di Rumah Sakit t ersebut t ersangka dikenakan borgol pada t angannya.

  t ersebut merupakan pembant aran penahanan dan hal ini merupakan wuj ud perlindungan hak asasi manusia dalam memperoleh hak at as kesehat an unt uk hidup. Apabila t ersangka t elah sembuh pada wakt u pembant aran penahanan, maka pembant aran penahanan akan dicabut . Pencabut an pembant aran penahanan ini waj ib dilengkapi dengan Surat Perint ah Pencabut an Pembant aran yang dikeluarkan oleh pej abat yang berwenang. Tersangka dikeluarkan ber- dasarkan pert imbangan dokt er yang menyat a- kan kondisi t ersangka t elah pulih kembali kesehat annya. Kemudian pej abat yang ber- 12 Hasil wawancar a dengan dokt er di Rumah Sakit Ha- rapan Ibu Purbal ingga t anggal 13 Apr il 2010. 13 Hasil w awancar a dengan t er sangka t anggal 13 Apr il wenang menandat angani Surat Perint ah Pen- cabut an Pembant aran Penahanan serendah- t ingkat Polres dan selanj ut nya melaporkan ke- pada Kapolres.

  14 Pelaksanaan pembant aran penahanan

  t erhadap t ersangka dipengaruhi oleh f akt or- f akt or sosial sebagaimana t ermakt ub dalam t eori bekerj anya hukum dari Robert B. Seid- man. Teori t ersebut meliput i t iga f akt or yak- ni f akt or lembaga pembuat perat uran, f akt or lembaga penerap perat uran dan f akt or pe- megang peran. Rangkaian pelaksanaan pem- bant aran penahanan di Polres Purbalingga t ersebut di at as, apabila seluruh dihubungkan dengan t eori bekerj anya hukum, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut .

12 Berdasarkan Undang-undang Nomor 23

  Fakt or pert ama adalah Lembaga pem- buat perat uran ini meliput i perat uran per- undang-undangan yang t elah diundangkan oleh lembaga legislat if yang berupa at uran dan norma yang berlaku. Pelaksanaan pembant aran penahanan yang dilakukan penyidik t erhadap t ersangka yang sakit dalam rut an dikait kan de- ngan beberapa ket ent uan yang mengat urnya.

  Per t ama, Undang-undang Nomor 8 Ta-

  hun 1981 Tent ang KUHAP secara j elas t idak mengat ur t ent ang t indakan penyidik unt uk melakukan pembant aran penahanan t ersangka, akan t et api hal ini t erkait dengan salah sat u kewenangan penyidik unt uk melakukan t indak- an lain sesuai Pasal 7 ayat (1) huruf j yang harus memenuhi syarat : Tidak bert ent angan dengan suat u at uran hukum; selaras dengan ke- waj iban hukum yang mengharuskan dilakukan- nya t indakan j abat an; Tindakan it u harus pat ut dan masuk akal dan t ermasuk dalam lingkungan j abat annya; At as pert imbangan yang layak ber- dasarkan keadakan memaksa dan Menghormat i hak asasi manusia. Ket ent uan t ersebut mem- berikan kewenangan pada penyidik Polres Purbalingga unt uk melakukan t indakan yang di dasarkan pada perlindungan hak t ersangka, yakni hak t ersangka unt uk mendapat perawat - an at au pengobat an ke rumah sakit diluar ru- t an yakni di rumah sakit Harapan Ibu di Purba- 14 Hasil w awancar a dengan t er sangka t anggal 13 Apr il

13 Tindakan pengobat an t erhadap t ersangka

  Pembant ar an Penahanan Terhadap Tersangka dal am Perspekt if HAM …

  43

  lingga. Tindakan penyidik t ersebut j uga di- dukung dengan ket ent uan Pasal 15 ayat (2) bahwa dalam rangka menyelenggarakan t ugas di bidang proses pidana, Polri berwenang unt uk mengadakan t indakan lain dalam bent uk t in- dakan penyelidikan dan penyidikan yang dilak- sanakan dengan t idak bert ent angan dengan suat u at uran hukum; selaras dengan kewaj iban hukum yang mengharuskan t indakan t ersebut dilakukan; dan harus pat ut , masuk akal, dan t ermasuk dalam lingkungan j abat annya.

  Kedua, Surat Edaran Makamah Agung

  Nomor 1 Tahun 1989. Pej abat yang berwenang memberikan pembant aran penahanan salah sat unya adalah penyidik. Ket ent uan t ersebut mengat ur mengenai t ersangka yang berada da- lam t ahanan, rumah t ahanan negara mendapat izin unt uk dirawat inap di rumah sakit di luar rumah t ahanan negara, yang kadang-kadang perawat annya memakan wakt u lama sehingga t idak j arang t erj adi t ersangka dikeluarkan dari t ahanan demi hukum, karena t enggang wakt unya unt uk menahan t elah habis. Oleh karena it u perlu dilakukan pembant aran pena- hanan t ersangka yang dilakukan oleh penyidik, berupa perawat an yang menginap di rumah sa- kit di luar rumah t ahanan negara at as izin ins- t ansi yang berwenang menahan, dengan t eng- gang wakt u penahanannya dibant ar ( gest ui t ), yang dihit ung sej ak t anggal t ersangka secara nyat a dirawat nginap dirumah sakit . Berart i bahwa set iap perawat an yang menginap di rumah sakit di luar rumah t ahanan negara at as izin inst ansi yang berwenang menahan, t eng- gang wakt u penahanannya dibant ar, pemban- t aran mana dihit ung sej ak t anggal t erdakwa secara nyat a dirawat nginap di rumah sakit yang dapat dibukt ikan dengan surat ket erangan dari Kepala Rumah Sakit di t empat mana t er- dakwa dirawat . dan set elah pembant aran sele- sai, t enggang wakt u penahanan berj alan kem- bali dan dihit ung sesuai ket ent uan KUHAP. Berdasarkan uraian t ersebut dapat diket ahui bahwa perat uran SEMA Nomor 1 Tahun 1989 t elah memberi kewenangan penyidik unt uk melakukan t indakan pembant aran penahanan t ersangka.

  Ket i ga, Undang-undang No. 2 Tahun 2002 t ent ang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

  t ent ang pembant aran penahanan yang dilaku- kan oleh penyidik sesuai kewenangan yang diberikan undang-undang dapat melakukan sua- t u kebij akan yang didasarkan pada penilaian- nya sendiri. Diskresi ini dapat dilakukan penyi- dik unt uk melakukan t indakan guna mengat asi, dengan memberikan izin perawat an, sehingga penyidik dit unt ut melakukan pembant aran pe- nahanan t ersangka. Pasal 18 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tent ang Kepolisian, me- ngat ur bahwa t indakan pembant aran merupa- kan suat u kebij akan kepolisian yang disebut dengan diskresi dan t ent u ada ket ent uan yang menj adikan dasar hukum dalam kewenangan unt uk bert indak dengan mempert imbangkan manf aat sert a resiko dari t indakannya dan bet ul-bet ul unt uk kepent ingan umum dalam hal ini t ersangka. Berdasarkan ket ent uan t ersebut , penyidik sebagai aparat penegak hukum yang melindungi masyarakat , t ermasuk t ersangka yang sakit didalam proses penyidikan, dapat melakukan kebij akan yang berupa memberi izin unt uk melakukan pengobat an dengan melaku- kan pembant aran penahanan t ersangka, yang disebut diskresi.

  Keempat , Perat uran Kepala Kepolisian

  Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009 t ent ang Pengawasan Dan Pengendalian Penanganan Perkara Pidana di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia meng- at ur bahwa t ahanan yang karena kondisi ke- sehat annya membut uhkan perawat an yang in- sent if dan at au rawat inap di rumah sakit , dapat dilakukan pembant aran. Pelaksanaan pembant aran penahanan oleh penyidik dilaku- kan dengan mempert imbangkan secara mat ang t ent ang perlu t idaknya t ersangka dibant arkan sehingga t idak menghambat j alannya proses pemeriksaan di t ingkat penyidikan. Oleh karena it u dalam proses pembant aran perlu dibukt ikan dengan surat ket erangan dari ahli yang ber- sangkut an (dokt er) bahwa t ersangka benar per- lu perawat an dan proses penahanannya di- hent ikan unt uk sement ara dan waj ib dilengkapi

44 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 11 No. 1 Januari 2011

  dengan Surat Perint ah Penahanan yang di- keluarkan dari pihak yang menahannya. perat uran ini meliput i aparat penegak hukum. dalam penelit ian ini yang dimaksud dengan penegak hukum adalah pej abat penyidik yait u pej abat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh undang-undang unt uk melakukan penyidikan.

  Fakt or ket iga adalah pemegang peran yang dimakdud adalah masyarakat , t ermasuk salah sat unya adalah t ersangka. Berdasarkan inf ormasi dari inf orman yang merupakan t er- sangka di Polres Purbalingga bahwa t ersangka t elah memperoleh izin pengobat an di Rumah Sakit Harapan Ibu dengan t anpa dipungut biaya dengan masa wakt u pengobat an selama 3 hari. Walaupun dalam menj alani perawat an di Ru- mah Sakit t ersebut t ersangka dikenakan borgol pada t angannya.

  hadap t ersangka yang merupakan pembant aran penahanan ini dapat sebagai wuj ud perlindung- an hak asasi manusia dalam memperoleh hak at as kesehat an unt uk hidup.

  Set iap unsur dalam bekerj anya hukum t ersebut ada beberapa f akt or yang mempenga- ruhinya diant aranya f akt or sosial. Per t ama, f akt or st rat if ikasi sosial, art inya adanya per- bedaan kemampuan ekonomi bagi t ersangka yang dibant arkan akan berpengaruh dalam pe- laksanaannya, di mana t ersangka yang berke- cukupan at au st at us ekonominya cukup yakni sebaga pedagang akan memperoleh kwalit as pengobat an yang lebih baik dengan biaya sendiri dan menolak klas pengobat an yang t elah dit ent ukan penyidik, sedangkan Bagi t ersangka lain yang t ergolong ekonomi lemah (sebagai buruh t ani) t ent u t idak bisa memilih klas pengobat an yang t erbaik, sehingga hanya menerima pengobat an yang t elah dit unj uk penyidik.

  Kedua, f akt or hukum dan morf ologi, art i-

  nya hubungan dengan bekerj anya hukum ada- lah masyarakat yang ada dalam pusat kehidup- an sosial, lebih banyak memiliki dan kemudah- an hukum dari pada sebaliknya mereka yang 15 Hasil waw ancara debgan t ersangka t anggal 13 Apr il j auh dari lokasi pusat kehidupan sosial. Lokasi radial seseorang akan mempengaruhi proses sebut memberikan akses yang lebih baik t er- hadap diri t ersangka. Terhadap t ersangka yang pekerj aan berdagang di kot a akan relat if lebih mudah menget ahui inf ormasi t ent ang sarana at au t empat pengobat an yang lebih baik dari pada t ersangka yang berlokasi j auh dari perkot aan dari pada t ersangka yang berlokasi j auh dari perkot aan

  Pembant aran dan Hak Asasi Manusia

  Indonesia sebagai suat u negara yang berdaulat dan menj unj ung t inggi hak asasi manusia. Hal ini t ercermin didalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yait u dalam Penj elasan Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan bahwa Negara Indonesia ber- dasarkan at as hukum, t idak berdasarkan at as kekuasaan belaka.

15 Tindakan pengobat an t er-

  Pengert ian f ormal t ent ang hak asasi manusia dapat diket ahui dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tent ang Hak Asasi Ma- nusia. Pasal 1 ayat (1) yang merumuskan seba- gai berikut :

  Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat ke- beradaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah- Nya yang waj ib dihormat i, dij unj ung t inggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerint ah dan set iap orang demi ke- hormat an sert a perlindungan harkat dan mart abat manusia. Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada mart abat manusia, yang melekat padanya sebagai insan cipt aan Allah Yang Maha Esa at au hak-hak dasar yang prinsip sebagai anugrah Ilahi. Berart i hak asasi manusia merupakan hak yang dimiliki manusia menurut kodrat nya yang t idak dapat dipisahkan dari hakekat nya, karena it u hak asasi manusia bersif at luhur dan suci.

  16 Jaminan t erhadap hak asasi manusia,

  dapat dimaknai bahwa dalam set iap konst it usi selalu dit emukan adanya j aminan t erhadap hak 16 Randl om Naning, 1983, Ci t a dan Ci t r a Hak Asasi Manu- Pembant ar an Penahanan Terhadap Tersangka dal am Perspekt if HAM …

  45

  asasi manusia (warga negara), begit u j uga Undang-Undang Dasar 1945 melalui pasal-pasal diant aranya pada Pasal 27 ayat (1) t ent ang asas persamaan kedudukan di muka hukum, ket en- t uan ini diimplikasikan dalam proses peradilan pidana sebagai asas praduga t idak bersalah, sebagaimana disebut kan di UU No. 48 Tahun 2009 t ent ang Kekuasaan Kehakiman yang me- ngat ur bahwa set iap orang yang disangka, di- t angkap, dit ahan, dit unt ut , dan/ at au dihadap- an di depan pengadilan dianggap t idak bersalah sebelum adanya put usan yang menyat akan kesalahannya dan t elah memperoleh kekuat an hukum t et ap.

  Hukum acara pidana t elah menempat kan kedudukan t ersangka at au t erdakwa dalam set iap t ingkat pemeriksaan adalah sebagai subyek bukan sebagai obyek pemeriksaan dan yang menj adi obyek pemeriksaan dalam prinsip akusat or adalah kesalahan. Penempat an ke- dudukan t ersangka sebagai subyek hukum t er- cermin dalam perlindungan hak yang dimiliki t ersangka dimana hak asasi seorang t ersangka harus dihormat i dan dij unj ung t inggi sesuai harkat dan mart abat nya sebagai seorang ma- nusia. Hak t ersebut meliput i: Hak t ersangka un- t uk segera mendapat pemeriksaan oleh penyi- dik dan selanj ut nya dapat diaj ukan kepada penunt ut umum; Hak t ersangka yang dikenakan penahanan unt uk menghubungi dokt er pribadi- nya guna kepent ingan kesehat annya; Hak t er- sangka at au t erdakwa unt uk menghubungi dan menerima kunj ungan dari rohaniawan.

  Hak-hak t ersangka t ersebut , apabila di- hubungkan dengan pembant aran penahanan, maka dapat dideskripsikan bahwa dalam hal kondisi kesehat an t ersangka dalam t ahanan t idak sehat , maka dengan permohonan t ersang- ka at au keluarganya at au penasehat hukum dapat memint a perawat an int ensif diluar rumah t ahanan negara dengan dilakukan pembant aran penahanan. Tindakan pembant aran penahanan t ersangka yang ada di rut an, dilakukan penyidik adalah sesuai dengan perlindungan hak asasi manusia, karena mempunyai hak unt uk hidup yang melekat pada dirinya.

  Berdasarkan Pasal 9 Perat uran Ment eri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M. 04-

  per t ama, Perawat an kesehat an bagi t ahanan

  yang sakit keras, dapat dilakukan di rumah sakit di luar Rumah Tahanan Negara (RUTAN), set elah memperoleh izin dari inst ansi yang menahan sesuai dengan t ingkat pemeriksaan dan at as nasehat dokt er Rumah Tahanan Ne- gara (RUTAN); kedua, Tahanan yang menderit a sakit j iwa, dirawat di rumah sakit j iwa se- t empat t erdekat , berdasarkan ket erangan dokt er Rumah Tahanan Negara (RUTAN) set elah berkonsult asi dengan dokt er spesialis penyakit j iwa sert a mendapat izin dari inst ansi yang menahan; dan ket i ga, dalam keadaan t erpaksa kepada t ahanan dapat dilakukan pengobat an di rumah sakit di luar Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dan Kepala Rumah Tahanan Negara (RUTAN) melaporkan kepada inst ansi yang menahan unt uk penyelesaian izinnya.

  Demokrasi mempunyai hubungan yang erat dengan hak asasi manusia (HAM). Dalam sist em polit ik yang demokrat is, harus ada j aminan perlindungan HAM, t erut ama hak sipil dan hak polit ik bagi set iap individu. Hal ini merupakan implement asi dari salah sat u ciri negara hukum. Indonesia sebagai negara hukum dengan sist em polit ik demokrasi, masih t erj adi pelanggaran-pelanggaran HAM. Di era ref ormasi t unt ut an perlindungan dan j aminan HAM se- makin mengedepan. Hal t ersebut berkait an de- ngan kekuasaan, kekuat an sosial, dan st rukt ur sosial yang ada. Sebagai negara demokrasi, dimana kedaulat an ada di t angan rakyat par- t isipasi rakyat sangat diperlukan. Rakyat lah sebagai penent u t erwuj udnya j aminan perlin- dungan HAM ini.

  17 Hak asasi manusia bersif at universal, na-

  mun pelaksanannya di suat u t empat at au negara t ert ent u mengalami penyesuaian- penyesuaian. Disinilah persoalan muncul, yait u adanya ket idak sesuaian ant ara kehendak universal-normat if yang serba ideal dan pelak- sanaan empiris pada ruang dan wakt u t ert ent u 17 Supar man Khan, “ Apresi asi hak asasi manusia dal am

  rangka demokr at i sasi di Indonesi a” , Jur nal Jur i spr u-

46 Jurnal Dinamika Hukum

  Vol . 11 No. 1 Januari 2011

  yang sangat bervariasi. Secara konsept ual, hak asasi manusia memiliki pengert ian yang sangat berlakunya, maupun menyangkut konot asinya. HAM menunj uk pada hak-hak yang memperoleh pengakuan secara int ernasional, at au hak-hak yang dibela dan dipert ahankan secara int er- nasional. Sebaliknya hak-hak dasar hanya dan selalu dikait kan dengan bangsa ( nat i on st at e), dalam art i hak-hak yang diakui oleh dan melalui hukum nasional negara t ert ent u.

  kan dengan pembant aran penahanan t erhadap t ersangka, maka dapat diart ikan perspekt if hak asasi manusia ini dapat diart ikan sbagai cara pandang menurut hak-hak asasi t erhadap t ersangka yang dibant arkan penahanannya. Hal ini t erkandung perlindungan hak-hak asasi t er- sangka yang sakit dan berada dalam rut an, karena it u hak asasi t ersebut merupakan hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang waj ib di- hormat i, dij unj ung t inggi, dan dilindungi oleh negara (penyidik), disisi lain t indakan penegak- an hukum dilakukan unt uk mempert ahankan dan melindungi kepent ingan masyarakat .

  Tindakan pembant aran penahanan t er- sangka yang ada di rut an, dilakukan penyidik adalah sej alan dengan perlindungan hak asasi manusia, dimana hal ini dilakukan dengan memberikan perawat an kesehat an di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) yang dilakukan oleh dokt er Rumah Tahanan Negara (RUTAN) yang bert ugas memelihara dan merawat kesehat - an t ahanan dan unt uk keperluan perawat an kesehat an, Kepala Rumah Tahanan Negara (RUTAN) dapat mengadakan kerj asama dengan dinas kesehat an set empat at au rumah sakit yang t erdekat . Perlindungan hak asasi t ersang- ka t ercermin j uga dengan adanya asas Pr e-

  sumpt ion of i nnocent yait u asas praduga t ak

  bersalah, maka hak asasi seorang t ersangka at au t erdakwa harus dihormat i dan dij unj ung 18 Agus Dwi Li st ij ono, “ Tel aah Konsep Hak Asasi Manusi a

  dal am Kait annya dengan Si st em Sist em Peradil an Pi dana” , Jur nal Hukum, Vol ume 01 Nomor 01 Tahun 2005, Jakart a: Fakul t as Hukum Uni versit as Pancasil a,

  t inggi sesuai harkat dan mart abat nya sebagai seorang manusia yang meliput i: hak t ersangka nyidik dan selanj ut nya dapat diaj ukan kepada penunt ut umum; hak t ersangka yang dikenakan penahanan unt uk menghubungi dokt er guna kepent ingan kesehat annya; hak t ersangka at au t erdakwa unt uk menghubungi dan menerima kunj ungan dari rohaniawan.

  Perspekt if t ersebut , apabila dihubungkan dengan pembant aran penahanan di Polres Pur- balingga, maka dapat dideskripsikan sebagai berikut . Tersangka yang sakit dapat mengaj u- kan permohonan unt uk dilakukan perawat an, kemudian unt uk perawat annya pert ama-t ama dilakukan oleh dokt er yang dif asilit asi oleh ru- t an, art inya pada umumnya pihak penyidik kepolisian memiliki dokt er kepolisian yang dapat dij adikan ruj ukan guna kepent ingan pe- ngobat an. Apabila t ersangka dalam proses pe- nyidikan di rumah t ahanan negara apabila sakit , maka dokt er rut an t ersebut dit unj uk menangani pengobat an t ahanan dan ini me- rupakan t anggung j awab dari pihak yang menahan, yait u penyidik, sekaligus merupakan perlindungan hak asasi bagi t ersangka.

18 Perspekt if hak asasi manusia dihubung-

  Tersangka yang sakit cukup parah dan t idak dapat dit angani oleh dokt er yang di- sediakan oleh inst ansi yang menahan, maka t ersangka dapat menj alani perawat an rumah sakit di luar rumah t ahanan negara, yait u di Rumah Sakit Harapan Ibu di Purbalingga. Ber- art i penyidik melakukan t indakan demi kepen- t ingan t ersangka sakit , unt uk pengobat an dan merupakan kewenangannya yang disebut pem- bant aran penahanan, yang sekaligus merupakan perwuj udan dari perindungan hak asasi manusia bagi t ersangka.

  Penut up Simpulan

  Pelaksanaan pembant aran penahanan t erhadap t ersangka di Polres Purbalingga, t elah sesuai dengan perat uran perundang-undangan. Namun demikian, t erdapat f akt or yang mem- pengaruhi pelaksanaan pembant aran penahan- an, ant ara lain mengenai t ingkat kemampuan Pembant ar an Penahanan Terhadap Tersangka dal am Perspekt if HAM …

  47

  ekonomi t ersangka, yang akan berpengaruh nesia” . Jur nal Equal i t y Vol. 11 No. 2. A- gust us 2006. Medan: Fakult as Hukum dalam memperoleh kualit as pengobat an.

  USU; Khan, Suparman. “ Apresiasi hak asasi manusia

  Saran

  dalam rangka demokrat isasi di Indo- Pemerint ah perlu mengalokasikan dana nesia” . Jur nal Jur i spr udent i a. Vol. I No. I yang cukup guna pengobat an t ersangka yang

  Tahun 2001; sakit parah dit ahan di rut an, t erut ama penyakit Kuncahyo, Dwi. “ Hak Asasi Manusia Dalam t ersangka yang memerlukan dana besar unt uk

  Hukuman Mat i sert a Implement asinya di biaya pengobat an. Bagi golongan t ersangka Indonesia” . Jur nal Cakr awal a Hukum. Vol. 1 No. 1. Tahun 2008; yang t idak mampu diharapkan mendapat ke- ringanan biaya, yang dirasa berat dan bant uan List ij ono, Agus Dwi. “ Telaah Konsep Hak Asasi

  Manusia dalam Kait annya dengan Sist em ini merupakan wuj ud perlindungan hak asasi Sist em Peradilan Pidana” . Jur nal Hukum. manusia dalam menyelamat kan j iwa t ersangka.

  Vol. 01 No. 01. Tahun 2005; Mudzakkir. “ Kaj ian Terhadap Ket ent uan Pemi-

  Daft ar Pust aka

  danaan Dalam Draf t RUU KUHP” . Jur nal Budiyono. “ Fungsi Lembaga Pemasyarakat an Legi sl asi Indonesi a. Vol. 1 No. 2. Sept em-

  Sebagai Tempat Unt uk Melaksanakan ber 2004. Jakart a: Dirj en Kum dan Ham; Pembinaan dan Pelayanan Terpidana

  Naning, Randlom. 1983. Ci t a dan Cit r a Hak Mat i Sebelum Dieksekusi” . Jur nal Di na-

  Asasi Manusi a Indonesi a, Jakart a: Lem- mi ka Hukum. Vol. 9 No. 3. Tahun 2009.

  baga Kriminologi UI; Purwokert o: FH Unsoed;

  Sut art o, Suryono. 1987. Sar i Hukum Acar a Pi - Iswahyudi, Sudhono. “ Mengkrit isi Rancangan

  dana. Semarang: Yayasan Cendekia Pur- Kit ab Undang-Undang Hukum Pidana” .

  madarma DH;

  Jur nal Legi sl asi Indonesi a. Vol. 1 No. 2 -

  Wibowo, Ant onius PS. “ Pemaj uan dan Perlin- Sept ember 2004. Jakart a: Dirj en Kum dungan HAM Narapidana Melalui Lembaga dan Ham;

  Nasional Hak Asasi Manusia” . Jur nal Gl o- Julia, Syamsiar. “ Pelanggaran Ham dan Peranan r i a Jur i s. Vol. 7 No. 2. Mei–Agust us 2007.

  Polri dalam Penegakan Hukum di Indo-