PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER untuk

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TREFFINGER
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF PADA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS
XI MIA SMA NEGERI 11 MUARA JAMBI
Usulan Proposal untuk Skripsi

Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Diajukan Oleh
Senja Yuniyarsih
A1C314009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
MEI, 2017

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii

A. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI MIA SMA
Negeri 11 Muara Jambi............................................................................................1
B. Pendahuluan......................................................................................................1
B.1.Latar Belakang...................................................................................................1
B.2.Rumusan Masalah.............................................................................................3
B.3.Tujuan Pengembangan.......................................................................................3
B.4.Manfaat Penelitian.............................................................................................3
C. Kajian Teori.......................................................................................................3
C.1.Kreativitas..........................................................................................................3
C.2.Berpikir Kreatif.................................................................................................5
C.3.Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif................................................................7
C.4.Model Treffinger................................................................................................8
C.5.Tinjauan Materi...............................................................................................10
D. Metodologi Penelitian.....................................................................................17
D.1.Jenis Penelitian................................................................................................17
D.2.Tempat dan Waktu Penelitian..........................................................................17
D.3.Subjek dan Objek Penelitian...........................................................................17
D.4.Teknik Pengumpulan Data..............................................................................17
D.5.Prosedur Penelitian..........................................................................................19

D.6.Indikator Keberhasilan....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
……………………………………………………………... 11
2.
……………………………………………………………... 12
3.
……………………………………………………………... 13

DAFTAR TABEL
Tabel
1.
2.

……………………………………………………………...
……………………………………………………………...


Halaman
21
21

1

A. Judul : Penerapan Model Pembelajaran Treffinger untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif pada Mata Pelajaran Fisika Kelas XI MIA SMA
Negeri 11 Muara Jambi.

B. Pendahuluan
B.1.Latar Belakang
Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan yang direncanakan oleh
guru agar siswa mencapai kompetensi yang diharapkan. Upaya untuk
meningkatkan kompetensi siswa, guru sebaiknya mampu menciptakan kondisi
pembelajaran yang efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan
kesempatan belajar dan meningkatkan mutu mengajarnya. Kesempatan belajar
siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar,
baik antara siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru. Semakin banyak

siswa yang aktif, semakin tinggi prestasi belajar yang dicapai.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu IPA SMA. Fisika juga merupakan
salah satu pilar utama ilmu pengetahuan dan teknologi yang memberikan
pemahaman mengenai fenomena alam serta kemungkinan aplikasinya. Dari
defenisi tersebut artinya fisika sangat erat kaitannya dengan kehidupan seharihari. Depdiknas menuturkan lebih lanjut bahwa salah satu tujuan pembelajaran
fisika adalah supaya siswa tidak hanya memiliki kemampuan menguasai konsep
dan prinsip fisika namun juga memiliki sikap percaya diri, keterampilan
mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
Untuk mencapai tujuan tersebut proses pembelajaran fisika tidak hanya
terbatas pada penguasaan konsep saja, tetapi lebih dari itu. Depdiknas menuturkan
bahwa tuntutan kurikulum yang berlaku di Indonesia menyebutkan bahwa proses
pembelajaran tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep saja, melainkan
juga mengembangkan kemampuan berpikir secara logis, kritis, kreatif dan inovatif
secara mandiri serta memupuk sikap ilmiah.
SMA Negeri 11 Muara Jambi merupakan salah satu sekolah yang menjadi
sasaran oleh siswa-siswi yang baru lulus SMP untuk melanjutkan studinya. Dari
hasil observasi, diperoleh bahwa aspek berpikir kreatif belum terlalu menjadi

2


perhatian khusus. Karena sejauh ini aspek yang dinilai hanya aspek sikap secara
umum. Berdasarkan hakikatnya, aspek berpikir kreatif juga dapat mempengaruhi
aspek-aspek yang lain termasuk hasil belajar. Maka dari itu aspek berpikir kreatif
harus mulai menjadi perhatian khusus, mulai dari cara mengajar dan perlakuan
guru kepada siswa agar siswa termotivasi untuk berpikir secara kreatif.
Stenberg dan Lubart dalam Sukardjo (2013) mengemukakan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang
baru (orisinal, tidak terbayangkan sebelumnya) dan tepat (bermanfaat, memenuhi
tujuan kerja yang diharapkan). Dengan berpikir kreatif siswa lebih dapat
memahami suatu materi pembelajaran fisika dengan mendalam. Karena siswa
yang berpikir kreatif dalam belajar fisika tentulah akan menemukan pemecahan
masalah fisika dengan metode yang baru dan lebih mudah untuk dipahami oleh
siswa tersebut. Sehingga proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan bermakna.
Oleh karena itu perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat
membantu siswa untuk memahami materi pembelajaran serta dapat meningkatkan
keaktifan dan cara berpikir siswa yaitu dengan menerapkan model pembelajaran
treffinger. Model pembelajaran treffinger merupakan salah satu dari sedikit model
yang menangani masalah kreativitas secara langsung. Model treffinger dapat
membantu siswa untuk berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, membantu
siswa dalam menguasai konsep-konsep materi yang diajarkan, serta dapat

menunjukkan potensi-potensi kemampuan yang dimilikinya termasuk kemampuan
kreatif dan pemecahan masalah. Dengan kreativitas yang dimiliki siswa, berarti
siswa mampu menggali potensi dalam berdaya cipta, menemukan gagasan serta
menemukan pemecahan atas masalah yang dihadapinya yang melibatkan proses
berfikir.
Teori kinetik gas adalah salah satu materi dalam pelajaran fisika yang ada di
kelas XI SMA. Pada materi ini siswa akan mempelajari tentang g teori kinetik
gas, hukum-hukum tentang gas, gass ideal, dan tekanan pada gas idel. Melalui
tahapan pembelajaran yang ada pada model treffinger ini siswa diharapkan dapat
mengidentifikasi kejadian /fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan
tentang Teori Kinetik Gas, sehingga konsep mengenai materi ini akan tertanam
pada siswa. Praktikum/eksperimen pengolahan data dengan menggunakan

3

pengelompokkan atau rumus, pembuktian dan penarikan kesimpulan, agar konsep
ini dapat diserap siswa dengan baik.
Berdasarkan uraian di atas diharapkan dengan menggunakan langkah-langkah
pembelajaran pada model treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif siswa kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi.

B.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian adalah: “Apakah dengan menggunakan model
pembelajaran Treffinger dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas XI MIA di SMA Negeri 11 Muara Jambi?”
B.3.Tujuan Pengembangan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa dengan menggunakan model Treffinger pada
materi Gerak Lurus kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi.
B.4.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1.

Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam pokok materi Teori
Kinetik Gas dengan menggunakan model Treffinger.

2.

Sebagai bahan masukan bagi guru dalam menerapkan model Treffinger untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.


C. Kajian Teori
C.1.Kreativitas
Menurut Silver dalam Susanto (2014), ada dua pandangan tentang kreativitas,
yaitu kreativitas genius dan kreativitas hasil penelitian terbaru. Pertama,
pandangan yang disebut kreativitas jenius. Menurut pandangan ini, tindakan
kreativitas dianggap sebagai tindakan yang paling langkah, yang dihasilkan oleh

4

individu yang luar biasa berbakat melalui penggunaan proses pemikiran yang luar
biasa, cepat, dan spontan. Pandangan ini mengatakan bahwa kreativitas tidak
dapat dipengaruhi oleh pembelajaran dan kerja kreatif, tetapi lebih merupakan
suatu kejadian tiba-tiba daripada suatu proses panjang sampai selesai seperti yang
dilakukan dalam sekolah. Jadi dalam pandangan ini ada batasan yang menerapkan
kreativitas dalam dunia pendidikan. Pandangan pertama ini telah banyak
dipertanyakan dalam penelitian-penelitian terbaru, dan bukan lagi merupakan
pandangan kreativitas yang dapat diterapkan kepada penelitian.
Kedua, pandangan yang merupakan pandangan baru kreativitas yang muncul
dari penelitian-penelitian terbaru bertentangan dengan pandangan jenius.

Pandangan ini menyatakan bahwa kreativitas berkaitan erat dengan pemahaman
yang mendalam, fleksibel didalam isi dan sikap, sehingga dapat dikaitkan dengan
kerja dalam periode panjang yang disertai perenungan. Jadi, kreativitas bukan
hanya merupakan gagasan yang cepat dan luar biasa. Menurut pandangan ini,
kreativitas dapat ditanamkan pada kegiatan pembelajaran dan lingkungan.
Menurut Hurlock dalam Susanto (2014) mengemukakan kreativitas secara
umum sebagai pemahaman yang secara luas meliputi gaya kognitif, kategorikategori pekerjaan, dan jenis-jenis hasil karya. Selanjutnya, Cropley dalam
Susanto (2014) mengemukakan paling sedikit ada dua cara dalam menggunakan
istilah kreativitas. Pertama, kreativitas yang mengacu pada jenis tertentu berpikir
atau fungsi mental, jenis ini sering disebut berpikir divergen. Kedua, kreativitas
dipandang sebagai pembuatan produk-produk yang dianggap kreatif seperti karya
seni, arsitektur, atau musik. Untuk pembelajaran sekolah, Cropley mengambil
istilah kreativitas yang pertama.
Harri pada Susanto (2014) dalam artikelnya mengatakan bahwa kreativitas
dapat dipandang sebagai suatu kemampuan, sikap, dan proses. Kreativitas sebagai
suatu kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru dengan mengkombinasikan,
mengubah, atau, menerapkan kembali ide-ide yang telah ada.
Menurut Torrance dalam Susanto (2014), bahwa kreativitas didefenisikan
sebagai proses dalam memahami masalah, mencari solusi yang mungkin, menarik
hipotesa, menguji dan mengevaluasi, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada


5

orang lain. Torrance menggambarkan ada empat komponen kreativitas yang dapat
diakses, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Kelancaran (fluency), yaitu kemampuan menghasilkan sejumlah ide.
Keluwesan dan fleksibelitas (flexybility), yaitu kemampuan menghasilkan beragam ideide.
Kerincian atau elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan mengembangankan,
membumbui, atau mengeluarkan sebuah ide.
Orisinalitas (originality), yaitu kemampuan untuk menghasilkan ide yang tak biasa di
antara kebanyakan atau jarang.

Dari defenisi-defenisi kreativitas di atas, secara operasional kreativitas dapat
diartikan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluesan
(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk

mengelaborasi, mengembangkan, dan memperkaya, dan memerinci suatu gagasan.
C.2.Berpikir Kreatif
Menurut Carin dan Sund dalam Susanto (2014), orang-orang kreatif memiliki
karakteristik tertentu. Siswa memiliki rasa ingin tahu, banyak akal, mempunyai
keinginan menemukan, memilih pekerjaan sulit, senang menyelesaikan masalah,
mempunyai dedikasi terhadap pekerjaan, berpikir luwes, banyak bertanya,
memberi jawaban yang lebih baik daripada yang lainnya, mampu menyintesis,
mampu melihat Implikasi baru, mempunyai semangat tinggi untuk menyelidiki,
dan mempunyai pengetahuan yang luas.
Berpkir kreatif yaitu menyatukan informassi agar tiba pada konsep, ide, atau pemahaman
baru yang menyeluruh. Berpikir kreatif biasanya melibatkan empat tahap termasuk persiapan
(mengumpulkan dan menguji informasi yang diperlukan), inkubasi (memikirkan
danmempertimbangkan ide-ide dan menghubungkannya dengan peristiwa-peristiwa lainnya),
pencerahan (saat dimana ide-ide menjadi jelas) dan verifikasi (pengujian. Menggunakan
berbagai metode untuk menguji ide) (Sousa,2012)

Rofiah (2013:18) mengatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi baik
itu kemampuan berpikir kritis, kreatif serta kemampuan pemecahan masalah yang
dimiliki oleh seorang tidak dapat dimiliki secara langsung melainkan diperoleh
melalui latihan. Ini menandakan bahwa kreatifitas tidak hanya mutlak bawaan
individu sejak lahir, kreatifitas bisa dikembangkan dengan beberapa perlakuan
terhadap seseorang/ kelompok agar mereka dapat mengasah kemampuan berpikir
kreatifnya.
Kemauan adalah sumber kreativitas (Latuconsina, 2014). Karena dengan
kemauan yang kuat, seseorang akan bersungguh-sungguh dan tekun dalam

6

mengerjakan sesuatu hal. Seseorang yang kreatif selalu ingin tahu, mencoba-coba,
berpetualang, suka bermain-main dan intuitif. Ia mempunyai keinginan untuk
mengembangkan sikap kreativitasnya, sehingga dituntut untuk berpikir kreatif
secara praktis dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya (Illahi, 2012).
Munandar (2009) mengatakan ciri-ciri kemampuan kreativitas yang
berhubungan dengan kognisi dapat dilihat dari keterampilan berpikir lancar,
keterampilan berpikir luwes, keterampilan berpikir orisinil, keterampilan
mengelaborasi dan keterampilan menilai/ mengevaluasi. Dibawah ini adalah tabel
dari 5 dimensi berpikir kreatif sebagai berikut :
No
1

2

3

4

Dimensi
Berpikir Lancar
 Mencetuskan
banyak
gagasan,
penyelesaian atau jawaban.
 Selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.

Berpikir Luwes
 Menghasilkan gagasan, jawaban
atau pertanyaan yang bervariasi.
 Dapat melihat suatu masalah dari
sudut pandang yang berbeda-beda.
 Mencari banyak alternatif atau arah
yang berbeda-beda.
 Mampu mengubah cara pendekatan
atau pemikiran.

Berpikir Orisinal
 Mampu melahirkan ungkapan yang
baru dan unik.
 Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan diri.

Berpikir Elaboratif
 Mampu
berkarya

dan

Perilaku siswa
a. Mengajukan banyak pertanyaan.
b. Menjawab dengan sejumlah jawaban
jika ada pertanyaan.
c. Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak daripada siswa lain.
d. Dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau
situasi.
a. Memberikan
macam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda.
c. Memberikan pertimbangan atau
mendiskusikan
sesuatu
selalu
memiliki posisi yang berbeda atau
bertentangan
dengan
mayoritas
kelompok.
d. Jika diberi suatu masalah biasanya
memikirkan macam-macam cara
yang
berbeda-beda
untuk
menyelesaikannya.
a. Memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tak pernah terpikirkan orang
lain.
b. Memberikan gagasan yang baru
dalam menyelesaikan masalah.
c. Melahirkan ungkapan yang baru dan
unik.
d. Memberikan contoh-contoh konsep
yang berbeda dengan yang sudah
ada.
a. Mencari arti yang lebih mendalam

7



5

mengembangkan suatu produk atau
gagasan.
Menambahkan atau memperinci
detail-detail dari suatu objek,
gagasan atau situasi sehingga
menjadi lebih menarik

Berpikir Evaluatif
 Menentukan patokan penilaian
sendiri dan menentukan apakah
suatu pernyataan benar, suatu
rencana sehat atau suatu tindakan
bijaksana.
 Mampu
mengambil
keputusan
terhadap situasi yang terbuka.
 Tidak hanya mencetuskan gagasan
tetapi melaksanakannya

terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkahlangkah yang terperinci.
b. Mengembangkan/memperkaya
gagasan orang lain.
c. Cenderung memberi jawaban yang
luas dan memuaskan
d. Mampu membangun keterkaitan
antar konsep
a. Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
b. Menganalisis masalah/penyelesaian
secara
kritis
dengan
selalu
menanyakan “mengapa?”
c. Mempunyai alasan (rasional) yang
dapat dipertanggungjawabkan untuk
mencapai suatu keputusan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

Pehkonen (1997) mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kombinasi antara
berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tapi masih dalam
kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek
pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna
dalam menyelesaikan masalah.
Berdasarkan pada uraian-uraian yang telah dikemukakan dirumuskan
pengertian kemampuan berpikir kreatif matematika sebagai berikut: Kemampuan
berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir yang sifatnya baru yang diperoleh
dengan mencoba-coba dan ditandai dengan keterampilan berpikir lancar, luwes,
orisinal, dan elaborasi dan berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang
menghasilkan bermacam-macam kemungkinan jawaban. Dalam pemecahan
masalah apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide-ide
yang berguna dalam menemukan penyelesaian masalah.
C.3.Instrumen Penilaian Berpikir Kreatif
Menurut Putra (2013) Instrument adalah alat yang digunakan untuk suatu
tujuan. Instrument evaluasi adalah alat yang digunakan untuk tujuan memperoleh
(menilai atau mengukur) seberapa jauh kemampuan siswa dalam menangkap
pelajaran. Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah untuk

8

memperoleh data yang diperlukan ketika penelitian sudah menginjak pada
langkah pengumpulan informasi di lapangan (Darmadi, 2013).
Dalam penilaian kemampuan berpikir kreatif instrumen yang digunakan
adalah instrumen penilaian non-tes. Instrumen penilaian yang digunakan yaitu
angket (kuesioner) dan pengamatan (observasi). Menurut Darmadi (2013), yaitu :
1.

Angket (Kuesioner)
Angket merupakan salah satu alat pengumpul data yang paling populer

digunakan dalam penelitian pendidikan maupun penelitian sosial. Dalam angket
(kuesioner) terdapat beberapa pertanyaan/ pernyataan yang berhubungan dengan
masalah penelitian yang hendak dipecahkan. Dengan angket tersebut peneliti akan
mendapatkan sebuah data/ informasi di lapangan yang nantinya akan digunakan
untuk menarik sebuah kesimpulan dari penelitiannya.
2.

Pengamatan (Observasi)
Instrumen yang sering dijumpai dalam penelitian pendidikan adalah

pengamatan (observasi). Instrumen pengamatan (observasi) ini akan lebih efektif
jika informasi yang hendak di ambil berupa fakta alami dan tingkah laku siswa
selama proses belajar mengajar berlangsung.
Sutrisno dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Teknik pengambilan data dengan observasi dilakukan
apabila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, dan gejalagejala alam.
C.4.Model Treffinger
C.4.1. Pengertian Model Treffinger
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil yang optimal,
guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat, sehingga konsep yang
disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Seorang guru dituntut untuk memiliki
kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih model yang efektif. Hal

9

ini sangat penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
dan menyenangkan.
Ada

banyak

model

yang

dapat

dipergunakan

guru

daam

proses

pembelajarannya, salah satu model yang dapat digunakan adalah model
Treffinger. Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif merupakan salah
satu dari sedikit model yang menangani masalah kreativitas secara langsung dan
memberikan saran-saran praktis bagaimana mencapai keterpaduan. Dengan
melibatkan baik ketrampilan kognitif maupun afektif pada setiap tingkat dari
model ini, Treffinger menunjukan saling hubungan dan ketergantungan antara
keduanya dalam mendorong belajar kreatif.
Model Treffinger adalah seperangkat cara dan prosedur kegiatan belajar yang
tahap-tahapnya meliputi orientasi, pemahaman diri dan kelompok, pengembangan
kelancaran dan kelenturan berfikir dan bersikap kreatif, pemacu gagasan-gagasan
kreatif, serta pengembangan kemampuan memecahkan masalah yang nyata dan
kompleks.
C.4.2. Manfaat Model Pembelajaran Treffinger
Manfaat model Treffinger antara lain:
a. Model pembelajaran Treffinger dapat membantu siswa untuk berfikir kreatif
dalam memecahkan masalah.
b. Membantu siswa dalam menguasai konsep konsep materi yang diajarkan.
c. Memberikan kepada siswa untuk menunjukkan potensi-potensi kemampuan
yang dimilikinya termasuk kemampuan kreatif dan pemecahan masalah.
d. Agar siswa aktif mencari sendiri pengetahuannya.
e. Model pembelajaran Treffinger ini merupakan model pembelajaran yang
bersifat developmental dan lebih mengutamakan segi proses, hal ini
dikarenakan model ini dirancang untuk membantu siswa berfikir dan
memecahkan masalah oleh mereka sendiri.
Dengan kreativitas yang dimiliki siswa, berarti siswa mampu menggali potensi
dalam berdaya cipta, menemukan gagasan serta menemukan pemecahan atas
masalah yang dihadapinya yang melibatkan proses berfikir (Huda, 2014).

10

C.4.3. Sintak Model Pembelajaran Treffinger
Adapun sintak model pembelajaran Treffinger adalah:
Tahap I (Basic Tools)
1.

Siswa membentuk kelompok dengan anggota 3 -5 siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang heterogen.

2.

Guru memberikan suatu masalah terbuka tentang materi yang diajarkan

3.

Guru membimbing siswa melakukan diskusi untuk menyampaikan gagasan
tentang materi yang diajarkan

4.

Guru memberikan penilaian pada masing-masing kelompok

Tahap II (Practice with process)
1.

Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk berdiskusi dengan
memberikan analog/perumpamaan

2.

Guru meminta siswa membuat contoh tentang materi yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.

Tahap III (Working with real problems)
1.

Siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan bersama kelompok yang berkaitan
dengan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari

2.

Guru melibatkan pemikiran siswa dalam tantangan nyata yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.

3.

Guru memberi tugas sebagai pemecahan masalah secara kreatif terhadap
materi konsep usaha.

C.5.Tinjauan Materi
C.5.1. Pengertian Teori Kinetik Gas
Menurut Jalaludin dan Saepudin (2007), teori kinetik adalah teori yang
menggunakan tinjauan energi dan gaya partikel-partikel zat untuk menerangkan
sifatsifatnya. Dalam kondisi nyata tidak ada gas yang bersifat ideal, akan tetapi
pada kondisi tertentu gas dapat menyerupai gas ideal. Kondisi tersebut yaitu
apabila gas memiliki kerapatan rendah, berada pada tekanan rendah, dan jauh dari
titik cair gas.
Gas ideal adalah gas yang memenuhi asumsi-asumsi sebagai berikut :
1.

Gas terdiri atas partikel-partikel yang dinamakan molekul. Tiap molekul
dapat terdiri atas dua atom atau lebih.

11

2.

Molekul-molekul bergerak bebas, acak, dan sesuai hukum Newton. Acak
yang dimaksud adalah bahwa molekul mempunyai kemungkinan yang sama
untuk bergerak ke segala arah dengan kecepatan yang bervariasi.

3.

Jumlah molekul sangat banyak. Ukuran molekul-molekul ini sangat kecil
dibandingkan dengan jarak antara 2 molekul, sehingga dapat dianggap
sebagai benda titik.

4.

Gaya-gaya yang bekerja di antara molekul diabaikan, kecuali bila
bertumbukan.

5.

Tumbukan antara molekul-molekul atau antara molekul dengan dinding
adalah lenting sempurna.

6.

Selama molekul gas sama,tidak bisa dibedakan satu dengan yang lain.

C.5.2. Hukum-hukum tentang Gas.
1. Hukum Boyle
“Hukum Boyle menyatakan: apabila suhu yang berada dalam bejana
tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas berbanding terbalik dengan
volumenya”(Jalaludin dan Saepudin, 2007).
Proses pada suhu konstan disebut juga proses isotermal. Secara matematis,
pernyataan di atas dinyatakan sebagai berikut :
P≈

1
V

atau

PV =Konstan

Untuk gas yang berada dalam dua keadaan, keseimbangan yang berbeda suhu
konstan dapat dinyatakan sebagai berikut :
P1 V 1=P 2 V 2
dengan:
P1 = tekanan pada keadaan 1 (N/m2)
P2 = tekanan pada keadaan 2 (N/m2)
V1 = volume gas pada keadaan 1 (m3)
V2 = volume gas pada keadaan 2 (m3)
Persamaan di atas selanjutnya disebut hukum Boyle. Dengan demikian dapat
dilukiskan grafik yang menyatakan hubungan antara tekanan dengan volume pada
suhu konstan seperti gambar :

12

Gambar 1. Grafik hubungan tekanan dan volume gas pada suhu konstan
2.

Hukum Gay lussac
“Hukum Gay Lussac menyatakan: apabila volume gas yang berada dalam

bejana tertutup dipertahankan konstan, maka tekanan gas sebanding dengan
suhum mutlaknya” (Jalaludin dan Saepudin, 2007).
Proses pada volume konstan disebut juga proses isokhorik. Secara matematis,
pernyataan di atas dapat ditulis sebagai berikut :

P T atau PT =Konstan

P 1 P2
=
V1 V2
dengan :
P1 = tekanan pada keadaan 1 (N/m²)
P2 = tekanan pada keadaan 2 (N/m²)
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K)
T1 = suhu gas pada keadaan 2 (K)
Persamaan di atas selanjutnya disebut hukum Gay Lussac. Dengan demikian
dapat dilukiskan grafik yang menyatakan hubungan antara tekanan dengan suhu
pada volume konstan seperti gambar :

13

Gambar 2. Grafik hubungan tekanan dan suhu gas pada volume konstan
3.

Hukum Charles
“Hukum Charles menyatakan: apabila tekanan gas yang berada dalam

bejana tertutup dipertahankan konstan maka volume gas sebanding dengan suhu
mutlaknya” (Jalaludin dan Saepudin, 2007).
Proses pada tekanan konstan disebut juga proses isobarik. Pernyataan tersebut
secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :
V T atauVT =Konstan
V1 V2
=
T 1 T2

Dengan :
V1 = volume pada keadaan 1 (m3)
V2 = volume pada keadaan 2 (m3)
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K)
T2 = suhu gas pada keadaab 2 (K)
Persamaan di atas selanjutnya disebut hukum Charles. Dengan demikian
dapat dilukiskan grafik yang menyatakan hubungan antara volume dengan suhu
pada tekanan konstan seperti gambar :

14

Gambar 3. Grafik hubungan volume dan suhu gas pada tekanan konstan
4.

Hukum Boyle-Gay Lussac
Apabila hubungan antara tekanan,volume, dan suhu gas dalam persamaan -

persamaan diatas digabungkan maka diperoleh :
PV
=Konstan
T
Untuk dua keadaan tekanan, volume, dan suhu gas yang berbeda maka dapat
juga dinyatakan sebagai berikut :
P1 V 1 P 2 V 2
=
T1
T2

dengan :
P1 = tekanan pada keadaan 1 (N/m²)
P2 = tekanan pada keadaan 2 (N/m²)
V1 = volume pada keadaan 1 (m3)
V2 = volume pada keadaan 2 (m3)
T1 = suhu gas pada keadaan 1 (K)
T2 = suhu gas pada keadaab 2 (K)
C.5.3. Persamaan Gas Ideal
Pada pembahasan tentang persamaan gas ideal, kita akan menjumpai
beberapaistilah kimia, seperti massa atom relative, massa molekul relative
bilangan Avogadro, dan mol. Maka perlu dibahas dahulu beberapa istilah tersebut.
1. Massa atom relative (Ar)
Merupakan perbandingan massa atom suatu unsur terhadap massa atom unsur
lain.

15

2. Massa molekul relative (Mr)
Massa molekul relative merupakan jumlah seluruh massa atom relative (Ar)
dari atom-atom penyusun suatu senyawa.
3. Mol (n)
Mol merupakan perbandingan massa (m) suatu partikel terhadap massa
relative (Ar atau Mr)
4. Bilangan Avogadro (Na)
Merupakan bilangan yang menyatakan jumlah partikel dalam satu mol (N a =
6,02 x 102 partikel/mol).
Berdasarkan definisi diatas, diperoleh hubungan antara mol (n), massa (m),
dan jumlah partikel (N) sebagai berikut :
n ¿

m
ataum=nMr
M

NA ¿

m
atau N=n N A
M

Persamaan matematis dari hukum Boyle-Gay Lussac hanya berlaku apabila
selama proses berlangsung, jumlah partikel gas adalah konstan. Jika jumlah
partikel berubah, volume gas juga berubah, walaupun tekanan dan suhu
dipertahankan, ditulis:

PV
=N
T

Dengan memasukkan konstanta pembanding k, maka diperoleh :

PV
=kN
T

PV =NkT
Nilai k secara eksperimen diukur oleh Boltzman,yang bernilai k =

R
NA

hasilnya :
k = 1,38 x 10-23 J/K. Dari persamaan N = nNA diperoleh PV = nNAKt Apabila
didefinisikan dengan konstanta lain, yaitu R, maka diperoleh :
PV = nRT
Selanjutnya disebut konstanta gas umum yang nilainya R = 8,31 J/mol K atau
0,082 atm/mol K (Jalaludin dan Saepudin, 2007).

16

C.5.4. Tekanan Gas Ideal
Tekanan gas berdasarkan teori kinetik :
1.

Tekanan timbul karena gas selalu menumbuk dinding, jika tumbukan sering
atau impuls besar maka tekanan gas besar

2.

Jika gas dipanaskan akan menambah energi kinetik partikel gas. Akibatnya
kecepatan gas naik, makin kuat menumbuk dinding atau gas makin sering
menumbuk dinding. Tekanan gas akan meningkat.

3.

Jika volume diperkecil, jarak tempuh gas memendek, makin sering
menumbuk dinding, tekanan gas meningkat

4.

Jika gas ditambah, partikel semakin banyak, makin banyak terja ditumbukan,
tekanan gas meningkat
Bayangkan gas dimasukkan ke dalam kubus yang panjang rusuknya L. Kubus

ditempatkan sedemikian rupa sehingga rusuknya sejajar dengan sumbu-sumbu
koordinat. Andaikanlah jumlah atom dalam kubus banyaknya N. jadi atom
sebanyak

N
3

bergerak hilir mudik sejajar sumbu x dengan kecepatan vrms.

Tiap kali tumbukan atom dengan permukaan ABCD kecepatan itu berubah dari +
vrms menjadi -vrms. Jadi partikel mengalami perubahan momentum yaitu :
∆ P=m0 (−V rms )−m0 ( +V rms ) =−2 m0 V rms

Sebaliknya partikel memberikan momentum sebesar +2m vrms kepada dinding.
Selang waktu antara dua buah tumbukan berturut-turut antara atom dengan
permukaan ABCD sama dengan waktu yang diperlukan oleh atom untuk bergerak
ke dinding yang satu dan kembali, atau menempuh jarak 2 L.
t=

2L
v rms

t = selang waktu antara dua tumbukan.
Karena impuls sama dengan perubahan momentum, maka dapat dinyatakan
bahwa :
F . t = 2 m0 V rms
F.

2L
=¿ 2 m0 V rms
v rms

Maka gaya rata-rata untuk satu atom dapat dinyatakan dengan persamaan :

17

2

m v rms
F= 0
L
Jadi untuk gaya rata-rata atom

N
3

dapat dinyatakan dengan persamaan :

2

F=

N m0 v rms
3
L

Tekanan rata-rata pada permukaan ialah hasil bagi antara gaya dengan luas bidang
tekan. Jadi :
P=

2
N m0 v rms 2
L
3
L

Karena L3= Volume kubus (V) Nm = massa gas dengan N atom. Dan m/V sama
dengan massa jenis gas, maka dapat dinyatakan :
P=

2
N m0 v rms
1
atau P= ρ v 2 rms
3
L
3

Sehingga :
P=

1 Nm
vv 2
3 V

Dengan :
P = tekanan gas (Pa = N/m²)
m = massa partikel gas (kg)
vv 2= Rata – rata kuadrat kecepatan (m²/s²)
N = Jumlah partikel gas
V = volume gas (m³)
Persamaan tersebut dapat pula dinyatakan dalam bentuk :
P=

2N1
2N
2
m v rms=
Ek
3V 2
3V

Persamaan ini menunjukkan hubungan antara tekanan dengan energi kinetik atom
atau partikel.
D. Metodologi Penelitian
D.1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa
inggrisnya adalah classroom action research (CAR). Menurut kunandar (2011)

18

PTK merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru atau bersama-sama
dengan orang lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya. Penelitian tindakan pada
dasarnya terdapat pada prosedur yang dirancang untuk menangani masalah
konkrit yang ada dalam situasi segera. Ini berarti idealnya, la ngkah demi langkah
dimana setiap prosesnya harus terus menerus dipantau mulai dari variasi periode
waktu dan sampai variasi mekanismenya (Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K.,
2007)
D.2.Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI MIA SMA Negeri 11
Muara Jambi pada semester ganjil tahun ajaran 2017-208.
D.3.Subjek dan Objek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara
Jambi. Dan obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Treffening.
D.4.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data menggunakan dua instrument
penilaian non tes, yaitu angket (quesioner) dan pengamatan (observasi).
D.4.1. Angket (quesioner)
Angket atau sering disebut kuesioner dimana di dalam angket ini terdapat
beberapa macam pertanyaan yang berhubungan erat dengan masalah penelitian
yang hendak dipecahkan, disusun, dan disebarkan ke responden untuk
memperoleh informasi di lapangan (Darmadi, 2013).
Berikut

dipaparkan

oleh

Darmadi

(2013)

syarat

untuk

membuat

angket/kuesioner yang baik. Untuk memperoleh item kuesioner yang baik,
peneliti hendaknya memperhatikan beberapa butir penting ketika mereka
membuat item tersebut. Beberapa butir item penting tersebut adalah :
1. Setiap item harus dibuat dengan bahasa yang jelas dan tidak mempunyai arti
yang meragukan.
2. Peneliti hendaknya menghindari pertanyaan ganda dalam satu item.

19

3. Pertanyaan berkaitan dengan permasalahan yang hendak dipecahkan dalam
penelitian.
4. Bahasa yang digunakan hendaknya menggunakan bahasa yang baku.
5. Peneliti hendaknya tidak terlalu mudah menggunakan item-item negative atau
item yang menjebak responden.
6. Peneliti hendaknya membangun item kuesioner yang terarah dalam kisi-lost
kerja atau framework permasalahan.
Angket yang baik hendaknya angket yang telah diuji kelayakannya, agar saat
penelitian mendapatkan hasil yang benar-benar akurat dan dapat mengukut
sesuatu yang hendak diteliti. Untuk menguji apakah angket tersebut telah layak
atau belum untuk mengambil data, maka angket harus diuji terlebih dahulu
validitas dan reliabilitasnya. Menurut Sujarweni & Endrayanto (2012):
a.

Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu

daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Uji validitas ini sebaiknya
dilakukan pada setiap butir pertanyaan dalam angket. Hasil r hitung kita
bandingkan dengan hasil r tabel dimana df (degree of freedon) = n-2 dengan sig
5%. Jika r tabel < r hitung maka valid. Untuk mengujinya menggunakan rumus:
x
y

∑¿

¿
¿
¿
n
¿
¿
y
¿
¿
n ∑ y 2−¿
n ∑ x 2−¿ ¿
¿
∑ ¿¿
xy−¿
n∑ ¿
r =¿
b.

Reliabilitas

20

Reliabilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan kontruk-kontruk pertanyaan yang
merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam bentuk kuesioner. Uji
reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir
pertanyaan. Jika nilai Alpha > 0,60 maka reliable.
Untuk mengujinya menggunakan rumus :
r=

[

][

k
∑σ
1− 2 b
(k −1)
σt
2

]

Keterangan :
r

= Koefisiem reliability instrumen

k

= banyaknya butir pertanyaan

∑ σ 2b
2

σt

= total varians butir
= total varians

D.4.2. Pengamatan (Observasi)
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian untuk mengukur tingkah
laku individu ataupun proses yang terjadi dalam kegiatan. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan 2 (dua) buah lembar observasi yaitu lembar observasi
kemampuan berpikir kreatif siswa dan lembar observasi kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru.
D.5.Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam tiga siklus yang terdiri dari siklus
I, siklus II, dan siklus III. Pada penelitian tindakan secara garis besar pada
umumnya mengenal adanya empat langkah penting yang dikemukakan oleh
Darmadi (2013).
Tahap- tahap yang dimaksud adalah:
1.

Perencanaan (plan)

2.

Tindakan (act)

3.

Observasi dan evaluasi

4.

Analisis dan refleksi (reflect).

21

D.5.1. Perencanaan
Sebelum pelaksanaan tindakan sangat penting membuat perencanaan terlebih
dahulu dan bentuk kegiatan yang termasuk dalam perencanaan yakni:
1.

Identifikasi masalah dan penerapan alternatif pemecahan masalah.

2.

Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM.

3.

Menentukan pokok bahasan materi.

4.

Mengembangkan skrenario pembelajaran.

5.

Mempersiapkan alat-alat pendukung yang diperlukan di kelas sesuai dengan
perencanaan pembelajaran.

6.

Membuat lembar observasi kemampuan berpikir kreatif siswa.

7.

Membuat lembar observasi aktivitas guru.

8.

Membuat angket (kuesioner) kemampuan berpikir kreatif siswa.

9.

Menyiapkan bahan ajar.

D.5.2.Tindakan
Pada tahap

ini

pembelajaran

dilaksanakan

sesuai

dengan

rencana

pembelajaran yang telah disiapkan pada persiapan tindakan. Secara umum
tahapan dalam pelaksanaan tindakan ini adalah:
1.

Membuat suasana belajar mengajar sebaik mungkin

2.

Memberikan semangat dan memotivasi siswa untuk belajar.

3.

Melaksanakan kegiatan inti sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disiapkan dalam perencanaan tindakan.

4.

Melakukan evaluasi.

5.

Menganalisis hasil evaluasi.

6.

Merefleksi pelaksanaan tindakan untuk menentukan perbaikan pada kegiatan
pembelajaran pada siklus berikutnya

D.5.3.Observasi dan Evaluasi
Observasi dalam penelitian ini ada 2, yaitu observasi guru dan observasi
siswa. Observasi guru dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru akan mengisi
lembar observasi yang telah tersedia. Dalam hal ini yang diobservasi adalah
aktivitas guru dan proses pembelajaran.

22

Untuk observasi aktivitas belajar siswa diukur dengan menggunakan lembar
observasi yang telah dirancang, yang pelaksanaannya dimulai pada awal kegiatan
pembelajaran sampai akhir pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk melihat
sejauh mana kemampuan berpikir kreatif siswa berkembang. Evaluasi ini
dilakukan pada setiap pertemuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
berpikir kreatif siswa dan mengetahui apakah model pembelajaran sudah tepat dan
layak digunakan.
D.5.4.Teknik Analisis Data
Analisis data diambil dari data hasil observasi tentang situasi belajar
mengajar, yaitu untuk data hasil observasi kemampuan berpikir kreatif persiswa
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Nilai Akhir ( NA ) =

Skor yang diperoleh
×100
Skor maksimum

Dengan kualifikasi nilai akhir (NA) :
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang

Kriteria
90-100
76-89
60-75
≤ 60
Tabel 1. Kualifikasi Nilai Akhir (NA)

Nilai
A
B
C
D

Sedangkan data untuk hasil lembaran observasi guru dihitung dengan
kriteria sesuai yang telah ditentukan. Kemendikbud (2013) :
Nilai

Jumlah VA
×100
Jumlah kriteeria

Dengan perhitungan sebagai hasil sebagai berikut :
Kategori
Nilai
Sangat Baik (A)
90≤ A≤ 100
Baik (B)
75≤ B≤ 90
Cukup (C)
60≤ C≤ 75
Kurang (D)
D≤ 60
Tabel 2. Perhitungan sebagai Hasil
Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang
dilakukan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

23

D.6.Indikator Keberhasilan
Tahap-tahap pelaksanaan yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil jika
kemampuan berpikir kreatif siswa meningkat yaitu mencapai ≥ 75 % dari jumlah
siswa yang telah mencapai skor B (Baik).
Bila kriteria tersebut terpenuhi, maka langkah-langkah pembelajaran dengan
menggunakan Model Treffinger dapat dijadikan usaha dalam peningkatan
kemampuan berpikir kreatif siswa kelas XI MIA SMA Negeri 11 Muara Jambi.

DAFTAR PUSTAKA
Cohen, L., Manion, L., & Morrison, K. 2007. Research Methods in Education
(6th ed.). London, New York: Routllege Falmer
Darmadi, H. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas
Huda, M. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Kencana
Illahi, Mohammad. T. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental
Vokational Skill. Jogjakarta : DIVA Press
Jalaludin, Dudung dan saefuddin. 2007. Pelajaran Fisika untuk SMA kelas XI,
Bandung : Arya Duta.
Latuconsina, Hudaya. 2014. Pendidikan Kreatif, Menuju Generasi Kreatif dan
Kemajuan Ekonomi Kreatif di Indonesia. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Munandar, Utami. 1990. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah
Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT. Gramedia.
Putra, Rizema. S. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Banguntapan
Jogjakarta : DIVA Press
Rofiah, Emi. 2013. Penyusunan Instrumen Tes Berpikir Tingkat Tinggi Fisika
Pada Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika. I (2) : 18
Sousa, A. David. 2012. Bagaimana Otak Belajar : Edisi Keempat. Jakarta Barat :
PT Indeks
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sukardjo, Muhammad, dkk. 2013. METAPHORMING : Beberapa Strategi
Berpikir Kreatif. Jakarta : PT Indeks
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenadamedia Grup

LAMPIRAN 1
INDIKATOR KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Berpikir Lancar
1. Mengajukan banyak pertanyaan.
 Saya senang bertanya saat pembelajaran berlangsung.
 Saat pembelajaran, jika saya tidak mengerti saya segera bertanya.
 Saya segera bertanya jika ada yang tidak saya mengerti dalam belajar.
2. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan.
 Jika ada pertanyaan dari guru saya berusaha untuk menjawabnya.
 Saya menjawab pertanyaan dari guru dengan lebih dari satu jawaban.
3. Bekerja lebih cepat dari teman lain
 Saya berlomba-lomba dengan teman yang lain untuk selesai lebih awal
dalam menjawab soal.
 Saya sering diminta guru untuk mengerjakan soal di papan tulis dan
menjelaskannya.
4. Melakukan lebih banyak dari pada teman yang lain.
 Dalam pembelajaran ini saya selalu mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru.
 Dalam pembelajaran ini Saya tidak hanya mengerjakan soal yang diberikan
oleh guru saja. Saya juga mengerjakan soal yang tidak diberikan oleh guru
sebagai tambahan.
5. Dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi.
 Dalam proses pembelajaran saya menjelaskan jawaban yang didapat di
depan kelas.
 Saya senang membantu teman saya yang kesulitan dalam mengerjakan soal.
Berpikir Luwes
1. Memberikan macam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau
masalah.
 Saya memberi tanggapan jika guru menampilkan gambar atau bercerita.

 Saat guru menampilkan gambar atau bercerita saya akan memberi
tanggapan.
 Saya ikut memberikan tanggapan jika guru menampilkan gambar atau
bercerita.
2. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda.
 Saya selalu membarikan contoh yang berbeda dengan contoh yang diberikan
guru.
 Saya memberikan contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang
berbeda dari contoh yang diberikan guru.
3. Memberikan pertimbangan atau mendiskusikan sesuatu selalu memiliki posisi
yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok.
 Dalam pembelajaran saya selalu memiliki pendapat yang berbeda dengan
teman dikelas.
 Saat diskusi saya memiliki pendapat yang berbeda dengan pendapat teman
yang lain.
4. Jika diberi suatu masalah biasanya memikirkan macam-macam cara yang
berbeda-beda untuk menyelesaikannya.
 Saya menanggapi masalah yang diberikan guru dengan cara yang berbedabeda.
 Saat mengerjakan soal yang diberikan guru, saya menjawabnya dengan cara
baru yang lebih mudah.
Berpikir Orisinal
1. Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tak pernah terpikirkan orang lain.
 Dalam pembelajaran saya senang mengajukan contoh kejadian yang aneh
tentang materi yang sedang dipelajari.
 Saat berdiskusi saya senang mengajukan contoh kejadian yang aneh tentang
materi yang sedang dipelajari.
2. Mempertanyakan cara-cara lama dan berusaha memikirkan cara-cara baru.
 Saya mengerjakan soal dengan cara yang berbeda agar lebih singkat dan

mudah.
3. Memberikan gagasan yang baru dalam menyelesaikan masalah.

 Saat berdiskusi saya mengajukan gagasan yang baru dalam menyelesaikan
soal dengan cara lebih mudah.
4. Setelah mendengar atau membaca gagasan, bekerja untuk mendapatkan
penyelesaian yang baru.
 Saya mencoba mengerjakan soal dengan gagasan baru yang menurut saya
dapat mempermudah menyelesaikan permasalahan.
Berpikir Elaboratif
1. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah
dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
 Dalam mengerjakan soal saya selalu berusaha untuk memahaminya dan
mengerjakan dengan langkah-langkah yang terperinci.
 Saya mengerjakan soal dengan langkah-langkah yang rinci dan teliti untuk
memahaminya.
2. Mengembangkan/memperkaya gagasan orang lain.
 Dalam pembelajaran saya selalu menambahkan gagasan yang diajukan
teman saya.
 Saat belajar saya membantu teman untuk mengerjakan soal.
 Saya menambahkan jawaban teman yang kurang lengkap di papan tulis.
3. Cenderung memberi jawaban yang luas dan memuaskan
 Dalam menjawab pertanyaan saya berusaha memberikan jawaban beserta
alasannya.
4. Mampu membangun keterkaitan antar konsep
 Saya selalu mencari kesamaan antara dua kejadian yang berbeda.
 Dari dua kejadian yang berbeda, saya berusaha mencari kesamaan
konsepnya.
Berpikir Evaluatif
a. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.
 Saya tidak langsung menyalahkan pendapat yang disampaikan teman.
 Saya selalu mempertimbangkan pendapat teman saya berdasarkan
pertimbangan sendiri.

b. Menganalisis masalah/penyelesaian secara kritis dengan selalu menanyakan
“mengapa?”
 Saya ingin mencari tahu jika ada yang tidak saya pahami dalam suatu
penyelesaian masalah dengan bertanya.
 Saya selalu bertanya jika ada yang tidak saya pahami dalam langkahlangkah penyelesaian soal.
c. Mempunyai alasan (rasional) yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
mencapai suatu keputusan.
 Dalam menyampaikan pendapat, saya memberikan alasan yang dapat
menguatkan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan terhadapnya.
 Saya akan bertahan dengan pendapat yang telah saya pilih.
Skala yang digunakan adalah skala Likert :
4 = Selalu

Atau

4 = Sangat setuju

3 = Sering

3 = Setuju

2 = Jarang

2 = Tidak Setuju

1 = Tidak Pernah

1 = Sangat tidak setuju

LAMPIRAN 2
KISI-KISI ANGKET
Variabel
Penelitian
Kemampuan
berpikir
kreatif siswa

Indikator

Deskriptor

Kemampuan
berpikir
lancar

a.Mencetuskan
banyak jawaban,
gagasan,
penyelesaian
masalah
dan
pertanyaan

Kemampuan
berpikir
luwes

Kemampuan
berpikir
orisinal

Jumlah Item
+
6
3

1

No Item
1,2,3,4,5,6,7,8,9

b. Memberikan
banyak cara atau
saran
untuk
melakukan
berbagai hal

3

10,11,12,13

c.Selalu
memikirkan lebih
dari satu jawaban

5

14,15,16,17,18

a.Menghasilkan
gagasan, jawaban
dan
pertanyaan
yang bervariasi

3

19,20,21

b.
Dapat
melihat
suatu
masalah dengan
arah
pemikiran
yang
berbedabeda

3

3

22,23,24,25,26,27,28

c.Mampu
melahikan
ungkapan
yang
unik dan baru

4

1

33,34,35,36,37

a. Mampu
melahirkan
ungkapan yang
unik dan baru

3

1

38,39,40,41

b. Mampu membuat
kombinasikombinasi yang
tidak lazim dari

3

1

42,43,44,45

bagian-bagian
atau unsur-unsur
Kemampuan
berpikir
memperinci

a. Mengembangkan,
menambah,
memperkaya
suatu gagasan

4

1

46,47,48,49,50

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL PISA KONTEN SHAPE AND SPACE BERDASARKAN MODEL RASCH

69 778 11

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63

IbM Pemanfaatan Biopestisida untuk Mengendalikan Hama Uret (Lepidiota stigma) Pada Tanaman Tebu

8 129 1

Aplikasi forecasting untuk memprediksi kepadatan penduduk di Dinas Kependudkan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Timur

9 92 261

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

EVALUASI ATAS PENERAPAN APLIKASI e-REGISTRASION DALAM RANGKA PEMBUATAN NPWP DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA TANJUNG KARANG TAHUN 2012-2013

9 73 45

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62