Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tiga Batu Tungku: Untuk meningkatkan Kerjasama Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah dari Pendekatan Konseling Pastoral dan Masyarakat di Nuruwe

BAB II LANDASAN TEORI Bagian ini merupakan landasan teoritik yang akan dikemukan dan didukung sebagai

  teori-teori pendukung yang digunakan dalam menganalisa data. Teori-teori yang dimaksud diantaranya:

A. Pemahaman Konseling Pastoral

  Manusia dilihat sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan menyesuailkan diri, berasal dari latar belakang budaya yang sama atau lintas budaya. Namun individu yang berlatar belakang ras dan etnik yang sama diartikan mempunyai budaya yang sama. Pada tataran subculture bisa saja beberapa dalam hal pandangan hidup, pola pikir, kesadaran, tanggung jawab dan integritas diri, sehingga hal tersebut dapat menempatkan diri pada lintas budaya.Sehingga dipahami konseling pastoral berperan untuk menjembatani interaksi tersebut. Konseling pastoral merupakan konseling yang berdimensi spiritual, dimensi dipahami dalam tuga paradigma: Pertama, dimensi spiritual dipahami dalam hubungan dengan kekristenan. Kedua, dimensi spiritual dipahami dalam kerangka berpikir psikologi.Ketiga, dimensi spiritual dalam hubungan dengan agama sebagai makna eksterior atau eksternal kemanusiaan yang terbentuk dari

  1

  kehidupan sosial dan budaya masyarakat. Mengenai ketiga paradigma tersebut, maka konseling pastoral dikaji dari perspektif interaksi sosial budaya.

1 Jacob D. Engel. Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 1-2.

  A.1. Konseling pastoral dalam analisa sosial budaya

  Konseling pastoral dalam analisa sosial budaya menyikapi dilema pelayanan pastoral dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, dengan membuka pemikiran untuk memiliki kemampuan: 1). mengkaji falsafah dan nilai-nilai hidup dalam kearifan lokal budaya bangsa Indonesia, 2). mentransformasikan teori-teori konseling pastoral Barat ke dalam falsafah hidup dan nilai-nilai kearifan lokal menjadi suatu teori konseling pastoral yang kontekstual dan berpusat pada budaya Indonesia, 3). mengaplikasikan bidang keahlian dalam konseling pastoral dengan memanfaatkan nilai-nilai spiritual dalam ritus

  2 keagamaan dan simbol-simbol budaya untuk menyelesaikan masalah.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, sebagai makhluk sosial dan berbudaya pasti memiliki falsafah hidup dan nilai spiritual yang berkembang dalam keragaman potensi dan keunikan untuk membangun suatu pendekatan pastoral yang kontekstual.

  A.1.1. Konseling Pastoral dalam interpretasi kekristenan

  Konseling pastoral merupakan: Dimensi spiritual dalam hubungan dengan kekristenan yang melaksanakan fungsi-fungsi yang bersifat menyembuhkan, mendukung, membimbing, memulihkan, memelihara, dan memperbaiki. Fungsi-fungsi tersebut menempatkan konseli melihat potret secara realistik, apa adanya sehingga konseli dapat menerima dirinya dengan seluruh kebaikan, kelebihan, dan kekurangannya. Konseling pastoral membutuhkan kesadaran konseli agar tidak berpura-pura dengan menyembunyikan kepribadian yang sebenarnya, sehingga dapat mengakui dan menerima dirinya secara nyata. Penerimaan diri inilah yang membantu konseli untuk mengembangkan diri dan menumbuhkan kasih sayang, agar konseli menyadari keberadaannya dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama. Dalam proses konseling pastoral, seorang konseli yang mengalami krisis kepribadian pasti membutuhkan perhatian dan keperdulian orang lain atau dari konselor, agar diterima dan dikasihi sebagaimana layaknya orang yang hidup dalam hubungan cinta kasih yang mesrah. Latar belakang pemikiran di atas lebih terfokus pada perhatian dalam konseling 2 pastoral yaitu spiritualitas. Konseling pastoral memberi tempat bagi dimensi spiritual, J.D.Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer.14-15. sehingga setiap orang dilihat sebagai wujud spiritual, baik fisik maupun intelektualnya perlu dihargai sebagai makhluk yang kreatif. Dalam perspektif kekristenan, konseling pastoral berpolakan pada pelayanan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tidak hanya memberi layanan spiritual, tetapi juga secara fisik, mental, dan sosial.Paradigma kekristenan memahami manusia dalam relasi dengan dirinya, sesama dan Allah. Inilah yang merupakan kunci keberhasilan dalam suatu proses konseling pastoral. Banyak orang yang datang mencurahkan isi hati dalam persoalan yang dialaminya tidak menjadi jaminan

  3 kesuksesan seorang konselor dalam konseling.

  Dengan penjelasan di atas, dapat dipahami konseling pastoral dalam interpretasi kekristenan, jika hubungan dengan sesama manusia dipulihkan maka disitu juga manusia akan memberikan dirinya untuk berdamai dengan Allah. Sehingga dikatakan manusia bukan hanya untuk hidup dan berdamai dengan sesama manusia melainkan juga harus berdamai dengan Allah.

  A.1.2. Konseling pastoral dalam interpretasi psikologi Konseling pastoral merupakan dimensi spiritual dalam kerangka berpikir psikologi.

  Secara psikologi, konseling pastoral dibutuhkan ketika terjadi benturan-benturan dalam upaya mencari makna dalam realitas hidup, sehingga dalam berpikir psikologi lebih menekankan pada psychological strength. Psychological strength merupakan suatu kekuatan yang menggerakan individu untuk menghadapi berbagai tantangan dalam keseluruhan hidupnya, termasuk menyelesaikann berbagai masalah yang dihadapinya.

  Psychological strength memiliki tiga dimensi, yaitu pemenuhan kebutuhan, kompetensi

  intrapersonal, dan kompetensi interpersonal. Pertama, pemenuhan kebuthan merupakan kekuatan psikis yang diperlukan untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup, agar dapat mencapai kualitas kehidupan secara bermakna dan memberik kebahagiaan.Kedua, kompetensi intrapersonal merupakan kemampuan berhubungan baik dengan diri sendiri, dengan meliputi pengetahuan diri, pengarahan diri, dan harga diri. Ketiga, kompetensi interpersonal merupakan kemampuan yang memungkinkan orang untuk berhubungan dengan orang lain dengan cara saling memuaskan. Dalam paradigma secara psikologi yang dipahami dalam kerangka pemenuhan kebutuhan berarti kekuatan psikologis

3 J.D.Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer.2-6.

  semakin menopang suksesnya proses konseling pastoral dengan bertujuan membantu orang-orang yang tertekan meningkatkan kekuatan psikologisnya.

  4 Dengan demikian mereka yang tergolong dalam orang yang memiliki permasalahan tidaklah

  tertekan lagi tetapi dapat bergerak ke arah normal sebagaimana arah kesehatan psikologis, dengan bertujuan memperkenalkan konseli dengan kebutuhannya, membantu konseli memperoleh keberanian dan kompetensi untuk memenuhi kebutuhan, dan membantu konseli menyadari bahwa terkadang mereka menghalangi pemenuhan kebutuhan mereka sendiri.

  A.2. Pemahaman pastoral budaya

  Engel mengatakan pastoral merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia,dalam upaya memanusiakan itulah terkandung makna pemberdayaan yang menjadi tujuan utama suatu proses pendampingan dan konseling dilakukan.

  5 Sehingga pastoral dipahami sebagai proses pertolongan dalam memberdayakan seseorang

  untuk hidup dan menghidupkan serta memanusiakan sesama. Hal ini berarti bahwa pastoral tidak sekedar membawa orang keluar dari keterpurukan dan penderitaan hidupnya, tetapi mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya untuk memberdayakan dirinya dan orang lain.

  Pendapat lainnya muncul dari Van Beek, yang mengatakan bahwa pastoral berasal dari bahasa latin pastore. Dalam bahasa yunani disebut poimenyang berarti gembala.

  6 Dari kedua

  pendapat tokoh ini menurut penulis, untuk memanusiakan dan memberdayakan manusia tentunya membutuhkan peran dari seorang gembala untuk mendampingi setiap proses pastoral 4 J.D.Engel, Konseling Pastoral dan Isu-isu Kontemporer. 6-10. 5 J.D.Engel, Materi Kuliah Pastoral Masyarakat, 10 Mei 2017. 6 J.D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 2. yang dilakukan. Clinebell berpendapat bahwa mendampingi dalam hal ini adalah bagaimana seorang gembala menjalankan fungsinya untuk membimbing, merawat, melindungi, menolong

  7

  dan memperbaiki relasi yang terputus dengan diri sendiri, orang lain dan Allah. Tugas dan fungsi seorang gembala, hendaknya hidup bukan hanya bertugas untuk menggembalakan, melainkan juga harus hidup selayaknya seperti seorang hamba dan gembala supaya dapat diteladani.

  Istilah pendampingan berasal dari kata kerja mendampingi sebagai suatu kegiatan menolong, karena suatu sebab perlu didampingi. Interaksi yang terjadi dalam proses pendampingan membuat pendampingan memiliki arti bahu membahu, menemani, berbagi dengan tujuan untuk saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Pendampingan yang berhasil menurut Van Beek adalah bagaimana menempatkan baik pendamping maupun yang didampingi dalam kedudukan yang seimbang dan dalam hubungan timbal balik

  8 yang serasi serta harmonis.

  Bila pendampingan seperti ini terus-menerus dilakukan maka, individu akan merasa bahwa dirinya sangat dihargai, bahkan dari situlah muncul kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan menemukan makna hidup.

  Krisetya mengemukakan bahwa pendampingan pastoral berhubungan dengan manusia tidak peduli kepercayaannya, kedudukan sosialnya, atau kemampuannya. Pendampingan

  9 pastoral ditujukan pada kebutuhan-kebutuhan manusia dalam perjalanan hidup ini.

  Jadi, ada saja kemungkinan bahwa pelayanan pastoral itu selalu dibutuhkan, karena pendampingan pastoral merupakan panggilan yang harus dilakukan oleh siapa pun, tidak harus orang-orang tertentu. 7 8 J.D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 2. 9 J.D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 2.

  J.D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 2-3.

  A.2.1.Fungsi Pastoral

  Sehubungan dengan fungsi pendampingan dan konseling pastoral, Van Beek mengartikan fungsi sebagai kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh dari pekerjaan pendampingan dan konseling dengan tujuan yang hendak dicapai dalam memberikan pertolongan. Beberapa fungsi

  10

  pendampingan dan konseling pastoral, yaitu: a.

  Fungsi bimbingan (guiding) Fungsi ini menurut Clebsch dan Jaekle membantu konseli yang berada dalam kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan dan pengambilan keputusan yang pasti, jika pilihan dan keputusan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi keadaan jiwanya sekarang dan yang akan datang. Fungsi ini dibutuhkan ketika terjadi perubahan- perubahan dalam hidup konseli agar tidak terjadi kebingungan dan tertekan antara pikiran dan tindakan.

  b.

  Fungsi Penopangan (sustaining) Fungsi menopang membantu konseli yang sakit atau terluka agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian yang terjadi pada waktu lampau. Fungsi ini menolong konseli untuk dapat melewati masa-masa sulit dan menerima kenyataan sebagaimana adanya, mandiri dalam keadaan yang baru, serta bertumbuh secara penuh dan utuh. Clebsch dan Jaekle membedakan fungsi menopang dalam empat tugas yakni, tugas pertama adalah penjagaan (preservation) untuk mendukung orang yang telah mengalami kehilangan agar ia tidak tenggelam lebih jauh dan kesedihan sedapatnya mungkin dapat diatasi. Kedua,

10 J.D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, 4-9.

  tugas penghiburan (consolation) sejauh penderita terbuka terhadapnya. Ketiga, tugas pemantapan (consolidation) yang berusaha mengerahkan dan menyusun kembali sisa tenaga agar konseli menangani situasinya secara mandiri. Keempat, tugas pemulihan (redemption) bila konseli mulai membangun rancangan hidup baru, agar berpangkal pada situasi yang baru, mengusahakan pembaruan semaksimal mungkin. Dari beberapa pemikiran di atas, fungsi menopang dapat diartikan menolong konseli menghadapi keadaan sekarang sebagaimana adanya, dan menerima kenyataan pahit yang dialami, serta tetap berjuang untuk menjalani hidup dengan baik.

  c.

  Fungsi penyembuhan (healing) Fungsi penyembuhan menurut Abineno merupakan pelayanan pastoral secara holistic, lahir dan batin, jasmani dan rohani, tubuh dan jiwa.Fungsi ini menuntun konseli mengungkapkan perasaan hatinya yang terdalam. Sebab bukan tidak mungkin secara fisik merupakan akibat dari sebuah tekanan secara psikis emosional. Melalui interaksi yang terbuka konseli dibawa pada hubungan dengan Tuhan baik melalui doa, pembacaan firman Tuhan dan percakapan pastoral. Menurut Clebsch dan Jeakle penyembuhan merupakan fungsi pastoral yang bertujuan mengatasi beberapa kerusakan, mengembalikan orang itu kepada kondisi sebelumnya.

  d.

  Fungsi memulihkan/memperbaiki hubungan (reconciling) Fungsi memulihkan berarti membantu konseli memperbaiki kembali hubungan yang rusak antara dirinya dan orang lain. Fungsi ini menolong konseli memaafkan kesalahan yang telah dilakukan orang dan memberi mereka pengampunan. Dengan mengampuni, hubungan konseli dan sesama yang telah rusak diperbaiki kembali. Selain itu Clebsch dan Jeakle berpendapat bahwa fungsi pemulihan juga merupakan usaha membangun kembali hubungan-hubungan yang telah rusak antara manusia dengan Tuhan dan sesamanya. Maka, pendampingan pastoral tidak hanya memulihkan relasi komunikasi dengan sesama tetapi juga mengembangkan spiritualitasnya dalam hubungan dengan Tuhan.

  e.

  Fungsi memelihara/mengasuh (nurturing) Fungsi memelihara atau mengasuh memampukan konseli untuk mengembangkan potensi-potensi yang diberikan Tuhan kepadanya. Potensi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang bisa ditumbuhkembangkan dan dijadikan sebagai kekuatan dalam menjalankan kehidupannya, sehingga mereka didorong ke arah pertumbuhan dan perkembangan secara holistic. Dengan demikian, pendampingan dan konseling pastoral melaksanakan fungsi penggembalaan dengan tujuan utama mengutuhkan kehidupan manusia dalam segala aspek kehidupannya, yakni fisik, sosial, mental dan spiritual serta membantu menemukan makna hidupnya.

  A.2.2.Tujuan Pastoral

  Dalam setiap proses konseling pastoral ada tujuan yang ingin dicapai, sehingga

  11

  mendorong konselor untuk melakukan proses ini. Adapun tujuannya ialah: a.

  Membantu konseli mengalami pengalamannya dan menerima kenyataan tentang apa yang sedang terjadi atas dirinya secara penuh dan utuh. Ini berarti dalam dan melalui proses ini, konselor memfasilitasi konseli sedemikian rupa sehinga konseli bersedia dan mampu 11 mengalami pengalaman dan perasaan-perasaannya secara penuh dan utuh. Termasuk Totok S. Wiryasaputra, Pengantar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia, 2014), 97-105.. memahami kekuatan dan kelemahan yang ada dalam dirinya serta kesempatan dan tantangan yang dihadapi di luar dirinya. Mengalami pengalamannya sendiri merupakan pondasi yang paling kukuh bagi pertumbuhan secara utuh, penuh dan berkelanjutan.

  Menurut Kubler Ross, konseli harus melewati gejala-gejala yang penuh duri sebelum mencapai penerimaan, yaitu penolakan, terkejut, pengharapan, kesendirian, kecewa, marah, tawar-menawar, depresi dan akhirnya penerimaan. Konselor pada dasarnya membantu konseli untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang penuh dan utuh seperti diharapkan sehingga dia tidak mempunyai kepribadian yang terpecah dan mampu mengintegrasikan diri dalam segala aspek kehidupan secara utuh, selaras, serasi dan seimbang. Begitu pula melalui konseling pastoral, konselor membantu konseli untuk menyadari bahwa dirinya mempunyai sumber-sumber untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapinya dan bertumbuh.

  b.

  Membantu konseli mengungkapkan diri secara penuh dan utuh. Melalui konseling pastoral konseli dibantu agar dapat secara spontan, kreatif dan efektif mengekspresikan perasaan, keinginan dan aspirasinya. Dengan demikian, konseli dapat secara penuh dan utuh dapat mengungkapkan perasaan yang sebenarnya.

  c.

  Membantu konseli berubah, bertumbuh dan berfungsi maksimal. Dalam proses ini konselor secara berkesinambungan memfasilitasi konseli menjadi agen perubahan bagi dirinya dan lingkungannya. Pada hakikatnya, konseli adalah agen utama perubahan dan konselor dapat disebut mitra perubahan bagi agen perubahan utama. Dengan begitu konseli tidak berhenti pada titik penerimaan, melainkan maju selangkah lagi sehingga berani dan bersedia mengubah diri, bertumbuh serta berfungsi secara maksimal. d.

  Membantu konseli menciptakan komunikasi yang sehat. Karena berbagai sebab, banyak orang dalam kehidupan ini tidak mampu berkomunikasi secara sehat dengan lingkungannya. Sehingga, menyebabkan berbagai persoalan baik dalam diri seseorang atau lingkungannya. Oleh sebab itu konseling pastoral dapat membantu orang untuk menciptakan komunikasi yang sehat. Konseling pastoral juga dapat dipakai sebagai media pelatihan bagi konseli untuk berkomunikasi dengan lebih baik pada lingkungannya.

  e.

  Membantu konseli bertingkah laku baru. Konseling pastoral dapat dipakai sebagai media untuk menciptakan dan berlatih tingkah laku baru yang lebih sehat. Tujuan ini sangat penting bagi konseli untuk menghentikan semua kebiasaan buruk yang ada dalam dirinya.

  f.

  Membantu konseli bertahan dalam situasi baru. Dalam hal ini konseli dapat bertahan pada kondisinya pada masa kini sebagaimana adanya dan akhirnya menerima keadaan itu dengan lapang dada dan mengatur kembali kehidupannya yang baru. Hal ini dilakukan apabila keadaan konseli tidak mungkin dapat dikembalikan pada keadaan yang sama sebelum dia mengalami krisis.

  g.

  Membantu konseli menghilangkan gejala-gejala yang mengganggu sebagai akibat dari krisis. Konseling diharapkan dapat mengurangi atau memperkecil gejala ketidaknormalan, mungkin bisa secara patologis, sehingga dapat berfungsi secara normal kembali.

B. Defenisi Konseling Masyarakat

  Asumsi dasar yang mendasari konseling masyarakat mengarah pada pendekatan multifaset untuk membantu. Model masyarakat konseling yang diksplorasi dalam penjelasan ini dapat didefenisikan sebagai berikut:

  Konseling masyarakat adalah kerangka kerja bantuan yang komprehensif yang didasarkan pada perilaku manusia dengan kompetensi multikultural dan berorientasi pada keadilan sosial. Karena perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh konteks masyarakat.Konselor menggunakan strategi yang memfasilitasi perkembangan baik klien mereka maupun komunitas yang memberi mereka makan. Defenisi ini mengajarkan tentang bagaimana strategi dalam memberikan pelatihan. Berikut adalah defenisi rinci tentang: a. masyarakat, b. kompetensi multicultural, c. keadilan sosial, d. perkembangan klien dan masyarakat yang sehat. Kata masyarakat, berarti hal yang berbeda untuk orang yang berbeda.Karena mungkin beberapa orang melihat orang-orang yang tinggal di wilayah geografis (masyarakat pedesaan yang bertantangan dengan masyarakat

  12 perkotaan).

  Bagi orang lain itu mungkin berarti sekelompok orang yang terkait dengan keunikannya melalui budaya, etnis atau ras, yang lain mungkin juga menggunakan istilah ini untuk merujuk pada saling ketergantungan satu sama lain sebagai anggota komunitas global yang lebih luas.

  Jika menyebutkan masyarakat sebagai sistem yang dimaksudkan mereka sebagai kesatuan, dengan demikian masyarakat berfungsi sebagai media dimana individu dapat bertindak atas dunia, keluarga dan lingkungan bisa menjadi komunitas, seperti sekolah, rumah sakit. Selain itu masyarakat memiliki kehadiran dan kekuatan yang sama dengan siapa pun yang bekerja sebagai penolong menjadi titik utama, untuk memeriksa bagaimana dampaknya di berbagai komunitas yang menjadi bagian dari mereka sendiri. Disengaja untuk memilih defenisi umum mengenai istilah masyarakat karema

12 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 423.

  dimaksudkan untuk berbagai kolektif manusia dari keluarga dan transgender kelompok,

  13 dan lebih jauh ke sistem sosiopolitik yang jauh lebih besar dan lebih kompleks.

  Dengan demikian dapat didefenisikan untuk menyiratkan anggota masyarakat yang memiliki dampak langsung dan tidak langsung antara satu sama lain. Koneksi manusia dan saling ketergantungan yang berperan sebagai konsep penting dimana menjadi dasar sebagai model konseling masyarakat.

  Martin Luther King (1963) menegaskan bahwa dalam mengembangkan kesehatan dan rasa saling ketergantungan, salin menghormati sebagai anggota komunitas nasional dan dunia adalah satu-satunya tantangan terpenting pada masanya. Meskipun dipresentasikan lewat wawasan, King berlaku langsung dengan konselor saat ini karena mereka mencari

  14 cara baru untuk mengatasi kebutuhan kesehatan mental abad ke-21.

  Mengharapkan konselor akan menemukan model konseling masyarakat untuk membantu karena mereka berusaha untuk menumbuhkan kesehatan klien maupun mempromosikan masyarakat yang toleran, responsif, dan peduli.

  13 14 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 423.

  Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 424.

  B.1. Model Konseling Masyarakat

  Penguraian asumsi dan konsep fundamental yang menjadi dasar dari asumsi untuk membangun model konseling masyarakat. Ini juga membahas mengenai strategi yang dapat digunakan konselor untuk mempromosikan manusia yang sehat saat menerapkan model teoritis dalam pengakuan bahwa dalam konteks lingkungan klien, sering mengabadikan berbagai bentuk ketidakadilan, penindasan, dan tekanan yang berdampak negatif terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan mental seseorang. Kemudian ada beberapa individu mungkin berfikir bahwa model ini mewakili cara berfikir yang baru, lebih ekspansif, dan sangat berbeda tentang peran dan fungsi konselor.

  15 Dalam penerapan model konseling masyarakat tidak terbatas pada masyarakat, namun

  kerangka kerja telah digunakan dengan cara yang berbeda oleh konselor yang bekerja secara luas sebagai aspek konseling masyarakat di sekolah, universitas, lembaga konseling karir, rehabilitasi lembaga, pusat kesehatan mental masyarakat sebagai kerangka kerja yang relevan. perspektifnya didasarkan pada berbagai perkembangan manusia, psikologis, dan teori konseling masyarakat.

  Aplikasinya meliputi banyak intervensi yang membangun kekuatan dan kemampuan orang lain, serta strategi perubahan lingkungan yang mempromosikan keadilan dan dukungan kesehatan perkembangan manusia.

  Adanya alasan penting untuk menggambarkan konteks historisnya, termasuk implementasinya dari berbagai bidang pendidikan, pemberdayaan, pencegahan, dan advokasi.

  Layanan oleh banyak orang dari akhir 1800-an dan awal 1900-an melalui saat ini. Tanpa pengetahuan sejarah ini, individu mungkin salah persepsi. Kerangka konseling masyarakat sebagai model teoritis yang baru dan belum dicoba. Kemudian penting juga untuk mengklarifikasi bagaimana akar konseling masyarakat sebagai kerangka kerja yang historis 15 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 425. didasarkan pada strategi intervensi yang telah ada.Digunakan untuk mengatasi berbagai bentuk ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan penindasan itu yang berdampak buruk pada jutaan orang di

  16

  masyarakat kita. Dengan demikian tugas dari konselor memainkan peran penting dalam masyarakat, membantu klien untuk mencoba menjembatani kesenjangan antara kehidupan yang saat ini mereka jalani dan kehidupan yang akan datang. Konseling masyarakat menanamkan harapan dengan mendukung klien mereka dan mempromosikan tingkat keadilan sosial mereka hidup bekerja.

  B.2. Konseling Masyarakat Abad ke-21

  Sejak abad ke 21, konselor berperan penting dalam masyarakat dan membantu klien yang tak terhitung jumlahnya. Mereka mencoba menghubungkan kesenjangan antara kehidupan yang mereka jalani saat ini dengan kehidupan yang akan datang. Terkadang kesenjangan itu tampaknya menakutkan bagi mereka. Dalam hal ini budaya, ras, jenis kelamin, orientasi seksual, geografi, dan dinamika keluarga, membuat mereka khawatir sehingga berproses sampai ke

  17

  tahapan berkonseling. Namun ada beberapa kesamaan yang tidak boleh diabaikan meliputi: a. kebanyakan permasalahan yang dialami mereka itu termasuk dalam ketidak-adilan sumber daya b. keinginan untuk berubah menjadi lebih baik

  16 17 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 425.

  Judith A. Lewis, dkk, “Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective”, Fourth Edition (Brooks/ Cole, Cengange Learning: USA, 2003), 95. c. banyak masalah dari luar yang mengganggu bukan dari mereka sendiri melainkan pengaruh dari luar lingkungan.

  B.3.Konteks lingkungan

  Conyne dan Cook mengkritisi pada apa yang mereka sebut sebagai orang-orang yang terikat pada masa lalu, perilaku klien tampaknya akan menjadi masalah sehingga solusi yang baik adalah membantu klien untuk mengubah masalahnya dengan mudah. Tetapi yang terpenting ialah sasaran dari proses perubahan adalah klien sendiri. Ada beberapa aspek dan fungsi yang

  18

  bertujuan untuk menjadi konselor yang lebih adaptif, konselor yang berfungsi sebagai ahli dalam pengobatan, terampil mengidentifikasikan sifat seseorang dan membantunya mengembangkan apa yang menjadi keinginannya.

  Meski beberapa konselor tetap nyaman dengan hal ini, ada juga keterbatasan paradigma yang berfokus pada orang akan semakin jelas dalam beberapa tahun terakhir. Secara khusus pada dampak buruk dari penindasan lingkungan, dalam pembahasannya tentang perlunya perspektif yang lebih luas. Jika terus menerus bekerja hanya pada tingkat pemahaman individu, kita akan terlibat dengan kekuatan pemutusan dan penindasan yang da dalam budaya sehingga dikatakan gagal dalam menyembuhkan sesuai dengan kebutuhan klien (masyarakat). Jordan menekankan fakta bahwa perspektif teoretisnya, Relational-Terapi Budaya tetap menghadapi masalah. Sementara Relational-Cultural Therapy mengakui kekuatan hubungan yang melanggar dan

18 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 5.

  19

  melukai. Terpenting ialah mengakui kekuatan untuk menyembuhkan, membantu, memberi makan, membebaskan dan memberdayakan.

  Teori konseling yang menekankan hubungan antara orang dan lingkungannya telah menjadi prinsip sentral konseling pada abad ke-21 karena kekuatan lingkungan untuk memelihara atau membatasi pembangunan manusia telah menjadi semakin jelas ornag-orang yang berinteraksi dengan lingkungan mereka dengan cara yang membantu atau menyakiti.

  20 Namun seiring dengan perkembangan, orang selalu mengandalkan interpersonal mereka.

  Lingkungan sebagai sumber belajar dan dukungan untuk memenuhi kebutuhan mereka terutama melalui interaksi dengan orang lain.

  Paradigma abad ke-21 menyadari bahwa upaya untuk mempromosikan psikologis klien, tanpa berhadapan dengan sistem sosial yang tidak efektif. Faktor lingkungan jelas berkontribusi terhadap perkembangan masalah yang mungkin dihadapi klien yang terkadang koneksi antara faktor-faktor seperti itu dan masalah pribadi seseorang dapat didefenisikan, terkadang klien juga berkembang dalam lingkungan yang penuh dengan bahaya psikologis, kapan konselor berfokus pada klien mereka saja, ataukah mereka secara tidak sengaja merusak pribadi klien mereka dengan kekuasaan mereka. Tanpa dukungan untuk menangani dan mengubah kondisi lingkungan yang berdampak negatif pada kehidupan mereka, klien biasanya merasa semakin tidak berdaya, kekurangan rasa dalam konseling, dan terus merasa terjebak dalam sangat terbatas pada peran

  19 20 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 99.

  Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 99.

  21

  dan hubungan yang tidak menguntungkan. Meski lingkungan bisa melawan pertumbuhan individu, itu bisa sama pastinya membantu perkembangan pribadi dalam hal ini orang yang berbeda-beda kemampuan mereka untuk mengatasi tekanan hidup. Setidaknya beberapa hasil yang membuktikan dari perbedaan tingkat dan jenis dukungan sosial yang tersedia bagi mereka.

  Lingkungan yang mendukung secara aktif cenderung akan mendorong perkembangan yang baik, karena lingkungan dapat mempengaruhi orang dalam banyak hal yang negatif sehingga konselor akan berfokus pada hal yang positif dalam setiap individu.

  B.4.Kekuatan dan Sumber Daya Klien

  Kekuatan dan sumber daya klien, sejak zaman Aristoteles, ilmuwan, filsuf dan religius telah merenungkan pertan yaan “bagaimana kita bisa lebih bahagia?” namun sampai saat ini, satu- satunya pertanyaan yang membimbing dalam psikologis adalah “bagaimana kita bisa

22 Terkadang dalam sejarah profesi konseling, konselor juga mengurangi penderitaan?”.

  kehilangan penglihatan kekuatan, sumber daya, dan potensi klien mereka untuk membujuk mereka pada sumber penderitaan. Hal ini menekankan pada keburukan yang seringkali memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan untuk meningkatkan pesimisme dari klien dan mengurangi rasa percaya dirinya. Sekarang tren telah berbalik, Seligman dkk “mengakatakan bahwa psikoterapi telah lama terjadi dimana anda pergi untuk membicarakan masalah anda, dan menyarankan bahwa psikoterapi diperlukan untuk membicarakan masa depan anda menjadi lebih

  21 22 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 100-102.

  Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 420.

  23

  baik. Untuk konseling masyarakat, masa depan yang positif ini mungkin sudah ada untuk membantu klien, mengenali klien dan membangun kekuatan dan sumber daya mereka adalah prinsip utama dari pendekatan konseling masyarakat.

  Pendekatan ini berfokus pada hal yang sempit dan negatif pada masalah yang telah menghancurkan klien yang terpinggirkan. Model pemulihan menekankan bahwa tanggung jawab dan kontrol terhadap proses pemulihan harus diberikan sebagian besar kepada orang yang memiliki kondisi dengan kesehatan mental yang dirancang untuk memberdayakan, membuat

  24

  orang itu bertanggung jawab atas keputusan tentang kehidupannya. Dengan begitu mereka sudah diarahkan kepada tahapan pemberdayaan yang menyeluruh. Mengenai komponen ini, tindakan pemulihan kesehatan mental tidak hanya bermanfaat bagi setiap individu dengan cacat kesehatan mentalnya lebih memusatkan diri pada kemampuan mereka untuk bekerja, belajar dan berpartsipasi dalam masyarakat.

  23 24 Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 421.

  Judith A. Lewis, dkk, Community Counseling: A Multicultural-Sosial Justice Perspective, 422.

  Rangkuman 1.

  Konseling merupakan proses memberi bantuan melalui percakapan, yang dilakukan antara konselor (pihak pembimbing/penolong) kepada klien (orang yang memgalami suatu permasalahan).

  2. Konseling pastoral dalam interpretasi kekristenan merupakan bentuk kesadaran diri seorang konseli terhadap konselor. Berarti konseli bebas mengekspresikan dirinya terhadap konselor terkait apa yang dirasakannya. Bentuk ekspresi itulah dinyatakan sebagai interpretasi dari pribadi Kristen yang saling membutuhkan sesama manusia, agar diterima dan dikasihi selayaknya hubungan antara manusia dengan Tuhan.

  3. Konseling pastoral dalam interpretasi psikologi merupakan proses percakapan yang terjadi ketika adanya permasalahan, dengan bertujuan untuk membantu orang yang tertekan dalam menemukan kualitas kehidupan yang bermakna dan penuh kebahagiaan.

4. Pastoral budaya merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia sebagai proses pertolongan dalam menghidupkan dan memberdayakannya.

  5. Fungsi pastoral diartikan sebagai kegunaan dan manfaat dari proses pendampingan yaitu: membimbing, menopang, menyembuhkan, memperbaiki, mengasuh. Dengan tujuan untuk membantu konseli untuk mencapai tingkat kedewasaan dan kepribadian yang penuh dan utuh dari setiap permasalahan yang sedang dihadapinya.

  6. Konseling masyarakat merupakan proses pemberian bantuan terhadap masyarakat, terkait dengan permasalahan yang terjadi dalam kebudayaannya

  7. Model konseling masyarakat merupakan strategi yang digunakan oleh konselor sebagai media untuk menjembatani kesenjangan antara kehidupan saat ini dengan kehidupan yang akan datang, dengan menanamkan harapan kepada klien agar tetap hidup dan bekerja sebagai makhluk yang berbudaya.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Studi tentang Metode Pengajaran Katekisasi bagi Katekumen di Jemaat GMIT Syalom Sakteo

0 3 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Naketi: Dalam Pemahaman Jemaat GMIT Efata So’e, Dikaji dari Perspektif Pastoral

1 4 43

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengolahan Nilai Ujian SD Negeri Tejosari Berbasis Web

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Identitas dalam Ritual Tulude

0 0 14

LAPORAN SKRIPSI SISTEM INFORMASI PENDATAAN dan MONITORING SISWA PRAKTEK KERJA INDUSTRI SMK SE-KABUPATEN KUDUS BERBASIS SAAS CLOUD COMPUTING MUHAMMAD MUHAIMIN NIM. 2013-53-111

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Identitas dalam Ritual Tulude

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Identitas dalam Ritual Tulude

0 0 45

4.1. Unsur-unsur Makna di dalam Ritual Tulude. - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perubahan Identitas dalam Ritual Tulude

0 1 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Inses: Studi Hermeneutik dengan Perspektif Fiorenza terhadap Kejadian 19:30-38

0 2 57

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tiga Batu Tungku: Untuk meningkatkan Kerjasama Lembaga Gereja, Adat, dan Pemerintah dari Pendekatan Konseling Pastoral dan Masyarakat di Nuruwe

0 0 10