BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran - Pasar Seni Di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Pasar Seni di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual. B. Pemahaman Judul Berikut ini akan diuraikan perumusan judul berdasarkan terminologi beberapa

  satuan judul yaitu Pasar Seni di Sangiran

  

Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur

Kontekstual.”

1. Pasar Seni

  Pasar adalah tempat orang berjual beli, (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Dalam pengertian sederhana, pengertian pasar adalah sebagai tempat bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual- beli barang atau jasa (http://carapedia.com/pengertian_arti_definisi_pasar, diakses 05 Desember 2012)

  Seni adalah karya yg diciptakan dengan keahlian yg luar biasa, seperti tari, lukisan, ukiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

  Sehingga “Pasar Seni” adalah sebuah tempat atau wadah yang menampung kegiatan jual beli seperti pasar pada umumnya, tetapi yang dijual merupakan barang-barang seni atau hasil cipta manusia dengan keahlian yang tinggi.

  commit to user

  2. Kawasan Sangiran

  Sangiran adalah sebuah situs arkeologi (Situs Manusia Purba) di Jawa, Indonesia. Sangiran terletak di sebelah utara Kota Solo dan berjarak sekitar 15 km (tepatnya di desa krikilan, kec. Kalijambe, Kab.Sragen).

  Situs Sangiran memunyai luas sekitar 59, 2 km² (SK Mendikbud 070/1997) secara administratif termasuk kedalam dua wilayah pemerintahan, yaitu: Kabupaten Sragen (Kecamatan Kalijambe, Kecamatan Gemolong, dan Kecamatan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan Gondangrejo), Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Oleh Karenanya Dalam sidangnya yang ke 20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, menetapkan Sangiran sebagai salah satu Warisan Budaya Dunia “World Heritage List” Nomor : 593. Dengan demikian pada tahun tersebut situs ini terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.

  3. Pemberdayaan Masyarakat

  Pada masa sekarang ini, pemberdayaan telah menembus berbagai disiplin ilmu, sehingga banyak definisi pemberdayaan diberikan oleh para ahli sesuai dengan bidang ilmu yang dikajinya. Konsep pemberdayaan sebagaimana didefinisikan oleh Pranarka dan Moeljarto misalnya, lebih mengacu pada konsep dasar terlalu umum, yaitu “upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang adil dan beradab menjadi semakin efektif

  commit to user secara struktural, baik di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara, regional, internasional, maupun dalam bidang politik, ekonomi, (Pranarka

  dan Moeljarto 1996:56 ).

  Konsep pemberdayaan dalam tulisan ini, diartikan sebagai upaya untuk memampukan masyarakat di sekitar situs Sangiran dalam konteks kepentingan pengelolaan warisan budaya, dengan cara mendorong, memotivasi sekaligus membangkitkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya, serta berupaya mengembangkannya untuk memperoleh kemandirian dalam meningkatkan taraf hidupnya. Masyarakat di sekitar situs arkeologi Sangiran adalah masyarakat yang bermukim di sekitar situs Sangiran dalam wilayah administratif desa atau pun kecamatan dan mereka yang memiliki interaksi dengan situs tersebut. Mereka inilah yang diberdayakan tidak terbatas dari aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya sesuai dengan keperluan.

4. Arsitektur Kontekstual

  Konsep kontekstualisme dalam arsitektur mempunyai arti merancang sesuai dengan konteks yaitu merancang bangunan dengan menyediakan visualisasi yang cukup antara bangunan yang sudah ada dengan bangunan baru untuk menciptakan suatu efek yang kohesif (menyatu). Rancangan bangunan baru harus mampu memperkuat dan mengembangkan karakteristik dari penataan lingkungan, atau setidaknya mempertahankan pola yang sudah ada. Suatu bangunan harus mengikuti langgam dari lingkungannya agar dapat menyesuaikan diri dengan konteksnya dan memiliki kesatuan visual dengan lingkungan tersebut dan

  commit to user commit to user

  memiliki karakteristik yang sama. Desain yang kontekstual merupakan alat pengembangan yang bermanfaat karena memungkinkan bangunan yang dimaksud untuk dapat dipertahankan dalam konteks yang baik. (http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=75579, diunduh 05/09/2012)

  Stuart Cohan dan Steven Hurtt, yang mengaku memperkenalkan kontekstualisme, menyatakan bahwa kontekstualis bermaksud memeluk spirit/jiwa bangunan-bangunan tua dan lingkungan yang bersejarah ke dalam rancangan baru, bukan sekedar melalui bentuk. Dengan demikian kontekstualisme dapat memberi tempat sekaligus membuka persoalan dengan aliran/paham lain seperti environmentalism, konservasionism, regionalism, postmodemism, dsb yang sedang berkembang (Charles Jencks and Karl Kropf (ed.), 1997).

  Dari uraian di atas, dapat diambil sebuah pemahaman mengenai Pasar

  Seni di Sangiran Sebagai Wadah Pemberdayaan Masyarakat Dengan Pendekatan Arsitektur Kontekstual” , merupakan sebuah penyelesaian dalam

  upaya peningkatan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di Sangiran maupun eksistensi Situs Sangiran dengan menitik beratkan pada penyediaan wadah, kegiatan beserta fasilitas pendukungnya melalui building arsitektural dengan pendekatan konsep arsitektural kontekstual sebagai upaya harmonisasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya.

  Perkembangan selanjutnya dari gagasan ini akan merujuk pada pemahaman yang telah disebut di atas dengan tanpa mengurangi kemungkinan akan berkembangnya ide pada saat proses berpikir, merencanakan, dan merancang.

C. Latar Belakang 1. Kondisi Kawasan Situs Sangiran

  Sangiran merupakan situs terpenting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya.

  Saat ini kawasan situs sangiran mulai di upayakan untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata bertaraf internasional. Sejak dibangun pada 2005, Museum Manusia Purba Sangiran di Kecamatan Kalijambe, akhirnya diresmikan penggunaannya oleh Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang juga pembuat Design Engineering Plan Sangiran, Prof. Dr. Wiendu Nuryanti.

  Pada awalnya Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas

  2

  1.000 m yang terletak di samping Balai Desa Krikilan. Sebuah museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1980 karena mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang nyaman. Bangunan

  2

  2

  tersebut seluas 16.675 m dengan ruangan museum seluas 750 m . Di Museum Sangiran terus dilakukan pembenahan dan penambahan bangunan maupun fasilitas pendukung untuk mempertegas

  commit to user keberadaannya sebagai warisan dunia yang memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan maupun untuk menciptakan kenyamanan bagi para wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Museum Sangiran sekarang telah berevolusi menjadi sebuah museum yang megah dengan arsitektur modern.

  (http://www.museumindonesia.com/museum/19/1/Museum_Purbakala_ Sangiran_Sragen, diakses 03/09/2012)

  Gbr I. 1. Museum Sangiran Saat Ini Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)

  Dengan adanya pembenahan yang terus menerus dilakukan, Museum Sangiran sekarang ini telah menjadi sebuah museum arkeologi yang bertaraf internasional. Sehingga museum ini dapat menjadi magnet utama bagi kawasan Sangiran dalam menarik wisatawan.

  Dari hasil penjualan tiket retribusi Museum Sangiran jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu rata-rata sebesar 25% pertahunnya. Jumlah pengunjung Museum Sangiran tahun 2008-2012 : Pengunjung tahun 2008 : 56.999, tahun 2009: 71.986, tahun 2010 : 116.896, tahun 2011 : > 130.000, tahun 2012 : > 177.000.

  commit to user Dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung di kawasan situs Sangiran, diharapkan mampu menjadi potensi untuk penyediaan fasilitas bagi pengunjung berupa Pasar Seni.

2. Perekonomian Masyarakat di Kawasan Situs Sangiran

  Sejak pemerintah menetapkan kawasan Sangiran sebagai cagar budaya pada 1977, banyak warga yang mencari nafkah sebagai perajin batu. Saat ini ada 35 perajin di Krikilan. Karya-karya mereka dijual sebagai suvenir di galeri dan kios yang tersebar di sekitar Museum Sangiran.

  Gbr I. 2. Kerajinan Pahat Batu Krikilan Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)

  Selain perajin batu, di kawasan sangiran masih terdapat kerajinan yang lain yang dapat di angkat sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, antara lain, Kerajinan anyaman bambu di Bukuran, Kerajinan garment (batik) di Plupuh, Kerajinan batok kelapa di Ngebung.

  commit to user

  

Gbr I. 3. Kerajinan Anyaman Bambu Dan Batok Kelapa

Sumber: DED kawasan sangiran, 2007

  Perkembangan usaha penjualan souvenir mengalami beberapa hambatan, salah satunya disebabkan karena adanya persaingan harga yang ketat antar toko-toko souvenir dan penyajian barang dagangan yang ala kadarnya. Karena penjual souvenir menjadikan rumah mereka sebagai show room untuk barang dagangannya.

  Gbr I. 4. Kios Souvenir Di Sangiran Sumber: Dokumentasi Pribadi (2012)

  Sehingga diperlukan sebuah wadah yang diharapkan mampu membantu masyarakat dalam penyajian barang dagangan souvenir dan management agar meminimalisir persaingan harga antar pedagang maupun pengerajin.

  commit to user

3. Pendekatan Arsitektur Kontekstual Sebagai Arah Perancangan Pasar Seni di Sangiran

  Kata "kontekstual" di dalam perancangan arsitektur dan kota telah banyak disalah-artikan dalam pengertian "regionalisme", "jati diri", "kepribadian", bahkan menjadi pandangan kedaerahan yang sempit. Teori tersebut bersamaan waktu dengan munculnya teori perancangan kelompok Tendenza yaitu mazab rasionalisme baru di Eropa; ditulis oleh Aldo Rossi dkk.

  Padahal dalam beberapa kasus penyelesaian kawasan dengan menggunakan pendekatan arsitektur kontekstual, tingkat keberhasilan kawasan baru dalam mengangkat sebuah citra kawasan lama justru lebih banyak ditemukan pada kawasan lama yang dapat memberi tempat sekaligus membuka persoalan dengan aliran/paham lain seperti environmentalism, konservasionism, regionalism, postmodernism, dsb.

  Hal inilah yang kemudian dijadikan latar belakang bagi pendekatan arsitektur kontekstual yang diambil sebagai upaya perancangan Pasar Seni di Sangiran agar didapatkan keselarasan formalisme bangunan baru dengan bangunan lama atau lingkungan lama dengan style arsitektur yang tetap mempertimbangkan kontinyuitas visual lingkungan sekaligus minat masyarakat terhadap arsitektur (fitting new buildings with the old).

  Disamping itu, juga sebagai upaya pelestarian budaya dalam hal ini bentuk-bentuk visual maupun fungsional bangunan tradisional di kawasan Situs Sangiran.

  commit to user commit to user D.

   Permasalahan Dan Persoalan 1. Permasalahan

  Bagaimana mewujudkan sebuah Pasar Seni yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sangiran yang berbasis pemberdayaan, serta mencitrakan fungsi bangunan melalui penekanan desain Arsitektur kontekstual

2. Persoalan

  a. Bagaimana pemilihan dan penataan site berdasarkan sirkulasi, kontur, orientasi bangunan, pengaruh lingkungan dan zonifikasi yang sesuai untuk pasar seni yang konteks terhadap lingkungan Sangiran.

  b. Bagaimana pemilihan dan penerapan gaya arsitektur dalam pasar seni yang sesuai dengan arsitektur kawasan Sangiran.

  c. Bagaimana bentuk dasar massa, tampilan bangunan , dan pola tata massa bangunan pasar seni yang mencerminkan keselarasan dengan lingkungan sekitar.

  d. Bagaimana penataan tapak dan pengolahan landskap yang sesuai dengan kebutuhan peruangan untuk Pasar Seni agar tercipta kesesuaian dengan lingkungan sekitar.

  e. Bagaimana mengaplikasikan material-material lokal dalam pasar seni agar tercipta keselarasan dengan lingkungan sekitar.

  f. Bagaimana sistem struktur yang diaplikasikan pada bangunan pasar seni.

  g. Bagaiman sistem utilitas baik bangunan maupun landskap untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan pengguna pasar seni.

E. Tujuan Dan Sasaran 1. Tujuan

  Menghasilkan konsep perencanaan dan perancang Pasar Seni berdasarkan karakter pemberdayaan masyarakat ditinjau segi pemenuhan kebutuhan ruang beserta persyaratan teknis sekaligus dari segi kenyamanan bagi pengguna bangunan serta merencanakan dan merancang suatu bangunan yang representatif dari sisi fungsi, serta dapat mencitrakan kegiatan yang ada melalui pendekatan desain arsitektur kontekstual.

2. Sasaran

  a. Konsep pemilihan dan penataan site berdasarkan sirkulasi, kontur, orientasi bangunan, pengaruh lingkungan dan zonifikasi yang sesuai untuk pasar seni yang konteks terhadap lingkungan Sangiran.

  b. Konsep pemilihan dan penerapan gaya arsitektur dalam pasar seni yang sesuai dengan arsitektur kawasan Sangiran.

  c. Konsep bentuk dasar massa, tampilan bangunan , dan pola tata massa bangunan pasar seni yang mencerminkan keselarasan dengan lingkungan sekitar.

  d. Konsep penataan tapak dan pengolahan landskap yang sesuai dengan kebutuhan peruangan untuk Pasar Seni agar tercipta kesesuaian dengan lingkungan sekitar.

  e. Konsep pengaplikasian material-material lokal dalam pasar seni agar tercipta keselarasan dengan lingkungan sekitar.

  f. Konsep sistem struktur yang diaplikasikan pada bangunan pasar seni.

  commit to user g. Konsep sistem utilitas baik bangunan maupun landskap untuk menciptakan keamanan dan kenyamanan pengguna pasar seni.

F. Lingkup Dan Batasan Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan

  Lingkup pembahasan adalah lingkungan disiplin ilmu arsitektur yaitu pada aspek fisik dan non fisik yang mendukung lingkupan arsitektur yang terjadi. Sedangkan untuk hal-hal diluar bidang arsitektur, jika dianggap mendasari dan menentukan faktor perancangan fisik, akan dibahas secara garis besar dalam batas sebagai pertimbangan sesuai dengan porsi yang terlibat. Pembahasan dilakukan berdasar pada data yang ada sesuai dengan tujuan dan sasaran.

2. Batasan pembahasan

  Batasan pembahasan adalah merumuskan konsep perencanaan dan perancangan yang dapat digunakan dalam mendesain sebuah Pasar Seni di Sangiran.

G. Metoda Pembahasan

  Metoda pembahasan dilakukan dengan menggunakan metoda analisa dengan proses pemikiran deduktif, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang ideal, melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1.

   Survey / Observasi

  Pengamatan langsung pada objek sasaran secara fisik di kawasan situs sangiran, serta kondisi lingkungan dan masyarakat di kawasan sangiran.

  Serta melakukan pengamatan pasar seni yang lain yang telah ada, sebagai bahan studi banding.

  commit to user

  2. Studi literatur

  Melakukan pengumpulan data dari buku – buku, tugas akhir, dan website yang berhubungan dengan pasar seni, kawasan Sangiran, pemberdayaan masyarakat, dan arsitektur kontekstual.

  3. Studi komparasi

  Untuk lebih mendukung obyek pembahasan, dilakukan juga studi banding dari obyek yang memiliki latar belakang atau pendekatan konsep yang hampir sama dengan obyek perencanaan dan perancangan. Studi komparasi yang dilakukan dengan mempelajari preseden Pasar Seni yang telah ada di Indonesia yakni Pasar Seni Ancol.

H. Sistematika Pembahasan 1. Tahap I: Pendahuluan

  Pembahasan mengenai pengertian judul, latar belakang, permasalahan dan persoalan, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, dan metode pembahasan, serta sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dan dasar dalam perancangan Pasar Seni di Sangiran.

  2. Tahap II: Tinjauan Teori

  Mengulas tentang pasar seni, kajian pemberdayaan masyarakat, studi kasus, serta pembahasan mengenai arsitektur kontekstual sebagai ungkapan fisik fasilitas tersebut.

  3. Tahap III: Tinjauan Kabupaten Sragen dan Spesifik Kawasan Sangiran

  Data Kabupaten Sragen sebagai lokasi kawasan wisata situs sangiran, rencana dan program Pemkab Sragen yang terkait dengan pengembangan

  commit to user Situs Sangiran dan pariwisata secara umum untuk mendukung program Sangiran bertaraf internasional, serta gambaran mengenai kondisi masyarakat di Sangiran.

  4. Tahap IV: Pasar Seni di Sangiran yang direncanakan

  Dari berbagai macam analisa dan kecenderunganya, disimpulkan bentukan arsitektural yang tepat untuk selanjutnya diolah dalam perancangan.

  5. Tahap V: Analisa dan Konsep Perencanaan dan Perancangan

  Menganalisa permasalahan yang mencakup segala aspek yang nantinya merupakan pedoman untuk merencanakan dan merancang bentuk fisik Pasar Seni di Sangiran meliputi analisa pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan lokasi, persyaratan ruang, tata massa bangunan, tampilan bangunan, site, pencapaian, orientasi, gubahan massa, pemilihan material, sistem struktur dan utilitas bangunan.

  6. Tahap VI: Konsep Perencanaan dan Perancangan

  Dari berbagai macam analisa dan kecenderunganya, disimpulkan konsep yang tepat untuk selanjutnya digunakan sebagai acuan dalam perancangan. Diakhiri dengan konsep desain akhir yang muncul dalam fisik perancangan disertai penjelasannya.

  commit to user

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Kedudukan Hak-Hak Tenaga Kerja Alih Daya Dalam Perspektif Keadilan (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 27/Puu-Ix/2011)

0 2 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peran Barong Satriyo Singo Lodhoyo Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Desa Pelem Kecamatan Blora Kabupaten Blora

0 0 6

BAB I PENDAHULUAN - Serat Wedhasatmaka (Suatu Tinjauan Filologis)

1 4 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2013/2014

0 0 6

BAB II KAJIAN LITERATUR A. TINJAUAN KOTA SURABAYA 1. Sejarah Dan Asal-Usul Kota Surabaya - Desain Interior Music Center Di Surabaya (Dengan Pendekatan Futuristik)

0 1 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Menulis Teks Anekdot (Studi Kasus Kelas X Sma N 1 Karanganyar)

0 0 7

Probabilitas Puncak Epidemi Model Rantai Markov Dengan Waktu Diskrit Susceptible Infected Susceptible (Sis)

0 0 9

Evaluasi Dan Desain Sistem Akuntansi Biaya Pada Satuan Kerja Badan Layanan Umum (Studi Kasus Di Universitas Sebelas Maret)

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Hubungan Antara Self-Disclosure Dengan Stres Pada Remaja Siswa Smp Negeri 8 Surakarta

0 0 10

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Perbedaan Tingkat Kemandirian Remaja Ditinjau Dari Pola Asuh Orangtua Pada Siswa Kelas Ix Smp Islam Al Abidin Surakarta

0 0 11