BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Implementasi Kurikulum 2013 Pada Pembelajaran Menulis Teks Anekdot (Studi Kasus Kelas X Sma N 1 Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan

  bahasa yang meliputi mendengar atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa dibagi menjadi dua, yaitu lisan dan tulis. Lisan meliputi menyimak dan berbicara, sedangkan keterampilan berbahasa tulis meliputi membaca dan menulis. Dari keempat keterampilan tersebut keterampilan menulislah yang dianggap paling sulit dan perlu mendapat perhatian lebih.

  Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses belajar yang dialami siswa selama di sekolah. Tarigan (2008: 22) menyebutkan bahwa penulis yang ulung adalah penulis yang dapat memanfaatkan situasi dengan tepat. Situasi yang harus diperhatikan dan dimanfaatkan itu adalah maksud dan tujuan sang penulis, pembaca, waktu dan kesempatan.

  Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks, siswa tidak hanya menuangkan ide, tetapi juga dituntut untuk menuangkan gagasan, konsep, perasaan, dan kemauan. Lebih lanjut, Tarigan (2008: 2) menyebutkan bahwa keterampilan menulis dibutuhkan waktu yang lama dan latihan intensif. Keterampilan menulis bisa dikatakan suatu ciri dari orang yang terpelajar atau dari bangsa yang terpelajar.

  Menurut Solehan (2008: 94), kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa banyak latihan menulis.

  

commit to user Dalam suatu proses pembelajaran pasti akan melibatkan beberapa hal secara terpadu, yaitu adanya keterjalinan hubungan antara siswa, guru, sumber belajar, media pembelajaran dan unsur penunjang kegiatan pembelajaran yang lain. Keterjalinan itu mengakibatkan satu sama lain saling memengaruhi. Dalam pelaksanaan pembelajaran sering terjadi hambatan pada salah satu unsur kegiatan pembelajaran, misalnya siswa yang tidak tertarik dengan materi pelajaran, tidak adanya motivasi yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau penggunaan media pembelajaran yang tidak sesuai. Hal itu bisa memengaruhi kegiatan pembelajaran secara umum sehingga tujuan belajar tidak tercapai.

  Keterampilan menulis yang tidak diimbangi dengan praktik menjadi salah satu faktor kurang terampilnya siswa dalam menulis. Siswa SMA seharusnya sudah lebih dapat untuk mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya secara tertulis. Kenyataannya, kegiatan menulis belum sepenuhnya terlaksana. Menyusun suatu gagasan, pendapat, dan pengalaman menjadi suatu rangkaian berbahasa tulis yang teratur, sistematis, dan logis bukan merupakan pekerjaan yang mudah, melainkan pekerjaan yang memerlukan latihan terus- menerus dan berkelanjutan. Menurut Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999: 2), tidak berlebihan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan.

  Penyebab lain dari terbatasnya kemampuan siswa dalam menulis adalah guru kurang kreatif dalam memilih bahan ajar, metode, dan media pembelajaran. Dalam hal ini kreativitas guru sangat dibutuhkan dalam memilih media dengan metode yang tepat untuk siswa. Guru dapat melakukan pengembangan keterampilan menulis siswa dengan media pembelajaran. Bahan ajar, metode, dan media pembelajaran yang dipilih sebaiknya dipertimbangkan dengan masalah kebutuhan, minat, dan perhatian siswa serta lingkungan kehidupan mereka.

  Permasalahan yang ada dari segi guru tidak terbatas dari hal itu saja. Pendekatan tradisional masih digunakan guru dalam pembelajaran menulis. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini hanya berkisar penyampaian materi dengan ceramah dan demikian siswa kurang mendapatkan praktik secara

  

commit to user langsung. Hal tersebut membuat siswa cenderung pasif dan merasa bosan dengan proses pembelajaran.

  Kurikulum merupakan komponen penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan pendidikan nasional sehingga selalu berubah untuk dikembangkan agar mampu menjawab tantangan perkembangan zaman. Akibat dari kurikulum yang selalu berkembang, sekolah terutama guru dituntut untuk cepat beradaptasi dengan perubahan pengembangan tersebut. Dalam pasal 1 ayat

  19 Undang Undang nomor 20 tahun 2003, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

  Dalam Kurikulum 2013, bahasa Indonesia mulai menempati posisi sebagai bahasa pembawa wahana ilmu pengetahuan. Konsep tematik terpadu (tematik dalam suatu mata pelajaran dan tematik antarmata pelajaran) telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan. Dalam hal membangun wawasan, pengembangan tema dan menghubungkan satu tema dengan tema yang lain antarmata pelajaran, bahasa Indonesia telah mampu berfungsi sebagai bahasa penyalur ilmu pengetahuan. Contohnya, pada saat kita mempelajari teks laporan hasil observasi dengan tema alam. Dalam tema tersebut kita mendapatkan informasi-informasi yang berbau sains. Atau ketika membuat teks anekdot, dan mengkritik para politisi melalui sebuah cerita, kita mempelajari kehidupan politik.

  Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) nomor 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran dengan pendekatan

  scientific . Upaya penerapan pendekatan scientific dalam proses pembelajaran ini

  sering disebut-sebut sebagai ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari Kurikulum 2013. Kemudian, Kemendikbud (2013) memberikan konsep tersendiri bahwa pendekatan scientific dalam pembelajaran di dalamnya mencakup komponen “Mengamati”, “Menanya”, “Menalar”, “Mencoba”, dan “Mengomunikasikan” atau sering disebut metode 5M. Komponen-komponen

  

commit to user Pengamatan yang intensif terhadap kegiatan pembelajaran mutlak diperlukan untuk mengetahui secara pasti letak masalah dalam kegiatan pembelajaran. Melalui pengamatan terinci akan diketahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan yang maksimal, yaitu tercapainya kriteria ketuntasan minimal (KKM).

  Pembelajaran menulis merupakan salah satu pembelajaran yang membutuhkan perhatian khusus, karena siswa terkadang merasa enggan untuk menuangkan ide kreatifnya ke dalam bentuk tulisan. Permasalahan dalam pembelajaran menulis yang terjadi di setiap sekolah berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu adanya deskripsi nyata proses pembelajaran menulis di sekolah. Hal ini dimaksudkan untuk mencari gambaran pembelajaran menulis yang ideal sesuai Kurikulum 2013.

  SMA Negeri 1 Karanganyar merupakan salah satu sekolah yang telah menerapkan Kurikulum 2013. Dalam Kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia disajikan dalam program pembelajaran yang sepenuhnya berbasis teks. Secara teoretis, teks merupakan proses sosial yang berorientasi pada tujuan sosial tertentu dan dalam konteks situasi tertentu pula. Proses sosial tersebut akan terjadi jika terdapat sarana komunikasi yang disebut bahasa. Dalam kerangka teori itu, bahasa Indonesia muncul dalam berbagai situasi pemakaiannya sebagai teks yang sangat beragam sehingga jenis teks bahasa Indonesia pun beragam.

  Dalam Kurikulum 2013 memang tidak disebutkan secara langsung pembagian keterampilan berbahasa. Akan tetapi pada setiap unit pembelajaran bahasa terdapat kompetensi dasar menulis. Khusus untuk kompetensi menulis pada kelas X SMA memuat beberapa KD seperti menulis teks anekdot, eksposisi, laporan hasil observasi, prosedur kompleks, dan negosiasi.

  Menulis teks anekdot merupakan materi baru pada pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Teks anekdot merupakan jenis teks yang berisi peristiwa-peristiwa lucu, konyol, atau menjengkelkan sebagai akibat dari krisis yang ditanggapi dengan reaksi. Adapun pengertian lain dari teks anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin menggambarkan

  

commit to user Pembelajaran di SMA Negeri 1 Karanganyar bisa diamati sebagai salah satu contoh pembelajaran bahasa Indonesia yang telah disesuaikan dengan kurikulum. Peneliti berasumsi tentunya terdapat strategi khusus yang dilakukan oleh guru dalam mengajarkan dan mengembangkan keterampilan menulis kepada peserta didiknya, terutama pada pembelajaran menulis teks anekdot yang masih tergolong materi baru di SMA. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai strategi pembelajaran keterampilan menulis yang dilakukan oleh guru dengan judul “Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Menulis Teks Anekdot (Studi Kasus Kelas X SMA N 1 Karanganyar)”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

  1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis teks anekdot yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?

  2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?

  3. Apakah kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks anekdot sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?

  4. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis teks anekdot sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan hal-hal sebagai berikut.

  

commit to user

  1. Perencanaan pembelajaran menulis teks anekdot yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.

  2. Pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.

  3. Kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis teks anekdot sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.

  4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis teks anekdot sesuai dengan Kurikulum 2013 di kelas X SMA Negeri 1 Karanganyar.

D. Manfaat dan Hasil Penelitian

  1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pustaka keilmuan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis sesuai

  Kurikulum 2013 di SMA.

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengetahuan siswa pada pembelajaran menulis anekdot dan meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis teks anekdot.

  b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi peningkatan kualitas proses dan hasil dalam pelaksanaan pembelajaran menulis teks anekdot sesuai Kurikulum 2013.

  c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah, khususnya SMA Negeri 1 Karanganyar dalam peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks anekdot sesuai Kurikulum 2013.

  commit to user

d. Bagi Peneliti Lain

  Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian yang lebih lanjut dengan kajian yang sama sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan di bidang pendidikan, khususnya pada pembelajaran menulis teks anekdot.

  commit to user