Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Program Studi Teknik Informatika FTI-UKSW
Pemodelan Private Cloud Untuk Layanan Penyedia Aplikasi di Laboratorium FTI-UKSW Artikel Ilmiah Diajukan kepada Fakultas Teknologi Informasi untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer Peneliti : Wahyu Widi Listioko 672010071 Wiwin Sulistyo, S.T., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Agustus 2015
Pemodelan Private Cloud Untuk Layanan Penyedia Aplikasi
1) 2)di Laboratorium FTI-UKSW
Wahyu Widi Listioko, Wiwin Sulistyo
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
1Abstract
Each computer in the lab of the Faculty of Information Technology SWCU
require an application for practical activities, with the large number of computers that
use it requires a lot of time to install the application into each computer. Cloud
computing is a technology that provides computing needs in the form of services with
centralized management. One of the cloud computing service is Software as a Service
which provides services such as applications to users on demand, which is built using a
grid system to optimize performance. Grid computing is one of the types of parallel
computing, the use of resources involves many computers connected together to achieve a
common goal.Keywords : application service , private cloud , grid computing
Abstrak
Setiap komputer di laboratorium Fakultas Teknologi Informasi UKSWmemerlukan aplikasi untuk kegiatan praktikum, dengan banyaknya jumlah komputer
yang digunakan maka memerlukan banyak waktu untuk memasang aplikasi ke dalam
masing-masing komputer. Cloud computing merupakan teknologi yang menyediakan
kebutuhan komputasi dalam bentuk layanan dengan pengelolaan terpusat. Salah satu
layanan dari cloud computing adalah Software as a Service yang menyediakan layanan
berupa aplikasi kepada pengguna sesuai dengan permintaan, yang dibangun
menggunakan sistem grid untuk mengoptimalkan kinerja. Grid computing merupakan
salah satu dari tipe komputasi paralel, yaitu penggunaan sumber daya yang melibatkan
banyak komputer yang saling terhubung untuk mencapai tujuan bersama. 1 Kata Kunci : Layanan aplikasi, private cloud, grid computing 2 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Staf Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana1. Pendahuluan
Laboratorium komputer merupakan sarana kegiatan pratikum dilingkungan Fakultas Teknologi Informasi UKSW. Salah satu tugas laboran adalah menyediakan aplikasi yang diperlukan sebagai sarana kegiatan praktikum. Banyaknya aplikasi yang harus dipasang ke dalam tiap komputer tentu membutuhkan waktu yang cukup lama. Berdasarkan data laboran, FTI memiliki 15 laboratorium dengan jumlah komputer 20 sampai 40 unit, masing-masing laboratorium digunakan untuk praktikum dengan matakuliah yang berbeda dan perkuliahan dalam tiap semester didapatkan dari koordinasi dengan koordinator matakuliah yang bersangkutan sebelum perkuliahan dalam semeter tersebut berjalan, tetapi pengajar ataupun asisten seringkali meminta laboran untuk memasang aplikasi lain yang tidak ada dalam daftar yang sudah dikoordinasikan pada awal semester, hal ini tentu menjadi sebuah permasalahan, mengingat waktu yang diperlukan untuk perawatan laboran hanya dilakukan pada hari libur semester, karena pemakaian laboratorium dalam satu minggu cukup banyak.
Cloud computing merupakan suatu teknologi yang sedang berkembang.
Salah satu layanan yang dimiliki oleh cloud computing adalah Software as a
Service . Software as a Service (SaaS) merupakan sebuah layanan cloud yang
menyediakan aplikasi dalam bentuk layanan, dengan layanan SaaS aplikasi yang akan digunakan oleh pengguna (end user) tidak lagi harus dipasang ke dalam tiap komputer secara manual. Namun tidak hanya berhenti di situ saja, untuk lebih memaksimalkan kinerja layanan SaaS perlu adanya infrastruktur sebagai wadah dengan dua atau lebih server layanan yang saling bekerjasama menggunakan sistem grid untuk mewujudkan layanan SaaS, juga apabila layanan SaaS mengalami masalah yang mengakibatkan pengguna sama sekali tidak bisa menggunakan layanan aplikasi, dengan adanya sistem grid yang dapat berfungsi sebagai failtolerance pengguna masih tetap bisa menggunakan layanan aplikasi yang tersedia. Grid computing merupakan salah satu dari tipe komputasi paralel, yaitu penggunaan sumber daya yang melibatkan banyak komputer yang saling terhubung untuk mencapai tujuan bersama.
Bedasakan permasalahan yang ada di laboratorium komputer Fakultas Teknologi Informasi UKSW, dalam penelitian ini dirancang SaaS sebagai penyedia layanan aplikasi, menggunakan pemodelan sistem grid sebagai cara kerja server layanan, sehingga dengan layanan ini dapat menyediakan aplikasi sesuai dengan permintaan yang sering terjadi, dan aplikasi dapat digunakan dengan semestinya.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian sebelumnya yang berjudul “Perancangan Software as a Service (SaaS) sebagai Layanan Penyedia Aplikasi Berbasis Private Cloud”, telah membahas tentang bagaimana merancang sebuah layanan penyedia aplikasi dalam jaringan private sehingga bisa menyediakan aplikasi secara cepat di laboratorium Fakultas Teknologi Informasi UKSW [1]. Perancangan dengan menggunakan
VMWare Horizon Workspace , yang merupakan ruang kerja terintegrasi yang
menyediakan aplikasi, data, dan desktop kepada user yang bisa diakses dari berbagai device. Dalam penelitian yang berjudul “Implementasi Grid Computing dengan Menggunakan Pengalamatan IPv6” yang telah membahas bagai mana merancang sistem grid computing dengan pengalamatan IPv6 menggunakan sistem operasi Debian Sequeeze [2]. Perancangan menggunakan 3 bagian utama yaitu cluster, condor, dan globus. Cluster merupakan lingkungan komputasi paralel sehingga komputer saling berkoordinasi untuk menyelesaikan sebuah job,
condor digunakan untuk penjadwalan job sekaligus penghubung antar cluster-
cluster yang ada, dan globus merupakan grid engine yang membangun
lingkungan grid.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai cloud computing dan juga grid computing, maka akan dibahas tentang pemodelan private cloud untuk layanan penyedia aplikasi menggunakan sistem grid sebagai cara kerja
server layanan. Perancangan dengan menggunakan sistem operasi Windows
Server 2008 R2 standar installation, dengan Xen App sebagai ruang kerja
penyedia layanan aplikasi.
Cloud computing merupakan gabungan pemanfaatan teknologi komputer
(komputasi) dalam suatu jaringan dengan pengembangan berbasis internet yang mempunyai fungsi untuk menjalankan program atau aplikasi melalui komputer yang terkoneksi pada waktu yang sama, tetapi tak semua yang terkonekasi melalui internet menggunakan cloud computing. Teknologi komputer berbasis sistem
cloud ini merupakan sebuah teknologi yang menjadikan internet sebagai pusat
server untuk mengelola data dan juga aplikasi pengguna. Teknologi ini
mengizinkan para pengguna untuk menjalankan program tanpa instalasi dan mengizinkan pengguna untuk mengakses data pribadi mereka melalui komputer dengan akses internet [4].
Software as a Service merupakan salah satu layanan dari cloud computing,
dengan layanan yang disediakan adalah aplikasi, yang memungkinkan para pengguna tidak perlu memasang aplikasi yang diinginkan kedalam komputer. Ini merupakan delivery model di mana aplikasi terpusat dan dikelola oleh penyedia layanan. Pengguna dapat mengakses aplikasi tersebut melalui media web browser [5].
Private cloud adalah salah satu deployment model dari cloud computing.
Infrastruktur cloud ditetapkan secara eksklusif oleh sebuah organisasi yang terdiri dari banyak pengguna atau unit bagian dan dibangun serta dikelola secara mandiri oleh organisasi tersebut, dan digunakan serta diakses oleh pengguna yang berada di bawah organsasi tersebut [6].
Grid computing adalah penggunaan sumber daya yang melibatkan banyak
komputer yang terdistribusi dan terpisah secara geografis untuk memecahkan persoalan komputasi dalam skala besar [7]. Grid computing merupakan suatu bentuk cluster (gabungan) komputer-komputer yang cenderung tak terikat batasan geografi.
Failover adalah kemapuan sebuah sistem untuk dapat berpindah secara
manual maupun otomatis jika salah satu sistem mengalami kegagalan. Prosedur
failover menentukan kelangsungan operasional jaringan. Mekanisme failover
dapat dirancang sehingga dapat sesegera mungkin bertindak setelah gangguan muncul [9].
Citrix Delivery Center menghubungkan XenDesktop, XenApp, dan
XenServer, virtualisasi server dan aplikasi, kemudian mensentralisasikan semua
yang terhubung ke pusat data (datacentre) dan mengantarkannya sebagai on-
demand service. XenDesktop adalah klien virtualisasi desktop yang universal dan
ringan, yang memungkinkan komputer pribad (PC), Mac, telepon pintar (smartphone), tablet pc atau thin client lainnya untuk mengakses aplikasi korporasi dan desktop secara remote. Citrix XenApp adalah sebuah media solusi aplikasi on-demand yang memungkinkan aplikasi berbasis windows dapat di virtualisasi, disentralisasi dan dikelola pada datacenter, sebagai layanan dan dikirimkan kepada pengguna di mana saja dan dengan peralatan apa saja.
XenServe r adalah mesin monitor virtual untuk arsitektur x86, x86-64 dan
PowerPC 970. Solusi ini memungkinkan beberapa sistem operasi untuk
dijalankan dari perangkat keras (hardware) komputer yang sama secara serentak, artinya satu komputer server bisa menjalankan beberapa virtualisasi desktop secara bersamaan. Citrix Receiver adalah software client yang mudah untuk diinstall sebagai pulgin yang menyediakan akses ke instalasi XenDesktop maupun
XenApp [10].
3. Metode Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode PPDIOO, yang dikembangkan oleh CISCO. Metode ini digunakan karena dalam penelitian ini juga dilakukan implementasi sistem serta akan dilakukan optimasi, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Tahapan dalam metode PPDIOO diantaranya adalah prepare, plan, design, implement, operate, optimize.
Gambar 1 Metode PPDIOO [11]
Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah persiapan
(prepare) , yaitu melakukan rencana kerja, dan pengumpulan bahan pendukung. Rencana kerja adalah hal yang penting, karena menentukan tingkat keberhasilan dari semua tahap yang ada. Rencana kerja dilakukan berdasarkan pada analisis masalah yang ada di laboratorium FTI UKSW mengenai installasi aplikasi sebagai kebutuhan dalam kegiatan praktikum, untuk mendapatkan solusi dalam mengatasi masalah yang ada. Dalam penelitian ini analisa tentang permasalahan yang terjadi didasarkan pada data yang ada. Selain pengumpulan data juga dilakukan studi terhadap topik-topik sejenis serta jurnal yang bisa dijadikan sebagai bahan pendukung untuk menyelesaikan masalah.
Plan merupakan tahap perencanaan terhadap penelitian yang dilakukan.
Hal yang dilakukan dalam tahap ini adalah analisis kebutuhan perangkat keras, dan perangkat lunak yang akan digunakan. Perangkat keras yang digunakan pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 1.
Tabel 1 Spesifikasi Hardware yang digunakan
Hardware Spesifikasi KeteranganBerfungsi sebagai Xen Server deployment virtual machine
- Processor Intel Core I5 , yaitu
Server
- RAM 8GB. virtual Active Directory
Server
- 500 GB. SATA Hard Disk , virtual server SaaS 1, dan virtual server SaaS 2
- Processor AMD Dual-Core Berungsi sebagai
Admin - RAM 2GB. pengelola sumberdaya
- 320 GB. SATA Hard Disk
Di dalam xen server terdapat tiga buah server virtual yang dirancang untuk saling bekerja sama menggunakan pemodelan sistem grid, yang terdiri dari dua buah
server layanan aplikasi dan Active Directory server sebagai directory service.
Perangkat lunak yang digunakan untuk membangun cloud service sebagai penyedia layanan aplikasi adalah xen app yang dipasang di dalam setiap server layanan dengan windows server sebagai sistem operasinya. Daftar layanan aplikasi yang digunakan seperti terlihat pada Tabel 2, terdapat 10 layanan aplikasi yang dapat diakses oleh setiap akun user.
Tabel 2 Daftar Aplikasi SaaS
Resource memoryNama Aplikasi Ukuran file (Kb) Netbeans 928 MB 450 Cisco Paket Tracer 161 MB
90 Firefox 45,3 MB
60 Wireshark 101 MB
60 Notepad++ 9,21 MB
15 winrar 3,80 MB
8 Ms. Office 623 MB 100 Oracle Virtual Box 132 MB
30 Photoshop CS 496 MB
70 Adobe Reader 203 MB
12 Design merupakan tahap awal sebelum membangun sistem secara
keseluruhan, yaitu dengan membuat topologi arsitektur sistem dan perancangan topologi, sehingga dapat terlihat gambaran sederhana bagaimana sistem nantinya akan diaplikasikan.
Gambar 2 Perancangan Topologi
Dalam topologi pada Gambar 2 server berada di dalam kantor FTI yang dihubungkan melalui jaringan lokal fakultas sehingga dapat diakses dari lab RX FTI sebagai user. Server dibangun dari sebuah komputer yang disebut Xen Server sebagai hypervisor di mana terdapat beberapa virtual server yang berperan sebagai server SaaS1, server SaaS2 dan Active Directory server. Ketiga server tersebut dibangun dengan pemodelan sistem grid yang saling bekerja sama untuk mewujudkan layanan SaaS. Di dalam physical server terdapat server virtual yang memiliki konfigurasi pengalamatan IP diantaranya :
- Xen Server, sebagai physical server dengan IP 192.168.3.2
- Virtual AD server, sebagai active directory service, dengan IP 192.168.3.154
- Virtual Server1, sebagai server SaaS 1, dengan IP 192.168.3.10
- Virtual Server2, sebagai server SaaS 2, dengan IP 192.168.3.20 Terkait pengkajian dalam penggunaan mesin virtual untuk komputasi grid, telah diungkap oleh Renato J. Figueiredo dan kawan-kawan, bahwa mesin virtual mendukung abstraksi komputasi grid di mana perhitungan menjadi dipisahkan dari sumber daya fisik yang mendasari, dari percobaan yang telah dilakukan maka didapat argumen kualitatif untuk penggunaan mesin virtual dalam komputasi grid dan hasil kuantitatif yang menunjukkan kelayakan ide ini [14].
Implement merupakan tahap dalam membangun sistem yang telah
dirancang sebagai penyelesaian masalah yang ada. Setelah persiapan semua peralatan, dan topologi yang telah dibuat, maka dilakukan konfigurasi terhadap keseluruhan sistem. Konfigurasi yang dilakukan pada tahap ini ialah dengan mempersiapkan beberapa windows server secara virtual didalam xen server, sekaligus pengalamatan IP pada masing-masing server. Mempersiapkan salah satu
server sebagai Active Directory Domain Service yang berguna untuk menyimpan
data user dan DNS server yang digunakan sebagai nama domain, baik domain
director maupun domain cloud service. Selanjutnya membangun sistem
komputasi cluster pada masing-masing kelompok server seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan melakukan konfigurasi untuk membentuk sistem komputasi dalam bentuk grid, dengan menggabungakan semua cluster yang ada. Setelah sistem
grid selesai, maka dilakukan deployment, atau pemasangan layanan SaaS kedalam
masing-masing server dan melakukan konfigurasi server sehingga SaaS bisa digunakan oleh user. merupakan tahap untuk menguji layanan penyedia aplikasi yang
Operate
telah dirancang dan dibangun, apakah layanan yang dibangun bisa berjalan sesuai dengan desain yang dibuat, serta dilakukan kajian apakah sistem yang dibangun dapat memecahkan masalah yang ada. Ujicoba dilakukan dengan cara mengakses
server melalui web browser pada komputer client dengan mengetik alamat IP
server director , yang nantinya client akan diarahkan pada layanan SaaS.
Berdasarkan ujicoba yang dilakukan, dapat diketahui hasil yang didapatkan, apakah sesuai dengan yang diharapkan, atau belum.
Optimize, merupakan tahap penyempurnaan terhadap sistem yang telah
diuji coba. Setelah mengetahui hasil yang diperoleh dari pecobaan-percobaan yang dilakukan, pada tahap ini dilakukan perbaikan serta optimalisasi terhadap sistem, sehingga sistem yang dibangun mengalami perbaikan sesuai dengan yang diharapkan pada tahap awal pebangunan sistem tersebut.
4. Hasil dan Pembahasan
Setelah semua perancangan selesai dibangun, maka perlu dilakukan percobaan untuk membuktikan semua sistem dapat berjalan sesuai dengan rencana, sehingga dapat memberikan solusi. Ujicoba terhadap keseluruhan sistem dilakukan di lab RX302, menggunakan kompter user sebanyak 20 unit. Pengujian sisem dilakukan dalam 4 tahapan dengan menjalankan 6 aplikasi berbeda pada tiap-tiap tahapan ujicoba, sebagai pembanding waktu akses pada setiap aplikasi. Setiap komputer dipasang citrix receiver, yang berguna sebagai pulgin untuk media dalam menjalankan aplikasi, karena pengguna bisa mengakses layanan aplikasi melalui web browser seperti terlihat pada gambar 3 dan gambar 4. Setelah melakukan login, maka user bisa mengakses aplikasi dengan cara meemilih icon aplikasi yang terdapat pada halaman web browser. Pengujian lainnya yaitu mengukur nilai throughput dan delay, untuk mendapatkan hasil kinerja sistem grid yang telah dirancang.
Gambar 3 Autentikasi User Login
Gambar 4 Layanan Aplikasi SaaS
Dari hasil percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil yang menunjukan waktu rata-rata yang diperlukan oleh komputer user untuk menjalankan aplikasi yang tersedia. Percobaan diakukan pada tiap komputer user dengan akun yang berbeda-beda, yang terdapat 10 aplikasi pada tiap akun. 10 akun pertama akan mengakses server1, dan 10 akun berikutnya akan mengakses layanan dari server2, setelah server1 diperintah untuk berhenti bekerja oleh server NLB.
Tabel 3 Waktu Akses Aplikasi
NAM A USER layanan server W AKTU AKSES APLIKASI (detik) tahap 1 tahap 2 tahap 3 tahap 4 user 1 server 1 21.83333 14.5 12.16667 11 user 2 server 126.5 11.83333 10.66667 15.66667
user 3 server 1 17.16667 11.66667 16.83333 16.33333
user 4 server 1 27.33333 22.33333 23.16667 25 user 5 server 116.5 11.16667 11.16667 7.833333 user 6 server 1 56 24.33333 30.5
26.5 user 7 server 1
21.33333 19.16667 14.66667 15.66667 user 8 server 1 32.33333 23 25.5 21.16667 user 9 server 1
29.83333 23.5 23.16667 21.33333
user 10 server 1 39.66667 26.83333 23.66667 19.16667
user 11 server 2 27.66667 17.16667 18.83333 13.16667
user 12 server 2 29.66667 18.5 25.5 20.66667user 13 server 2 32.16667 34.83333 23.83333 21.33333
user 14 server 2 17.33333 15 8.833333 8.833333
user 15 server 2 22.83333 10.5 9.333333 11.5user 16 server 2 37.83333 21.66667 25.5 19.83333
user 17 server 241.5 26.16667 21.5 20.33333
user 18 server 2 37.66667 22.16667 21.5 17.66667
user 19 server 222.16667 12.33333 11.66667 8.666667 user 20 server 2
36
28.5
20
26 rata-rat a
29.66667 19.75833 18.9 17.38333 21.42708333
Hasil yang didapatkan yaitu sistem dapat berjalan dengan semestinya, karena semua user dapat mengakses aplikasi yang tersedia. Server1 dan server2 dapat berjalan dengan semestinya, yaitu apabila server1 mengalami pending atau berhenti bekerja, maka layanan akan digantikan oleh server2 atau sebaliknya, dengan cara melakukan login ulang oleh user. Hasil percobaan pada keseluruhan sistem seperti terlihat pada Tabel 3. Rata-rata waktu akses yang diperlukan oleh semua user untuk mengakses dan menggunakan semua aplikasi yaitu sekitar 21.42 detik.
Dari percobaan juga didapat waktu akses setiap aplikasi, untuk membandingkan waktu akses yang dimiliki setiap aplikasi yang digunakan. Waktu akses pada setiap aplikasi berbeda-beda seperti yang terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Perbandingan Waktu Akses Aplikasi
ResourceNama Rata-rata waktu akses (detik) memory aplikasi Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
(Kb) Netbean 450
63.45
45.95
37.75
39.8 Cisco Paket
90
32.45
9.25
4.85
5.5 Tracer Oracle Vbox
21.65
8.75
15.2
6
30 Firefox
60
23.95
19.6
19.6
18.6 Notepad++
15
18.65
17.4
18.25
17 Winrar
8
17.85
17.6
17.75
17.4 Rata-rata waktu akses 29.66667 19.75833 18.9 17.38333 semua aplikasi Hasil rata-rata 21.42708333
Gambar 5 Grafik Waktu Akses Setiap Aplikasi
Hal ini dipengaruhi resource memory yang diperlukan oleh setiap aplikasi untuk berjalan, semakin besar resource memory yang diperlukan oleh aplikasi untuk berjalan, maka waktu akses aplikasi tersebut akan semakin besar. Pada tahap 1 ujicoba akan memiliki waktu akses yang lebih besar dibanding dengan tahap berikutnya, hal ini dikarenakan pada saat pertama kali user mengakses layanan aplikasi, komputer user harus menginstal citrix receiver sebagai media untuk menjalankan apikasi, serta created registry dari aplikasi itu sendiri, namun hal ini tidak memungkinkan waktu akses user yang akan semakin bertambah cepat atau menurun, pada saat user mengakses layanan pada tahap keempat dan seterusnya, karena bisa dilihat pada grafik di Gambar 5, waktu akses mengalami kenaikan dan penurunan, pada tahap kedua, ketiga, dan keempat, namun tidak lebih besar dari tahap pertama.
Analisa percobaan berikutnya, yaitu dengan membandingkan banyaknya jumlah user yang mengakses aplikasi, untuk mengetahui waktu akses yang dimiliki oleh setiap user dengan jumlah user yang berbeda. Hasil percobaan seperti terlihat pada Tabel 5
22
39 user7
15
28
36 user8
20
22
44 user9
22
20
54 user10
20
14
54 user11
24
30 user12
28
26 user13
29
33 user14
29
35 user15 40 user16 33 user17 38 user18 42 user19 42 user20
42 Rata-rata waktu akses 8.5 13.66667 18.9 24.64286
38.05 Pada saat dua user mengakses aplikasi, waktu yang diperlukan untuk membuka
24
16
Tabel 5 Hasil Percobaan Dengan Jumlah User yang Berbeda
nama user Jumlah user akses24
2 user 6 user
10 user 14 user
20 user Wakt u akses aplikasi (det ik) user1
8
13
17
21
34 user2
9
12
18
35 user3
33 user6
14
19
24
35 user4
11
20
23
36 user5
16
22
29
aplikasi sampai siap untuk digunakan, yaitu sekitar 8,5 detik. Hal ini akan terus meningkat apabila user semakin bertambah banyak seperti terlihat pada grafik di Gambar 6. Peningkatan waktu akses begitu besar terjadi pada saat duapuluh user mengakses layanan aplikasi, hal ini dipengaruhi oleh kinerja server yang bertambah berat, sehingga memaksimalkan kinerja server untuk memenuhi permintaan user secara bersamaan. Jika permintaan kurang dari duapuluh user, maka kinerja server bisa lebih stabil, dengan kenaikan waktu akses yang sebanding dengan jumlah user.
40
35
30 s se
25 k a
20 tu k a
15 w
10
5
2
6
10
14
20 jum lah user
Gambar 6 Grafik Waktu Akses
Semakin banyak user yang mengakses layanan secara bersama-sama, maka waktu akses yang diperlukan semakin besar, hal ini dipengaruhi oleh kepadatan traffic jaringan, dan sumber daya yang dimiliki server untuk memenuhi permintaan setiap user.
Pengujian selanjutnya yaitu pengukuran nilai throughput dan delay pada
server tunggal dan server ganda untuk membuktikan bagaimana kinerja sistem
grid yang telah dibuat. Pengujian dilakukan dengan empat kali ujicoba pada tiap
server , yang dilakukan secara berulang dengan memberikan beban yang sama
terhadap server tunggal maupun server ganda dengan durasi percobaan sekitar 5 menit. Hasil pengujian yang didapat terlihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perbandingan Kinerja Server Tunggal dan Server Ganda
server tunggal server ganda Tahapthroughput throughput
ujicoba delay (ms) delay (ms)(MB) (MB)
tahap1 4.282 27 6.50318 tahap2 4.281 27 6.386
18 tahap3 4.272 27 6.392
18 tahap4 4.28 27 6.389
18 Rata-rata 4.27875 27 6.4175
18 Hasil yang didapat merupakan nilai maksimum throughput yang dapat diberikan
oleh server kepada user. Hal ini membuktikan bahwa server ganda mempunyai kinerja yang lebih baik dibanding dengan server tunggal, dengan nilai throughput yang lebih besar dan delay yang kecil, maka server ganda akan lebih bekerja secara optimal dalam memenuhi permintaan pengguna pada saat mengakses, dan menjalankan aplikasi, dibanding dengan server tunggal.
Dari analisa hasil pengujian pada keseluruhan sistem diketahui bahwa, akses cepat lambat aplikasi yang dilakukan oleh user dipengaruhi beberapa hal, diantaranya yaitu :
1. Traffic jaringan yang padat akan mempengaruhi waktu akses aplikasi oleh
user , karena pada saat user secara bersama-sama mengakses dan menjalankan
aplikasi, maka kerja dari server akan meningkat, sehingga memungkinkan kinerja server yang melambat.
2. Resource memory aplikasi yang diakses oleh user, semakin besar resource
memory yang diperlukan oleh aplikasi untuk berjalan pada saat user
mengakses aplikasi tersebut, maka waktu akses akan semakin bertambah, hal ini dibuktikan dengan rata-rata waktu akses yang berbeda antara satu aplikasi dengan aplikasi yang lain. Seperti netbeans akan membutuhkan waktu akses yang relatif lama, dikarenakan banyaknya module aplikasi yang harus dijalankan oleh sebab kepentingan aplikasi itu sendiri, sehingga membutuhkan resource memory yang besar.
3. First times used application by user, pada saat pertama kali user menjalankan aplikasi akan memiliki waktu akses yang lebih lama dibanding pada saat user mengakses aplikasi pada tahap-tahap berikutnya, dikarenakan komputer user harus menginstall citrix receiver sebagai media untuk menjalankan aplikasi, serta proses loading media yang memakan waktu pada saat pertama kali digunakan, serta proses created registry didalam komputer user oleh media dan aplikasi yang dijalankan. Sehingga pada tahap pertama diperoleh waktu akses yang lebih besar dibanding dengan tahap-tahap berikutnya.
Untuk mengetahui kualitas sistem maka dilakukan juga pengukuran nilai
throughput dan delay pada keseluruhan sistem yang telah selesai diujicoba.
Pengujian dilakukan dengan menggunakan aplikasi wireshark untuk membaca (capture) paket-paket yang melewati jaringan dan menganalisanya [12]. Pengujian dilakukan pada saat semua user mengakses aplikasi pada tahap 1, 2, 3, dan 4 untuk mengukur throughput, delay, dan paket loss dengan durasi sekitar 5 menit untuk tiap tahapan ujicoba, dan membandingkan hasil pengukuran yang didapat dengan standar kualitas TIPHON.
Tabel 7 Standar Kualitas untuk Throughput [13]
Throughput (%) Kualitas
75 - 100 Sangat Baik
50 -75 Baik 25 - 50 Sedang < 25 Buruk
Tabel 8 Standar Kualitas TIPHON untuk Delay [13]
Nilai Delay Kualitas0 - 150 ms Sangat Baik 150 - 300 ms Baik 300 - 450 ms Sedang > 450 Buruk
Tabel 9 Standar Kualitas TIPHON untuk Packet Loss [13]
Nilai Packet Loss Kualitas
0 - 3 % Sangat baik
3 - 15 % Baik 15 - 25 % Sedang > 25 % BurukDari pengukuruan kualitas yang telah dilakukan, maka didapat hasil pengukuran seperti yang terlihat pada Tabel 10
Tabel 10 Hasil Pengukuran QoS
Tahap Throughput Throughput (%) Delay Packet Loss
Pengujian (MB) (ms) (%)
(T/ Tmax)* 100%
Tahap1 1.064 17 %10.2 Tahap2 1.113 17 %
9.7 Tahap3 1.012 16 %
10.7 Tahap4 1.027 16 %
10.5 Rata-rata 1.054 16.5 % 10.275
Berdasarkan Tabel 10 didapat persentase nilai throughput kurang dari 25% yang berada dalam kategori buruk, hal ini dipengaruhi oleh jaringan lokal fakultas yang menuju ke lab RX, karena harus melewati beberapa router yang memungkinkan kepadatan traffic jaringan. Sedangkan besar maksimum nilai
delay 10,7 ms dan nilai minium delay 9,7 ms dengan rata-rata nilai delay yaitu
10,3 ms. Sesuai dengan standar kualitas TIPHON untuk besar nilai delay, maka nilai delay yang didapat termasuk dalam kategori sangat bagus, karena berada diantara 0 sampai 150 ms. Untuk hasil yang didapat dari pengujian packet loss yaitu sebesar 0%. Sesuai dengan standar TIPHON untuk besar nilai packet loss, maka nilai packet loss yang didapat berada didalam kategori sangat bagus, karena berada diantara 0 sampai 3%.
Pengambilan sampel user akses dari setiap laboratorium FTI untuk membuktikan bahwa layanan dapat diakses dari setiap lab yang digunakan untuk kegiatan praktikum. Pengambilan sampel dilakukan pada lab RX, E, CTC, dan jaringan wifi kanfak FTI, dengan pengambilan sampel, untuk membuktikan layanan aplikasi dapat berjalan di seluruh jaringan local Fakultas. Hasil yang didapat berupa list user akses pada task manager server seperti terlihat pada gambar 7 dan 8
Gambar 7 Daftar User Akses Server 1
Gambar 7 Daftar User Akses Server 2
Dari hasil yang didapat, membuktikan bahwa layanan dapat diakses dari setiap lab FTI, selama jaringan memungkinkan untuk diroutingkan.
5. Simpulan
Berdasarkan analisis pada hasil pengujian keseluruhan sistem, menunjukan bahwa, layanan aplikasi dapat berjalan dan digunakan dengan semestinya oleh pengguna dengan rata-rata waktu akses 21,42 detik, sehingga dapat memberikan manfaat di laboratorium Fakultas Teknologi Informasi UKSW apabila ada perubahan dalam penggunaan aplikasi yang sering terjadi, tanpa perlu menginstal aplikasi di masing-masing komputer user. Sistem grid dapat bekerja dengan semestinya dengan menggunakan metode failover, yaitu pada saat server1 yang merupakan server penyedia layanan aplikasi pertama mengalami pending atau berhenti bekerja, maka layanan aplikasi akan dialihkan kepada server2 yang merupakan server penyedia layanan aplikasi kedua maupun sebaliknya. Sehingga hal ini dapat memberikan solusi apabila terjadi masalah pada salah satu server layanan, maka masih terdapat server lain yang dapat meberikan layanan aplikasi bagi pengguna untuk dapat mengakses layanan aplikasi. Dengan memanfaatkan pemodelan sistem grid untuk membangun server layanan, dapat memberikan kinerja server yang optimal dalam memenuhi permintaan pengguna, pada saat mengakses, dan menjalankan aplikasi, jika dibandingkan dengan hanya memanfaatkan server layanan tunggal.
6. Daftar Pustaka
[1] Johar, Andang, 2014, Perancangan Sofware as a Service sebagai Layanan Penyedia Aplikasi Berbasis Private Cloud, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, Skripsi.
[2] Makhsun, Ahmad, 2011, Implementasi Grid Computing dengan Menggunakan Pengalamatan
IPv6, Internet: Diakses tanggal 05 Januari 2015. [3] Spealman, J., and Kurt Hudson, 2004, Planning, Implementing, and
Maintaining Microsoft Windows server 2003 Active Directory Infrastructure , Washington: Microsoft Press.
[4] Budiyanto, Alex, 2012, Pengantar Cloud Computing, Jakarta: Komunitas Cloud Computing Indonesia. [5] Demystifying the Cloud An introduction to Cloud Janakiram MSV Cloud
Computing Strategist, , Diakses tanggal 7 Maret 2015 [6] Mell, Peter, dan Grance, Timothy, 2011, The NIST Definition of Cloud Computing , Gaithersburg.
[7] Manuel C. Peitsch, May 2006 “Grid Computing in Drug Discovery”, Proceedings of the Sixth IEEE International Symposium on Cluster Computing and the Grid.
[8] Hirt, Alan, 2009, Pro SQL Server 2008 Failover Clustering, Apress, New York. [9] Enabling and configuring Network Load Balancing,
, diakses tanggal 20 februari 2015.
[10] Citrix, 2015, Citrix eDocs for XenApp 7.6 and XenDesktop 7.6, Citrix Product Documentation. [11] Cisco, 2005, Creating Bussiness Value and Operational Exellence with the Cisco System Lifecycle Service Approach. [12] Definisi dan Manfaat Wireshark, , Diakses tanggal 10 Mei 2015. [13] Tiphon.“Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over
Networks (TIPHON) General Aspects of Quality of Service (QoS)”, DTR/TIPHON-05001.1998. [14] Figueiredo, Renato, Dinda, Peter, dan Fortes, Jose, 2003, A Case For Grid
Computing On Virtual Machines, Florida: Department of Electrical and
Computer Engineering University of Florida