Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis dan Perancangan Management Bandwidth dengan Menerapkan Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) (Studi kasus : Kantor Pemerintahan Kota Salatiga)
Analisis dan Perancangan Management Bandwidth
dengan Menerapkan Metode Hierarchical Token Bucket
(HTB)
(Studi kasus : Kantor Pemerintahan Kota Salatiga)
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Bunga Mekar Citasuci (672010120)
Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Maret 2015
Analisis dan Perancangan Management Bandwidth
dengan Menerapkan Metode Hierarchical Token Bucket
(HTB)
(Studi kasus : Kantor Pemerintahan Kota Salatiga)
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Peneliti:
Bunga Mekar Citasuci (672010120)
Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Maret 2015
Penerapan Metode Hierarchical Token Bucket (HTB)
untuk Management Bandwidth
(Studi kasus: Kantor Pemerintahan Kota Salatiga)
1) 2)
Bunga Mekar Citasuci, Teguh Indra Bayu
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
1) 2)JL.Diponegoro 52- 60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 672010120@student.uksw.edu teguh.bayu@staff.uksw.edu
Abstract
Currently the use of internet in Government Office Salatiga specially in secretariat still uses
simple queue method for bandwidth management . Many disadvantages that arise due to the use of
this method, one of them in the bandwidth management. User who log in first will get more
bandwidth than the user’s log in later. So each user doesn’t get the same bandwidth and as
needed. To overcome this problem, this research will be manage bandwidth use Hierarchical
Token Bucket (HTB) method. By using Hierarchical Token Bucket (HTB) method, so user will get
the same bandwidth and be adapted to their needs.Key words : management bandwidth, HTB.
Abstrak
Saat ini penggunaan jaringan internet di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga khususnya di bagian
kesekretariatan masih menggunakan metode simple queue untuk pengelolaan bandwidth. Banyak
kelemahan yang timbul akibat penggunaan metode ini, salah satunya dalam pengelolaan
bandwidth . User yang login terlebih dahulu akan mendapatkan bandwidth yang lebih besar dari
user yang login belakangan. Sehingga setiap user tidak mendapatkan bandwidth yang sama dan
sesuai kebutuhan. Untuk mengatasi hal tersebut maka peneliti akan mengelola bandwidth
menggunakan metode Hierarchical Token Bucket (HTB). Dengan menggunakan metode
Hierarchical Token Bucket (HTB) , maka user akan mendapatkan bandwidth yang sama dan sesuai
dengan kebutuhan.Kata Kunci : Pengelolaan Bandwidth, HTB.
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Teknik Informatika, Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga. 2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.1. Pendahuluan
Jaringan komputer di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga memiliki 4 router utama yaitu router gateway, router server, router distribusi, dan router sekretariat. Di bawah router utama masih ada beberapa router yang bertindak sebagai Access Point untuk menyebarkan hotspot. Router gateway bertugas untuk membagi bandwidth ke tiga router yang lain. Manajemen bandwidth di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga menggunakan metode simple queue yang dilock berdasarkan IP, yang konfigurasinya berada pada router gateway. Dari hasil observasi di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga ditemukan permasalahan dari sistem pengelolaan bandwidth, karena menerapkan metode simple queue untuk mengelola bandwidth maka user yang login pertama atau lebih awal akan mendapatkan bandwidth yang lebih besar dibandingkan user yang lain, sehingga hal ini dirasa kurang optimal dalam mengelola bandwidth. Oleh sebab itu diperlukan penerapan metode baru yaitu dengan menggunakan metode
Hierarchical Token Bucket (HTB), agar setiap user mendapatkan bandwidth yang
sama dan dapat disesuaikan dengan kebutuhannya. Dalam penelitian ini konfigurasi dilakukaan pada router sekretariat khususnya yang menuju pada bagian Kesbangpol, hal ini dikarenakan permintaan dari pihak admin Kantor Pemerintahan Kota Salatiga.
Berdasarkan data dan masalah yang ada, maka dalam penelitian ini diterapkan metode Hierarchical Token Bucket (HTB) untuk mengelola bandwidth dan diharapkan jaringan di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga menjadi lebih optimal dalam mengelola bandwidth. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah merancang, membangun dan menerapkan metode Hierarchical Token
Bucket (HTB) , untuk memaksimalkan dan mengoptimalkan pengelolaan
bandwidth , sedangkan manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah
membantu admin dalam menyelesaikan masalah tentang pengelolaan bandwidth di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga.
2. Tinjauan Pustaka
Dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Yoga Saniya dkk dengan judul Sistem Manajemen Bandwidth dengan Prioritas Alamat IP Client akan dilakukan analisis performasi sistem manajemen bandwidth menggunakan metode HTB (Hierarchical Token Bucket) dengan teknik antrian simple queue dan terhadap beberapa parameter diantaranya : packet loss, delay end-to-
queue tree
, dan throughput system. Pembelian dan pengujian data menggunakan
end software queue statistics dan software network analyzer wireshark.
Sistem manajemen bandwidth menggunakan metode HTB (Hierarchical
Token Bucket ) dengan teknik antrian simple queue dan queue tree merupakan
proses pengaturan bandwidth untuk mendukung kebutuhan layanan jaringan.Hasil analisis penerapan sistem ini membuktikan bahwa penggunaan teknik antrian dan kapasitas bandwidth menyebabkan perbedaan nilai packet loss, delay
end-to-end , dan throughput system. Nilai packet loss yang paling kecil
menggunakan teknik antrian queue tree dengan alokasi bandwidth 2Mbps adalah 0.2048% dan packet loss paling besar menggunakan teknik antrian simple queue dengan alokasi bandwidth 256 kbps adalah 2.3705%. Nilai delay end-to-end paling kecil menggunakan teknik antrian queue tree dengan alokasi bandwidth 256 kbps adalah 3.1326 ms. Pengaturan sistem manajemen bandwidth ini menghasilkan throughput yang terkontrol sesuai dengan alokasi upload dan download yang diberikan oleh administrator.
Manajemen bandwidth adalah membatasi penggunaan bandwidth jaringan internet, manajemen dilakukan untuk membagi rata bandwidth per-client agar tidak terjadi congestion (waktu proses yang lama), jika sebuah jaringan internet belum menerapakan manajemen bandwidth maka salah satu client menggunakan
bandwidth secara penuh, client-client setelahnya akan mengalami antrian
permintaan paket data dan mendapatkan bandwidth ketika permintaan paket data dari client 1 terpenuhi [3].
HTB adalah metode yang berfungsi untuk mengatur pembagian
bandwidth, pembagian dilakukan secara hirarki yang dibagi-bagi ke dalam kelas
sehingga mempermudah pengaturan bandwidth. HTB diklaim menawarkan kemudahan pemakaian dengan teknik peminjaman dan implementasi pembagian trafik yang lebih akurat. Teknik antrian HTB memberikan fasilitas pembatasan trafik pada setiap level maupun klasifikasi, bandwidth yang tidak terpakai bisa digunakan oleh klasifikasi yang lebih rendah [6].
Hierarki menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah urutan tingkatan atau jenjang jabatan (pangkat kedudukan). Maka dalam HTB, terdapat prioritas sebagai hierarkinya.Sedangkan token dapat diartikan penanda yang dalam konfigurasi HTB terdapat Firewall Mangle untuk menandai paket data, dan
bucket arti sebenarnya adalah keranjang maka dalam HTB bucket inilah yang
menampung token-token yang ada, yaitu terdapat pada Queue tree. Jadi HTB berisi token-token yang di tampung dalam bucket yang disusun secara hierarki.
Metode penelitian yang digunakan untuk menyusun penelitian ini adalah menggunakan pendekatan NDLC (Network Development Life Cycle) yang di dalamnya terdapat beberapa tahap yaitu analysis, design, simulation prototyping, implementation, monitoring, management [4].
Gambar
Gambar 1 NDLC (Network Development Life Cycle) [5]
Gambar 1 merupakan merupakan skema alur diagram dari metode pendekatan pendekatan NDLC yang memiliki enam enam fase. Dalam perancangan jaringan komputer komputer ini menggunakan pendekatan pendekatan NDLC, sehingga hasil yang diperoleh terarah terarah dan terperinci.
Tahap analysis analysis merupakan tahap awal untuk melakukan melakukan analisa kebutuhan, analisa permasalahan permasalahan yang muncul, analisa keinginan user, da keinginan user, dan analisa topologi atau jaringan jaringan sebelumnya yang ada di Kantor Pemerinta Pemerintahan Kota Salatiga. Permasalahan an yang terjadi adalah manajemen bandwidth di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga Salatiga menggunakan metode simple queue dimana dimana setiap pengguna dibatasi bandwidth bandwidth sebesar 512kbps dengan bandwidth total total untuk router sekretariat 13Mbps. tariat 13Mbps.
Manajemen bandwidth bandwidth menggunakan metode simple queue queue hanya menentukan bandwidth per user dan tidak dapat memberi prioritas pada prioritas pada setiap kelompok pengguna pengguna atau berdasarkan kebutuhannya. Berbeda Berbeda dengan menggunakan metode metode HTB, saat bandwidth yang disediakan pada pada parent memiliki sisa bandwidth dth , maka akan diberikan kepada user yang membutuhka membutuhkan
bandwidth sebesar max max-limit sesuai dengan prioritas atau sesuai sesuai dengan
hierarkinya.Dalam HTB juga juga terdapat token yang dapat diartikan penanda yang penanda yang dalam konfigursi HTB terdapat terdapat Firewall Mangle untuk menandai paket data, dan data, dan bucket arti sebenarnya adalah adalah keranjang maka dalam HTB bucket inilah inilah yang menampung token-token token yang ada, yaitu terdapat pada Queue tree. . Jadi HTB berisi token-token yang yang di tampung dalam suatu bucket yang disusun disusun secara hierarki.
Gambar 2 Topologi
Gambar 2 merupakan merupakan topologi jaringan Kantor Pemerintahan Pemerintahan Kota Salatiga pada router sekretariat dengan menggunakan metode simple .
router sekretariat simple queue
Jaringan komputer di Kantor Pemerintahan Kantor Pemerintahan Kota Salatiga memiliki 4 router router utama yaitu router gateway, router , router server, router distribusi, dan router sekretariat. sekretariat. Di bawah router utama masih masih ada beberapa router yang bertindak sebagai sebagai Access Point .
Router gatewa y bertugas untuk membagi bandwidth ke tiga route y route r yang
lain. Manajemen bandwidth bandwidth di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga menggunakan menggunakan metode simple queue yang di yang dilog berdasarkan IP, yang konfigurasinya be yang konfigurasinya berada pada
router gateway . Router Router server adalah router yang hanya terhubung langsu terhubung langsung ke
server . Router distribusi distribusi adalah router yang digunakan ke kelurahan, kelurahan, dinas dan
kantor pemerintahan kota. kota. Router sekretariat adalah router yang digunaka digunakan pada sekretariat daerah, PDE, DPPKAD, h, PDE, DPPKAD, Kesbangpol dan Bappeda. Setelah mengetahui mengetahui topologi jaringan Kantor Pemerintahan Kota Kota Salatiga, dilakukanlah pengukuran uran bandwidth, jitter, dan loss data untuk mengetahui untuk mengetahui apakah metode yang seda sedang diterapkan pada Kantor Pemerintahan Kota Kota Salatiga sudah berjalan dengan dengan baik. Hal ini bertujuan untuk menentukan menentukan langkah selanjutnya yang akan di n diambil untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. asalahan yang ada.
Tabel 1 Hasil Pengukuran Bandwith, Jitter dan Loss Data
Interval Transfer Bandwith Jitter Loss data
(s) (Kbytes) (Kbits/s) (ms) (%)
0.0-1.0 116 953 4.084 1.0-2.0 111 906 6.031 2.0-3.0 118 964 1.456
10 3.0-4.0 121 988 1.368
3.6 4.0-5.0 122 1000 7.276
3.5 5.0-6.0 123 1011 1.260
3.8 6.0-7.0 108 882 7.436
7.2 7.0-8.0 109 894 1.165
9.6 8.0-9.0 123 1011 0.618
7.2 9.0-10.0 122 1000 8.981
3.7 Dari data pada Tabel 1 didapatkan hasil pengukuran dengan ukuran UDP
Bandwith sebesar 1 Mbytes adalah sebagai berikut interval waktu dalam satuan
second , dengan total interval = 0.0-10.0s dilihat dari tabel 1 kolom interval baris
pertama 0.0-1.0s sampai baris terakhir yaitu 9.0-10.0s, transfer data dengan satuan kbytes sehingga diperoleh total transfer = 1.17 Mbytes, bandwidth yang digunakan dengan satuan kbits/s dan rata-rata bandwith diperoleh dari total
bandwidth dibagi 10 yaitu total intervalnya sehingga diperoleh 0.961Mbits/s,
rata-rata jitter diperoleh dari total jitter dibagi 10 dan diperoleh 3.67 ms dan rata- rata loss data diperoleh dari total loss data dibagi 10, diperoleh rata-rata loss data 4.86 %. Berdasarkan standar ITU , rata-rata loss data dengan kualitas baik yaitu 0-0.5 % . Sehingga bisa dikatakan jaringan yang lama masuk kategori buruk. Bagus atau buruknya jaringan juga dapat dilihat melalui jitternya. Semakin kecil suatu jaringan, maka semakin bagus pula performa jaringan tersebut. Untuk
jitter
mewujudkan terciptanya jaringan yang memiliki performa yang optimal diperlukan beberapa hardware dan software yang menunjang. Analisis kebutuhan dan software yang diperlukan untuk menunjang sistem yaitu:
hardware
Tabel 2 Kebutuhan Hardware dan Software
Setelah mengetahui hardware dan software yang dibutuhkan, selanjutnya adalah tahap design dimana pada tahap design yang akan dilakukan adalah langkah-langkah untuk merancang sebuah sistem baru yaitu penerapan HTB
(Hierarchy Token Bucket) pada jaringan yang lama. Perancangan HTB diterapkan
dengan diagram alur sebagai berikut:
Gambar 3 Alur Diagram Perancangan HTB No Komponen Fungsi Spesifikasi
1 Router Mikrotik RB750Series
Sebagai penghubung antar jaringan CPU AR7241 400MHz RAM 32MB LAN Ports 5
2 PC/LAPTOP Sebagai client -
4 Kabel UTP (Unshielded Twisted Pair)
Penghubung router dengan switch dan client CAT 5, RJ45
5 JPerf Untuk mengecek performance jaringan Windows 7 Ultimated
Gambar 4 Topologi Pengujian HTB
Gambar 4 merupakan merupakan topologi yang digunakan saat dilakukan dilakukan pengujian HTB menggunakan jperf. jperf. Pengujian dilakukan dengan meletakkan client n client pada bagian Kesbangpol dan dan server diletakkan pada bagian PDE. Selanjutnya Selanjutnya adalah tahap menentukan komponen komponen apa saja yang akan ada dalam perancangan perancangan menejemen bandwidth menggunakan metode HTB. Dalam peneltian peneltian ini untuk menentukan komponen komponen HTB dilakukan analisis protokol yang sering sering digunakan atau diakses oleh client. . Pada analisa tersebut diperoleh data bahwa protokol yan protokol yang sering digunakan oleh oleh client adalah protokol HTTP, HTTPS dan FTP FTP . Maka dengan demikian komponen komponen HTB yang akan dipakai adalah berdasarkan berdasarkan protokol yang sering digunakan.
Selain dengan analisa dengan analisa protokol, komponen HTB yang lainnya lainnya adalah berdasarkan konten down downloadnya, dimana client yang melakukan download nload video dan mp3 akan memiliki memiliki trafik yang berbeda. Maka pada akhirnya, akhirnya, komponen HTB yang digunakan n adalah berdasarkan protokol dan berdasarkan berdasarkan konten
download nya. Setelah selesai etelah selesai menetapkan komponen HTB, selanjutnya tnya dilakukan
konfigurasi NAT pada pada firewall dengan menggunakan parameter action, action, chain,
dan out. interface , agar IP IP lokal dapat terhubung internet atau ether1. onfigurasi NAT pada Firewall 1. ip firewall nat nat add action=masquerade chain=srcnat out- Kode Program 1 Konfigurasi interface=ether1
Setelah membuat NAT pada firewall, maka perlu dilakukan konfigurasi pada mangle. Mangle pada mikrotik merupakan metode manajemen bandwidth, dimana bandwidth ingin di bagi sama rata oleh mikrotik, begitu pula dengan metode HTB sama-sama metode manajemen bandwidth hanya HTB menggunakan priority sehingga bandwidth yang dibagi setiap interface atau client mendapat bandwidth sesuai dengan prioritas. Dalam membuat HTB dibutuhkan
firewall mangle untuk menandai trafik dengan menandai paket dan koneksi.
1. ip firewall mangle add action=mark-connection chain=postrouting
Kode Program 2 Konfigurasi Mangle pada Firewallcomment="HTTP-Download-mark-connection" disabled=no new-connection-mark=HTTP-
Download-conn passthrough=yesip firewall mangle add chain=postrouting dst-address=10.10.31.0/24
2. Download-Packet passthrough=no comment=” HTTP-Download-packet”connection-mark= HTTP-Download-conn action=mark-packet new-packet-mark=HTTP-
Seperti pada Kode Program 2 dimana harus membuat mark-connection dan mark-packet, konfigurasi pada nomor 1 membuat mark-connection yang digunakan untuk menandai traffic yang lewat berdasarkan mark-packet, sedangkan konfigurasi nomor 2 membuat mark-packet yang digunakan untuk menandai traffic yang lewat berdasarkan HTTP-Download-conn agar dapat dibaca pada queue.
1. queue tree add name=Download All parent=global-out priority=8 queue=default
Kode Program 3 Konfigurasi Queue Tree pada Queue Mikrotik queue tree add name= Protocol FTP parent= Download All packet-marks=FTP- max-limit=13312k disable=no 2. disable=no Download-Packet priority=5 queue=default limit-at=512k max-limit=1024kSelanjutnya membuat queue tree yang digunakan untuk mengatur besar kecilnya bandwidth yang diterima pengguna atau client, sehingga setiap client dapat dibatasi bandwidth-nya, seperti pada Kode Program 3. Pada queue tree dikonfigurasi seperti yang telah diterapkan pada perancangan desain pembagian
bandwidth sebelumnya dengan memberikan batasan limit-at, max-limit dan
priority masing-masing. Pada nomor 1 adalah konfigurasi membuat parent class
Download All, sedangkan nomor 2 adalah konfigurasi membuat child class yaitu
Protokol FTP.Pada tahap monitoring dilakukan setelah tahap pembangunan jaringan fisik telah selesai dilakukan. Dalam proses monitoring dilakukan proses pengujian untuk mengambil hasil analisis yang dibutuhkan mengenai traffic yang berjalan ketika client mengunduh file.
Gambar Gambar 5 Memonitoring menggunakan Queue Tree
Gambar 5 merupakan merupakan hasil monitoring menggunakan queue queue tree dan dimana client mencoba untuk mencoba untuk download. Pada queue tree untuk HTTP D
Download,
avg. rate berjalan sebesar sebesar 2.2Mbps, karena bandwidth untuk download download dengan
max-limit sebesar 2.5Mbps,2.5Mbps, sehingga avg. rate berjalan sesuai dengan dengan jumlah yang saat itu juga melakukan download. yang saat itu juga melakuka
client
Pada tahap terakhir terakhir yaitu tahap management atau pengaturan, pengaturan, yang menjadi perhatian khusus khusus pada tahap management ini adalah masalah masalah policy, kebijakan yang perlu dibuat perlu dibuat untuk mengatur sistem yang telah dibangun dibangun agar berjalan dengan baik, sistem baik, sistem dapat berlangsung lama dan pada unsur unsur reliability juga terjaga. Pada penelitian penelitian ini tahap management tidak dilakukan karena karena adanya keterbatasan dalam mengimp dalam mengimplementasikan lebih lanjut hasil perancangan ini. rancangan ini.
Berikut ini merupakan merupakan hasil dan pembahasan tentang hasil pengujian pengujian dan analisa dari metode HTB HTB (Hierarchy Token Bucket) dimana Mikrotik Mikrotik RouterOS digunakan sebagai gateway gateway , DHCP server, DNS server, pengelola bandwidth. bandwidth.
Menandai paket paket dan koneksi menggunakan mangle dan menentukan menentukan max
limit dan limit-at pada queue queue tree merupakan dua hal yang menjadi penentu penentu akan
keberhasilan suatu manajemen manajemen bandwidth. Dengan pengaturan mangle dan queue tree yang benar, maka konfigurasi akan berjalan sesuai de r, maka konfigurasi akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. gurasi akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Gambar 6 HTB Distribution
Gambar 6 merupakan gambaran HTB yang telah dirancang untuk melakukan perancangan pembagian bandwidth pada bagian KESBANGPOL. Download All adalah parent dari Top 2 Protokol dan Konten Download yang memiliki max-limit 13312 Kbps. Top 2 Protokol diperoleh dari hasil analisa bahwa terbukti terdapat 3 protokol yang sering digunakan yaitu HTTP, HTTPS dan FTP. Untuk protokol HTTP dan HTTPS digabung dalam HTTP Access. HTTP
Access adalah parent dari HTTP Browsing dan HTTP Download. Untuk Konten
Download , merupakan hasil dari wawancara dengan admin yang menginginkan
adanya manajemen bandwidth untuk download mp3 dan video supaya tidak mengganggu client lain. HTTP Download memiliki priority 1 yang artinya sisa
bandwidth untuk download dari parent diberikan terlebih dahulu pada HTTP
Download , kemudian sisanya diberikan kepada HTTP Browsing.Pada penelitian ini ada beberapa poin sehingga konfigurasi dikatakan sesuai dengan yang diharapkan, yaitu untuk client yang melakukan download berupa video dan mp3 akan mendapatkan jalurnya masing-masing begitu pula pada saat client mengakses menggunakan protokol HTTP maupun HTTPS untuk
download file atau hanya browsing. Untuk membuat jalur bagi client yang
melakukan download video dan mp3 maka pada konfigurasi akan ditambahkan pada layer 7.
setting Kode Program 4 Konfigurasi Layer7 Protocol
1. ip firewall layer7-protocol add comment=””name=”video\”.mp4\””regexp= ” \\ ”
ip firewall layer7-protocol add comment=””name=”mp3\”.mp3\””regexp=”\\.(mp3)”
.(mp4) 2.Konfigurasi pada pada layer 7 bertujuan untuk mem-filter ekstensi ekstensi file yang didownload oleh client. . Jika client mendownload file dengan ekstensi ekstensi mp3,maka akan masuk kedalam mangle mangle untuk download mp3, begitu juga dengan clien clien t yang mendownload file dengan dengan ekstensi mp4/ avi maka akan masuk ke masuk ke mangle
download video. Selanjutnya Selanjutnya untuk memisahkan trafik download dan dan browsing
bagi client yang mengakses mengakses protokol HTTP dan HTTPS pada konfigurasi konfigurasi mangle ditambahkan dengan men n dengan men-setting connection-bytes.
onfigurasi Connection-bytes yang Kurang Tepat
1. ip firewall mangle add add action=mark-connection chain=postrouting comment=" comment="HTTP-
Kode Program 5 Konfigurasi passthrough=yes connectio connection-bytes = 1000000-0 Download-mark-connection connection" disabled=no new-connection-mark=HTTP-Downlo Download-conn ip firewall mangle add add action=mark-connection chain=postrouting comment=" comment="HTTP- 2. passthrough=yes connectio connection-bytes = 0-1000000 Browsing-mark-connection connection" disabled=no new-connection-mark=HTTP-Browsi Browsing-connSaat client mengg menggunakna bandwidth sebesar 0-1000000 byte maka maka client tersebut dianggap melakuka melakukan browsing, namun apabila client menggunakan menggunakan
bandwidth lebih dari 1000000 dari 1000000 byte maka akan dianggap client tersebut tersebut sedang
melakukan download. . Tetapi dengan nilai connection-byte tersebut, tersebut, tidak menunjukkan trafik yang ses ik yang sesuai seperti yang dapat dilihat pada gambar 7. pat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7 Trafik yang Tidak Sesuai
Gambar 7 merupakan merupakan trafik yang keluar ketika men-setting connection connection-
bytes yang kurang tepat. Ketika tepat. Ketika client melakukan download video maka ka byte yang
jalan atau yang aktif adalah adalah byte untuk HTTP Download,HTTP Browsing Browsing dan
Download Video. Seharusny Seharusnya ketika client melakukan download video, video, byte yang
jalan adalah byte Download byte Download Video.
1. ip firewall mangle add action=mark-connection chain=postrouting comment="HTTP-
Kode Program 6 Konfigurasi Connection-bytes yang Tepatip firewall mangle add action=mark-connection chain=postrouting comment="HTTP-
passthrough=yes connection-bytes = 10000-0Download-mark-connection" disabled=no new-connection-mark=HTTP-Download-conn
2. passthrough=yes connection-bytes = 0-10000Browsing-mark-connection" disabled=no new-connection-mark=HTTP-Browsing-conn
Setelah beberapa kali mengubah nilai byte pada connection-byte dan beberapa kali mencoba menguji dan memonitoring konfigurasi maka didapatkan
byte yang sesuai untuk kondisi ini adalah untuk download 10000-0 byte dan untuk
browsing 0-10000 byte. Dengan nilai byte yang sedemikian, maka trafik dari
client yang melakukan download video dan mp3 akan masuk pada jalurnya
masing-masing dan trafik untuk client yang browsing atau download pun juga berhasil dipisahkan. Setelah konfigurasi berjalan sesuai dengan yang diinginkan, maka selanjutnya dilakukan pengukuran rata-rata bandwidth dan juga jitter sesudah jaringan menerapkan HTB.
Tabel 3 Hasil Pengukuran Rata-Rata Bandwith yang Digunakan Hari Hari 1 Hari 2 Hari 3
Bandwidth 12924.5Kb 13011.5Kb 9864.5Kb
Tabel 4 Hasil Pengukuran Rata-Rata Jitter, dan Loss data Jitter Loss data Hari
(ms) (%)
Hari 1 0.475 Hari 2 1.063 Hari 3 0.164
Jitter adalah variasi dari delay, dimana delay merupakan waktu yang diperlukan untuk transmisi data mulai dari data dikirim sampai data diterima.
Sedangkan bandwidth adalah lebar jalur untuk transmisi data. Semakin padat trafik bandwidth maka nilai jitter akan semakin tinggi pula. Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa trafik bandwidth sangat padat, dari total bandwidth 13312 Kb hari pertama rata-rata bandwidth yang dipakai adalah 12924.5 Kb, kemudian pada hari kedua rata-rata bandwidth yang dipakai adalah 13011.5 Kb dan pada hari ketiga 9864.5 Kb.
Sedangkan pada tabel 4 dapat dilihat bahwa walau trafik sedang padat namun nilai jitter tetap kecil, jitter pada hari pertama dengan trafik bandwidth 12924.5 Kb adalah 0.475. Jitter pada hari kedua dengan trafik bandwidth 13011.5 Kb adalah 1.063 dan pada hari ketiga dengan trafik bandwidth 9864.5 Kb adalah 0.164. Dari pengukuran sebelumnya didapatkan rata-rata jitter adalah 3.67 ms dan pada pengukuran setelah jaringan menerapkan HTB diperoleh rata-rata jitter 0.56 ms, sehingga dapat disimpulkan bahwa jaringan lebih optimal dan memiliki performa lebih bagus setelah menerapkan HTB.
5. Simpulan
Pada saat observasi permasalahan yang ditemukan adalah client yang berebut bandwidth untuk menggunakan internet, terdapat tiga protokol yang sering digunakan oleh client sehingga dirasa perlu dilakukan manajemen dan ada permintaan admin untuk mengatur bandwidth yang digunakan untuk mendownload video maupun mp3. Dengan adanya konfigurasi baru menggunakan HTB, pengaturan layer 7 protocol dan juga menentukan connection-byte maka
client tidak berebut bandwidth dan permintaan admin pun juga terpenuhi.
Berdasarkan hasil implementasi HTB, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa HTB adalah solusi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Kantor Pemerintahan Kota Salatiga. Dengan adanya HTB maka client tidak berebut
bandwidth untuk melakukan download file, video, mp3 maupun hanya sekedar
melakukan browsing sehingga pengoptimalan bandwidth sudah tercapai.6. Daftar Pustaka
[1] Ananta, Piter. 2014. Perancangan Management Bandwidth pada User-
Profile Hotspot Mikrotik Menggunakan Metode Hierarchical Token Bucket (HTB).
[2] Anggie, Elizabeth U.P. 2014. Implementasi Manajemen Bandwidth Menggunakan Metode Hierarchical Token Bucket (HTB). [3] Imam Riadi, Wahyu Prio Wicaksono. 2011. Implementasi Quality of Service menggunakan Metode Hierarchical Token Bucket. JUSI Vol. 1: 2. [4] James E. Goldman, Philips T. Rawles, Third Edition. 2001. Applied Data
Communications, A business-Oriented Approach , John Wiley & Sons: 470
[5] Prihastomo, Yoga. 2011. Komunikasi Data dan Jaringan Komputer .
Network Development Life Cycle [6] Santoso, Budi. 2007. Manajemen Bandwidth Internet dan Intranet.
http://budisantoso.com. Diakses tanggal 16 September 2014.