PENGARUH PENERAPAN COMMUNITY MENTAL HEALTH NURSING TERHADAP KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO

  

KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA DI WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

MOJOKERTO

  1

  2

  3

  4 Yuniarti, A. M. , Mawaddah, N. , Syurandhari, D. H. , Fardiansyah, A.

  • Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto

  

ABSTRAK

  Masalah kesehatan jiwa di masyarakat tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga keluarga dan masyarakat itu sendiri. Sehingga diperlukan pelatihan tenaga kesehatan terutama perawat kesehatan jiwa di pelayanan primer untuk meningkatkan keterampilan dalam menangani pasien gangguan jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Community mental Health Nursing terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa. Penelitian ini menggunakan desain pre eksperimental dengan pendekatan one group pre post test design. Penelitian ini melibatkan 18 perawat di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto yang dipilih secara purposive sampling, dengan kriteria perawat yang menangani program kesehatan mental dan mengikuti seluruh sesi kegiatan. intervensi yang diberikan adalah program BC-CMHN untuk 5 sesi kegiatan. Kemampuan koqnitif dan psikomotor perawat diukur sebelum dan sesudah intervensi dan data dianalisis dengan uji statistik T-test. Hasil penelitian menunjukkkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan koqnitif dan psikomotor perawat sebelum dan sesudah intervensi (p = 0,000 > ฀ 0,05), dengan rata-rata peningkatan skor 7 point untuk kemampuan koqnitif dan 25 point untuk kemampuan psikomotor. hal ini menunjukkan bahwa program CMHN meningkatkan kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Melalui penerapan CMHN di pelayanan primer, dapat menjadi panduan bagi upaya puskesmas dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang ada di masyarakat kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan akan meningkat, sehingga pasien gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang memungkinkan mereka mandiri dan produktif.. Kata Kunci : CMHN, Kemampuan koqnitif, Kesehatan jiwa, Perawat puskesmas,

  Kemampuan psikomotor

  

ABSTRACT

The problem of mental health in the community not only affect the individual but also the family and the

community itself. So it was necessary training of health workers, especially mental health nurses to

improve skills in handling of patients with mental health problems. This study aim was to determine the

application of CMHN program on the ability of nurses in providing mental health nursing services. This

research used pre experimental design with one group pre post test design approach. This study involved

18 nurses in working area of Department Health of Mojokerto District selected by purposive sampling,

with the criteria of the nurse who handled the mental health program and followed the whole session of

the activity. Interventions given was the BC-CMHN program for 5 sessions of activities, then the

coqnitive and psychomotor skills of the nurse measured before and after the intervention and data

analyzed with T test statistic test. The results showed that there were significant differences in the

coqnitive and psychomotor ability of nurses before and after intervention (p = 0,000 < ฀ 0,05), with

mean difference of 7 point coqnitive ability and 25 points for psychomotor ability. This means that the

CMHN program improved the ability of nurses in mental nursing services. Through the application of

CMHN in primary care expected to be a guide for Puskesmas efforts in overcoming mental health

problems in the community, so that psychiatric patients will receive services that enable them to be self-

reliant and productive.

  

Keywords: CMHN, Coqnitive Ability, Mental Health, Nurse in Primary Services,Psychomotor Abilities

  PENDAHULUAN

  Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan yang meliputi keadaan sejahtera, seimbang, merasa puas, pencapaian diri dan optimis (Stuart & Laraia, 2005). Kesehatan jiwa tidak terbatas pada tidak mengalami gangguan jiwa saja tetapi mencakup segala aspek kehidupan manusia mulai dari berkembangnya manusia sampai dengan kematian serta mulai dari kondisi sehat, resiko maupun gangguan. Sehingga pelayanan keperawatan jiwa bukan hanya ditujukan pada klien dengan kasus gangguan jiwa saja tetapi juga diberikan pada klien yang mengalami masalah psikososial serta ditujukan pada semua lapisan masyarakat sehingga tercapai hidup sehat mental dan harmonis.

  Seiring dengan berkembangnya fungsi keperawatan jiwa, selain di rumah sakit fokus pelayanan juga dikembangkan pada community

  based sehingga perlu adanya upaya-upaya untuk mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat.

  Misalnya dengan mencegah kekambuhan, meningkatkan kemandirian pasien gangguan jiwa agar tidak menjadi beban keluarga dan masyarakat serta upaya kesehatan jiwa sesuai dengan tingkat perkembangan manusia dari bayi sampai dengan lansia. Pada kenyataanya sampai saat ini pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat masih berfokus pada tatanan pelayanan rumah sakit. Berbeda dengan program kesehatan fisik di Puskesmas, program kesehatan jiwa belum menjadi prioritas pelayanan. Hal ini disebabkan karena belum diketahuinya hubungan antara kejadian gangguan jiwa dengan peningkatan angka kematian serta beban dari gangguan jiwa belum dianggap terlihat secara nyata. Akan tetapi jika kita melihat Disability Adjusted Life

  Year (DALYs) atau hari-hari produktif yang

  hilang karena gangguan jiwa, akibat langsung yang ditimbulkan oleh gangguan jiwa akan segera terlihat. Menurut The World Bank, DALYs dari masalah gangguan jiwa menyebabkan beban di seluruh dunia sebesar 8.1% dari beban penyakit global. Angka ini lebih besar dari tuberkulosis, kanker, atau penyakit jantung (7,2%, 5,8%, 4,4% secara berurutan) (Marchira, 2011).

  Hasil riset kesehatan dasar nasional tahun 2013 menggambarkan prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil. Sedangkan prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia sebesar 6,0 persen. Gangguan ini dapat berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak berhasil ditanggulangi. Selain itu data Riskesdas (2013) juga menunjukkan bahwa keluarga yang pernah memasung anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa adalah sebesar 14,3 persen. Tingginya angka gangguan jiwa di Indonesia merupakan hal yang sangat serius karena menimbulkan beban bagi pemerintah, keluarga serta masyarakat oleh karena produktivitas pasien menurun dan akhirnya menimbulkan beban biaya yang besar bagi pasien dan keluarga. Hal ini disebabkan karena mininnya sumber daya dan fasilitas pelayanan kesehatan jiwa. Belum optimalnya upaya puskesmas dalam mengatasi gangguan jiwa di kompleksnya masalah kesehatan jiwa yang ada dimasyarakat, karena tidak hanya berdampak terhadap individu tetapi juga keluarga dan masyarakat itu sendiri.

  Piramida pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia menekankan dengan sangat jelas adanya pelayanan kesehatan jiwa berkesinambungan dari komunitas ke rumah sakit dan sebaliknya (Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat, 2005). Pelayanan kesehatan jiwa dimulai di masyarakat dalam bentuk pelayanan kemandirian individu dan keluarganya, pemberdayaan tokoh masyarakat formal dan non formal di luar sektor kesehatan, pelayanan puskesmas, pelayanan di tingkat kabupaten/kota dalam bentuk outreach ke masyarakat. Pemberdayaan komunitas merupakan faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan klien yang mengalami masalah kesehatan jiwa. Dukungan lingkungan komunitas yang bersifat terapeutik bagi klien, akan dapat mempertahankan masa kesembuhan klien selama mungkin. Sebaliknya jika keluarga dan komunitas kurang mendukung maka angka kekambuhan akan menjadi lebih cepat.

  Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat di Indonesia dilakukan melalui program Community Mental Health Nursing (CMHN).

  Upaya pelayanan kesehatan jiwa masyarakat adalah memberikan pelayanan, konsultasi, edukasi dan informasi mengenai prinsip-prinsip kesehatan jiwa kepada masyarakat, menurunkan angka resiko terjadinya masyarakat terhadap praktik kesehatan jiwa

  (Stuart, 2009). Konsep manajemen CMHN sudah dilakukan oleh Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang dikembangkan oleh Keliat, Panjaitan dan Riasmini (2010) meliputi manajemen pelayanan kesehatan jiwa masyarakat, pemberdayaan masyarakat, kemitraan lintas sektor dan lintas program, serta manajemen kasus kesehatan jiwa. Pendekatan pelayanan keperawatan jiwa masyarakat ini sangat efektif dalam meningkatkan kemandirian klien gangguan jiwa. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2007) menggambarkan bahwa ada hubungan antara pelayanan Community Mental Health Nursing (CMHN) dengan tingkat kemandirian klien gangguan jiwa. Penelitian yang dilakukan oleh Keliat, Helena dan Riasmini (2011) menerapkan model CMHN pada 237 keluarga dengan anggotanya yang mengalami gangguan jiwa di DKI Jakarta. Pada penelitian ini perawat CMHN melakukan kunjungan rumah yang dilakukan sebanyak 12 kali kunjungan. Penelitian dilakukan dengan memberikan asuhan keperawatan kepada klien dan memberikan

  health education kepada keluarga klien. Hasil

  analisis menunjukkan rata-rata kemandirian klien pada kelompok intervensi setelah penerapan model CMHN meningkat dari 29,94 menjadi 38,83. Rata-rata waktu produktif klien pada kelompok intervensi setelah penerapan moden CMHN meningkat dari 2,21 menjadi 3,82. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa terhadap klien dan keluarga.

  Peran perawat jiwa di komunitas adalah membantu klien untuk mempertahankan fungsinya pada tingkat yang tertinggi dan memandirikan klien dikomunitas. Oleh karena itu diperlukan pelatihan tenaga kesehatan terutama perawat kesehatan jiwa di pelayanan primer untuk meningkatkan keterampilan dalam menangani pasien gangguan jiwa. Melalui penerapan CMHN di pelayanan primer (Puskesmas) kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan akan meningkat sehingga pasien gangguan jiwa mendapatkan pelayanan yang memungkinkan mereka mandiri dan produktif.

  Penelitian ini menggunakan desain pre

  eksperimental dengan pendekatan one group pre post test design . Pada penelitian ini peneliti

  menerapkan CMHN dengan memberikan pelatihan BC CMHN kepada perawat untuk meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan keparawatan kepada pasien gangguan jiwa. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan CMHN terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa.

  Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua perawat pemegang program jiwa yang ada di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten mojokerto, yaitu sejumlah 27 perawat. Sampel dalam penelitian ini ditentukan program jiwa di wilayah kerja dinas kesehatan kabupaten mojokerto, bersedia mengikuti seluruh kegiatan pelatihan selama 5 hari, serta tidak mempunyai tugas dinas yang dapat menghambat kegiatan penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, sampel dipilih dengan tehnik purposive sampling dan didapatkan sampel sejumlah 18 responden.

  Pengumpulan data dalam peneltian ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk menilai kemampuan psikomotor perawat dan lembar kuesioner untuk menilai kemampuan koqnitif perawat. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk memperoleh data karakteristik responden serta kuesioner kemampuan koqnitif dan psikomotor perawat.

METODE PENELITIAN

  Proses penelitian dimulai dengan memberikan lembar informed consent pada responden. Apabila responden setuju, maka peneliti akan memberikan kuesioner serta mengobservasi kemampuan responden (perawat) dalam memberikan asuhan keperawatan sebelum diberikan pelatihan. Selanjutnya diberikan intervensi CMHN dengan memberikan pelatihan

  Basic Course (BC) selama 5 hari. Setelah

  kegiatan pelatihan selesai responden akan diberikan post test berupa lembar kuesioner dan diobservasi kemampuannya dalam memberikan asuhan keperawatan.

  Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk menganalisis karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendiidkan, lama programmer, dan masa kerja) serta kemampuan koqnitif dan kemampuan intervensi. Sedangkan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui penerapan CMHN terhadap kemampuan pearawat yang dianalisis dengan uji T test berpasangan.

HASIL PENELITIAN

  18

  dan post test) Variabel Jenis penguku- ran n Mean

  Mean differe- nce p value

  Kemam- puan Kognitif Sebelum

  Sesudah

  18

  18

  27

  35 7 0,000 Kemam- puan psikomotor Sebelum

  Sesudah

  18

  responden berusia 33,6 tahun, masa kerja rata- rata 10,1 tahun, serta memliliki skor kemampuan koqnitif perawat rata-rata 27,4 dan skor kemampuan psikomotor rata-rata 42,8.

  43

  68 25 0,000

  Berdasarkan hasil uji statistik dengan uji

  paired sample T test diperoleh nilai

  ρ value < α yang menunjukkan bahwa ada perbedaan skor kemampuan koqnitif sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan BC CMHN ini, dengan rata- rata peningkatan skor sebesar 7 point. Sedangkan kemampuan psikomotor peserta juga mengalami peningkatan sebesar rata-rata 25 point.

  PEMBAHASAN

  Berdasarkan hasil analisis di atas, menunjukkan bahwa skor rata-rata kemampuan koqnitif perawat sesudah mendapatkan intervensi lebih tinggi sebesar 35 dibandingkan skor rata-rata kemampuan koqnitif perawat sebelum intervensi sebesar 27 yang dibuktikan dengan uji paired sample T test di perolah

  ρ

  value 0,000 lebih kecil dari

   0,05. Sedangkan skor rata-rata kemampuan perawat sesudah

  Tabel 3 Analisis kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa di masyarakat (pre test

  Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih 5 bulan mulai dari proses perijinan sampai dengan laporan hasil penelitian. Penelitian ini melibatkan 18 puskesmas yang ada diwilayah kerja dinas kesehatan kabupaten mojokerto. Tabel 1. Karakteristik responden (data kategorik)

  Karakteristik f % Jenis kelamin Laki-laki

  Berdasarkan tabel 1 sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan (72,2%), tingkat pendidikan paling banyak diploma (83,3%) dan lama responden memegang program kesehatan jiwa sebagian besar > 1 tahun yaitu (77,8%). Tabel 2. Karakteristik responden (data numerik) dan kemampuan perawat dalam menerapkan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa

  Perempuan

  5

  13 27,8 72,2 Tingkat pendidikan

  Diploma Sarjana

  15

  3 83,3 16,7 Lama programmer

  < 1 Tahun >1 tahun

  4

  14 22,2 77,8

  Karakteristik N Rata- rata SD Nilai Min. Nilai Maks.

  37

  Usia 18 33,6 5,2

  27

  45 Masa kerja 18 10,1 3,6

  6

  20 Kemampuan Koqnitif psikomotor

  18

  18 27,4 42,8 4,4

  5,8

  20

  30

  51 dibandingkan skor rata-rata kemampuan psikomotor perawat sebelum intervensi sebesar 43 yang dibuktikan dengan uji paired sample T

  test di perolah

  ρ value 0,000 lebih kecil dari  0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian intervensi terhadap peningkatan kemampuan koqnitif dan psikomotor perawat.

  Community mental heatlh nursing

  (CMHN) merupakan salah satu strategi berupa program peningkatan pengetahuan dan kemampuan yang diberikan kepada petugas kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa akibat dampak tsunami, gempa maupun bencana lainnya (Keliat dkk., 2011). Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik.

  Pelatihan pada program CMHN ini dilakukan tiga tahapan yaitu Basic,Intermediate dan Advance Nursing Training. AKAN TETAPI Dalam penelitian ini program CMHN yang diberikan berupa pelatihan BC CMHN (Basic

  Course Community Mental Heatlh Nursing ).

  BC CMHN (Basic Course Community

  Mental Heatlh Nursing) merupakan salah satu

  bagian dari program CMHN (Community mental

  heatlh nursing) yang diberikan kepada petugas

  kesehatan melalui pelatihan dalam rangka upaya membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan jiwa. khalayak sasaran utama dalam kegiatan penelitian ini perawat pemegang program jiwa sehingga dapat meningkatkan psikomotor pemegang program jiwa dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa.

  Adanya pengaruh yang signifikan pada hasil uji statistik ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Baik dilihat dari proses selama pelatihan, maupun karakteristik peserta. Bila dilihat dari pelatihan yang telah dilakukan, intervensi ini dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan dengan durasi waktu pertemuan selama 360 menit. Sehingga peserta menjadi tahu dan menyadari bagaimana memberikan asuhan keperawatan yang baik dan efektif.

  Kegiatan pelatihan merupakan salah satu kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan tidak hanya menyebarkan pesan tetapi juga menanamkan keyakinan sehingga perawat tidak saja sadar, tetapi tahu dan mengerti sehingga mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan jiwa (Maulana, 2009). Melalui metode diskusi dalam kegiatan ini peserta dapat saling berbagi pengalaman, pikiran dan perasaan sehingga peserta menyadari bahwa mereka perlu meningkatakan pengetahuan dan kemampuannya dalam membrikan asuhan keperawatan.

  Pelatihan merupakan salah satu bentuk stimulus yang dapat mengubah perilaku perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Dengan meningkatnya pengetahuan peserta bagaimana memberikan asuhan keperawatan jiwa yang baik dan efektif dapat membuat perawat tahu dan menyadari bahwa gangguan jiwa perlu positif yang dimiliki dapat meningkatkan motivasi perawat CMHN dalam memberikan pekayanan keperawatan kesehatan jiwa. Akan tetapi sebelum terjadinya perubahan perilaku dalam diri perawat tersebut terjadi beberapa proses yang berurutan sehingga timbul tindakan pada perawat untuk mengubah perilaku dan motivasinya.

  Menurut Azwar (2007), sebelum timbul tindakan di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu dari informasi yang diketahui, kemudian akan timbul rasa ketertarikan sehingga mulai menyadari dan mendalami informasi tersebut. Setelah itu informasi yang diterima akan ditimbang melalui respon yang berupa sikap. Selanjutnya tahap akhir dari proses ini akan menimbulkan suatu perilaku yang didasari atas sikap yang terbentuk.

  Faktor lainnya adalah seluruh materi ini diberikan dengan berbagai metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, diskusi, demonstrasi, simulasi, pre post conference dan bedside

  teaching. Melalui diskusi dan saling berbagi

  pengalaman, pikiran dan perasaan dapat membuat peserta menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam pengalaman mereka. Menurut Notoatmodjo (2010), metode dalam kegiatan pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil kegaitan secara optimal.

  Sedangkan bila dilihat dari karakteristik resonden, faktor yang dapat mempengaruhi adalah usia. Sebagian besar peserta berusia dewasa tua (36-45 tahun). Usia yang semakin kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan, berpikir rasional, semakin bijaksana, mampu mengendalikan emosi, toleran, dan semakin terbuka terhadap pandangan orang lain. Hasil kegiatan ini sesuai dengan pendapat Farida (2011) bahwa semakin lanjut usia seseorang makin kecil tingkat kemangkirannya dan menunjukkan kemantapan yang lebih tinggi dengan masuk kerja lebih teratur. Selain itu juga sesuai dengan hasil Rudianti (2011) bahwa perawat yang berusia > 32 tahun memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan yang berusia < 32 tahun.

  Selain usia kemungkinan dapat disebabkan karena faktor masa kerja perawat yang sebagian besar lama, yaitu masa kerja rata-rata diatas 10 tahun. menurut teori Robbin (dalam Farida, 2011) lama kerja juga menentukan kinerja seseorang dalam menjalankan tugas. Semakin lama seseorang bekerja semakin terampil dan semakin cepat menyelesaikan tugas tersebut.

  Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya perbedaan peningkatan skor rata-rata antara kemampuan koqnitif dengan psikomotor. rata-rata peningkatan kemampuan psikomotor lebih tinggi dibandingkan rata-rata skor peningkatan koqnitif, yaitu 7 point peningkatan kemampuan koqnitif dan 25 point peningkatan kemampuan psikomotor. Hal ini bisa disebabkan karena perbedaan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki pendidikan Diploma (D3). pendidikan seseorang semakin baik pula kinerja seseorang. Perawat dituntut mampu melakukan komunikasi, aktif dan edukatif, maka dikembangkan berbagai jenis pendidikan tinggi keperawatan untuk meningkatkan kinerja petugas keperawatan dalam memberikan pelayanan

KESIMPULAN DAN SARAN

  Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Dan Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Jiwa.

  Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course) . Jakarta: EGC

  Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan

  Penerbit Buku Kedokteran EGC Keliat, B.A., Akemat, P., Daulima, N.H.C.,

  Keperawatan Profesional Jiwa . Jakarta:

  Hibah riset Unggulan UI. Keliat, B.A. & Akemat. (2007). Model Praktik

  community mental health nursing terhadap kemampuan hidup pasien gangguan jiwa dan keluarganya di wilayah DKI Jakarta.

  (2011). Efektifitas penerapan model

  Fitri, L.D.N. (2007). Hubungan Pelayanan community mental health nursing (CMHMN) dengan tingkat kemandirian pasien gangguan jiwa di kabupaten bireuen aceh. Tesis FIK UI. Tidak dipublikasikan. Keliat, B.A., Helena N. & Riasmini, N.M.

  Farida. (2011). Kepemimpinan Efektif dan Motivasi Kerja dalam Penerapan Komunikasi Terapeutik Perawat. Jurnal Ners. 6(1), 31-41.

  Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan adanya peningkatan skor kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa setelah diberikan program pelatihan Community mental

  helath nursing. Diharapkan peserta sebagai

  (2006). Pedoman Pelayanan Kesehatan

  Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

  Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI.

  Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan

  Basford, L. & Slevin, O. (2006). Teori dan Praktik Keperawatan : Pendekatan Integral Pada Asuhan pasien. Jakarta : EGC.

  Balitbangkes. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007., Jakarta : DEPKES

  Pengukurannya. Edisi kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

  Azwar, S. (2007). Sikap Manusia : Teori dan

  perawat CMHN dapat terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa melalui berbagai kegiatan pertemuan ilmiah serta melanjutkan kegiatan kunjungan rumah untuk memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien maupun pada keluarga. Selain iti Puskesmas diharapkan juga dapat menerapkan program pelayanan kesehatan jiwa masyarakat sebagai program utama dalam program pokok pelayanan puskesmas, sehingga masyarakat dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa melalui peran aktif keluarga pasien gangguan jiwa dalam merawat dan mencari bantuan untuk meningkatkan kemandirian pasien yang mengalami gangguan jiwa.

  Jiwa Bagi Calon Jemaah Haji Dan Jemaah haji: Pedoman Bagi Petugas kesehatan .

  Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).

  Jakarta: EGC Keliat, B.A., Panjaitan, R.U. (2010). Manajemen

  Keperawatan Jiwa Komunitas Desa Siaga: CMHN (Intermediate Course) . Jakarta: EGC

  Nursalam. (2014). Manajemen keperawatan

  aplikasi dalam praktik keperawatan profesional edisi 4 . Jakarta : Salemba

  Medika. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian

  Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Rineka Cipta.

  Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Mohr, W. K. (2006). Psychiatric Mental Health

  PP PPNI (2010). Standar profesi dan kode etik perawat Indonesia . Jakarta: Tim Penyusun

  Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & D. Bandung : Alfabeta.

  and Practice of Psychiatric Nursing . 8 th edition . Missouri: Mosby

  Stuart,G.W., Laraia, M.T. (2005). Principles

  

  Tesis Magister Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Jakarta.

PP PPNI

  (Organizational behavior). Jakarta: Salemba Medika.

  WHO. (2001). The World Health Report 2001.

  .

  Europe.

  effectiveness of empowerment to improve health . Copenhagen: WHO Regional Office

  Catalouging-in- WHO. (2006). What is the evidence on

  Service for Mental Health : WHO Library

  _____. (2009). Improving Health System and

  World Health Organization _____. (2006). The Lancet. London : Elseiver Properties SA. Publication Data.

  And Practice Of Psychiatric Nursing. 8th Ed..St. Louis, Missouri: Mosby.

  Ruki, A.S.(2001). Sistem manajemen kinerja.

  Stuart, G. W. & Laraia, M. T. (2005). Principles

  Nursing . Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

  Marchira, C. R. (2011). Integrasi Kesehatan Jiwa Pada Pelayanan Primer Di Indonesia : Sebuah Tantangan Di Masa Sekarang.

  JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN, 14 (3), 120-126

  Maulana, HDJ. (2009). Promosi Kesehatan.

  Jakarta : EGC.

  Robbin. (2001). Perilaku organisasi: Konsep, kontrovesi, aplikasi. Edisi kedelapan.

  Terjemahan. Jakarta: PT. Prenhallino. Robbin. (2008). Perilaku organisasi

  Jakarta: Gramedia Komunikasi Organisasi dengan Kinerja Perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Salah satu Rumah Sakit Swasta Surabaya .