HUMAN REPRODUCTIVE SYSTEM AT SECOND GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XI SCIENCE

  Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 187-250 Lyanda Fitriani Chaniarosi Mahasiswa Magister Pendidikan Biologi PPs Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh Korespondensi: lyanda.fcr@gmail.com

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI GURU BIOLOGI SMA KELAS XI IPA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

  ABSTRAK: Penelitian dengan judul “Identifikasi Miskonsepsi Guru Biologi SMA Kelas XI IPA pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia” bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya miskonsepsi, mengetahui sub konsep yang dimiskonsepsikan dan faktor utama penyebab terjadinya miskonsepsi pada guru biologi. Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Instrumen yang digunakan berupa tes certainty of respons index

  (CRI). Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru teridentifikasi mengalami miskonsepsi pada 4 sub konsep yaitu pembentukan gamet (2,98%); ovulasi (7,50%); menstruasi (22,50%); fertilisasi, gestasi, persalinan, dan laktasi (14,58%). Dari sub konsep tersebut, persentase miskonsepsi tertinggi yang terjadi pada guru terdapat pada kelompok sub konsep menstruasi. Faktor utama penyebab terjadinya miskonsepsi guru bersumber dari pemikiran mereka sendiri.

  Kata Kunci: Miskonsepsi Guru, Certainty of Respons Index (CRI), dan Sistem Reproduksi Manusia.

  IDENTIFICATION OF BIOLOGY TEACHERS’ MISCONCEPTION IN CONCEPT OF HUMAN REPRODUCTIVE SYSTEM AT SECOND GRADE OF SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XI SCIENCE ABSTRACT: The Research entitled “Identification Of Biology Teachers’ Misconception In Concept Of Human Reproductive System At Second Grade Of Senior High School Class XI Science” aims to identify the existence or non existence of the misconception, to know about the misconcepted sub concept and misconception main factors of biology teachers. It used descriptive research method. The instrument of this research was certainty of respons index (CRI) test. The results showed that the teachers have misconception on 4 sub concepts, such as gametes formation (2.98%); ovulation (7.50%); menstruation (22.50%); fertilization, gestation, child birth, and lactation (14.58%). Based on those sub concepts, the highest percentage of misconceptions that occurred to teachers was in the group of menstruation sub concept. The main factors of the misconceptions existence towards teachers come from their own thoughts.

  Keywords: Teachers’ Misconseption, Certainty of Respons Index (CRI), Human Reproductive System.

  PENDAHULUAN Sampai saat ini, perbaikan di bidang pendi- buruk terhadap hasil belajar siswa.

  dikan masih terus berlanjut. Usaha ini bertujuan Menurut (Tekkaya et al, 2001; Ekici et al, agar terwujudnya pendidikan yang berkualitas bagi 2007; Kose, 2008), “Pemahaman konsep yang suatu bangsa di masa yang akan datang. Pendi- berbeda dengan konsep ilmiah dapat menyebabkan dikan yang berkualitas akan menghasilkan gene- terjadinya miskonsepsi”. Selain itu, miskonsepsi rasi yang berkualitas. Generasi berkualitas akan juga dianggap sebagai kesalahan dalam memahami lahir jika terjadi interaksi yang baik antara siswa suatu konsep. Biasanya ditunjukkan pada saat dan guru dalam proses pembelajaran. Namun seba- menjelaskan suatu konsep dengan menggunakan liknya proses pembelajaran yang hanya didominasi bahasa sendiri (Kustiyah, 2007). oleh guru akan menciptakan situasi yang kurang Guru merupakan salah satu faktor yang me- menarik bagi siswa. Terlebih lagi, jika materi yang miliki andil terhadap pembentukan miskonsepsi disampaikan guru memiliki konsep-konsep yang siswa terhadap suatu materi tertentu. Jika guru bersifat abstrak sehingga akan mempersulit siswa salah dalam memahami dan memberi penjelasan dalam memahami konsep tersebut. Dengan kondisi mengenai konsep pembelajaran, maka siswa juga seperti ini, kemungkinan siswa akan mengalami akan menerima konsep yang salah. Hal ini sesuai perbedaan pemahaman yang tidak sejalan dengan dengan pernyataan Yip (1998) dalam Cibik (2008) konsep ilmiah dan akan memberikan pengaruh yang menyatakan bahwa, “salah satu alasan terja-

  Chaniarosi

  Tahap Persiapan

  Miskonsepsi

  Menguasai konsep dengan baik Salah Tidak tahu konsep (menebak)

  Kriteria jawaban CRI Rendah (<2,5) CRI Tinggi (>2,5) Benar Tidak tahu konsep (menebak)

  Tabel 1. Ketentuan Untuk Membedakan Antara Tahu Konsep, Miskonsepsi dan Tidak Tahu Konsep Pada Responden Secara Individu.

  Hasil test CRI yang diperoleh diklasifikasi- kan menjadi 3 kategori yaitu tahu konsep (TK), miskonsepsi (M), dan tidak tahu konsep (TTK), lalu dihitung persentase dari jawaban guru untuk masing-masing kategori tersebut. Untuk menda- patkan jumlah rata-rata CRI jawaban benar, dila- kukan dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai CRI guru untuk setiap soal dibagi dengan jumlah guru yang menjawab benar. Untuk menda- patkan jumlah rata-rata CRI jawaban salah, dilaku- kan dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai CRI guru untuk setiap soal dibagi dengan jumlah siswa yang menjawab salah. Kemudian disesuai- kan hasil rata-rata CRI yang diperoleh dengan Tabel 1.

  Tahap Analisis Data

  IPA yang telah mengajarkan konsep sistem repro- duksi manusia pada masing-masing SMA. Mela- kukan test CRI dan selanjutnya menghitung nilai CRI yang diperoleh dari jawaban guru.

  Menentukan jumlah guru biologi kelas XI

  Tahap Pelaksanaan

  Pembuatan instrumen penelitian berupa test CRI yaitu soal pilihan ganda dilengkapi dengan nilai CRI.

  dari 4 SMA Negeri yang berbeda. Masing-masing SMA terdiri dari 2 guru biologi. Instrumen pene- litian berupa tes certainty of response index (CRI) yaitu sebanyak 60 soal. Rancangan penelitian ter- diri dari 3 tahap yaitu, tahap persiapan, pelaksa- naan, dan tahap analisis.

  dinya miskonsepsi pada siswa adalah guru yang memiliki miskonsepsi terhadap mata pelajaran tersebut”. Dari pernyataan yang telah disampaikan, diketahui bahwa miskonsepsi dapat terjadi pada guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu. Miskonsepsi yang muncul secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah dalam diri siswa maupun dalam diri guru itu sendiri.

  sampling , yaitu 8 orang guru biologi kelas XI IPA

  Penelitian ini merupakan penelitian deskrip- tif karena bertujuan untuk menyelidiki responden berdasarkan pemahaman konsep (Nasution, 2012). Sampel penelitian dipilih secara cluster random

  METODE

  Berdasarkan pemikiran tersebut, perlu dila- kukan tindakan lebih lanjut untuk mengetahui gambaran mengenai miskonsepsi yang terjadi pada guru biologi terhadap konsep sistem reproduksi manusia.

  man, 2012). menyatakan bahwa CRI diperoleh dengan menggunakan jawaban guru pada soal-soal pilihan ganda. CRI ini menentukan tingkat kepas- tian pada setiap jawaban guru berdasarkan pada suatu skala 0-5. Skala ini dimulai dari jawaban me- nebak sampai guru yakin terhadap jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan.

  et al (1999) dalam Hakim, Liliasari, & Kadorah-

  plorasi pemahaman sains, tingkat kepercayaan diri yang terasosiasi dengan pemahaman tersebut dan mengidentifikasi miskonsepsi yang terjadi (Hasan

  se indeks (CRI). Metode CRI dapat mengeks-

  Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah miskonsepsi adalah dengan menggunakan metode certainty of respon-

  Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengangkat topik tentang sistem reproduksi manu- sia, yang merupakan salah satu konsep dalam bidang ilmu biologi. Sistem reproduksi manusia merupakan pendidikan seks ilmiah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan pemahaman konsep yang cukup tinggi dalam mempelajarinya. Sesuai dengan hasil wawancara singkat yang dilakukan peneliti sebelum melakukan penelitian kepada beberapa guru biologi kelas XI IPA di SMA Nege- ri kota Banda Aceh, beberapa guru tersebut me- nyatakan ketidakpahaman mereka terhadap sub konsep tertentu, sehingga menyulitkan mereka da- lam mengajarkannya kepada siswa. Dengan keti- dakpahaman yang dimiliki guru tersebut, sangat berpeluang menimbulkan miskonsepsi bagi guru itu sendiri.

  (Hasan et al, 1999) Selanjutnya, untuk mengetahui sub konsep yang dimiskonsepsikan oleh guru biologi dapat diidentifikasi melalui kesesuaian antara jawaban guru terhadap masing-masing soal, yang telah disesuaikan dengan literatur berupa buku teks biologi untuk perkuliahan, seperti buku Biologi Jilid 3 karangan Campbell et al (2004), Anatomi dan Fisiologi (Scanlon, 2006), At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua (Heffner & Schust, 2008), Fisiologi Kedokteran (Ganong, 2008), Fisiologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Hal ini sesuai dengan pendapat Sherwood (2011) yang menyatakan bahwa masuknya sperma ke dalam oosit sekunder dibutuhkan untuk memicu pembelahan meiosis kedua. Oosit sekunder yang tidak dibuahi tidak pernah menyelesaikan pem- belahan final ini. Selama pembelahan ini, separuh set kromosom bersama dengan sedikit sitoplasma dikeluarkan sebagai badan polar kedua. Separuh set lainnya (23 kromosom tidak berpasangan) tetap

  Gambar 1. Perbandingan Persentase Guru Biologi Pada Masing-Masing

  100 100 100 100 100

  40 18,75 34,38 100

  90,38 82,74 55 37,50 66,67 65,62

  Struktur dan fungsi organ reproduksi manusia Pembentukan gamet Ovulasi Menstruasi Fertilisasi, gestasi, persalinan dan laktasi Kelainan organ reproduksi

  Kelompok Sub konsep Persentase Total Tahu Konsep (TK) Miskonsepsi (M) Tidak Tahu Konsep (TTK)

  Tabel 2. Persentase Miskonsepsi, Tahu Konsep, dan Tidak Tahu Konsep pada Guru Biologi.

  Pada sub konsep 2 yaitu pembentukan ga- met, guru teridentifikasi mengalami miskonsepsi terdapat pada proses oogenesis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sebagai contoh, guru ber- pendapat bahwa kelanjutan proses meiosis II akan berlangsung jika dipengaruhi hormon progesteron. Pernyataan ini merupakan miskonsepsi karena me- nurut Campbell et al (2004) dan Ganong (2008), kelanjutan proses meiosis II akan berlang-sung jika terjadi penetrasi sel telur oleh sperma (fertilisasi).

  Identifikasi Miskonsepsi Guru Biologi SMA Kelas XI IPA pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia

  Pada sub konsep 1 yaitu struktur dan fungsi organ reproduksi manusia, guru tidak mengalami miskonsepsi.

  Miskonsepsi terjadi pada empat sub konsep sistem reproduksi manusia. Perbandingan persentase mis- konsepsi yang dialami guru dapat diketahui dari penjelasan pada masing-masing sub konsep beri- kut ini:

  Dari Gambar 1, diketahui bahwa terdapat perbedaan persentase miskonsepsi antara sub kon- sep yang dimiskonsepsikan oleh guru biologi.

  Berdasarkan data hasil tes CRI, perbandi- ngan persentase miskonsepsi guru biologi terhadap enam sub konsep pada konsep sistem reproduksi manusia dapat dilihat pada Gambar 1.

  Berdasarkan Tabel 2, miskonsepsi yang dia- lami guru terjadi hampir pada semua sub konsep sistem reproduksi manusia. Persentase miskonsep- si tertinggi terdapat pada kelompok sub konsep menstruasi yaitu 22,50%. Selain itu, persentase tertinggi juga terdapat pada kelompok sub konsep yang sama untuk kategori tidak tahu konsep yaitu 40,00%. Hasil ini menunjukkan bahwa guru bio- logi masih kurang memahami isi materi dari sub konsep menstruasi.

  Hasil penelitian dari tes CRI menunjukkan bahwa guru biologi teridentifikasi mengalami miskonsepsi pada konsep sistem reproduksi ma- nusia. Persentase jawaban guru dari ketiga kategori jawaban dapat dilihat pada Tabel 2.

  Manusia: dari Sel ke Sistem (Sherwood, 2011), dan beberapa buku penunjang lainnya yang ber- kaitan dengan sistem reproduksi manusia.

  • 2,98 7,50 22,50 14,58
  • 9,62 14,28 37,50

  Chaniarosi tertinggal dan disebut sebagai ovum matang.

  Pada sub konsep 3 yaitu ovulasi, miskon- sepsi yang dialami guru terjadi pada peran hormon yang mendorong terjadinya ovulasi. Sebagai con- toh, guru berpendapat bahwa ovulasi dirangsang oleh hormon FSH. Jawaban yang diberikan res- ponden mengalami miskonsepsi karena hormon FSH berfungsi merangsang perkembangan folikel telur dan sel-sel folikel yang sedang tumbuh ini mensekresikan estrogen (Campbell et al, 2004; Scanlon, 2006). Jadi, hormon yang merangsang terjadinya ovulasi adalah Luteinizing Hormon (LH). Dengan konsentrasi LH yang tinggi dapat meningkatkan tekanan intrafolikel de graaf yang mengakibatkan permukaan ovarium tidak sanggup menahan tekanan tersebut sehingga terjadi ovulasi (Despopoulos & Silbergnagl, 2000; Ganong, 2008; Manuaba et al, 2007).

  Contoh miskonsepsi lainnya terdapat pada hubungan hormon dengan proses ovulasi. Guru berpendapat bahwa hubungan estrogen dengan proses ovulasi adalah merangsang hipofisis untuk menghasilkan FSH yang akan menyebabkan foli- kel pecah. Pada konsep yang sebenarnya, hubung- an estrogen dengan proses ovulasi adalah merang- sang hipofisis untuk mensekresikan Luteinizing

  Hormon (LH) dengan konsentrasi tinggi dan ber-

  sifat mendadak sehingga menyebabkan ovulasi (Despopoulos & Silbergnagl, 2000; Manuaba et al, 2007).

  Pada sub konsep 4 yaitu tentang menstruasi, guru mengalami miskonsepsi pada sub konsep menstruasi. Sebagai contoh, guru memberikan per- nyataan bahwa menopause terjadi karena ovarium tidak menghasilkan sel telur akibat hormon pro- gesteron menurun. Padahal, pada konsep yang se- benarnya menopause terjadi karena berhentinya ovulasi akibat folikel kurang responsif terhadap FSH dan LH (Ganong, 2008).

  Pada sub konsep 5 yaitu tentang fertilisasi, gestasi, persalinan dan laktasi. Contoh miskonsepsi yang dialami guru yaitu, penggunaan urin untuk uji kehamilan dikarenakan di dalam urin ibu hamil muda terdapat hormon Luteinizing Hormon (LH). Sedangkan konsep yang sebenarnya adalah terda- patnya hormon Human Chorionic Gonado-trophin (HCG) di dalam urin ibu hamil. Keberadaan HCG dalam urin pada awal kehamilan merupakan dasar bagi berbagai uji laboratorium untuk kehamilan. Hormon ini dapat terdeteksi 14 hari setelah kon- sepsi (Baety, 2011; Bloom & Fawcett, 2002; Ga- nong, 2008).

  Selain itu, guru juga mengalami miskonsepsi pada metode kontrasepsi. Guru berpendapat bahwa metode kontrasepsi yang tidak memungkinkan ter- jadinya kehamilan lagi adalah kondom. Seharus- nya jawaban yang tepat adalah tubektomi. Hal ini sesuai dengan pendapat Siswosuharjo & Chakra- wati (2010), metode kontrasepsi yang bersifat per- manen bagi perempuan yang yakin tidak ingin pu- nya anak adalah tubektomi yaitu prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilisasi (kesubu- ran) seseorang perempuan dengan cara mengikat dan memotong saluran tuba fallopi sehingga ovum tidak bertemu dengan sel sperma.

  Pada sub konsep 6 yaitu tentang kelainan/ gangguan pada organ reproduksi, guru tidak meng- alami miskonsepsi.

  Faktor utama penyebab terjadinya miskon- sepsi guru dalam penelitian ini, bersumber dari pe- mikiran guru itu sendiri. Artinya, pemikiran ter- sebut dapat diperoleh dari interpretasi yang dibuat sendiri pada saat membaca buku teks. Makna dari suatu konsep yang dipahami guru bisa saja memi- liki ketidaksesuaian terhadap pendapat dari para ahli di bidangnya, sehingga akan melahirkan mis- konsepsi pada konsep tersebut. Hal ini sangat mengkhawatirkan, sebab jika seorang guru memi- liki kesalahpahaman terhadap suatu konsep, maka besar peluang bagi siswa mendapatkan penjelasan konsep yang salah dari guru tersebut. Sesuai per- nyataan Woolfolk dan Nicolich (1984) dalam He- windati dan Suryanto (2004), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kualitas penjelasan dan pengetahuan guru dengan penca- paian belajar murid. Kurangnya pengetahuan guru akan menyebabkan tidak jelas-nya penyajian pela- jaran yang dapat menimbulkan miskonsepsi.

  Selain itu, faktor penyebab miskonsepsi pada guru dalam penelitian ini juga bersumber dari buku teks. Guru cenderung menggunakan beberapa ma- cam buku teks tingkat SMA sebagai sumber infor- masi terhadap konsep yang diajarkan kepada sis- wa. (Odom, 1993 dalam Kustiyah, 2007) menyata- kan bahwa, buku teks yang dijadikan satu-satunya sumber informasi bagi guru akan mendorong terja- dinya miskonsepsi pada guru.

  Miskonsepsi yang bersumber dari buku teks ini sangat berbahaya, karena selain guru salah da- lam memahami konsep, maka peserta didik juga akan mengalami miskonsepsi yang sama. Sesuai dengan pernyataan Adisendjaja dan Romlah (2007), jika guru hanya menggunakan buku sum- ber yang mengandung kesalahan dan miskonsepsi, maka tak mengherankan jika dikatakan bahwa ke- adaan miskonsepsi pada siswa dapat dilipatgan- dakan oleh buku teks, karena buku teks merupakan sumber informasi utama bagi guru.

  Identifikasi Miskonsepsi Guru Biologi SMA Kelas XI IPA pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia

  Sebaiknya guru menggunakan beberapa bu- ku pegangan lainnya yang memiliki penyajian konsep lebih rinci dan jelas dibandingkan buku tingkat SMA, seperti buku untuk perkuliahan. Hal ini bertujuan agar guru memiliki penguasaan dan pemahaman konsep lebih baik, sehingga guru da- pat lebih mudah dalam menentukan buku bacaan SMA yang akan dijadikan bahan ajar di sekolah.

  SIMPULAN

  Dari hasil penelitian diketahui bahwa guru teridentifikasi mengalami miskonsepsi. Miskon- sepsi yang dialami guru biologi terjadi pada empat sub konsep yaitu pembentukan gamet; ovulasi; menstruasi; fertilisasi, gestasi, persalinan, dan laktasi. Sub konsep yang paling tinggi persentase miskonsepsinya terdapat pada sub konsep mens- truasi. Faktor utama penyebab terjadinya miskon- sepsi pada guru bersumber dari hasil pemikiran guru itu sendiri dan buku teks.

  Diharapkan penelitian tentang miskonsepsi pada konsep yang berbeda dapat dilanjutkan se- hingga kualitas pendidikan akan menjadi lebih ba- ik di masa yang akan datang.

DAFTAR RUJUKAN

  donesia . Tersedia pada http://sakola.net/con-

  World Applied Sciences Journal , ISSN 1818- 4952, Vol. 3 (2), pp. 283-293.

  . Eğitim ve Bilim 120 (26),29-36.

  Misconceptions About Respiration: across- age study

  Tekkaya, C., Özkan, Ş., & Aşcı, Z. 2001. Students'

  bar Plus+ Sloane, E. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pe- mula . Jakarta: EGC.

  Super Lengkap Hamil Sehat . Jakarta: Pene-

  lib.unimed.ac.id. Diakses pada tanggal 13 Ja- nuari 2013. Scanlon, V. C. 2006. Anatomi dan Fisiologi. Jakar- ta: EGC. Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia: dari Sel ke Sistem, Edisi 6 . Jakarta: EGC. Siswosuharjo, S., & Chakrawati, F. 2010. Panduan

  Guru, dan Buku Biologi Kelas XI Pada Materi Sistem Respirasi dan Sistem Eksresi di SMA se-Mandailinggodang Kabupaten Mandailing Natal . Tersedia pada http://digi-

  2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC. Nasution, L.O. 2012. Analisis Miskonsepsi Siswa,

  Manuaba, I.B.G, Candranita, I. A, & Fajar, I. B.

  nal Ilmiah Guru Kanderang Tingang , 5: 24- 37.

  Kustiyah. 2007. Miskonsepsi Difusi dan Osmosis pada Siswa MAN Model Palangkaraya. Jur-

  IPA Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis ada- nya Miskonsepsi. Jurnal Pendidikan, vol. 5 No.1: 61-72. Kose, S. 2008. Diagnosing Student Misconcep- tions : Using Drawing as a Research Method.

  tent/document/658. Diakses tanggal 10 Jan- uari 2013. Baety, A. N. 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan . Yogyakarta: Graha Ilmu. Bloom & Fawcett. 2002. Buku Ajar Histologi. Ja- karta: EGC. Campbell, N. A., Jane, B. R., & Lawrence, G. M.

  Hewindawati, Y., & Suryanto, A. 2004. Pemaha- man Murid Sekolah Dasar terhadap Konsep

  Sistem Reproduksi Edisi Kedua . Jakarta: Er- langga.

  Adisendjaja, Y.H., & Romlah, O. 2007. Identifika- si kesalahan dan Miskonsepsi Buku Teks Biologi SMAN. Universitas Pendidikan In-

  nal of Educational Sciences , ISSN: 1309- 2707, 4 (3), 544-553.

  Concept Understanding of Natural Products Chemistry in Primary and Secondary Meta- bolites Using the Data Collecting Technique of Modified CRI. International Online Jour-

  Ganong, W. F. 2008. Fisiologi Kedokteran. Jakar- ta: EGC. Hakim, A., Liliasari & Asep, K. 2012. Student

  Ekici, F., Ekici, E., & Aydin, F. 2007. Utility of Concept Cartoons in Diagnosing and Over- coming Misconception Related to Photo- synthesis. International Journal of Environ- mental & Science Education, 2 (4): 111-124.

  warna dan Teks Fisiologi . Jakarta: Hipokra- tes.

  Despopoulus, A., & Silbernagl, S. 2000. Atlas Ber-

  Pacific Forum on Science Learning and Teaching , Volume 9, Issue 2, Article 2, p.1.

  Group Works and Demonstrative Experi- ments Based on Conceptual Change Appro- ach: Photosynthesis and Respiration. Asia-

  2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga. Cibik, A. S., & Diken, E. H. 2008. The Effect of

  Heffner, L. J., & Schust, D. J. 2008. At a Glance