Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Kompensasi Bonus, Profitabilitas Terhadap Perataan Laba Perusahaan Manufaktur

  

Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage,

Kompensasi Bonus, Profitabilitas

Terhadap Perataan Laba Perusahaan Manufaktur

  a, b

  

Sitti Romlah Dede Pebrianto

a,b

  

STIE Madani Balikpapan , Balikpapan, Indonesia

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, leverage,

kompensasi bonus dan profitabilitas terhadap perataan laba.Ukuran perusahaan,

leverage, kompensasi bonus dan profitabilitas sebagai variabel independen dan perataan

laba sebagai variabel dependen.Hasil pengujian terhadap 64 sampel perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012-2015.Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial semua variabel independen ukuran

perusahaan, leverage, kompensasi bonus dan profitabilitas berpengaruh terhadap

perataan laba.

  Kata Kunci : ukuran perusahaan, leverage, kompensasi bonus, profitabilitas, perataan laba

  

PENDAHULUAN dan seluruh pihak yang

  Salah satu informasi yang berkepentingan memberikan sangat penting untuk pengambilan perhatian yang besar terhadap keputusan adalah informasi mengenai informasi laba tersebut.Dalam laba. Informasi laba merupakan pelaksanaanya kebanyakan perhatian komponen laporan keuangan investor dan calon investor dalam perusahaan yang bertujuan untuk melihat laporan keuangan hanya menilai kinerja manajemen, terpusat pada informasi laba tanpa membantu mengestimasi kemampuan memperhatikan prosedur yang laba dalam jangka panjang dan digunakan untuk menghasilkan menaksir risiko investasi atau informasi laba tersebut. meminjamkan dana. Informasi laba Perhatian yang besar terhadap memiliki peran yang sangat besar tingkat laba ataupun kestabilan laba bagi pihak-pihak yang memiliki dari investor yang dihasilkan kepentingan dalam mengambil suatu perusahaan, dapat memicu kebijakan yang berhubungan dengan kecenderungan manajemen untuk kebutuhan pihak perusahaan melakukan disfunctional behavior maupun pihak investor.Oleh karena (perilaku tidak semestinya) seperti itu, wajar jika investor, calon investor, perekayasan laba (earning

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  management) dengan melakukan

  perataan laba (income smoothing) untuk mengatasi berbagai konflik yang timbul antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Tindakan tersebut dapat dikaitkan dengan teori keagenan (agency theory) menyatakan manajemen (agent; pihak internal) memiliki informasi yang lebih banyak mengenai perusahaan dibanding pemilik perusahaan

  (principal; pihak ekternal).Hal ini

  dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan disfunctional

  behavior.Disfunctional behavior yang

  tepat adalah dengan melakukan tindakan perataan laba. Tindakan perataan laba adalah upaya yang dilakukan manajemen dengan sengaja untuk menormalkan laba (menstabilkan laba) atau mengurangi fluktuasi laba dengan menggunakan metode atau cara akuntansi tertentu dan masih dalam lingkup prinsip- prinsip akuntansi.

  • – 3,9 juta galon dibandingkan angka produksinya. Hal ini tentu tidak logis karena tidak mungkin perusahaan menjual lebih banyak dari yang diproduksi. Kesalahan tersebut luput dari pengamatan publik karena PT Ades Alfindo tidak memasukkan volume penjualan dalam laporan keuangan yang telah diaudit.

  Di luar negeri tindakan praktik perataan laba dilakukan oleh Beazer.Sekitar tahun 2000 hingga 2005 merupakan masa pertumbuhan yang kuat dan kinerja keuangan dari Beazer, Beazer melaporkan penurunan laba bersih yang dilaporkan dengan meningkatkan biaya operasional tertentu. Hal ini menimbulkan basis akrual tidak tepat dan cadangan yang dijelaskan dalam catatan Beazer.Di triwulan tertentu, keberadaan cadangan ini memiliki efek perataan laba yang dilakukan Beazer, yaitu Beazer melaporkan laba yang stabil untuk laba bersih triwulan, sementara memungkinkan untuk menunda sebagian dari pendapatannya untuk periode mendatang.

  Di Indonesia kasus pada perusahaan manufaktur yang pernah melakukan tindakan praktik perataan laba terjadi pada PT Ades Alfindo, dkk, 2011:54). Kasus ini terungkap pada tahun 2004 ketika manajemen baru PT Ades Alfindo menemukan adanya inkonsistensi pencatatan atas penjualan dari tahun 2001 sampai 2004. Hasil penelurusan menunjukkan adanya perbedaan angka penjualan untuk setiap triwulan yaitu lebih tinggi 0,6

  Adapun tindakan praktik perataan laba tentu saja tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.Faktor yang akan diteliti pada penelitian mengenai perataan laba diantaranya adalah ukuran perusahaan, leverage¸ kompensasi bonus dan profitabilitas.

  Menurut Suwito dan Herawaty (2005), ukuran perusahaan (firm size) adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasi besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan ukuran pendapatan, total aset, dan total modal. Berdasarkan political cost

  hypothesis dalam teori akuntansi

  positif, ukuran perusahaan yang besar cenderung dapat mendorong manajer untuk melakukan pengeloaan laba. Semakin besar ukuran perusahaan, maka perusahaan akan mendapat perhatian lebih dari pihak eksternal seperti, investor, kreditor, maupun pemerintah, sehingga akan cenderung menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis untuk memberikan

  image yang baik dipandangan investor (Puspitasari, 2016).

  Leverage mengukur seberapa

  efisien perusahaan untuk menilai utang dengan ekuitas dalam rangka mengantisipasi utang jangka panjang dan jangka pendek. Semakin tinggi tingkat rasio leverage perusahaan menggambarkan bahwa perusahaan semakin besar risiko, minat investor menurun dan mengalami kesulitan dalam menghadapi perjanjian hutang.

  Sesuai dengan penelitian Puspitasari (2016) yang membuktikan bahwa

  leverage berpengaruh terhadap

  tindakan perataan laba. Namun, hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumtaky (2007) yang menemukan leverage tidak berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.

  Kompensasi bonus merupakan suatu kebijakan yang diberikan kepada manajer yang didasarkan pada hasil kinerjanya demi mencapai tujuan perusahaan (Pujiati dan Arfan, 2013). Dalam menjalankan kegiatannya, suatu perusahaan membutuhkan sumber daya manusia.Para pegawai memiliki keterampilan, tenaga, dan kreativitas yang mampu membuatnya bersaing secara kompetitif dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

  Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam pengelolaan aset untuk menghasilkan laba.Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu periode waktu tertentu.Pada umumnya nilai profitabilitas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA 1.

  Landasan Teori Perataan Laba

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  1.1 Pengertian Perataan Laba perataan ini dibagi menjadi 2 (dua), Perataan laba adalah salah satu yaitu: hipotesis yang digunakan untuk Real Smoothing (Perataan Rill)

  • menjelaskan manajemen laba.Definisi Real smoothing ini perataan laba (income smoothing) menggambarkan tindakan menurut Beidelman yang dikutip manajemen untuk Belkaoui dan Riahi (2007:192) yaitu mengendalikan peristiwa upaya yang sengaja dilakukan untuk ekonomi tertentu yang bisa memperkecil atau memfluktuasikan secara langsung mempengaruhi laba sehingga dapat dianggap normal laba atau pendapatan di masa bagi perusahaan. yang akan datang.

  Koch (1981) berpendapat bahwa Artificial Smoothing (Perataan

  • perataan laba dapat didefinisikan Tiruan atau Artificial) sebagai cara yang digunakan oleh Artificial Smoothing manajer untuk mengurangi menggambarkan tindakan variabilitas dari aliran laba yang manajemen dalam memanipulasi dilaporkan agar sesuai dengan target pencatatan akuntansi untuk yang diinginkan baik secara artifisal menghasilkan perataan laba. yaitu melalui metode akuntansi, atau

  1.3 Dimensi Perataan Laba secara riil yaitu melakukan transaksi. Barnet et al (1976) dalam Belkaoui dan Riahi (2007:58)

  1.2 Tipe Perataan Laba membedakan tiga dimensi perataan Menurut Eckel (1981), laba, sebagai berikut: menjelaskan bahwa tipe perataan 1) Perataan melalui terjadinya laba terdiri dari 2 (dua) yaitu: peristiwa atau pengakuan Manajemen 1) Perataan Alami / Naturally Smooth dapat menentukan waktu terjadinya

  Perataan alami atau naturally transaksi sedemikian rupa sehingga

  

smooth merupakan tipe perataan yang efek transaksi tersebut terhadap

  dihasilkan dari proses penghasilan income akan cenderung memperkecil laba. variasinya dari waktu ke waktu. Waktu terjadinya peristiwa yang

  2) Perataan yang disengaja direncanakan (misalnya riset dan

  (Intentionally Smoothing) pengembangan) sebagian besar akan Perataan yang disengaja ini merupakan akuntansi terhadap

  merupakan tipe perataan yang peristiwa tersebut. dilakukan oleh manajemen. Jenis 2) Perataan melalui alokasi dari waktu ke waktu Berkaitan dengan 4) Adanya kepuasan pada tingkat terjadinya dan pengakuan suatu pertumbuhan dan stabilitas dari peristiwa, manajemen memiliki pendapatan. kebebasan yang lebih untuk mengendalikan penentuan periode

  1.5 Sasaran Perataan Laba yang dipengaruhi oleh kuantifikasi Menurut Foster dalam Widiarsih peristiwa tersebut. (2016) pos-pos tertentu pada laporan 3) Perataan melalui klasifikasi keuangan yang sering digunakan (sehingga disebut perataan sebagai sasaran manajemen untuk klasifikatori) melakukan perataan laba adalah Ketika statistik laporan income selain sebagai berikut:

  1)

  income bersih (nilai bersih semua

  Unsur Penjualan pendapatan dan biaya) merupakan  Saat pembuatan faktur objek perataan, manajemen dapat

  Contoh : penjualan yang mengklasifikasikan elemen-elemen sebenarnya untuk periode yang dalam laporan income untuk akan datang pembuatan mengurangi variasi dari waktu ke fakturnya dilakukan pada waktu dalam statistik tersebut. periode ini dan dilaporkan

  1.4 Motivasi Perataan Laba sebagai penjualan periode ini.

  Menurut Belkaoui dan Riahi pesanan atau  Pembuatan (2007:193) ada empat keadaan yang penjualan fiktif. menyebabkan terjadinya perataan

  (penurunan)  Downgrading laba: produk, dengan cara

  1) Manajemen perusahaan memilih mengklasifikasikan produk celah dalam prinsip akuntansi yang belum rusak ke dalam untuk memaksimalkan kelompok produk rusak dan kesejahteraannya. selanjutnya dilaporkan telah

  2) manfaat yang akan Adanya terjual dengan harga yang lebih diterima oleh manajemen seperti rendah dari harga sebenarnya. jaminan pekerjaan, peningkatan

  2) Unsur Biaya gaji, peningkatan ukuran faktur,

   Memecah-mecah perusahaan. misalnya faktur untuk sebuah

  3) Kepuasan dari pemegang saham pembelian atau pesanan terhadap kinerja perusahaan akan dipecah menjadi beberapa meningkatkan status dan pembelian atau pesanan dan penghargaan para manajer. selanjutnya dibuatkan

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  beberapa faktur dengan tanggal Adapun menurut Fahmi (2011:127) yang berbeda kemudian leverage merupakan rasio yang dilaporkan dalam beberapa mengukur seberapa besar periode akuntansi. perusahaan dibiayai dengan utang.

  Artinya rasio ini berfungsi untuk  Pos-pos biaya, misalnya biaya mengetahui setiap rupiah modal dimuka dianggap sebagai biaya pada periode saat ini. Menurut sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Dalam arti luas dikatakan

  Jin dan Machfoedz (1998) bahwa rasio leverage digunakan instrumen sasaran yang biasa digunakan dalam perataan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh laba antara lain pendapatan, kebijakan deviden, perubahan kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang. dalam kebijakan akuntansi,

  2.2 Kompensasi Bonus investasi, depresiasi dan biaya tetap, klasifikasi akuntansi dan Kompensasi bonus merupakan salah satu penghargaan yang pencatatan. diberikan oleh perusahaan atas jasa 2. Ukuran Perusahaan karyawan.Pada umumnya, tujuan

  Menurut Suwito dan Herawaty setiap organisasi dalam merancang (2005), ukuran perusahaan (firm size) sistem kompensasi adalah memikat adalah suatu skala yang dapat karyawan dan menahan karyawan mengklasifikasi besar kecilnya yang kompeten (Widiarsih, 2016). perusahaan menurut berbagai cara

  Kompensasi secara umum antara lain dengan ukuran pendapatan, total aset, dan total terbagi menjadi dua jenis, yaitu kompensasi langsung dan modal. Asnawi dan Wijaya (2005:274) kompensasi tidak langsung. menyebutkan bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel yang Kompensasi langsung merupakan kompensasi manajemen seperti upah banyak dipertimbangkan dalam dan gaji atau pay for performance, banyak penelitian keuangan. Hal ini disebabkan banyak keputusan seperti insentif dan gain sharing.

  Sementara itu, kompensasi tidak keuangan dipengaruhi oleh ukuran langsung berupa tunjangan atau perusahaan. jaminan keamanan dan kesehatan

2.1 Leverage (Nugroho, 2015).

  Kasmir (2015:157) leverage merupakan rasio yang digunakan Tujuan kompensasi adalah sebagai berikut: untuk menilai utang dengan ekuitas. a) Ikatan kerja sama

  Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal atasan dan bawahannya. Karyawan yang harus mengerjakan tugasnya dengan baik, sedangkan atasan wajib membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati

  b) Kepuasan kerja

  Dengan kompensasi dapat membuat manajer memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisik, meningkatkan status sosial, bahkan tabungan yang dimilikinya, sehingga timbulah kepuasaan kerja dalam diri seorang manajer.

  c) Pengadaan efektif

  Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, akan memudahkan perusahaan untuk mendapatkan karyawan yang

  qualified.

  d) Menghargai perilaku yang diinginkan

  Bila karyawan berperilaku sesuai dengan harapan organisasi maka penilaian kinerja yang diberikan akan lebih baik daripada karyawan yang berperilaku kurang sesuai dengan harapan organisasi. Pemberian nilai kinerja yang baik diiringi dengan pemberian kompensasi yang baik dapat meningkatkan kesadaran karyawan bahwa perilakunya dinilai dan dihargai sehingga karyawan akan selalu berusaha memperbaiki perilakunya.

  2.3 Profitabilitas Profitabilitas perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau modal perusahaan.Profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan yang menunjukkan pengaruh gabungan dari kebijakan likuiditas, menajemen aktiva terhadap hasil operasi (Betivano, 2013).

  Pengukuran kinerja suatu perusahaan merupakan hal yang sangat penting terutama untuk mengukur kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan, dengan menggunakan ukuran profitabilitas.Menurut Kasmir (2015:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Peneliti Terdahulu

  Dhamar Yudho Aji dan Aria Farah Mita (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, risiko keuangan, nilai perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap praktik

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  perataan laba: studi empiris perusahaan manufaktur yangterdaftar di BEI dari tahun 2002 sampai 2008. Sampel yang digunakan sebanyak 109 perusahaan.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel risiko keuangan dan nilai perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba sedangkan variabel profitabilitas dan struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

  Yosvana Denandra (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh analisis pengaruh struktur kepemilikan, praktik corporate

  governance dan kompensasi bonus

  terhadap perataan laba (studi empiris pada di PT Bursa Efek Indonesia dari tahun 2003 sampai 2007.Sampel yang digunakan sebanyak 141 perusahaan.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independenberpengaruh terhadap perataan laba sedangkan variabel kompensai bonus, komite audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Pengembangan Hipotesis H1: Semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi

  leverage, adanya kompensasi

  bonus, dan semakin rendah profitabilitas maka semakin memicu tindakan perataan laba.

  H2: Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar memicu tindakan perataan laba. H3: Semakin tinggi leverage maka semakin tinggi memicu tindakan perataan laba. H4: Adanya kompensasi bonus yang dimiliki perusahaan maka semakin tinggi memicu tindakan perataan laba. H5: Semakin rendah profitabilitas maka semakin tinggi memicu tindakan perataan laba.

  METODE

  Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan metode penelitian yang berlandasan pada suatu populasi atau sampel tertentu, yang kemudian dilakukan analisis statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang yang telah diterapkan (Sugiyono, 2012:13)

  3.1 Sumber Data Sumber data penelitian ini adalah dengan menggunakan data sekunder.Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh secara tidak langsung (Sugiyono, 2012:137).Pada penelitian ini, data- data bersumber dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan di website resmi periode pengamatan. Bila Bursa Efek Indonesia (BEI). perusahaan melakukan akusisi

  3.2 Teknik Pengumpulan Data dan merger selama periode Untuk memperoleh data yang pengamatan akan mengakibatkan dibutuhkan dalam penelitian ini, variabel-variabel dalam penelitian penulis menggunakan teknik mengalami perubahan yang tidak dokumentasi. sebanding dengan periode

  3.3 Populasi dan Sampel sebelumnya. Sedangkan bila suatu Populasi yang digunakan dalam perusahaan dilikuidasi maka hasil penelitian ini adalah seluruh penelitian tidak akan beroperasi. perusahaan manufaktur yang

  4. Perusahaan yang menyediakan data penelitian lengkap sesuai yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2012 sampai dibutuhkan untuk melakukan dengan tahun 2015 yang berjumlah penelitian dari tahun 2012 sampai 143 perusahaan. Dari populasi dengan 2015. tersebut, dilakukan pemilihan sampel

  5. Laporan keuangan yang disajikan dengan menggunakan teknik dalam mata uang rupiah

  purposive sampling.Purposive

  3.4 Pengukuran Variabel

  sampling adalah penetuan sampel

  3.4.1 Variabel Terikat Y dengan pertimbangan atau kriteria- Variabel dependen pada kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang penelitian ini adalah perataan laba digunakan adalah sebagai berikut: (income smoothing).Untuk

  1. Perusahaan dalam industri membedakan perusahaan yang manufaktur yang sudah terdaftar melakukan perataan laba dengan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tidak melakukan perataan laba, sebelum tanggal 1 Januari 2012 dilakukan dengan pengukuran dan tidak mengalami delisting dengan menggunakan suatu selama periode penelitian dari indeks.Indeks yang digunakan pada tahun 2012 sampai dengan tahun penelitian ini adalah penelitian indeks 2015. Eckel.

  2. Perusahaan tidak mengalami rugi Perhitungan indeks Eckel selama periode penelitian dari dilakukan dengan rumus sebagai tahun 2012 sampai dengan tahun berikut (Eckel, 1981): 2015.

  3. Perusahaan yang tidak melakukan Keterangan: akuisisi atau merger selama

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  ∆I = Perubahan laba dalam 1 tahun ∆S = Perubahan penjualan dalam 1 tahun CV = Koefisien Variasi CV∆I dan CV∆S dapat dihitung dengan cara sebagai berikut: Keterangan: ∆x = Perubahan bersih antara tahun n-1 dan tahun n

  ∆ = Rata-rata perubahan N = Banyaknya tahun yang diamati

  Jika nilai indeks Eckel kurang dari satu, maka perusahaan tersebut digolongkan sebagai perusahaan yang melakukan perataan laba dan jika indeks Eckel lebih dari satu atau sama dengan satu, maka perusahaan tersebut digolongkan sebagai perusahaan yang tidak melakukan perataan laba.

  3.4.2 Variabel Bebas X

  1. Ukuran Perushaan Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak dipertimbangkan dalam banyak penelitian keuangan.Hal ini disebabkan banyak keputusan keuangan dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.Secara umum biasanya size diproaksikan dengan total aset.

  Perhitungan ukuran perusahaan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut ini (Asnawi dan Wijaya, 2005:274):

  SIZE = Ln(Total Aset)

  2. Leverage Leverage pada penelitian ini

  menggunakan debt to equity ratio sebagai pengukurannya. Rasio debt to

  equity ratio merupakan rasio yang

  digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas (Kasmir, 2015:157) :

  3. Kompensasi Bonus Program kompensasi manajemen adalah kebijakan dan prosedur untuk memberikan kompensasi bagi manajer, mencakup pemberian bonus yang didasarkan pada pencapaian tujuan kinerja untuk suatu periode (Pujiantidan Arfan, 2013). Variabel ini menggunakan variabel dummy sebagai pengukurannya, karena setiap tahun perusahaan tidak selalu memberikan kompensasi bonus kepada manajemen. Variabel dummy digunakan, jika perusahaan memiliki kompensasi bonus maka diberi nilai 1 dan jika perusahaan tidak memiliki kompensasi bonus maka diberi nilai

  0.

  4. Profitabilitas Kasmir (2015:196) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  4.1 Hasil Penelitian

  4.1.1 Statistik Deskriptif Perataan Laba

  Hasil seleksi menunjukkan bahwa dari 35 perusahaan yang telah memenuhi kriteria penelitian terdapat 19 atau sekitar 54% perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba dan 16 atau 46% perusahaan yang melakukan praktik perataan laba. Hasil tersebut telah membuktikan bahwa masih terdapat kecenderungan adanya praktik perataan laba yang dilakukan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Tabel 4.1 menunjukkan

  16 perusahaan yang melakukan praktik perataan laba yang menjadi sampel pada penelitian ini.Dari tabel tersebut dapat diketahui indeks tertinggi terdapat pada PT Kalbe Farma Tbk yaitu sebesar 0,778.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan untuk melakukan praktik perataan laba yang sangat kecil.Sedangkan untuk nilai indeks terendah terdapat pada PT Champion Pacific Indonesia Tbk yaitu sebesar -274,157.Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba sangat besar.

  4.1.2 Statistik Deskriptif Ukuran Perusahaan

  Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rata-rata ukuran perusahaan dari tahun 2012 sampai tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata ukuran perusahaan pada tahun 2012 sebesar 28,190 yang meningkat menjadi 28,310 pada tahun 2013 lalu meningkat sebesar 28,415 pada tahun 2014 kemudian meningkat sebesar 28,466 pada tahun 2015.

  Jika dilihat dari masing-masing perusahaan, PT Astra International Tbk merupakan perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan terbesar secara berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan 2015. Hal ini dapat terlihat dari ukuran perusahaan pada tahun 2012 sebesar 32,837, tahun 2013 sebesar 32,997, tahun 2014 sebesar 33,095, dan tahun 2015 sebesar 33,134 yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain.

  4.1.3 Statistik Deskriptif Leverage Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa rata-rata leverage dari tahun 2012 sampai tahun 2015

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  cenderung mengalami kenaikan dan penurunan. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata leverage pada tahun 2012 sebesar 0,852 yang mengalami penurunan sebesar 0,842 pada tahun 2013 lalu meningkat sebesar 0,930 pada tahun 2014 dan kemudian mengalami penurunan sebesar 0,813 pada tahun 2015. Jika dilihat dari masing-masing perusahaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, terdapat 11 perusahaan atau sekitar 74% dari 16 perusahaan yang tingkat leverage nya cenderung mengalami kenaikan dan penurunan, 4 perusahaan atau sekitar 19% dari 16 perusahaan yang berturut-turut mengalami peningkatan, dan

  1 perusahaan atau sekitar 8% dari 16 perusahaan yang secara berturut- turut mengalami penurunan.

  4.1.4 Statistik Deskriptif Kompensasi Bonus

  Berdasarkan tabel

  4.4 kompensasi bonus diukur dengan menggunakan variabel dummy, jika perusahaan memiliki kompensasi bonus maka diberi nilai 1 danjika perusahaan tidak memiliki kompensasi bonus maka diberi nilai

  0. Nilai 1 menunjukkan terdapat 52 pengamatan perusahaan atau sebesar 81,2 % dari total pengamatan perusahaan yang memiliki kompensasi bonus kepada pihak manajernya, sedangkan nilai menunjukkan sebanyak

  12 pengamatan perusahaan atau 18,8 % dari total pengamatan perusahaan tidak memiliki kompensasi bonus kepada pihak manajer.

  4.1.5 Statistik Deskriptif Profitabilitas Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata profitabilitas dari tahun 2012 sampai tahun 2015 terus mengalami penurunan. Hal ini dapat terlihat dari rata-rata profitabilitas pada tahun 2012 sebesar 0,128 yang menurun menjadi 0,121 pada tahun 2013 lalu menurun sebesar 0,087 pada tahun 2014 kemudian menurun sebesar 0,079 pada tahun 2015. Jika dilihat dari masing-masing perusahaan dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015, terdapat 9 perusahaan atau sekitar 56% dari 16 perusahaan yang tingkat profitabilitasnya cenderung mengalami kenaikan dan penurunan, 7 perusahaan atau sekitar 44% dari 16 perusahaan yang berturut-turut mengalami penurunan, dan tidak ada perusahaan yang mengalami peningkatan profitabilitas.

  4.2 Hasil Uji Asumsi Klasik 1.

  Uji Normalitas Dalam melakukan uji normalitas, dianjurkan untuk menggunakan analisis grafik dilengkapi juga dengan uji statistik berupa uji statistik non parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S) (Ghozali, 2013:161).Hasil dari uji statistik non

  parametric Kolmogorov-Smirnov (K-S) Test diperoleh angka probabilitas atau Asymp.Sig (2-tailed).Berdasarkan

  analisis data diatas, diperoleh nilai Asymp.Sig (2-tailed) sebesar 0,786. Hal ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih dari 0,05 sehingga data yang diuji dalam penelitian ini berdistribusi normal.

  2. Uji Multikolinieritas Hasil pengujian, menunjukkan bahwa semua variabel independen mempunyai nilai tolerance lebih dari 0,10 dan nilai VIF yang kurang dari

  10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikoloniearitas antara variabel independen dalam model regresi.

  3. Uji Autokorelasi Hasil uji Durbin Watson (Uji DW) menunjukkan nilai d sebesar 2,166 dan akan dibandingkan dengan nilai tabel. Pada taraf signifikan 5% dengan n = 64, k = 4 maka diperoleh dl = 1,4659 dan du = 1,7303, karena nilai d terletak antara du < d < 4 - du atau 1,7303 < 2,166 < 2,2697 maka dapat ditunjukkan nilai DW 2,166 tidak terjadi masalah autokorelasi.

  4. Uji Heteroskedastisitas Pengujian heterokedastisitas dilakukan menggunakan uji Glejser.

  Berdasarkan pengujian, menunjukkan bahwa angka signifikan dari keempat variabel diatas > 0,05 yang artinya tidak terjadi heteroskedastisitas.

  4.3 Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi digunakan untuk menunjukkan arah hubungan arah hubungan antara variabel dependen dengan independen (Ghozali, 2013:96).Penelitian ini menggunakan perataan laba sebagai variabel dependen dan ukuran perusahaan, leverage, kompensasi bonus, dan profitabilitas sebagai variabel independen.Berdasarkan tabel hasil uji ini analisis regresi linier berganda, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y= 84,720 + 3,685X1+ 9,271X2 + 26,536X3 + (-173,963)X4

  4.3.1 Uji Koefisien Korelasi Hasil pengujian menunjukkan nilai R sebesar 0,882. Hal ini menunjukkan

  4.3.2 Uji Koefisien Determinasi (R

  2

  ) Angka adjusted R

  2 sebesar 0,745.

  Hal ini mengandung pengertian bahwa variabel perataan laba yang dapat dijelaskan oleh variasi empat variabel bebas yaitu variabel ukuran

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  >F

  akuntansi positif, perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi cenderung akan melakukan pengelolaan atas laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang.

  convenant hypothesis dalam teori

  Selain itu leverage juga dikatakan mampu mempengaruhi manajer untuk melakukan perataan laba. Jika didasarkan atas debt

  Perataan laba dilakukan agar laba suatu perusahaan setiap periode tidak terlalu tinggi atau tidak terlalu rendah, karena pada umunya investor lebih memilih atau menyukai laba yang relatif stabil.Laba yang stabil dari suatu periode ke periode inilah yang dinilai sebagai prestasi baik bagi perusahaan (Harahap, 2011:249). Dalam hal ini, ukuran perusahaan dapat dikatakan mampu mempengaruhi manajer untuk melakukan perataan laba dikarenakan perusahaan besar akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak seperti, para analisis, investor maupun pemerintah (Puspitasari, 2016).

  atau 15,564 > 2,760 dan nilai signifikansinya sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Hasil pengujian ini membuktikan bahwa varibel ukuran perusahaan, leverage, kompensasi bonus, dan profitabilitas secarabersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba, sehingga H1 diterima.

  tabel

  hitung

  Romlah, Pebrianto

  profitabilitas secara bersama-sama berpengaruh terhadap perataan laba. Berdasarkan hasil perhitungan uji F didapatkan nilai F

  leverage, kompensasi bonus, dan

  Profitabilitas Terhadap Perataan Laba Hipotesis pertama (H1) yaitu pengaruh ukuran perusahaan,

  Leverage, Kompensasi Bonus, dan

  1 Pengaruh Ukuran Perusahaan,

  PEMBAHASAN

  perusahaan, leverage, kompensasi bonus, dan profitabilitas sebesar 74,5% sedangkan sisanya 25,5% dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dibahas dalam penelitian ini, karena penelitian dan pembahasan ini terbatas pada penggunaan variabel ukuran perusahaan, leverage, kompensasi bonus, dan profitabilitas.

  Adapun kompensasi bonus jika didasarkan teori akuntansi positif yang menyatakan bahwa adanya motivasi terhadap manajemen untuk melaporkan pendapatan setinggi mungkin sehingga cenderung melakukan pengelolaan laba. Maka manajemen dari perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus akan memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari periode yang akan datang ke periode saat ini (Santoso, 2009). Adapun profitabilitas mendasari manajemen untuk melakukan tindakan perataan di antaranya untuk memuaskan kepentingan pemilik perusahaan seperti menaikkan profitabilitas perusahaan sehingga terlihat oleh investor bahwa perusahaan yang bersangkutan terlihat sehat (Suwito dan Herawaty, 2005).

  Berdasarkan penjelasan dari masing-masing variabel diatas, dapat dikatakan bahwa jika keempat tersebut diterapkan disuatu perusahaan, maka perusahaan tersebut berpotensi untuk melakukan perataan laba.Jika suatu perusahaan memiliki ukuran perusahaan yang besar, leverage yang tinggi, banyaknya kompensasi bonus, dan rendahnya profitabilitas, maka perusahaan tersebut berpotensi melakukan perataan laba.Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama ukuran perusahaan,

  leverage, kompensasi bonus, dan

  profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba.

  2 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini dibuktikan dengan t

  hitung

  > t

  tabel

  atau 4,397 > 2,001 dengan arah positif, nilai signifikansi sebesar 0,024 kurang dari 0,05. Dari hasil tersebut bahwa hipotesis kedua (H2) diterima dengan arah positif, yang berarti semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin memicu akan tindakan perataan laba. Moses (1987) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar diperhatikan oleh publik dan pemerintah. Oleh karena itu perusahaan besar akanmenghindari kenaikan laba secara drastis supaya terhindar dari kenaikan laba yang drastis, sebab kenaikan laba akan menyebabkan bertambahnya pajak.

  Sebaliknya penurunan laba yang drastis akan memberikan image yang kurang baik. Bila dikaitkan dengan

  political cost hyphotesis dalam teori

  akuntansi posfitif, kondisi tersebut dapat mendorong manajer untuk mengelola dan mengatur labanya dalam jumlah tertentu agar pajak yang harus dibayarkan menjadi tidak terlalu tinggi.

  Selain itu, kriteria ukuran perusahaan juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  2008, yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki total aset lebih dari Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah), maka dapat dikategorikan sebagai perusahaan besar. Sejalan dengan ketentuan dari Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Indonesia Nomor: KEP-305/BEJ/07- 2004, yang menyatakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia masuk dalam kategori Papan Utama, yaitu emiten memiliki ukuran besar yang memiliki aset berwujud sekurang-kurangnya dari Rp 100.000.000.000 (seratus miliar rupiah). Hal ini dibuktikan sesuai dengan data yang diperoleh bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan praktik perataan laba yaitu perusahaan yang memiliki total aset lebih dari Rp 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).

  Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arfan dan Wahyuni (2010) yang membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba.

  3 Pengaruh Leverage terhadap Perataan Laba

  Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini dibuktikan dengan t

  hitung

  > t

  tabel

  atau 2,976 >2,001 dengan arah positif, nilai signifikansi sebesar 0,042 kurang dari 0,05. Dari hasil tersebut bahwa hipotesis ketiga (H3) diterima dengan arah positif yang berarti semakin tinggi tingkat

  leverage, maka akan semakin memicu

  akan tindakan perataan laba. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan, yaitu mengetahui setiap rupiah modal sendiri dijadikan untuk jaminan utang.

  Berpengaruhnya debt of equity, dikarenakan perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo dengan modal yang dimilikinya, sehingga perusahaan mengalami kesulitan keuangan.Dengan terjadinya kesulitan keuangan yang dialami perusahaan, maka perusahaan rentan untuk melakukan tindakan perataan laba.Hal ini sesuai dengan

  debt hypothesis dalam teori akuntansi

  positif, perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi cenderung untuk melakukan pengelolaan atas laba untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang.Hal ini dikarenakan perusahaan terancam tidak dapat melunasi utangnya sehingga manajer akan cenderung membuat kebijakan yang dapat megurangi risiko tersebut. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata 16 perusahaan sampel penelitian memiliki nilai rasio utang terhadap modal sendiri mencapai lebih dari 50%.

  Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Algery (2013), Puspitasari (2016), Dewi dan Zulaikha (2010), yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh terhadap laba.

  4 Pengaruh Kompensasi Bonus terhadap Perataan Laba Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa kompensasi bonus berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini dibuktikan dengan t

  hitung

  > t

  tabel

  atau 2,745 > 2,001 dengan arah positif, nilai signifikansi sebesar 0,001 kurang dari 0,05. Dari hasil tersebut, berarti hipotesis keempat (H4) diterima dengan arah positif yang berarti semakin banyak perusahaan yang memiliki kompensasi bonus, maka akan semakin memicu akan tindakan perataan laba.

  Secara teori, kompensasi bonus merupakan salah satu penghargaan yang diberikan oleh perusahaan atas jasa karyawan. Kompensasi ini dihitung serta diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi atau perusahaan tempat ia bekerja. Pada umumnya, tujuan setiap organisasi dalam merancang sistem kompensasi adalah untuk memikat karyawan dan menahan karyawan yang kompeten.

  Berpengaruhnya kompensasi bonus bila dikaitkan dengan teori akuntansi positif perusahaan yang memiliki kompensasi bonus akan cenderung melakukan tindakan yang mengatur laba bersih untuk dapat memaksimalkan bonus yang mereka terima, karena besar tingkat laba yang dihasilkan akan dijadikan dasar dalam mengukur keberhasilan kinerja. Sehingga manajer akan cenderung untuk melakukan praktik perataan laba untuk mendapatkan kompensasi bonus dan memiliki kinerja yang baik. Dari data kompensasi bonus dapat dilihat data deskriptif bahwa lebih banyak perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia yang memiliki kompensasi bonus sebesar 62,4%, dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki kompensasi bonus sebesar 37,6%. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perusahaan manufaktur yang memiliki kompensasi bonus dibandingkan dengan yang tidak memiliki kompensasi bonus.

  Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Anisa (2014) yang menyatakan kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap perataan laba artinya motivasi ataupun alasan yang mendukung

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  manajer untuk melakukan praktik perataan laba salah satunya adalah karena adanya kompensasi bonus yang dimiliki perusahaan.

  5 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba

  Berdasarkan hasil uji t, menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini dibuktikan dengan-t

  hitung

  < -t

  tabel

  atau -6,417 < - 2,001 dengan arah negatif, nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05. Dari hasil tersebut, berarti hipotesis kelima (H5) diterima dengan arah negatif yang berarti semakin rendah profitabilitas, maka akan semakin memicu akan tindakan perataan laba. Rasio ini berguna untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan memanfaatkan aset yang dimiliki, sehingga dapat menjadi indikator keberhasilan perusahaan di pandangan investor.

  Berpengaruhnya profitabilitas dikarenakan kemampuan perusahaan dalam mengelola aset yang dimiliki menghasilkan laba bersih yang lebih kecil, sehingga perusahaan dengan profitabilitas rendah akan cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi. Tindakan perataan laba dilakukan agar image perusahaan terlihat lebih bagus, kepercayaan pasar yang tinggi dimata investor, serta dapat mempengaruhi keputusan investasi dan pemberian kredit.

  Sejalan dengan menurut Archibald (1967) dan Ashari et al (1994) bahwa perusahaan yang tingkat profitabilitasnya rendah mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan tindakan perataan laba.Hal ini dibuktikan dengan rata-rata

  16 perusahaan sampel penelitian memiliki nilai rasio laba bersih setelah pajak terhadap total aset mencapai lebih dari 50%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

  Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Archibald (1967), Ashari et al (1994), Aji dan Mita (2010) yang membuktikan bahwa profitabilias berpengaruh terhadap tindakan perataan laba.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan hasil analisis pengujian regresi data dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1.

  Adanya pengaruh ukuran perusahaan, leverage, kompensasi bonus, dan profitabilitas secara Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi

  Multivariate dengan Program

  bersama-sama terhadap perataan

  IMB SPSS. Semarang: Badan

  laba pada perusahaan manufaktur Penerbit Universitas Diponegoro. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Teori Akuntansi Edisi Revisi 2011. 2. pengaruh ukuran

  Adanya Jakarta: PT. RajaGrafindo perusahaan terhadap perataan laba Persada. pada perusahaan manufaktur yang

  Hartono, Jogiyanto. 2003. Teori terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Portofollio dan Analisis

  Investasi, Edisi kelima.

  3. pengaruh leverage Adanya Yogyakarta: BPEE. terhadap perataan laba pada Hery, S.E., M.Si., CRP., RSA. 2015. perusahaan manufaktur yang Analisis Kinerja Manajemen. terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jakarta: PT Grasindo Jakarta

  4. pengaruh kompensasi Adanya Jensen, Michael C. and William H. bonus terhadap perataan laba pada Meckling 1976. Theory of The

  Firm: Managerial Behaviour, perusahaan manufaktur yang Agency Cost and Ownership terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Structure. Journal of Financial

  Economics.Vol. 3, No.4; 5.

  Adanya pengaruh profitabilitas Hal.305-360. terhadap perataan laba pada

  Juniarti dan Corolina. 2005. Analisa perusahaan manufaktur yang Faktor-Faktor Yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income

  Smoothing) Pada Perusahaan-

DAFTAR PUSTAKA

  Perusahaan Go Public. Jurnal Anwar, dan Tantrina. 2010. Serba

  Akuntansi dan Keuangan. Vol.7 Serbi Profesi. Jakarta: Bukune.

  No.2 Asnawi, Said Kelana, dan Chandra

  Kasmir. 2015. Analisa Laporan Wijaya.2005. Riset Keuangan

  Keuangan. Jakarta: PT Pengujian-Pengujian Empiris.

  RajaGrafindo Persada. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

  Koch, Bruce, S. 1981 Income Smoothing An Experiment. The Belkaoui, dan Ahmed Riahi. 2007.

  Accounting Review.Vol. 56, No. Accounting Theory Buku 2 Edisi 3; Hal.574-586.

5. Jakarta: Salemba Empat.

  Martono, dan Agus Harjito. 2010. Eckel, Norm. 1981. The Smoothing Manajemen Keuangan.

  Hypothesis Revisited. Abacus, Yogyakarta: EKONISIA Vol. 17, No. 1.

  Priyanto, Duwi. 2014. SPSS 22 Fahmi, Irham. 2013. Analisis Laporan Pengolahaan Data Terpraktis.

  Keuangan. Bandung: Alfabeta.

  Yogyakarta: Penerbit ANDI

  Romlah, Pebrianto

  • – Pengaruh Ukuran Perusahaan,Leverage, Kompensasi …

  Sartono, Agus. 2011. Manajemen

  Keuangan Teori dan Aplikasi Edisi 4. Yogyakarta: BPFE-

  Yogyakarta. Sawir, Agnes. 2004. Kebijakan