BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

  Penelitian mengenai kebijakan dividend telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu seperti Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Judul Variabel Yang No. Peneliti /

  Hasil Yang Diproleh Penelitian Diteliti Thn.

  1. Yuniningsih, Interpendensi Dividen payout Menunjukkan 2002 antar kebijakan ratio, financial investasi berpengaruh dividen payout leverage, negatif terhadap ratio, financial investasi payout ratio, leverage dan perusahaan, investasi berpe- investasi pada likuiditas, ngaruh positif perusahaan provitabilitas, terhadap kepu-tusan manufaktur di resiko hutang investasi BEJ perusahaan, tidak mempengaruhi struktur asset, profitabilitas ukuran peru- investasi berpengaruh sahaan, negatif terhadap pertumbuhan likuiditas dividen peruahaan tidak mempengaruhi profi-tabilitas, dividend tidak mempengaruhi pertumbuhan, hutang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

  2 Sulistyo, 2000

  Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi

  Dividend

  persare Perusahaan yang go public di BEJ

  Dividend per share Sebagai variabel dependen dan Current ratio, DER, Dividend, erning per share dan total asset turn over sebagai variabel independen

  Secara simultan variabel current ratio DER, Dividend, erning per share dan total asset turn over berpengaruh signifikan terhadap Dividend per share. Dan secara parsial variabel current ratio DER, Dividend, erning per share dan total asset turn over tidak berpengaruh terhadap Dividend per share

  3 Prihantoro, 2003

  Analisis faktor- faktor yang mempe-ngaruhi dividen payout ratio (DPR) pada perusahaan publik di BEJ

  Posisi kas, potensi pertumbuhan, ukuran perusahaan, ratio hutang dan modal profitabilitas dan dividen payout ratio

  Likuiditas (CP) dan DER berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Dan erning per share tidak berpengaruh dividend payout ratio

  Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam bayak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividend. Likuiditas juga menggambarkan

  Sambungan Tabel 2.1

2.2. Teori Tentang Likuiditas

2.2.1. Pengertian Likuiditas

  2001:79). Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperuleh lebih banyak di investasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen.

  Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahan, sementara itu keputusan pembelanjaan akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut. (Sartono, 2001:293).

  Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividend dalam situasi tertentu, atau rasio likuiditas tertentu, atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividend sebelum dividend untuk pemegang saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik, pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan

  

dividend nya. Tetapi dalam situasi buruk dimana aliran kas lebih kecil, pembatasan

  tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividend oleh perusahaan. Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai dividend dengan mengingat batasan-batasan biayanya. terhadap dividend payout ratio. Bagi perusahaan dengan kondisi likuditas kurang baik, biasanya dividend payout rationya juga kecil sebab sebagian besar laba digunakan utuk menambah likuiditas (Gill dan Green (1993) ditulis kembali oleh Adedeji (1998).

  Apabila perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus direncanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Hal ini berarti, hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividend.

  (Riyanto, 2001:202)

2.2.2. Rasio Likuiditas

  Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya

  dividend yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividend

  merupakan cash outflow, maka makin kuat posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividend. (Prihantoro, 2003:10).

  Suatu perusahaan yang sedang tumbuh secara rendabel, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya aktiva tetap dan modal kerja, dengan demikian kemampuanya untuk membayarkan dividend pun sangat keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.

  Cash position dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir

  dengan laba bersih setelah pajak. (Sudarsi 2002) Saldo kas akhir

  Cash Position =

  Laba bersih setelah pajak (EAT)

2.3. Teori Tentang Profitabilitas

2.3.1. Pengertian Profitabilitas

  Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Untuk penelitian profitabilitas ini diukur dari

  

return on asset (ROA). Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah

  bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba.

  Tingkat pengembalian terhadap aset-aset (ROA) menentukan pengembalian laba dalam bentuk dividend yang dapat digunakan oleh pemegang saham, baik ditanamkan kembali didalam perusahaan maupun ditempat lain (Sartono, 2001:122).

  Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividend, karena

  dividend adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu dividend akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Dengan demikian dividend yang diambil dari keuntungan bersih, akan mempengaruhi

  

dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan

membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividend (Sudarsi 2002:79).

  Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, akan berusaha untuk menghasilkan laba atau profit. Dalam hubungannya dengan kebijakan

  

dividend , besarnya profitabilitas akan mempengaruhi besar kecilnya pembayaran

dividend . Peningkatan pembayaran dividend hanya terjadi ketika perusahaan

  memiliki profitabilitas yang tinggi, dengan asumsi bahwa frofitabilitas tersebut cukup untuk meningkatkan laba, baik laba ditahan maupun pembayaran dividend secara serentak. Dengan demikian, investor sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas, misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar- benar akan diterima dalam bentuk dividend.

2.3.2. Rasio Profitabilitas

  Return on Assets (ROA) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh modal

  setelah diinvestasikan dalam total aktiva. Semakin tinggi ROA semakin besar kemungkinan pembagian dividend. Rasio ini dihitung berdasarkan rumus berikut (Sartono, 2001:122).

  ROA = Total aktiva (TA)

  Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan, dimana masing- masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran return on

  investment (ROI). Analisa ROI dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat

  penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komperehensif). ROI merupakan salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva dan digunakan untuk operasinya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir 2000:89).

2.4.1. Pengertian Financing

  Financing atau pendanaan merupakan salah satu keputusan keuangan yang harus ditetapkan oleh manajer keuangan. Pendanaan ini sama dengan penentuan struktur modal perusahaan. dan untuk mengukurnya, digunakan rasio leverage (Debt to equity ratio).

  Pembiayaan dividend hanya dapat dilakukan ketika seorang manajer menyetujui bahwa mereka dapat mengelola kebijakan dividend yang baru dimasa yang akan datang. Sehingga semakin tinggi hutang maka semakin kecil dividend yang dibayarkan karena pembiayaan eksternal atau hutang cenderung memiliki resiko yang tinggi dibandingkan dengan pembiayaan internal. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan (Ang 1997:18.35). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividend (Riyanto 2001:267). Peningkatan utang ini akan mempengaruhi tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar dividend (Sudarsi 2002:80).

  Hubungan Financing dengan kebjakan dividen dipengaruhi oleh rasio leverage yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Artinya kebijakan dividen dilakukan, apabila perusahaan tersebut dapat mengelola kebutuhan pembayaran hutang pada periode yang akan datang.

2.4.2. Rasio Financing

  Financing yang diukur dengan indicator Debt to Equity Ratio (DER),

  mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Debt to Equity

  Ratio (DER) atau rasio hutang terhadap modal merupakan rasio antara modal

  pinjaman dengan modal sendiri yang pada gilirannya akan mempengaruhi pembagian dividend, sebab semakin besar rasio DER, semakin cenderung perusahaan mengutamakan pelunasan kewajibannya daripada pembayaran dividend (Sartono, 2001:66). Rasio ini dihitung dengan rumus (Sartono 2001:66) Total hutang (Total Debt) DER = Modal sendiri (Equity )

2.5.1. Pengertian Dividen

  Gitman (2003:570), mengatakan bahwa “dividen payout ratio indicates the

  percentage of each dollar earned that is distributed to the owners in the form of cash, it is calculated by dividing the firm’s cash dividend pershare by its earning per share.

  Keown, et all (2005:607), mengatakan bahwa “dividend ratio is the amount of dividends relative to the company’s net income or earning per share .

  Menurut Sudjaja dan Inge (2002:387), Faktor-faktor yang mempenga- ruhi kebijakan dividen antara lain:

  1. Faktor hukum

  a) Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa deviden dapat dibayar dari tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.

  b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannya.

  c) Peraturan mengenai tak mampu bayar, perusahaan boleh tidak membayar deviden jika tidak mampu (jumlah hutang lebih besar daripada jumlah harta).

  2. Posisi likuiditas.

  Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk tunai. Perusahaan jika telah mambuat keputusan untuk memperluas usahanya atau untuk membiayai lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.

  4. Kontrak pinjaman.

  Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

  5. Pengembangan aktiva.

  Pertumbuhan perusahaan akan semakin besar kebutuhan dananya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Dana semakin banyak dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan dibayarkan.

  6. Tingkat pengembalian.

  Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun ditempat lain.

  7. Stabilitas keuntungan

  Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur sering kali dapat memperkirakan keuntungan dikemudian hari. Maka perusahaan seperti itukemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.

  Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Perusahaan kecil yang masih baru atau agak gegabah adalah terlalu beresiko bagi calon debitur.

  9 . Kendali perusahaan

  Perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran deviden akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa.

10. Keputusan kebijakan dividen

  Perusahaan ingin mempertahankan dividen perlembar saham pada tingkatyang konstan tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan, artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan nampak cukup permanen

  Menurut Riyanto (2001), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

  1. Posisi likuiditas

  2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang

  3. Tingkat perluasan perusahaan

  4. Pengawasan terhadap perusahaan

  Kebijakan dividend adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran

  dividend oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividend

  dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Jika manajemen meningkatkan porsi laba perlembar saham yang dibayarkan sebagai dividend, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini menyarankan bahwa keputusan dividend yaitu jumlah dividend yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting (Alexander,et.al, 1993).

  Kebijakan dividend bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan

  

(earning) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang

  saham sebagai dividend atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto 2001: 265).

  Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan dan juga merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan di masa yang akan datang. Rasio pembayaran deviden menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang sebagai sumber pendanaan. Laba ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai deviden menjadi lebih kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash Dividen Payout Ratio. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004:144).

  Secara umum ada tiga kebijakan dividen, yaitu:

  a. Kebijakan dengan persentase tetap pembayaran deviden tunai

  b. Kebijakan dividen biasa

  c. Kebijakan dividen rendah plus ekstra Prosedur pembayaran dividen yang sebenarnya sebagai berikut (Brigham dan

  Houston, 2001:84):

  a. Tanggal pengumuman (declaration date)

  b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date)

  c. Tanggal ex dividen (ex-dividend date)

  d. Tanggal pembayaran (payment date) Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen dikemukan oleh Suherli dan Harahap (2004:230), yang telah teruji secara empiris, yaitu: a.

  Smoothing Theory. Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Lintner mengatakan bahwa jumlah dividen tergantung akan keuntungan perusahaan sekrang dan dividen tahun sebelumnya.

  b.

  Dividend Irrelevance Theory. Teori ini diperkenalkan oleh miller dan modligani dalam makalahnya dividend irrelevance Preposition. Makalah tersebut menjelaskan bahwa dalam dunia tanpa pajak, dan tidak diperhitungkannya biaya akan memberikan pengaruh apapun pada harga pasar saham tersebut.

  c.

  Bird in the Hand Theory. Gordon mengemukakan bird in the hand theory.

  Gordon mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand) adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it canfly) d.

  Tax Preparance Theory. Teori ini diungkapkan oleh bhattacharya yang menjelaskan bahwa berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran dividen yang rendah dibandingkan dividen yang tinggi.

  e.

  Clientele Effegt Theory. Teori ini diungkapkan oleh Black dan Scholes yang mengasumsikan jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak.

2.5.3. Jenis-jenis kebijakan dividend

  Kebijakan dividend menurut Riyanto (2001:289) dapat dibagi kedalam empat (4) bagian berikut : 1)

  Kebijakan dividend yang stabil. Banyak perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan dividend yang stabil, artinya jumlah dividend per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividend yang stabil ini meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividend per lembar dinaikkan. Dan dividend yang dinaikan ini akan dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang.

  Alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividend yang stabil adalah kebijakan dividend yang stabil dijalankan oleh suatu perusahaan akan dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang. Apabila pendapatan perusahaan berkurang tetapi perusahaan tersebut tidak mengurangi dividend yang dibayarkan, maka kepercayaan pasar terhadap perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan kalau dividendnya dikurangi pembayarannya. Dengan demikian manajemen dapat mempengaruhi harapan para investor melalui politik dividend yang stabil.

  Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari

  

dividend . Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya

  pembagian dividend yang tidak stabil. Mereka lebih senang membayar harga ekstra bagi saham yang akan memberikan dividend yang sudah dapat dipastikan jumlahnya.

  Pada banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar modalnya, bahwa organisasi atau yayasan-yayasan sosial, perusahaan-perusahaan asuransi, bank- bank tabungan, dana-dana pensiun, pemerintah Kota, dan lain-lain hanya diijinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang dikeluarkan oleh pasar modal ada daftar resmi yang memuat nama-nama perusahaan yang menjalankan kebijakan dividend yang stabil, artinya perusahaan yang bersangkutan akan membayar dividend secara tetap dan tidak terganggu pembayarannya.

  2) Kebijakan pembayaran dividend dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu

  Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividend per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik maka perusahaan akan membayarkan dividend ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividend yang minimal setiap tahunya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak kalau keadaan keuangan baik maka pemodal akan menerima dividend minimal tersebut ditambah dengan dividend ekstra. Kalau keadaan keuangan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividend yang minimal saja.

  3) Kebijakan dividend dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan

  Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout

  

ratio yang konstan misalnya 50 %. Ini berarti bahwa jumlah dividend per lembar

  saham tiap tahunya yang di bayarkan akan berfluktuatif sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh tiap tahunnya.

  Perusahaan menetapkan dividend payout ratio besarnya tiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila keuntungan tinggi maka besarnya dividend yang dibagikan relatif tinggi, dan sebaliknya jika tingkat keuntungan rendah maka besarnya

  dividend yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungan.

2.5.4. Rasio Dividen

  Dividend Payout ratio adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan

  pembayaran dividend kepada setiap pemegang saham yang dapat diukur dengan membandingkan dividend kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham ( Sundjaja dan Barlian, 2002:391). Menurut Darmaji (2001) dividen merupakan pembagian sisi laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividend itu bisa berbentuk uang tunai (cash dividend) atau dividend saham (stock dividen ).

  Dividend kas per lembar saham DPR =

  Laba per lembar saham

  = Rp. 7821340000.00, dan laba bersih = Rp. 412914750000.00 (data terlampir), sehingga dividend Payout Ratio dapat dikalkulasikan berikut: 7821340000.00

  DPR = = 0.189 41291475000.00

  Nilai DPR ini selanjudnya dijadikan sebagai nilai variable dependent (Y) dalam analisis regresi berganda.

  Mengingat tidak semua laporan keuangan perusahaan memuat laba per saham, dipergunakan pendekatan Price Earning Ratio berikut: Po = EPSi x PER, sehingga laba per saham dapat dihitung: sebagai berikut:

  PER EPSi = Po dimana :

  Po = Price (Harga saham) EPSi = Earning per Share (Laba per saham) PER = Price Earning Ratio (Rasi Laba)

  Dividen Per Share (DPS) merupakan total semua dividen yang dibagikan

  pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham (Robbert Ang:1997). dihitung dengan : Laba setelah pajak

  EPS = Jumlah saham beredar

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

11 202 112

Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

1 66 94

Kebijakan Dividen Dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverages Di Bursa Efek Indonesia

1 12 151

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Return on Investment dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ukuran Perusahaan - Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas Terhadap Debt Financing pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Pasar Perusahaan 2.1.1 Pengertian Nilai Pasar Perusahaan - Pengaruh Kebijakan Dividen Perusahaan Terhadap Nilai Pasar Perusahaan Pada Perusahaan Investasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei)

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal dan Leverage Keuangan - Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal dan Leverage Keuangan - Hubungan Antara Leverage Keuangan dengan Tingkat Aktivitas Investasi Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampulabaan - Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

0 0 18