Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

(1)

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN

FINANCING TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA

PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

OLEH :

HOTLAN BUTARBUTAR NIM. 047019016/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA

N A


(2)

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN

FINANCING TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN

PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE

DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Manajemen

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

OLEH :

HOTLAN BUTARBUTAR NIM. 047019016/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

Judul Tesis : Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

Nama Mahasiswa : Hotlan Butarbutar

Nomor Pokok : 047 019 016

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

K e t u a

Drs. Syahyunan, MS Anggota

Ketua Program Studi Direktur


(4)

Telah di Uji Pada

Tanggal : Februari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak

Anggota : Drs. Syahyunan, MS

: Prof. Dr. Rismayani, SE. MS. : Dr. Khaira Amalia F., MBA, Ak., : Muslich Lufti, MBA


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini yang berjudul : ” Analisis

Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen

Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia”. adalah benar hasil

karya saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya tesis ini belum pernah dipublikasikan oleh siapapun, juga sebelumnya. Sumber sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Febfruari 2011

Yang Membauat Peryataan


(6)

ABSTRAK

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan berupa penentuan besarnya pembayaran dividend dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Penilaian keputusan berinvestasi dalam pamr modal dan menilai sehat atau tidalarya suatu penrsalraaq biasanya yang dinilai adalah faktor performance keuangan. Teori yang digunalm adalatr manajeme,n keuangan yang bedoitan dengan likuiditas, profitabilitaq financing dan kebijakan dividend.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah faktor likuiditas, profitabilitas, dan financing, Secara Simultan dan secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividend pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)" ?. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskrriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan).

Populasi adalah prusahaan food end beverage yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 sampai dengan 2008 yang berjumlah 21 perusahaan. Sampel sebanyak 12 perusahaan sesuai dengan criteria pengambilan sampel yang sudah ditentukan. Sedangkan model analisis data yang digunakan adalah analisis statistic dengan model analisis regeresi linier berganda.

Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, dan financing secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebiiakan dividend. Dan secara parsial likuiditas lebih dominan dari pada profitabilitas dan financing.


(7)

ABSTRACT

Dividend policy is a policy rclating to the payment of dividends by the company in the form of deterrnining the amount of dividend payments and the profits retained for the benefit of the company. Assessment of the decision to invest in capital markets and healthier assess whether or not a company, usually considered the factor of financial performonce. The theory used is the financial management related to liquidity, profitability, finarcing and dividend policy.

The formulation of the problem in this research is: "Does liquidity factors, profitability, and dividend policy to influence financing tood and beverage ompanies listed in Indonesia Stock Exchange and partially Simultaneous"?. This research is descriptive quantitative research and the nature of this research is explanatory (explanation).

The population is food and beverage companies that are listed (listing) in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2005 to 2008 which amounted to 2l companies. Sample as much as 12 companies in accordance with the sampling criteria that have been determined. While the data analysis model used is the sratistical analysis with linear regression analysis model regeresi.

The finding of the first hypothesis showd that liquidity, profitability, and financing are simultaneously significant effect of the dividend policy,. And Partially liquidity is more dominant than the profitability, and financing.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala kasih, berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Penelitian ini merupakan tugas akhir pada program studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan adalah : Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage di Bursa Efek Indonesia.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian tesis ini, banyak pihak yang ikut serta membantu, memberikan nasehat, drongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kususnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc., Sp.A, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting MS. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dan juga sebagai ketua komisi pembanding yang telah bayak memberikan koreksi, bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaiakan tesis ini.

4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MFIS, MBA, Ak., sebagai ketua komisi pembimbing yang dengan iklas meluangkan waktu untuk membimbing, mengoreksi, mengarahkan dan memberi saran, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Drs. Syahyunan, Msi., sebagai anggota komisi pembimbing yang dengan iklas meluangkan waktu untuk membimbing, mengoreksi, mengarahkan dan memberi saran, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Ibu Dr. Khaira Amalia F., MBA, Ak., sebagai anggota komisi pembanding yang telah bayak memberikan koreksi, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaiakan tesis ini.


(9)

7. Bapak. Dr. Muslich Lufti, MBA., sebagai anggota komisi pembanding yang telah bayak memberikan koreksi, dan arahan kepada penulis dalam menyelesaiakan tesis ini.

8. Bapak/Ibu, staf pengajar dan staf administrasi pada Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,

9. Seluruh jajaran Direksi PT. Bursa Efek Indonesia beserta satf, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

10. Seluruh organ (Pembina, Pengawas dan Pengurus) Yayasan Pendidikan Greja Methodist Indonesia Wilayah I dan Pimpinan serta Fungsionaris Universitas Methodist Indonesia Medan (UMI), yang memberikan rekomendasi dan dukungan dana untuk penyelesaian studi ini.

11. Ayahanda St. Elon Butarbutar (Alm.) dan Ibunda Rian Silaban, yang telah memberikan dorongan, semangat sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

12. Bapak mertua Maruhum Simanjuntak (Alm.) dan Ibu mertua Tiara Siahaan, yang telah memberikan dorongan, semangat sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

13. Dra Rista GM. Simanjuntak sebagai Isteri tercinta yang telah banyak memberikan motivasi, kesabaran, dorongan moril maupun sipiritual, dan semangat serta kedamayan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. 14. Anakku yang tersayang: Helen TP. Butarbutar, Eko JW. Butarbutar, Tiffany TR.

Butarbutar, dan Lucas AP. Butarbutar yang ikut serta memberikan dukungan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkatNya kepada semua pihak yang telah membantu penulias dalam menyelesaiakan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna, namun diharapkan akan dapat berguna bagi semua pihak khususnya bagi pengembangan ilmu manajemen, serta penelitian dalam bidang manajemen keuangan.

Medan, September 2011

Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Hotlan Butarbutar, Lahir pada tanggal 24 Juli 1965 di Penara. Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, dari pasangan Bapak St Elon Butarbutar (Alm) dan Ibu Riani Silaban, Sekolah Dasar HKBP Penara Lulus Tahrm 1977 di Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, Sekolah Menengah Pertama (SMP) HKBP Penara, Lulus Tahun 1981 di tanjung Morawa, Sekolah Menengah Atas (SMA) GKPI Padang Bulan Medan, Lulus Tahun 1984, Sarjana Pendidikan Akuntansi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Akuntansi (IKIP) Medan, Lulus Tahun 1990 dan mulai Tatrun 2004, megngikuti Pendidikan Sekolah Pascasarjana Program Studi Ilmu Manajemen di Universitas Sumatera Utara.

Menikah Pada Tanggal, 8 September 1990 dengan Dra. Rista GM. Simanjuntak yang dilahirkan dari Pasangan Bapak M. Simanjuntak (Alm) dan Ibu T. Siahaan dan telah di Kanrniai Tuhan Empat Orang anak yaitu: Helen TP. Butarbutar, Eko JW. Butarbutar, Tiffany TR Butarbutar dan Lucas AP. Butarbutar. Penulis Bekerja sebagai Dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Methodist Indonesia sejak Tatrun 2001 dan pada Tahun 2005 hingga sekarang, sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Gereja Methodist Indonesia Wilayah I. yang berkantor di Jl. Hangtua No. 1l C. Medan Sumatera Utara.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... Vi DAFTAR TABEL ... Viii DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Kerangka Berpikir/Landasan Teori... 7

1.6. Hipotesis ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

2.2. Teori Tentang Likuiditas ... 13

2.2.1. Pengertian Likuiditas... 13

2.2.2. Rasio Likuiditas... 15

2.3. Teori Tentang Profitabilitas ... 16

2.3.1. Pengertian Profitabilitas... 16

2.3.2. Rasio Profitabilitas... 18

2.4. Teori Tentang Financing ... 19

2.4.1. Pengertian Financing ... 19

2.4.2. Rasio Financing... 20

2.5. Teori Tentang Dividen ... 21

2.5.1. Pengertian Dividen... 21

2.5.2. Kebijakan Dividen... 24

2.5.3. Jenis-Jenis Kebijakan Dividen... 27

2.5.4. Rasio Dividen... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33


(12)

3.3. Populasi dan Sampel ... 34

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 35

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 36

3.6.1. Identifikasi Variabel... 36

3.6.2. Definisi Operasional Varibel... 36

3.7. Model Analisis Data ... 39

3.7.1. Uji Hipotesis ... 40

3.8. Uji Asumsi Klasik ... 41

3.8.1. Uji Normalitas Data... 42

3.8.2. Uji Multikolineritas ... 42

3.8.3. Uji Heteroskedastisitas ... 44

3.8.4. Uji Autokorelasi... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1. Hasil Penelitian ... 47

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 47

4.1.2. Deskripsi Variabel Likuiditas Cash Position... 49

4.1.3. Deskripsi Profitabilitas (ROA)... 50

4.1.4. Deskripsi Financing (DER)... 52

4.1.5. Deskripsi Dividen (DPR) ... 53

4.2. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 55

4.2.1. Uji Normalitas ... 55

4.2.2. Uji Multikolineritas ... 57

4.2.3. Uji Heteroskedastisitas... 58

4.2.4. Uji Autokorelasi... 59

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

4.3.1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan ... 60

4.3.2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 61

4.3.3. Pengujian Determinasi R ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

5.1. Kesimpulan ... 65

5.2. Saran ... 66


(13)

DAFTAR TABEL

NO JUDUL HALAMAN

Tabel 1.1. Nilai Rata-Rata Cash Psition, Dept to Equity Ratio, Return on asset dan Dividend Payout Ratio Periopde

2005-2008 ... 3

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ... 12

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel………... 39

Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan Rata-rata CashPosition Setiap Perusahaan 2005 -2008 ……… 49

Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan Rata-rata Return on Asset Setiap Perusahaan 2005 -2008……….. 51

Tabel 4.3. Laju Pertumbuhan Rata-rata Debt to Equity Ratio Setiap Perusahaan 2005 -2008 ………. 52 Tabel 4.4. Laju Pertumbuhan Rata-rata DividendPayoutRatio (DPR) Setiap Perusahaan 2005 -2008……… 54 Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas ……….…………. 56

Tabel 4.6. Uji Normalitas Rata – rata ……… 57

Tabel 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas……… 58

Tabel 4.8. Hasil Uji Heterokesdastiisitas Dengan Menggunakan Uji Gljser ………. 59 Tabel 4.9. Hasil Uji Autokorelasi……….. 60

Tabel 4.10. Hasil Uji-F Secara Simultan ………. 61

Tabel 4.11. Hasil Uji-t Secara Parsial ... 62


(14)

DAFTAR GAMBAR

NO. JUDUL HALAMAN

Gambar 1.1. Kerangka Berpikir/ Landasan Teori ... 10 Gambar 3.1. Diagram Durbin – Watson... 45 Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan CashPosition Rata-rata …………... 50 Gambar 4.2. Laju Pertumbuhan Retur Oon Asset ROA Rata-rata………… 52 Gambar 4.3. Laju Pertumbuhan Debt to Equity Ratio Rata-rata ……….... 53 Gambar 4.4. Laju Pertumbuhan DPR Rata-rata ………... 55


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN JUDUL HALAMAN

Lampiran 1. Perhitungan Rata-rata Likuiditas dari tahun periode

2005 s/d 2008 ... 70

Lampiran 2. Perhitungan Rata-rata Profitabilitas dari tahun periode 2005 s/d 2008 ... 71

Lampiran 3. Perhitungan Rata-rata Financing dari tahun periode 2005 s/d 2008 ... 72

Lampiran 4. Perhitungan Rata-rata Divident dari tahun periode 2005 s/d 2008 ... 73

Lampiran 5. Uji Normalitas Data mengunakan on-sample kolmogrof-simirnoftest ... 74

Lampiran 6. Uji Multikolineritas menggunakan kolinerity statistic tolerance FIV ... 75

Lampiran 7. Uji Autokorelasi menggunakan durbin-watson... 76

Lampiran 8. Hasil Uji F ( Simultan ) Menggunakan ANOVA ... 77


(16)

ABSTRAK

Kebijakan dividen adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran dividen oleh pihak perusahaan berupa penentuan besarnya pembayaran dividend dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Penilaian keputusan berinvestasi dalam pamr modal dan menilai sehat atau tidalarya suatu penrsalraaq biasanya yang dinilai adalah faktor performance keuangan. Teori yang digunalm adalatr manajeme,n keuangan yang bedoitan dengan likuiditas, profitabilitaq financing dan kebijakan dividend.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah faktor likuiditas, profitabilitas, dan financing, Secara Simultan dan secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividend pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)" ?. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskrriptif kuantitatif dan sifat penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan).

Populasi adalah prusahaan food end beverage yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 sampai dengan 2008 yang berjumlah 21 perusahaan. Sampel sebanyak 12 perusahaan sesuai dengan criteria pengambilan sampel yang sudah ditentukan. Sedangkan model analisis data yang digunakan adalah analisis statistic dengan model analisis regeresi linier berganda.

Hasil penelitian uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa likuiditas, profitabilitas, dan financing secara serempak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebiiakan dividend. Dan secara parsial likuiditas lebih dominan dari pada profitabilitas dan financing.


(17)

ABSTRACT

Dividend policy is a policy rclating to the payment of dividends by the company in the form of deterrnining the amount of dividend payments and the profits retained for the benefit of the company. Assessment of the decision to invest in capital markets and healthier assess whether or not a company, usually considered the factor of financial performonce. The theory used is the financial management related to liquidity, profitability, finarcing and dividend policy.

The formulation of the problem in this research is: "Does liquidity factors, profitability, and dividend policy to influence financing tood and beverage ompanies listed in Indonesia Stock Exchange and partially Simultaneous"?. This research is descriptive quantitative research and the nature of this research is explanatory (explanation).

The population is food and beverage companies that are listed (listing) in Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2005 to 2008 which amounted to 2l companies. Sample as much as 12 companies in accordance with the sampling criteria that have been determined. While the data analysis model used is the sratistical analysis with linear regression analysis model regeresi.

The finding of the first hypothesis showd that liquidity, profitability, and financing are simultaneously significant effect of the dividend policy,. And Partially liquidity is more dominant than the profitability, and financing.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebijakan dividend merupakan fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari kebijakan pendanaan perusahaan, secara khusus pembelanjaan interen perusahaan dan sekaligus sebagai peta atau performance karena melalui kebijakan dividen dapat diketahui pengaruh nilai perusahaan atau harga saham dalam pasar modal.

Untuk menentukan besarnya rasio pembayaran dividen (divident payout ratio) bermuara kepada dua keputusan penting yaitu : struktur permodalan dan keputusan investasi.

Kebijakan dividend harus mengakomodasikan kedua kepentingan antara pendanaan perusahaan berupa laba ditahan (retained earnings) dan kepentingan investor berupa dividend yakni laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) baik dalam bentuk tunai (Cash dividend) maupun dividend saham (Stock dividend)

(Darmadji, 2001:130).

Selain kepentingan penetapan anggaran permodalan perusahaan, kebijakan dividen juga berhubungan erat dengan kebijakan kesempatan investasi sebab tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dan dengan risiko yang sama. Bilamana Tingkat dividen yang


(19)

semakin tinggi dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan dan sebagai akibatnya adalah menghambat tingkat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang ingin menahan sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen akan semakin kecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa makin tingginya Dividen Payout Ratio (DPR) yang ditetapkan oleh perusahaan, makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan, ini akan menghambat pertumbuhan perusahaan.

Untuk mencapai tujuan kebijakan dividend tersebut, sikap yang dilakukan perusahaan terhadap para investor adalah memaksimumkan harga saham dan menjaga stabilitasnya. Oleh karena itu, aspek penting dalam kebijakan dividend

adalah menentukan alokasi laba yang proporsional antara kewajiban pembayaran laba berupa dividend (kepentingan investor) dan keharusan menahan laba (retained earnings) (Astuti, 2004: 144).

Pertimbangan besarnya dividen payout ini diduga sangat berkaitan dengan

performance keuangan perusahaan. Bila performance keuangan perusahaan bagus, diharapkan mampu unutuk menetapkan besarnya dividen payout sesuai dengan harapan pemegang saham yaitu mendapatkan dividen dalam jumlah yang besar.

performance keuangan perusahaan dibaca melalui laporan keuangan, dengan menganalisis rasio keuangan dari laporan keuangan tersebut. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005:36).


(20)

Ketidaksesuaian antara teori dengan data empiris yang ditemukan pada masing masing variabel independent (likuiditas, profitabilitas dan financing) dengan variabel dependent (kebijakan dividen) seperti terlihat pada Tabel 1.1. berikut:

Tabel 1.1. Nilai Rata-rata Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets dan DividendPayoutRatio Periode 2005-2008

Parameter Tahun

2005 2006 2007 2008

Likuiditas (Cash position) 2.23 1.76 0.97 2.16 Profitabilitas (Return on asset) 0.39 0.5 0.39 0.48 Financing (Debt to equity ratio) 3.84 1.19 2.05 2.87 Dividen (DividendPayoutRatio) 0.24 0.23 0.24 0.16

Sumbe

Laju pertumbuhan rata-rata Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Assets serta Dividend Payout Ratio diilustrasikan sebagai berikut ; Likuiditas (Cash position) menggambarkan kemampuan membayar dividend. Namun demikian, sepanjang periode 2005 - 2008, terjadi fluktuasi nilai cash position tetapi tidak secara otomatis meningkatkan dividend payout. Pada tahun 2007, terjadi penurunan Cash position dari 1.76 menjadi 0.97, tetapi justru diikuti dengan kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 0.24 dibanding tahun sebelumnya sebesar 0.23.

Profitabilitas (Return on assets), menunjukkan kemampuan modal yang diinvstasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi

Return on assets maka kemungkinan pembagian dividend juga semakin besar (Sartono, 2001). Pada tahun 2007-2008, terjadi peningkatan nilai Return on asset


(21)

dari 0.39 menjadi 0.48. Tetapi, dalam kurun waktu yang sama, justru terjadi penurunan nilai Dividend Payout Ratio dari 0.24 menjadi 0.16.

Financing (Debt to equity ratio) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya melalui modal sendiri. Semakin tinggi kewajiban maka akan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam membayar dividend

(Sartono, 2001). Namun sepanjang tahun 2005-2008, terjadi fluktuasi nilai rata-rata yang tidak mempengaruhi besar kecilnya nilai rata-rata Dividend Payout Ratio. Pada tahun 2007-2008, terjadi peningkatan Debt to equity ratio dari 2.05 hingga menjadi 2.87. Tetapi dalam kurun waktu yang sama, justru terjadi penurunan nilai Dividend PayoutRatio dari 0.24 menjadi 0.16.

Dari uraian di atas, terlihat bahwa terjadi ketidakonsistenan faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio. Misalnya, semakin tinggi nilai rata-rata cash position tidak otomatis memberikan nilai Dividend Payout Ratio semakin tinggi, demikian juga dengan faktor Debt to equity ratio dan Return on assets tidak secara otomatis meningkatkan nilai Dividendt Payout Ratio.

Objek penelitian ini mengambil perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI, dengan pertimbangan adalah sebagai berikut:

1). Ditinjau dari pergerakan sahamnya, jauh lebih stabil karena tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi perekonomian sebab industri produk food and beverage

tetap dibutuhkan meskipun misalnya kondisi perekonomian sedang melesu. 2). Karena pergerakan saham yang lebih stabil, maka saham ini cocok bagi para


(22)

dan minuman, rokok, farmasi, dan barang-barang konsumer, seperti saham Indofood, Unilever dan Kimia Farma.

3). Adanya ketidakkonsistenan hasil-hasil penelitian terdahulu, sehingga perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen payout ratio.

Sesuai dengan fenomena kebijakan dividend payout ratio pada perusahaan

food and beverage yang terdaftar pada BEI., dimana likuiditas merupakan faktor pertimbangan utama dalam fenomena kebijakan dividendpayoutratio rendah (James C dan Van Horne, 1998:2). Profitabilitas dan Financing merupakan pertimbangan utama pada kebijakan dividendpayoutratio yang tinggi. (Mollah, 2000:3). Dari hasil penelitian sebelumnya terindikasi bahwa hanya variabel likuiditas, firm size, dan

Return on asset yang berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan growth, Debt to Total Asset serta Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap Divident PayoutRatio.

Berdasarkan hal tersebut diatas, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh faktor likuiditas, profitabilitas dan financing terhadap kebijakan dividend pada perusahaan food and beverage. Penelitian ini hanya memilih tiga variabel independen (likuiditas profitabilitas dan financing) dan satu variabel devenden (kebijakan dividend) kemudian setiap variabel diwakili satu indikator yakni indikator Cash position mewakili variabel likuiditas, Return on asset mewakili variabel profitabilitas, dan Debt to equity ratio mewakili variabel financing serta


(23)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut ;

1. Apakah faktor likuiditas, profitabilitas, dan financing, berpengaruh secara Simultan terhadap kebijakan dividend pada perusahaan industri food and beverage di Bursa Efek Indonesia ?

2. Apakah faktor likuiditas, profitabilitas, dan financing, berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividend pada perusahaan industri food and beverage di Bursa Efek Indonesia ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari pada penelitian ini adalah : Untuk mengetahui secara empiris pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan financing secara simultan dan parsial terhadap kebijakan dividend perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi Investor, dapat dijadikan sebagai salah satu informasi dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi sehubungan dengan harapan para pemegang saham untuk mendapat dividen atas sejumlah dana yang diinvestasikan.


(24)

2. Bagi peneliti, dapat menambah, memperluas wawasan dan mengembang- kan ilmu pengetahuan kususnya bidang ilmu manajemen keuangan dan pasar modal Indonesia.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik untukmeneliti dividen payout ratio.

1.5. Kerangka Berpikir /Landasan Teori

Likuiditas (cash position) suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Pembayaran dividen merupakan arus kas keluar. Semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak (Stanley, 1987., dalam Prihantoro, 2003).

Cash Ratio merupakan salah satu ukuran dari likuiditas (liquidity ratio) yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya (current liability) melalui sejumlah kas yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi cash ratio

menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Brigham, 1983:211). Likuiditas suatu perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend Payout ratio. Bagi perusahaan dengan kondisi likuditas kurang baik, biasanya Dividend Payout Ratio juga kecil, sebab sebagian besar laba digunakan untuk menambah likuiditas.


(25)

Profitibilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Perusahaan yang memperoleh profit lebih besar cenderung membayar profit yang lebih besar pula sebagai Dividend. Atribut profitibilitas diwakili oleh tingkat Earning After Tax (EAT)) dibagi Total Assets (return on asset) (Chang dan Rhee, 1990). Return on Assets (ROA) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh modal setelah diinvestasikan dalam total aktiva. Semakin tinggi ROA semakin besar kemungkinan pembagian dividend. (Sartono, 2001:122).

Menurut Hanafi (2004:375) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar deviden atau meningkatkan deviden. Hal yang sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran deviden adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan deviden, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham.

Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan deviden karena deviden adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu deviden akan dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Oleh karena itu deviden yang diambil dari keuntungan bersih akan mempengaruhi Devidend Payout Ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai deviden (Sudarsi, 2002:79).


(26)

Gordon dan Litner (1956) dalam Saxena (1999) menyatakan bahwa tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal (capital gain) yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan. Damayanti dan Achyani (2006) menyatakan bahwa besar kecilnya laba yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. Semakin besar tingkat laba atau profitabilitas yang diperoleh perusahaan akan mengakibatkan semakin besarnya dividen yang akan dibagikan dan sebaliknya. Theobalt (1978) dalam Florentina (2001) dalam Damayanti dan Achyani (2006) menemukan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif dengan dividend payout ratio.

Prihantoro (2003) menyatakan bahwa debt equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajibannya. Jika beban hutang tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen akan semakin rendah, sehingga DER mempunyai hubungan negatif dengan dividend payoutratio.

Financing yang diukur dengan indikator Debt to equity ratio (DER), DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewjibannya, yang ditunjukkan oleh bebetapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin tinggi Debt to equity ratio (DER) akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Debt to


(27)

Equity Ratio (DER) atau rasio hutang terhadap modal merupakan rasio antara modal pinjaman dengan modal sendiri yang pada gilirannya akan mempengaruhi pembagian dividend, sebab semakin besar rasio DER, semakin cenderung perusahaan mengutamakan pelunasan kewajibannya daripada pembayaran dividend (Sartono, 2001:66).

Berdasarkan latarbelakang dan landasan teori yang dikemukakan diatas maka dibuat batasan variabel yang akan diteliti yaitu : Cash Position, Return on Asset dan Debt to Equity Ratio sehingga, kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini, dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.2. berikut.

Gambar 1.2. Kerangka Pikir /Landasan Teori LIKUIDITAS

(CP)

PROFITABILITAS (ROA)

FINANCING (DER)

DIVIDENDPAYOUT


(28)

1.6. Hipotesis

Berdasarkan Latar belakang, dan Kerangka berfikir / landasan teori di atas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Fakor likuiditas, profitabilitas, dan financing berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan dividend pada perusahaan Industri food and beverage di Bursa Efek Indonesia.

2. Fakor likuiditas, profitabilitas, dan financing berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan dividend pada perusahaan Industri food and beverage di Bursa Efek Indonesia.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai kebijakan dividend telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu seperti Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Nama Peneliti / Thn. Judul Penelitian Variabel Yang

Diteliti Hasil Yang Diproleh

1. Yuniningsih, 2002 Interpendensi antar kebijakan dividen payout ratio, financial leverage dan investasi pada perusahaan manufaktur di BEJ Dividen payout ratio, financial leverage, investasi perusahaan, likuiditas, provitabilitas, resiko perusahaan, struktur asset, ukuran peru-sahaan, pertumbuhan peruahaan Menunjukkan investasi berpengaruh negatif terhadap payout ratio, investasi

berpe-ngaruh positif terhadap kepu-tusan

hutang investasi tidak mempengaruhi profitabilitas investasi berpengaruh negatif terhadap likuiditas dividen tidak mempengaruhi profi-tabilitas, dividend tidak mempengaruhi pertumbuhan, hutang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.


(30)

2 Sulistyo, 2000 Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend persare Perusahaan yang go public di BEJ

Dividend per share Sebagai variabel

dependen dan Current ratio, DER, Dividend, erning per share dan total asset turn over sebagai variabel

independen

Secara simultan variabel current ratio DER, Dividend, erning per share dan total asset turn over berpengaruh

signifikan terhadap Dividend per share. Dan secara parsial variabel current ratio DER, Dividend, erning per share dan total asset turn over tidak berpengaruh terhadap Dividend per share

3 Prihantoro, 2003 Analisis faktor-faktor yang mempe-ngaruhi dividen payout ratio (DPR) pada perusahaan publik di BEJ

Posisi kas, potensi

pertumbuhan, ukuran

perusahaan, ratio hutang dan modal profitabilitas dan dividen payout ratio

Likuiditas (CP) dan DER berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Dan erning per share tidak berpengaruh dividend payout ratio

2.2. Teori Tentang Likuiditas

2.2.1. Pengertian Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam bayak kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividend. Likuiditas juga menggambarkan


(31)

mudah tidaknya suatu jenis investasi dicairkan menjadi uang kas (Anaroga, 2001:79). Perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan dan profitable akan memerlukan dana yang cukup besar guna membiayai investasinya, oleh karena itu mungkin akan kurang likuid karena dana yang diperuleh lebih banyak di investasikan pada aktiva tetap dan aktiva lancar yang permanen.

Likuiditas perusahaan sangat besar pengaruhnya terhadap investasi perusahaan dan kebijakan pemenuhan kebutuhan dana. Keputusan investasi akan menentukan tingkat ekspansi dan kebutuhan dana perusahan, sementara itu keputusan pembelanjaan akan menentukan pemilihan sumber dana untuk membiayai investasi tersebut. (Sartono, 2001:293).

Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi pembayaran dividend dalam situasi tertentu, atau rasio likuiditas tertentu, atau perusahaan tidak bisa membayarkan dividend sebelum dividend untuk pemegang saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik, pembatasan semacam itu tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan

dividendnya. Tetapi dalam situasi buruk dimana aliran kas lebih kecil, pembatasan tersebut akan mempengaruhi pembayaran dividend oleh perusahaan. Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang membiayai pertumbuhanya. Perusahaan tersebut biasanya akan lebih senang untuk menahan pendapatanya daripada dibayarkan sebagai dividend dengan mengingat batasan-batasan biayanya.


(32)

Likuiditas Cash Position suatu perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Bagi perusahaan dengan kondisi likuditas kurang baik, biasanya dividend payout rationya juga kecil sebab sebagian besar laba digunakan utuk menambah likuiditas (Gill dan Green (1993) ditulis kembali oleh Adedeji (1998).

Apabila perusahaan akan memperoleh utang baru atau menjual obligasi baru untuk membiayai perluasan perusahaan, sebelumnya harus direncanakan bagaimana caranya untuk membayar kembali utang tersebut. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambil dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut. Hal ini berarti, hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividend. (Riyanto, 2001:202)

2.2.2. Rasio Likuiditas

Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya

dividend yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividend

merupakan cash outflow, maka makin kuat posisi likuiditas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar dividend. (Prihantoro, 2003:10).

Suatu perusahaan yang sedang tumbuh secara rendabel, mungkin tidak begitu kuat posisi likuiditasnya karena sebagian besar dari dananya aktiva tetap dan modal kerja, dengan demikian kemampuanya untuk membayarkan dividend pun sangat


(33)

terbatas. Dengan sendirinya likuiditas suatu perusahaan ditentukan oleh keputusan-keputusan di bidang investasi dan cara pemenuhan kebutuhan dananya.

Cash position dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak. (Sudarsi 2002)

Saldo kas akhir

Cash Position =

Laba bersih setelah pajak (EAT)

2.3. Teori Tentang Profitabilitas

2.3.1. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Untuk penelitian profitabilitas ini diukur dari

return on asset (ROA). Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Tingkat pengembalian terhadap aset-aset (ROA) menentukan pengembalian laba dalam bentuk dividend yang dapat digunakan oleh pemegang saham, baik ditanamkan kembali didalam perusahaan maupun ditempat lain (Sartono, 2001:122).

Faktor profitabilitas juga berpengaruh terhadap kebijakan dividend, karena

dividend adalah sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karena itu


(34)

yang layak dan akan dibagikan kepada pemegang saham, adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu bunga dan pajak. Dengan demikian dividend yang diambil dari keuntungan bersih, akan mempengaruhi

dividend payout ratio. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar porsi pendapatan yang semakin besar sebagai dividend (Sudarsi 2002:79).

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, akan berusaha untuk menghasilkan laba atau profit. Dalam hubungannya dengan kebijakan

dividend, besarnya profitabilitas akan mempengaruhi besar kecilnya pembayaran

dividend. Peningkatan pembayaran dividend hanya terjadi ketika perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi, dengan asumsi bahwa frofitabilitas tersebut cukup untuk meningkatkan laba, baik laba ditahan maupun pembayaran dividend secara serentak. Dengan demikian, investor sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas, misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk dividend.

2.3.2. Rasio Profitabilitas

Return on Assets (ROA) menunjukkan laba yang dihasilkan oleh modal setelah diinvestasikan dalam total aktiva. Semakin tinggi ROA semakin besar kemungkinan pembagian dividend. Rasio ini dihitung berdasarkan rumus berikut (Sartono, 2001:122).


(35)

Laba bersih (EAT) ROA =

Total aktiva (TA)

Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan, dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ukuran return on investment (ROI). Analisa ROI dalam analisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komperehensif). ROI merupakan salah satu bentuk dari ratio profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva dan digunakan untuk operasinya perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (Munawir 2000:89).


(36)

2.4. Teori Tentang Financing

2.4.1. Pengertian Financing

Financing atau pendanaan merupakan salah satu keputusan keuangan yang harus ditetapkan oleh manajer keuangan. Pendanaan ini sama dengan penentuan struktur modal perusahaan. dan untuk mengukurnya, digunakan rasio leverage (Debt to equity ratio).

Pembiayaan dividend hanya dapat dilakukan ketika seorang manajer menyetujui bahwa mereka dapat mengelola kebijakan dividend yang baru dimasa yang akan datang. Sehingga semakin tinggi hutang maka semakin kecil dividend

yang dibayarkan karena pembiayaan eksternal atau hutang cenderung memiliki resiko yang tinggi dibandingkan dengan pembiayaan internal. Debt to equity ratio

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage (penggunaan utang) terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan (Ang 1997:18.35). Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividend (Riyanto 2001:267). Peningkatan utang ini akan mempengaruhi


(37)

tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar dividend (Sudarsi 2002:80).

Hubungan Financing dengan kebjakan dividen dipengaruhi oleh rasio leverage yaitu Debt to Equity Ratio (DER). Artinya kebijakan dividen dilakukan, apabila perusahaan tersebut dapat mengelola kebutuhan pembayaran hutang pada periode yang akan datang.

2.4.2. Rasio Financing

Financing yang diukur dengan indicator Debt to Equity Ratio (DER), mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Debt to Equity Ratio (DER) atau rasio hutang terhadap modal merupakan rasio antara modal pinjaman dengan modal sendiri yang pada gilirannya akan mempengaruhi pembagian dividend, sebab semakin besar rasio DER, semakin cenderung perusahaan mengutamakan pelunasan kewajibannya daripada pembayaran dividend

(Sartono, 2001:66). Rasio ini dihitung dengan rumus (Sartono 2001:66) Total hutang (Total Debt)

DER =


(38)

2.5. Teori Tentang Dividen

2.5.1. Pengertian Dividen

Gitman (2003:570), mengatakan bahwa “dividen payout ratio indicates the percentage of each dollar earned that is distributed to the owners in the form of cash, it is calculated by dividing the firm’s cash dividend pershare by its earning per share.

Keown, et all (2005:607), mengatakan bahwa “dividend ratio is the amount of dividends relative to the company’s net income or earning per share.

Menurut Sudjaja dan Inge (2002:387), Faktor-faktor yang mempenga- ruhi kebijakan dividen antara lain:

1. Faktor hukum

a) Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa deviden dapat dibayar dari tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan.

b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para kreditur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal membagikan investasinya bukan membagikan keuntungannya.

c) Peraturan mengenai tak mampu bayar, perusahaan boleh tidak membayar deviden jika tidak mampu (jumlah hutang lebih besar daripada jumlah harta).

2. Posisi likuiditas.

Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan dan barang-barang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk tunai.


(39)

3. Membayar pinjaman.

Perusahaan jika telah mambuat keputusan untuk memperluas usahanya atau untuk membiayai lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi, maka biasanya harus ada laba ditahan.

4. Kontrak pinjaman.

Kontrak pinjaman, apalagi jika menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai.

5. Pengembangan aktiva.

Pertumbuhan perusahaan akan semakin besar kebutuhan dananya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Dana semakin banyak dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan dibayarkan.

6. Tingkat pengembalian.

Tingkat pengembalian atas asset menentukan pembagian laba dalam bentuk deviden yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun ditempat lain.

7. Stabilitas keuntungan

Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur sering kali dapat memperkirakan keuntungan dikemudian hari. Maka perusahaan seperti itukemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi.


(40)

8. Pasar modal

Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Perusahaan kecil yang masih baru atau agak gegabah adalah terlalu beresiko bagi calon debitur.

9 . Kendali perusahaan

Perusahaan hanya memperluas usahanya dari pembiayaan intern maka

pembayaran deviden akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa.

10. Keputusan kebijakan dividen

Perusahaan ingin mempertahankan dividen perlembar saham pada tingkatyang konstan tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan, artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan nampak cukup permanen

Menurut Riyanto (2001), faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen suatu perusahaan antara lain:

1. Posisi likuiditas

2. Kebutuhan dana untuk membayar hutang 3. Tingkat perluasan perusahaan


(41)

2.5.2. Kebijakan Dividen

Kebijakan dividend adalah kebijakan yang berhubungan dengan pembayaran

dividend oleh pihak perusahaan, berupa penentuan besarnya pembayaran dividend

dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan pihak perusahaan. Jika manajemen meningkatkan porsi laba perlembar saham yang dibayarkan sebagai dividend, maka mereka dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham, hal ini menyarankan bahwa keputusan dividend yaitu jumlah dividend yang dibayarkan merupakan suatu hal yang sangat penting (Alexander,et.al, 1993).

Kebijakan dividend bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan

(earning) antara pengunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividend atau untuk digunakan didalam perusahaan, yang berarti laba tersebut harus ditahan didalam perusahaan (Riyanto 2001: 265).

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan dan juga merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan di masa yang akan datang. Rasio pembayaran deviden menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang sebagai sumber pendanaan. Laba ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai deviden menjadi lebih kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash Dividen Payout Ratio. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau


(42)

menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan dividen yang optimal pada suatu perusahaan adalah kebijakan keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham (Astuti, 2004:144).

Secara umum ada tiga kebijakan dividen, yaitu:

a. Kebijakan dengan persentase tetap pembayaran deviden tunai b. Kebijakan dividen biasa

c. Kebijakan dividen rendah plus ekstra

Prosedur pembayaran dividen yang sebenarnya sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2001:84):

a. Tanggal pengumuman (declaration date)

b. Tanggal pencatatan pemegang saham (holder of record date) c. Tanggal ex dividen (ex-dividend date)

d. Tanggal pembayaran (payment date)

Beberapa teori yang relevan dalam kebijakan dividen dikemukan oleh Suherli dan Harahap (2004:230), yang telah teruji secara empiris, yaitu:

a. Smoothing Theory. Teori ini dikembangkan oleh Lintner. Lintner mengatakan bahwa jumlah dividen tergantung akan keuntungan perusahaan sekrang dan dividen tahun sebelumnya.

b. Dividend Irrelevance Theory. Teori ini diperkenalkan oleh miller dan modligani dalam makalahnya dividend irrelevance Preposition. Makalah tersebut menjelaskan bahwa dalam duniatanpa pajak, dan tidak diperhitungkannya biaya


(43)

transaksi serta dalm kondisi pasar yag sempurna, maka kebijakan dividen tidak akan memberikan pengaruh apapun pada harga pasar saham tersebut.

c. Bird in the Hand Theory. Gordon mengemukakan bird in the hand theory.

Gordon mengatakan bahwa dengan mendapatkan dividen (a bird in the hand)

adalah lebih baik daripada saldo laba (a bird in the bush) karena pada akhirnya saldo laba tersebut mungkin tidak akan pernah terwujud sebagai dividen di masa depan (it canfly)

d. Tax Preparance Theory. Teori ini diungkapkan oleh bhattacharya yang menjelaskan bahwa berkaitan dengan pajak, investor lebih memilih pembayaran dividen yang rendah dibandingkan dividen yang tinggi.

e. Clientele Effegt Theory. Teori ini diungkapkan oleh Black dan Scholes yang mengasumsikan jika perusahaan membayar dividen, investor seharusnya mendapatkan keuntungan dari dividen tersebut untuk menghilangkan konsekuensi negatif dari pajak.

2.5.3. Jenis-jenis kebijakan dividend

Kebijakan dividend menurut Riyanto (2001:289) dapat dibagi kedalam empat (4) bagian berikut :

1) Kebijakan dividend yang stabil. Banyak perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan dividend yang stabil, artinya jumlah dividend per lembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham per tahunnya berfluktuasi. Dividend yang stabil ini


(44)

dipertahankan untuk beberapa tahun, dan apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividend per lembar dinaikkan. Dan dividend yang dinaikan ini akan dipertahankan dalam waktu yang relatif panjang.

Alasan yang mendorong perusahaan menjalankan kebijakan dividend yang stabil adalah kebijakan dividend yang stabil dijalankan oleh suatu perusahaan akan dapat memberikan kesan kepada investor bahwa perusahaan tersebut mempunyai prospek yang baik di masa-masa mendatang. Apabila pendapatan perusahaan berkurang tetapi perusahaan tersebut tidak mengurangi dividend yang dibayarkan, maka kepercayaan pasar terhadap perusahaan tersebut lebih besar dibandingkan kalau dividendnya dikurangi pembayarannya. Dengan demikian manajemen dapat mempengaruhi harapan para investor melalui politik dividend

yang stabil.

Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari

dividend. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya pembagian dividend yang tidak stabil. Mereka lebih senang membayar harga ekstra bagi saham yang akan memberikan dividend yang sudah dapat dipastikan jumlahnya.

Pada banyak negara terdapat ketentuan dalam pasar modalnya, bahwa organisasi atau yayasan-yayasan sosial, perusahaan-perusahaan asuransi, bank-bank tabungan, dana-dana pensiun, pemerintah Kota, dan lain-lain hanya diijinkan menanamkan dananya dalam saham-saham yang dikeluarkan oleh


(45)

perusahaan yang menjalankan kebijakan dividend yang stabil. Biasanya dalam pasar modal ada daftar resmi yang memuat nama-nama perusahaan yang menjalankan kebijakan dividend yang stabil, artinya perusahaan yang bersangkutan akan membayar dividend secara tetap dan tidak terganggu pembayarannya.

2) Kebijakan pembayaran dividend dengan penetapan jumlah minimal plus jumlah ekstra tertentu

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividend per lembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik maka perusahaan akan membayarkan dividend ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividend yang minimal setiap tahunya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak kalau keadaan keuangan baik maka pemodal akan menerima dividend

minimal tersebut ditambah dengan dividend ekstra. Kalau keadaan keuangan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividend yang minimal saja.

3) Kebijakan dividend dengan penetapan dividend payout ratio yang konstan

Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan misalnya 50 %. Ini berarti bahwa jumlah dividend per lembar saham tiap tahunya yang di bayarkan akan berfluktuatif sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh tiap tahunnya.


(46)

4) Kebijakan dividend yang fleksibel

Perusahaan menetapkan dividend payout ratio besarnya tiap tahunnya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Apabila keuntungan tinggi maka besarnya dividend yang dibagikan relatif tinggi, dan sebaliknya jika tingkat keuntungan rendah maka besarnya

dividend yang dibayarkan juga rendah, atau dapat dikatakan besarnya selalu proporsional dengan tingkat keuntungan.

2.5.4. Rasio Dividen

Dividend Payout ratio adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran dividend kepada setiap pemegang saham yang dapat diukur dengan membandingkan dividend kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham ( Sundjaja dan Barlian, 2002:391). Menurut Darmaji (2001) dividen merupakan pembagian sisi laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham, atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dividend itu bisa berbentuk uang tunai (cash dividend) atau dividend saham (stock dividen).

Dividend kas per lembar saham DPR =


(47)

Sebagai contoh, perusahaan Fast Food untuk tahun 2005, dividen kas = Rp. 7821340000.00, dan laba bersih = Rp. 412914750000.00 (data terlampir), sehingga dividend Payout Ratio dapat dikalkulasikan berikut:

7821340000.00

DPR = = 0.189

Nilai DPR ini selanjudnya dijadikan sebagai nilai variable dependent (Y) dalam analisis regresi berganda.

41291475000.00

Mengingat tidak semua laporan keuangan perusahaan memuat laba per saham, dipergunakan pendekatan Price Earning Ratio berikut: Po = EPSi x PER, sehingga laba per saham dapat dihitung: sebagai berikut:

PER EPSi =

dimana :

Po

Po = Price (Harga saham)

EPSi = Earning per Share (Laba per saham)

Dividen Per Share (DPS) merupakan total semua dividen yang dibagikan pada tahun buku sebelumnya, baik dividen intern, dividen total atau dividen saham (Robbert Ang:1997).


(48)

Menurut Fabozzi (1999:386), laba per saham (earning per share) juga dapat dihitung dengan :

Laba setelah pajak EPS =


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia, PT. Valbury Asia Securitas yang beralamat di Gdung Uniland Lt.3 East Tower Jalan MT. Hariono No. A-1 Medan, melalui media internet dengan menggunakan situs-situs

dan

Directory. Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Februari 2011.

3.2. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari objek penelitian (Kuncoro, 2003:8). Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang sifat-sifat (karakteristik) dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta pengujian statistik.


(50)

Sifat penelitian ini adalah eksplanatory (penjelasan) yaitu suatu penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu dengan variabel yang lain.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan industr food and beverage

yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 terdapat 21 perusahaan.

Sampel dalam penelitian ini sebayak 12 perusahaan ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan harus terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan memberikan laporan keuangan berturut-turut di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005-2008.

2. Perusahaan harus termasuk kelompok perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI.

3. Perusahaan harus menghasilkan laba selama tahun periode 2005- 2008.

Berdasarkan kriteria tersebut maka dari 21 perusahaan food and beverage

terdapat 12 perusahaan. Metode pengambilan sampel adalah metode purposive sampling. Adapun perusahaan yang terpilih sebagai sampel adalah sebagai berikut:

Fast Food Indonesia, Tunas Baru Lampung, Delta Djakarta, Pioneer, Prasida, Indofood Sukses Makmur, Mayora Indah, Aqua Golden Mississipi, Ultra Jaya Milk, Ades Alfindo Putra Setia, Sinar Mas Agro Resources and Technology, dan Sekar Jaya


(51)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan datayang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Studi dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang relevan dalam mendukung penelitian ini.

2. Melalui jaringan internet yang berhubungan situs resmi Bursa Efek Indonesia

(BE

3. Indonesian Capital Market Directori yang sudah dipublikasikan.

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder yang digunakan merupakan data yang diperoleh berdasarkan hasil publikasi Bank Indonesia dan Bursa Efek Indonesia, yaitu laporan keuangan, pembayaran dividen, jurnal, surat kabar, literatur ilmiah, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang sudah dipublikasikan serta data yang diperoleh dari media internet.

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

3.6.1. Identifikasi Variabel

Berdasarkan hipotesis yang diajukan, maka variabel-variabel yang akan di uji dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:


(52)

a. Variabel terikat Dependent Variable (Y).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen dari setiap perusahaan industri food and beverage yang terpilih sebagai sampel

b. Variabel bebas. Indenpenden Variable (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini trdiri dari tiga faktor yaitu: likuiditas (X1), profitabilitas (X2), financing (X3),. dari setiap perusahaan food and beverage yang terpilih sebagai sampel.

3.6.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Likuiditas Cash position (X1

Cash position merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya deviden yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena deviden merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden. cash position dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak (Sudarsi 2002)

)

Saldo kas akhir Likuiditas Cash position =


(53)

b. Profitabilitas (X2

Profitabilitas adalah keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Penelitian profitabilitas ini diukur dari ROA. Rasio ini mengukur pengembalian atas total aktiva setelah bunga dan pajak. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio ini dihitung dengan rumus (Sartono, 2001)

)

Laba bersih (EAT) ROA =

Total aktiva (TA)

c. Financing (X3

Variabel ini diukur dengan indicator Debt to Equity Ratio (DER), DER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewjibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal, rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibayar oleh hutang, dimana

)

semakin tinggi ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Rasio ini dihitung dengan humus (Sartono 2001)

Total hutang (Total Debt) DER =


(54)

d. Dividend Payout Ratio (DPR)

Dividend Payout Ratio adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran dividend kepada setiap pemegang saham yang dapat diukur dengan membandingkan dividend kas per lembar saham dengan laba yang diperoleh per lembar saham (Sundjaja dan Barlian, 2002:391), untuk mengukur Dividend Payout Ratio(DPR) dapat digunakan rumus berikut ini:

Dividend kas per lembar saham DPR =


(55)

Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel

Nama Variabel Definisi Parameter

Skala Pengukuran

Likuiditas Cash position

(X1)

Perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak

Saldo kas akhir Laba bersih setelah

pajak _____________________ Rasio Profitabilitas (ROA) (X2 Keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. ) Laba bersih Total Aktiva Rasio Fanancing (DER) (X3)

Rasio hutang terhadap modal Laba Bersih Total Aktiva Rasio Dividend Payout Ratio (Y)

bagian laba yang dibagikan kepada pemegang saham

Dividend Kas/lembar saham

Laba per saham

Rasio

3.7. Model Analisis Data

Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linier berganda (Multi Regression Analysis). Dengan rumus :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3

Dimana :

+ e

Y = Dividend Payout Ratio


(56)

b1..., b3 X

, = Koefisien variabel independen 1

X

= likuiditas 2

X

= Profitabilitas 3

e = error Term

= Financial

3.7.1 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis atau signifikansi dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan uji Fisher (Uji F) untuk melihat secara simultan semua variable independen terhadap variabel dependen dan uji t untuk melihat secara parsial semua variabel independen terhadap variabel dependen. Lebih rinci pengujian hipotesis ini dijelaskan sebagai berikut :

a). Uji-F Simultan

Sehubungan dengan uji regresi linier berganda, uji hipotesis ditentukan dengan menggunakan uji F. Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas secara simultan terhadap variable dependen. Pengujian ini akan membandingkan nilai signifikan dari hasil pengujian data dengan membandingkan nilai signifikan yang telah ditetapkan sebesar 0,05 (5%). (Wahid Sulaiman 2004).


(57)

b). Uji-t Parsial

Untuk menentukan tingkat signifikan secara parsial antara masing-masing variabel bebas dengan variabel tak bebas, maka hipotesis harus diuji dengan uji-t pada taraf signifikan sebessar α=5% secara dua arah (two tail).

Selanjutnya diambil suatu keputusan, diterima atau ditolaknya hipotesis yaitu dengan cara membandingkan t-hitung dengan ttable, dengan membandingkan nilai signifikan yang diperoleh dari hasil uji statistik dengan nilai signifikan yang ditentukan, dalam penelitian ini ditetapkan nilai signifikan sebesar 0,05 atau 5 %. Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh variable independen secara individu terhadap variable dependen dengan membandingkan t-hitung dengan ttable (Wahid Suilamin, 2004).

3.8. Uji Asumsi Klasik

Suatu instrumen pengamatan dinyatakan layak untuk diteliti bila variabel penelitian terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, antara lain asumsi normalitas data, multikolonieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

3.8.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas berguna untuk tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Jika data normal, gunakan statistik parametrik dan jika data tidak normal, gunakan statistik non parametrik atau lakukan treatment agar data normal. Tujuan Uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variable


(58)

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal, Santoso (2000 : 212).

Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal adalah dengan analisis grafik dan uji statistik. Dengan bantuan grafik yang terdapat dalam fasilitas SPSS, jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya, jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan uji normalitas data secara statistic dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, distribusi data dikatakan normal jika signifikansi > 0,05. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal.

3.8.2. Uji Multikolineritas

Multikolineritas adalah suatu kondisi dimana terjadi korelasi signifikan antara variabel bebasnya. Jika terdapat gejala multikolineritas relatif sempurna, maka penafsiran lewat kuadrat terkecil menjadi tak tertentu dan variansi serta standar deviasinya menjadi tak terdefinisikan. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya penyimpangan mengenai ketepatan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Hal ini harus dihindari untuk meminimalisir kesalahan dalam menentukan

good of fit. Model yang baik seharusnya tidak terjadi adanya korelasi antara variabel bebas. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005).


(59)

Dalam analisis SPSS, untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala ini dapat dideteksi dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Jika angka

tolerance bernilai nol atau mendekati nol sedangkan nilai VIF lebih dari sepuluh (> 10), maka terjadi multikolineritas pada variabel tersebut: Suatu model yang bebas multikolineritas dapat di lihat dari, Santoso (2000 : 206):

a. Besaran VIF dan Tolerance

1). Mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1 2). Mempunyai angka tolerance mendekati 1 b. Besaran korelasi antar variabel bebas

1). Koefisien korelasi antar variabel bebas harus lemah < 0,5 2). Jika terjadi korelasi kuat, maka terjadi problem

multikolineritas

3.8.3. Uji Heteroskesdastisitas

Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah regresi menunjukkan variansi antar variabel tersebar dan tidak sama. Uji heterokedastisitas merupakan uji ekonometri yang digunakan untuk menguji suatu data apakah terjadi korelasi antar variabel rambang atau pengganggu dengan variabel bebasnya (Santoso, 2000 : 208). Heteroskedastisitas diuji dengan beberapa cara, seperti menggunakan uji koefisien korelasi Rank Spearman yaitu mengkorelasikan antara absolut residual hasil regresi dengan semua variabel bebas. Bila probabilitas hasil korelasi lebih kecil


(60)

dari 0,05 (5%) maka persamaan regresi tersebut mengandung heterokedastisitas dan sebaliknya berarti non heteroskedastisitas atau homokedastisitas.

Bentuk uji heteroskedastisitas lainnya adalah menggunakan uji Glejser. Uji

Glejser meregresikan nilai absolut residual dengan variabel independennya. Jika nilai t signifikan berarti terjadi heteroskedastisitas.

3.8.4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara sesama urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Bila terjadi autokorelasi maka penafsiran-penafsiran tidak lagi efesien yang menyebabkan variabel sampel tidak dapat menggambarkan variabel populasinya.

Digunakan untuk menguji asumsi klasik regresi berkaitan dengan adanya autokorelasi, yaitu dengan Durbin Watson (DW), yaitu dengan membandingkan nilai DW statistik dengan DW table. Apabila nilai DW statistik terletak pada daerah no autocorrelation berarti telah memenuhi asumsi klasik regresi.

Untuk mengetahui posisi tersebut terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menentukan nilai Durbin - Watson dengan rumus : 4–du dan 4–dl. Untuk mencari nilai du dan dl dilakukan dengan melihat Tabel Durbin Watson.


(61)

Gambar 3.1. Diagram Durbin – Watson

Dimana :

0 < dw < dl : ada korelasi positif

dl < dw < du : tidak ada autokorelasi positif 4-dl < dw < 4 : ada korelasi negative

dl<dw<4-du : tidak ada korelasi positif atau negatif

dl≤dw≤du : pengujian tidak bias disimpulkan (inconclusive)

(4-du) ≤dw≤(4-dl) : pengujian tidak bias disimpulkan (inconclusive)


(62)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Jika d< dl atau d> (4-dl), maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima, berarti terdapat autokorelasi

b. Jika d terletak diantara du dan (4-du), maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak ada autokorelasi.

Menurut Santoso (2000), patokan umum daerah penerimaan DW adalah sebagai berikut:

a. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif (+). b. Angka DW di antara -2 sampai +2 berarti tidak terjadi autokorelasi.


(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Indonesia(BEI), adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan Ekonomi Nasional. Bursa Efek Indonesia berperan juga dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.

Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah kolonial Belanda juga mengoperasikan Bursa Paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Bursa Saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham dan Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang Matta. Kegiatan Bursa Saham Sejarah Bursa Efek Indonesia berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta pada saat


(64)

kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada

Pada akhir tahun 1976 Bursa Saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), sebuah institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta.

tahun 1956.

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Saham diswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Pada tahun 1995 BEJ memasuki babak ba'. Pada tanggal 22 Mei 1995 BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.

Pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh

(remote trading). Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).


(65)

4.1.2. Deskripsi Variabel Likuiditas CashPosition

Secara rata-rata, pertumbuhan CashPosition setiap perusahaan selama kurun waktu 2005 – 2008, adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1. Laju Pertumbuhan Rata-rata CashPosition Setiap Perusahaan 2005 -2008

CASHPOSITION

KODE 2005 2006 2007 2008 RATA-RATA

FAST 1.87 1.50 1.71 1.69 1.69

TUNAS 1.05 2.87 2.39 5.65 2.99

DELTA 2.40 2.73 3.48 3.46 3.02

PIONER -2.36 0.00 0.03 0.00 -0.58

PRASIDA 0.33 2.85 -4.97 6.59 1.20

INDOFOOD 7.84 2.72 4.63 4.13 4.83

MAYORA 2.47 0.58 0.85 1.61 1.38

AQUA 0.92 0.75 0.67 0.74 0.77

ULTRA 10.33 5.11 1.32 0.54 4.32

ADES -0.01 0.00 -0.03 -1.93 -0.49

SMART 1.81 0.52 0.33 0.46 0.78

SEKAR 0.06 1.46 1.24 3.01 1.44

Sumber : Hasil Penelitian 2011(Data diolah)

Dari Tabel 4.1. tersebut di atas, terlihat bahwa rata-rata laju pertumbuhan

CashPosition dari ke-12 perusahaan yang diteliti, laju pertumbuhan CashPosition

terbesar adalah Perusahaan Indofood sebesar 4.83 disusul oleh perusahaan Ultra sebesar 4.32 dan laju pertumbuhan Cash Position rata-rata terkecil adalah perusahaan Pioner sebesar -0.58. Artinya, perusahaan Pioner pada umumnya tidak


(66)

pertumbuhan CashPosition ini selanjutnya dapat digambarkan secara grafik sebagai berikut :

-6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00

FAST DELTA PRA

SID A

MA YOR

A

ULTRA SM ART

CASH POSITION 2005 CASH POSITION 2006 CASH POSITION 2007 CASH POSITION 2008 CASH POSITION RATAAN

Gambar 4.1. Laju Pertumbuhan CashPosition Rata-rata

4.1.3. Deskripsi Profitabilitas (ROA)

Laju pertumbuhan rata-rata Return on Asset dari setiap perusahaan yang diteliti selama tahun 2008 -2008 adalah sebagai berikut :


(1)

Lampiran 4 :

Perhitungan Rata-Rata Dividen (Divident Payoud Ratio) Dari

Tahun Periode 2005 – 2008.

DIVIDEND

PAYOUT

RATIO

(DPR)

KODE

2005

2006

2007

2008

Rata-Rata

FAST

0.19

0.13

0.13

0.16

0.15

TUNAS

0.00

0.06

0.34

0.13

0.13

DELTA

0.10

0.26

0.44

0.27

0.27

PIONER

0.93

-0.23

0.90

0.11

0.43

PRASIDA

0.00

0.15

0.00

0.37

0.13

INDO

FOOD

0.03

0.85

0.37

0.43

0.42

MAYORA

0.42

0.20

0.19

0.16

0.24

AQUA

0.24

0.22

0.13

0.16

0.19

ULTRA

0.64

0.98

0.10

0.01

0.43

ADES

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

SMART

0.03

0.00

0.13

0.00

0.04


(2)

Lampiran 5:

Uji normalitas data menggunakan One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test, Uji normalitas rata-rata dengan menggunakan

Average One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Average One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

4 4 4 4

1.7800 2.4875 .4400 .2175

.57833 1.13291 .05831 .03862

.244 .150 .304 .377

.218 .150 .304 .280

-.244 -.134 -.254 -.377

.489 .301 .609 .754

.971 1.000 .852 .621

N Mean Std. Deviation Normal Parameters Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

Cash Position Debt to

Equity Ratio

Return on Asset

Dividend Payout Ratio

Test distribution is normal. a.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

48

48

48

48

1.7792

2.4863

.4396

.2371

2.52848

5.13054

1.33592

.27466

.175

.368

.414

.200

.132

.368

.414

.200

-.175

-.273

-.286

-.173

1.210

2.552

2.866

1.382

.107

.000

.000

.044

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

CASH

POSITION

DEBT

TO

EQUITY

(DER)

RETURN

ON ASSET

(ROA)

DIVIDEND

PAYOUT

RATIO

(DPR)

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.


(3)

Lampiran 6:

Uji Multikolineritas menggunakan Colinerity Statistic

tolerance VIF, dan Uji Heterokedastisitas. Menggunakan Uji

Glejser.

Uji Glejser

48 48 48 48

1.7792 2.4863 .4396 .2371

2.52848 5.13054 1.33592 .27466

.175 .368 .414 .200

.132 .368 .414 .200

-.175 -.273 -.286 -.173

1.210 2.552 2.866 1.382

.107 .000 .000 .044

N

Mean Std. Deviation Normal Parameters a,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

CASH POSITIO N DEBT TO EQUITY (DER) RETURN ON ASSET (ROA) DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR)

Dependen Variable Absolute Residual a.

Calculated from data. b.

Coefficient

a

.936

1.068

.936

1.068

.999

1.001

CASH POSITION

DEBT TO EQUITY (DER)

RETURN ON ASSET

Model

1

Tolerance

VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR)

a .


(4)

Lampiran 7 : Uji Autokorelasi menggunakan Durbin-Watson

Model Summary b

.554 a .307 .260 .23627 2.592

Model 1

R R Square R Square Adjusted the Estimate Std. Error of Durbin- Watson Predictors: Likuiditas,(Cash Position), Return on Asset (ROA), Dept To Equity (DPR)

a.

Dependent Variable: Dividen Payout Rratio (DPR) b.


(5)

Lampiran 8 : Hasil Uji-F (Simultan) menggunakan ANOVA

ANOVA

b

1.089

3

.363

6.505

.001

a

2.456

44

.056

3.546

47

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Predictors: Likuiditas,(Cash Position), Return on Asset (ROA), Dept. To

Equity (DER)

a.

Dependent Variable: Dividend Payout Ratio (DPR)

b.


(6)

Lampiran 9 : Hasil Uji-t (Parsial) menggunakan

Coefficients

Coefficients a

.093 .049 1.872 .068

.041 .014 .375 2.891 .006

.009 .026 .045 .358 .722

.027 .007 .511 3.940 .009

(Constant) CASH POSITION

Profitabilitas (ROA)

Financing (DER)

Model

1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig.

Dependent Variable: DIVIDEND PAYOUT RATIO (DPR) a.


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen dengan Pendanaan sebagai Variabel Moderating (Studi Empiris pada Perusahaan Food And Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

2 58 156

PENGARUH LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

6 15 26

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 96

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI INDONESIA.

0 14 74

ANALISIS PENGARUH LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

0 0 20

Analisis Pengaruh, Likuiditas, Profitabilitas, dan Financing Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Food and Beverage Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN PENDANAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA) TESIS

0 0 16

PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI INDONESIA

0 0 21

KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 20