Fisiologi Kulit Pada Proses Penuaan

Fisiologi kulit pada penuaan Penuaan/lansi

Ada empat asumsi dasar yang harus diperhatikan dalam mempelajari lansia. Empat asumsi dasar
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang
2. Peningkatan jumlah lansia merupakan hasil dari perkembangan ilmu dan teknologi abad 20
3. Penuaan alamiah / fisiologis harus dibedakan dari penuaan patologik
4. Tidak satu teoripun mampu menjelaskan penuaan secara Universal.
Peran teori dalam memahami penuaan adalah sebagai landasan dan sudut pandang untuk melihat
fakta, menjawab pertanyaan filosofi, dan dasar memberikan asuhan keperawatan pada pasien.
Penuaan pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa bagian seperti biologi, psikologi, social,
fungsional dan spiritual.(2)
TEORI BIOLOGIS(2,3,4,5)
Teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal.
Perubahan pada tubuh dapat secara independen atau dapat dipengaruhi oleh faktor luar yang bersifat
patologis. Teori biologi dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Teori Stokastik/ Stochastic Theories
Bahwa penuaan merupakan suatu kejadian yang terjadi secara acak/ random dan akumulasi setiap
waktu. Teori ini terdiri dari :
a. Error Theory
Teori kesalahan didasarkan pada gagasan di mana kesalahan dapat terjadi di dalam rekaman sintese

DNA. kesalahan ini diabadikan dan secepatnya didorong kearah sistem yang tidak berfungsi di
tingkatan yang optimal. Jika proses transkripsi dari DNA terganggu maka akan mempengaruhi suatu
sel dan akan terjadi penuaan yang berakibat pada kematian.
b. Free Radical Theory/ teori radikal bebas

Riset anti penuaan Dr. Denham Harman pada tahun 1954 mengemukakan teori radikal bebas.Teori ini
menyatakan bahwa penuaan disebabkan akumulasi kerusakan ireversibel akibat senyawa
pengoksidan. Radikal bebas adalah produk metabolisme selular yang merupakan bagian molekul yang
sagat reaktif. Molekul ini mempunyai muatan ekstraselular kuat yang dapat menciptakan reaksi
dengan protein, mengubah bentuk dan sifatnya ; molekul ini juga dapat bereaksi dengan lipid yang
berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya, atau dapat berikatan dengan organel sel
lainnya. Radikal bebas merupakan suatu electron dalam tubuh yang tidak memiliki gandengan,
sehingga akan mencari pasangannya supaya dapat berikatan dan stabil. Sebelum memiliki gandengan,
radikal bebas akan terus menerus menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya,
termasuk menyerang sel-sel tubuh yang telah stabil/normal. Akibatnya sel-sel tubuh menjadi cepat
rusak dan menua.
Proses metabolisme oksigen diperkirakan menjadi sumber radikal bebas terbesar, secara spesifik,
oksidasi lemak, protein dan karbohidrat dalam tubuh menyebabkan formasi radikal bebas. Polutan
lingkungan merupakan sumber eksternal radikal bebas.
c. Cross-Linkage Theory

Teori ini dibuat berdasarkan fakta bahwa dengan bertambah tua, protein manusia yaitu DNA dan
molekul lainnya akan saling melekat, saling memilin (Crosslink). Akibatnya protein yang sudah rusak
tidak dapat dicerna oleh enzim protease, sehingga mengurangi elastisitas protein dan molekul.
Akibatnya pada kulit bisa terjadi kerutan, pada ginjal fungsi penyaringan menjadi berkurang dan pada
mata dapat menimbulkan katarak (kekeruhan lensa mata).
d. Wear and Tear Theory (Teori pakai dan rusak)
Dipublikasikan pertama sekali oleh Dr. Augus Weistman seorang biologis dari Jerman pada tahun
1882. Teori ini mengatakan bahwa manusia diibaratkan seperti mesin. Sehingga perlu adanya
perawatan. Dan penuaan merupakan hasil dari penggunaan yang terus menerus dan berlebihan.
e. Teori Neuroendokrin
Vladimir Dilman, Ph.D. menjelaskan teori Kerusakan Akibat Pemakaian dengan berfokus pada sistem
neuroendokrin, jaringan biokimia rumit yang mengatur pelepasan hormon dan elemen-elemen vital
tubuh lainnya. Ketika muda, hormonhormon kita bekerja bersama-sama untuk mengatur berbagai
fungsi-fungsi tubuh, termasuk respon kita terhadap panas, dingin dan aktifitas seksual kita. Kelenjar
sebesar kacang kenari ini terletak dalam otak dan bertanggung jawab untuk reaksi berantai hormonal
kompleks yang dikenal dengan nama lain thermostat tubuh.

Hormon penting fungsinya untuk memperbaiki dan mengatur fungsi-fungsi tubuh. Sejalan dengan
bertambahnya usia, tubuh memproduksi hormon-hormon dalam kadar yang lebih rendah dan dapat
menyebabkan efek berbahaya, termasuk penurunan kemampuannya dalam memperbaiki tubuh dan

mengatur tubuh. Produksi hormon sangat interaktif: produksi satu tetes hormon apapun akan
mempengaruhi mekanisme secara keseluruhan, contohnya; menyampaikan sinyal pada organ-organ
lain untuk melepaskan hormon lainnya dalam kadar yang lebih rendah sehingga bagian-bagian tubuh
lainnya juga akan mengeluarkan hormon dalam kadar yang lebih rendah.
f. Teori Telomerase
Teori penuaan telomerase adalah teori baru tentang penuaan yang menawarkan banyak kemungkinan
yang menjanjikan dalam bidang obat-obatan Anti-Penuaan. Teori ini lahir dari hasil temuan kemajuan
ilmu-ilmu genetika dan teknologi genetika. Pertama kali ditemukan oleh sekelompok ahli dari Geron
Corporation di Menlo Park, California, telomer adalah sekumpulan asam nukleat yang merupakan
perpanjangan dari ujung kromosom. Telomer bertugas untuk mempertahankan integritas kromosom.
Setiap kali sel-sel kita membelah, telomer akan memendek. Terutama, saat ujung telomer-DNA terlalu
pendek, pembentukan sel akan melambat dan kemudian akan berhenti sama sekali. Hal ini diyakini
kemungkinan sebagai mekanisme untuk jam selular penuaan.
Para ahli menemukan bahwa elemen kunci dalam membentuk kembali telomer-telomer kita yang
hilang adalah enzim telomerase abadi sebuah enzim yang hanya ditemukan dalam sel-sel kuman dan
kanker. Telomerase berfungsi untuk memperbaiki dan memperbaharui telomer, memanipulasi
mekanisme berdetaknya jam yang mengatur jangka waktu terbelahnya sel. Pengembangan lebih lanjut
penghambat-telomerase dapat mencegah pembelahan sel-sel kanker dan diduga juga dapat
mengembalikan sel menjadi normal kembali.
2. Teori Nonstokastik/ NonStochastic Theories

Proses penuaan disesuaikan menurut waktu tertentu
a Programmed Theory(Teori Kontrol Genetik)
Pembelahan sel dibatasi oleh waktu, sehingga suatu saat tidak dapat regenerasi kembali. Teori ini
mengatakan bahwa kita sudah memiliki program genetic dalam DNA masing-masing, yang akan
mengatur fungsi fisik dan mental masing-masing individu. Keturunan genetic ini yang menentukan
berapa usia kita yang mulai menua, usia berapa kita akan meninggal, setiap manusia seakan memiliki
jam waktu (seperti bom waktu) yang berdetik terus sampai masanya habis. Dan setelah itu kita
meninggal.

b. Immunity Theory
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan system imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Mutasi somatic menyebabkan terjadinya
kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini dapat menyebabkan system imun tubuh mengalami
perubahan, dan dapat dianggap sebagai sel asing. Hal inilah yang menjadi dasar terjadinya peristiwa
autoimun. Dilain pihak, system imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami penurunan pada
proses penuaan dan daya serangnya terhadap sel kanker mengalami penurunan.
PERUBAHAN FISIK(2,6)
Pada penuaan, perubahan fisiologis mengenai sistem muskuloskeletal, saraf, kardio-vaskularrespirasi, indra dan integumentum.
System muskoloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut :

a. Jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit,
tendon, tulang, kartilago, dan jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross linking
yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan hubungan tarikan linear pada jaringan
kolagen merupakan salah satu alasan penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen
mencapai puncak fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strenght dan kekakuan dari
kolagen mulai menurun. Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan penghubung
mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas pada lansia sehingga
menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot,
kesulitan bergerak dari duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam melaksanakan
aktifitas sehari-hari.
b. Kartilago. Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya
permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar
matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks mengalami deteriorasi,
jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya dan akhirnya kartilago cenderung mengalami
fibrilasi. Kartilago mengalami kalsifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid.
Fungsi kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut , tetapi juga sebagai

permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan

terhadap gesekan.
Perubahan tersebut sering terjadi pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi
mudah mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya aktifitas seharihari.
c. Tulang. Berkurangnya kepadatan tulang, setelah diobservasi, adalah bagian dari penuaan fisiologis.
Trabekula longitudinal menjadi tipis dan trabekula transversal terabsorpsi kembali. Sebagai akibat
perubahan itu, jumlah tulang spongiosa menjadi berkurang dan tulang kompakta menjadi tipis.
Perubahan lain yang terjadi adalah penurunan estrogen sehingga produksi osteoklas tidak terkendali,
penurunan penyerapan kalsium di usus, peningkatan kanal Haversi sehingga tulang keropos.
Berkurangnya jaringan dan ukuran tulang secara keseluruhan menyebabkan kekakuan dan kekuatan
tulang menurun.
Dampak berkurangnya kepadatan akan mengakibatkan osteoporisis yang lebih lanjut akan
menyebabkan nyeri, deformitas dan fraktur.
d. Otot. Perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi. Penurunan jumlah dan ukuran
serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek
negatif.
Perubahan morfologis otot pada penuaan
1. Penurunan jumlah serabut otot
2. Atrofi pada beberapa serabut otot dan fibril menjadi tidak teratur dan hipertrofi pada beberapa
serabut otot yang lain
3. Berkurangnya 30 % massa otot

4. Penumpukan lipofuscin
5. Peningkatan jaringan lemak dan jaringan penghubung
6. Adanya badan sitoplasma
7. Degenerasi miofibril
8. Timbulnya bekas garis Z pada serabut otot

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65