ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KRED (1)

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT DAN INSTRUMENT
DERIVATIF PADA PT. Bank Bukopin Tbk.
Jasmalinda Oktavia
Universitas Trilogi
Latar Belakang Masalah
Pada saat ini para bankir menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi jasa-jasa
keuangan, bank harus dapat mengelola berbagai jenis risiko keuangan secara efektif, agar
dampak negatif tidak dapat terjadi dan menghindari atau menghilangkan kerugian yang besar
akibat dari tidak dijalankannya manajemen resiko yang efektif dan disiplin. Risiko yang
diterima oleh sebuah bank diakibatkan terjadinya sebuah atau serangkaian peristiwa bersifat
negatif dan tidak diinginkan terjadi yang dapat mengakibatkan kegagalan atau kerugian.
Dimana kegagalan sebuah bank akan berdampak kepada sistem perbankan dan bahkan sistem
perekonomian. Risiko terkait dengan aktivitas perbankan, tidak dapat dihilangkan tetapi dapat
dikurangi. Namun kegiatan berisiko tersebut harus diambil untuk mendapatkan peluang bank
dalam mendapatkan keuntungan, dengan cara meminimalkan risiko yang akan timbul dengan
manajemen risiko. Klasifikasi risiko yang sering dihadapi oleh bank diantaranya adalah risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional. Risiko kredit adalah eksposur yang
timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko
ini timbul sebagai akibat dari kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja yang buruk
dapat berasal dari ketidak mampuan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh isi
perjanjian kredit yang telah disepakati bersama. Menurut PBI No 5/8/2003, risiko adalah

potensi terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Manajemen
risiko

adalah

suatu

proses

untuk

mengindentifikasi,

mengukur,

memantau,

dan

mengendalikan risiko yang timbul serta mengambil langkah – langkah perbaikan yang dapat

menyesuaikan risiko pada tingkat yang 3 dapat diterima, sehingga bank dapat memiliki
komposisi portofolio dengan risk dan return yang seimbang.
TUJUAN PENULISAN
Menentukan dan menganalisis instrument derivatif untuk mengatasi risiko pada PT. Bank
Bukopin Tbk.

PEMBAHASAN
PT Bank Bukopin Tbk menjaga kualitas penerapan manajemen risiko yang baik,
dengan mengimplementasikan konsep manajemen risiko untuk 8 jenis risiko yaitu risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko
strategik dan risiko kepatuhan..
Risiko Kredit
Risiko kredit yang dikelola perseroan ini tidak hanya terkait pada penyaluran kredit
tetapi juga eksposur risiko kredit lainnya seperti penempatan, pembelian surat-surat berharga
dan penyertaan yang dikelola secara komperehensif baik pada tingkat portofolio maupun
transaksi. Proses pengelolaan kredit bermasalah telah diatur secara tersendiri dalam kebijakan
yang bersifat khusus, termasuk pembentukan unit kerja khusus yang menanganinya.
Peningkatan kompetensi terhadap pengelolaan risiko kredit menjadi perhatian utama dengan
memberikan training baik kepada para Account Oficer sebagai risk owner maupun credit risk
analyst di Divisi Manajemen Risiko. Untuk meningkatkan kehandalan proses manajemen

risiko kredit, Perseroan ini senantiasa melakukan kajian terhadap desain dan infrastruktur
dalam proses kredit dengan terus meningkatkan penerapan aspek independensi atas keputusan
kredit (four eyes principle) dan prinsip kehati-hatian (prudential banking).

Dilihat dari data PT Bank Bukopin Tbk Secara keseluruhan, pada tahun 2015, kinerja
produk kredit mikro mengalami peningkatan sebesar 43,39% atau sebesar Rp2,40 triliun
dibanding tahun 2014 yang sebesar Rp5,52 triliun menjadi Rp7,92 triliun di tahun 2015.
Peningkatan ini berasal dari produk Kredit Pensiunan yang mencapai pertumbuhan sebesar
73,27% atau sebesar Rp2,46 triliun dari Rp3,35 triliun di tahun 2014 menjadi Rp5,81 triliun
di tahun 2015. Peningkatan lainnya juga berasal dari produk Kredit modal tidak tetap
Swamitra dengan pertumbuhan sebesar 4,48% atau sebesar Rp68 miliar dari total penyaluran
produk di tahun 2014 yang mencapai Rp1,52 triliun menjadi Rp1,59 triliun di tahun 2015.
Sedangkan, untuk produk lainnya mengalami penurunan. Penurunan terbesar berasal dari
produk Direct Loan Reguler yang mencapai penurunan sebesar 44,44%, hal ini disebabkan
oleh adanya pelunasan kredit oleh para debitur. Produk Kredit Pemilikan Rumah Mikro juga
mengalami penurunan sebesar 7,69% atau sebesar Rp12 miliar dari total peyaluran produk
kredit sebesar Rp156 miliar di tahun 2014 menjadi Rp144 miliar di tahun 2015. Produk

Kredit Mikro Lainnya yang juga mengalami penurunan sebesar 39,39% atau sebesar Rp114
miliar.

Rasio kredit macet (NPL) pada bisnis kartu kredit Bukopin masih berada pada level 2,26%.
Rasio tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio NPL tahun sebelumnya yang sebesar 2,06%.
Upaya yang dilakukan untuk menekan NPL di 2015 yaitu:
• Menentukan Capacity Plan (penambahan staff collection) di staff yang menangani bucket
NPL
• Meng-update scheme insentif atas pencapaian di bucket NPL
• Memberikan program reschedule dan discount pada cardholder NPL.
Pada 2015, total liabilitas Perseroan meningkat Rp14,58 triliun atau sebesar 20,19%
dari Rp72,25 triliun di 2014 menjadi Rp86,83 triliun di 2015. Peningkatan total liabilitas
khususnya berasal dari peningkatan simpanan nasabah. Strategi Pengelolaan Likuiditas
Pengelolaan likuiditas dilakukan treasury terutama untuk mengoptimalkan likuiditas harian
Perseroan sejalan dengan kebijakan regulator dan strategi internal Perseroan. Selain itu
pengelolaan Likuiditas juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mutasi dana nasabah
serta mengoptimalkan pendapatan bunga bagi Perseroan. Dalam rangka memitigasi risiko
likuiditas, treasury senantiasa melakukan monitoring dan menganalisis perliaku nasabahnasabah besar dan senantiasa melakukan koordinasi dengan unit bisnis terkait pendanaan dan
pembiayaan agar likuiditas dapat terjaga dengan baik
Pada tahun 2015, tingkat likuiditas yang diukur melalui rasio kredit terhadap dana
pihak ketiga (LDR) mengalami peningkatan sebesar 2,45% jika dibandingkan dengan rasio
kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) di 2014. Pada tahun 2014, Perseroan mampu
mengelola rasio kredit terhadap dana pihak ketiga sebesar 83,89% dan mengalami kenaikan

di tahun 2015 menjadi 86,34%. Rasio tersebut berada dalam skala rasio LDR yang ditetapkan
otoritas yaitu sebesar 78%-92%. Penerapan Liquidity Coverage Ratio (LCR) Treasury telah
menghitung LCR Perseroan sejak akhir Desember 2012 sebagai persiapan implementasi
Basel III mulai akhir tahun 2015. Perhitungan LCR merupakan bagian dari pengelolaan
likuiditas Perseroan yang sehat dan secara rutin disampaikan kepada manajemen sebagai
salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan kebijakan terkait suku bunga bank.

Perseroan mengukur solvabilitas melalui rasio permodalan bank. Perseroan
memastikan kecukupan modal Perseroan untuk dapat memenuhi risiko kredit, risiko pasar
dan risiko operasional yang tercermin dari Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) atau Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio kewajiban
penyediaan modal minimum (KPMM) sebesar 13,56% di 2015. Sesuai dengan peraturan,
Rasio Kecukupan Modal minimum setelah memperhitungkan risiko adalah sebesar 9%.
Dengan rasio kecukupan Perseroan berada pada tingkat 13,56%, struktur permodalan
Perseroan memiliki kapabilitas untuk mengimbangi risiko pasar, risiko kredit dan risiko
operasional dimana rasio tersebut lebih tinggi dari rasio kecukupan minimum dan struktur
modal Perseroan sudah memenuhi Peraturan. Hal ini berarti bahwa Perseroan telah mengelola
dengan baik modal Bank dan memiliki kecukupan modal untuk melindungi dari risiko
solvabilitas.
Di 2015, total ekuitas perseroan meningkat Rp 729 miliar atau sebesar 10,72% dari

Rp 6,81 triliun di 2014 menjadi Rp 7,54 triliun di 2015. Peningkatan total ekuitas khususnya
berasal dari peningkatan saldo laba. Saldo laba meningkat Rp 750 miliar atau sebesar 18,89%
dari Rp 3,97 triliun di 2014 menjadi Rp 4,72 triliun di 2015.
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas dapat terjadi akibat ketidak mampuan dalam memenuhi kewajiban
yang telah jatuh waktu. Tujuan utama manajemen risiko untuk risiko likuiditas adalah untuk
meminimalkan kemungkinan ketidak mampuan Perseroan dalam memperoleh sumber
pendanaan arus kas. Selain itu untuk mengetahui tingkat kemampuan Perseroan dalam
memperoleh sumber pendanaan pada kondisi normal maupun krisis, Perseroan juga
melakukan pemantauan tingkat akses pasar secara harian. Sehubungan dengan rencana
penerapan secara bertahap Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity
Coverage Ratio/ LCR) pada 30 Juni 2016 sesuai dengan consultative paper kerangka Basel
III Liquidity Coverage Ratio yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, PT Bank
Bukopin Tbk telah melakukan uji coba perhitungan LCR dengan menggunakan data posisi
30 Juni 2015 dan data posisi 30 September 2015. Untuk selanjutnya akan dilakukan persiapan
dan evaluasi ketersediaan dan kelengkapan data, penyesuaian database/sistem pelaporan
sesuai dengan kebutuhan, melakukan uji cobadan mengkaji dampak rencana implementasi
kebijakan tersebut terhadap proil risiko Bank, khususnya apabila diperlukan penyesuaian

ketentuan permodalan dan penetapan kebijakan/ prosedur penggunaan indeks ketahanan

likuiditas.

Rekomendasi
Saran yang diberikan berkaitan dengan efektifitas penerapan manajemen resiko dan
instrumen derivatif adalah agar PT Bank Bukopin Tbk, dapat mempertahan manajemen
resiko yang telah dicapai. Dimana Strategi manajemen risiko secara komprehensif harus
dapat mengendalikan dan mengelola risiko PT Bank Bukopin Tbk
Kesimpulan
Bank Bukopin menjaga kualitas penerapan manajemen risiko yang baik, dengan
mengimplementasikan konsep manajemen risiko untuk 8 jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko reputasi, risiko strategik dan
risiko kepatuhan. Pengelolaan risiko didukung oleh model dan kecukupan sistem manajemen
risiko yang terpadu, pelaksanaan stress testing secara periodik, serta upaya peningkatan
penerapan sistem pengendalian internal yang terintegrasi (Integrated Internal Control
System). Dimana Penerapan manajemen risiko harus didukung dengan cara pengelolaanya,
dalam pengelolaan manajemen risiko pada bank dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu
mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko. Keuntungan dan manfaat
manajemen risiko adalah dapat meningkatkan shareholder value, menciptakan infrastruktur
manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.
Referensi

1. Kisman, Z.(2017). Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of
Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet Banking and
Commerce, December 2017, vol. 22, no. 3, 2017.
2. http://www.bukopin.co.id/files/pdf/AR_BUKOPIN_2015_6_April_2016.pdf