pelangi di atas gua nangkloh edisi II

CERITA ANAK DUSUN
AHYAR SANG PENGGEMBALA
Oleh: H. Ahyar Munir, S.Pd., M.Pd.
A. Masa Kanak-Kanak
1. Kehidupan masa kecil
Sang gembala tinggal di Dusun Tato Desa Sandik
dengan empat bersodara satu laki dan tiga perempuan
buah hasil pernikahan Muhamad Munir (tato) dengan
Hamidah (puncang sari lauq) tahun 1966. Kehidupan
sang gembala dimasa kecil sengat memperhatinkan
disebabkan
oleh
perekonomian
dan
pekerjaan.
Pekerjaan orang tua adalah mencari kayu bakar ke
hutan dan menjualnya ke pasar keesokan harinya, itu
pun kalau ada yang membelinya dan perekonomian
orang tua sangat sulit dikarnakan tanah garapan yang
tidak dimilikinya (masa repelita ke dua pemerintahan
Soeharto setelah Soekarno peresiden pertama Republik

Indonesia), sehingga orang tua laki berkeinginan untuk
berteransimigrasi ke sulawesi tahun 1975, tetapi orang
tua
perempuan
tidak
mau
pergi
untuk
berteransimigrasi. Untuk mencukupi bekal hidup seharihari dan untuk memberi makan empat orang anak dan
memberi bekal untuk sekolahnya anak-anak, orang tua
laki memutuskan untuk bercocok tanam ke kampung
mansit di tanah garapan H. Arifin.
Tiga bulan berlalu orang tua laki kembali ke
kampung Tato dan belum dapat mencicipi hasil tanaman
yang ditanannya, bapak mulai sakit-sakitan selama
pengobatan bapak selalu memanggil tukang suntik
(mantri puskesmas), enam bulan berlalu bapak sembuh
dari penyakitnya (muntaber) sehingga Ibu sangat
bersyukur kepada Allah karena berkat yang Maha Kuasa
bapak menjadi sembuh. Satu bulan dari kesembuhan,

penyakit bapak kambuh lagi. Kala itu sang gembala
sudah kelas dua di Sekolah Dasar Negeri 2 Sandik yang
jauh dari kampung sang gembala. Pagi sang gembala
berangkat ke sekolah dengan kakak dan adik yang
masih kecil-kecil terutama adik yang paling bungsu baru

berumur dua tahun tinggal dirumah besama bapak yang
sakit.
Sang gembala pamitan untuk berangkat ke
sekolah bersama kakak, itu pun pamitan terakhir yang
terucap kepada bapak serta kasih sayang terakhir dari
sang bapak tercinta berikan kepada anak-anaknya,
sekitar jam 09.00 pagi bapak dikabarkan meninggal.
Ibu yang masih mencari nafkah untuk bekal hidup
sehari-hari bergegas pulang menemui bapak dan
menemaninya hingga bapak menghembuskan napas
yang terakhir, selamat jalam bapakku yang ku cinta
semoga Allah selalu melindungimu dan hanya do’a yang
bisa anak-anakmu ucapkan untuk mengiringimu di alam
kubur. Dalam keadaan hidup yang pas-pasan Ibu merasa

kehilangan sang kepala rumah tangga yang Ia cintai dan
Ia kagumi, meninggalnya bapak pada tahun 1977,
menjadi beban sang Ibu sebagai single parent untuk
mencukupi biaya hidup dan biaya sekolah anakanaknya.
Dengan melihat kenyataan tersebut sang Ibu
berjanji kepada dirinya sendiri untuk memutuskan tidak
akan menikah lagi karena melihat anak-anaknya yang
masih kecil-kecil dan membutuhkan biaya hidup dan
biaya sekolah. Inilah awal mulanya sang Ibu dengan
bersemangat untuk bekerja sehingga tidak mengenal
lelah. Sepeninggalnya bapak, Ibu berjualan tape ubi
kayu dan langsung sebagai pemeroduksi tape. Dengan
hasil usahanya bisa mencukupi biaya hidup keluarga
dan biaya sekolah anak-anaknya.
Dengan hasil usaha berjualan, ibu bisa juga
membelikan Sang gembala seekor sapi yang masih
kecil,
itupun
hasil
patungan

dengan
kakak
(Harun/H.Bahrudin), sapi inilah yang Sang gembala
pelihara mulai dari kelas III SD sampai kelas II SMP
Negeri Gunung Sari. Pada saat duduk di kelas III SMP
sapi itu dipelihara orang lain (bagi hasil) pada tahun
1985. Untuk masuk sekolah yang lebih tinggi Ibu tidak
mengijinkan karena terbentur biaya sekolah yang mahal
saat itu, tapi karena kegigihan sang gembala mau
masuk sekolah tetap minta ijin untuk masuk sekolah.

Akhirnya sang gembala diizinkan masuk sekolah ke
suatu sekolah SLTA yang nama aslinya STM Negeri
Mataram dengan syarat sang gembala minta surat
miskin ke pihak sekolah.
Dengan ijazah SMP yang dipegang sang gembala
mengajukan lamaran sekolah ke STM Negeri Mataram,
dan dengan izin Allah SWT do’a Ibu terkabul, sang
gembala diterima bersekolah di STM Negeri Mataram
degan jurusan Listrik Instalasi yang jarak dari kampung

sang gembala kurang lebih 10 km. apa yang saya urus
(surat miskin) ke Kepala Desa Sandik yang menjabat
waktu itu adalah H.Junaedi Jala, ke Kepolisian Sektor
Gunung Sari, dan ke Kantor Camat Gunung Sari serta
sang gembala mengajukan ke bagian tata usaha (TU)
STM Negeri Mataram kala itu yang menjadi Kepala
Sekolah adalah Drs. Soehardi, B.E.
2. Kehidupan masa pubertas
B. Masa Dewasa
C. Masa Tua