FTAA Realitas di Atas Skeptisme Selatan

FTAA: Realitas di Atas Skeptisme Selatan
Nama: Ade Chandra Robbiq Firly, NIM: 0911240035, Program Studi Hubungan
Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya

Abstrak
FTAA atau Free Trade Area of the America merupakan inisiatif perdagangan
bebas terbesar didunia yang melibatkan lebih dari 30 negara di benua Amerika.
FTAA ini digawangi oleh Amerika Serikat yang selama beberapa dekade ini
berusaha maksimal demi terwujudnya perdagangan bebas benua Amerika ini.
Namun, negoisasi untuk mencapai kesepakatan bersama atas perdagangan bebas
ini mengalami hambatan. Hambatan ini secara nyata terlihat dari benturan
kepentingan antara kapitalis utara dengan proteksionisme selatan. Benturan ini
menyebabkan timbulnya dua perspektif yang berbeda tentang FTAA. Benturan
kepentingan ini juga mengakibatkan berbagai isu seperti hak kekayaan intelektual
serta subsidi terhadap produk pertanian mengalami pembahasan yang cukup rumit.
Selain itu, hal yang perlu disoroti adalah skeptisme selatan atau negara-negara
Amerika Latin yang telah berpengaruh banyak terhadap stagnansi FTAA. Bahkan
Amerika Serikat yang merupakan negara kapitalis besar tidak dapat memastikan
masa depan FTAA ditengah skeptisme negara anggota lainnya.
Kata kunci: FTAA, integrasi ekonomi, perdagangan bebas, liberalisme,
strukturalisme, regionalisme

____________
PENDAHULUAN
Amerika Serikat selama satu dekade terakhir ini memimpin suatu inisiatif
perdagangan bebas kontinental Amerika. Perdagangan bebas ini diberi nama
FTAA (Free Trade Area of the Americas), yaitu rencana perdagangan bebas yang
mewakili blok ekonomi terbesar dan terkuat didunia. Sebagian negoisasi tentang

1

FTAA yang dipublikasikan pada awal tahun 2001 membuat banyak media
berpikir bahwa gigantic negoitation akan membawa blok perdagangan bebas ini
menuju kenyataan. 1 Negoisasi yang tengah terjadi dalam FTAA mencakup
beragam isu, seperti isu investasi, jasa, akses pasar, buruh, lingkungan, dispute
settlement, hak kekayaan intelektual, pertanian dan subsidi, anti-dumping dan
countervailing measures.2 Namun usaha serius pemerintah AS terutama periode
kepemerintahan Bush, hingga saat ini belum membuat FTAA ini menjadi suatu
kenyataan.
Meskipun mendapat dorongan kuat dari AS, FTAA mengalami benturan
kepentingan antara kapitalisasi negara di utara benua dengan negara yang ada di
selatan. Pertemuan antar kepala negara sebenarnya telah digelar pada first summit

tanggal 9-11 desember 1994 untuk menyepakati kepentingan yang berbenturan.
Pada first summit ini disepakati pembentukan FTAA oleh 34 negara anggota
dengan

melandaskan

komitmen

bersama

untuk

melakukan

liberalisasi

perdagangan yang berkelanjutan, yang mendukung kebijakan tentang lingkungan
dan hak asasi pekerja.3
First Summit ini mengawali pembicaraan mengenai FTAA yang
sebenarnya sampai saat ini impian tersebut belum menjadi kenyataan. FTAA

seperti sebuah impian tentang kesempurnaan yang tidak kunjung datang.
Negoisasi panjang yang telah ditempuh sejak tahun 1994 hingga sekarang tidak
memberikan hasil yang nyata akankah FTAA ini akan diterapkan. Oleh karena itu,
paper ini bertujuan untuk menganalisis sebab mengapa FTAA ini tidak kunjung
menjadi suatu kenyataan. Benturan kepentingan antara kapitalisme utara dengan
proteksionisme selatan juga akan dianalisis dalam paper ini untuk mencari tahu
akar masalah dari stagnansi FTAA.

PEMBAHASAN
1

Rynerson, Paul. “The Free Trade Area of the Americas: Dead Before It was Ever Born”. Law
and Business of the Americas. Proquest Online (2007) pg. 183
2
ibid
3
Rynerson, Paul. “The Free Trade Area of the Americas: Dead Before It was Ever Born”. Law
and Business of the Americas. Proquest Online (2007) pg. 183

2


FTAA (Free Trade Area of the America)
Persiapan negosiasi FTAA dimulai pada tanggal 9-11 Desember 1994,
dimana first summit diadakan untuk memulai proses negoisasi antara 34 negara
yang dilibatkan. Didalam first summit ini, komitmen antar negara dibentuk dan
penentuan agenda-agenda selanjutnya dalam pembahasan integrasi ekonomi ini.
Negosisasi selanjutnya diadakan pada tanggal 19 April 1998 yang disebut dengan
second summit.
Negosiasi yang dilakukan dalam FTAA ini secara garis besar membahas
tentang akses pasar yang mudah antar negara anggota, peningkatan investasi
dalam rangka peningkatan produktifitas, peningkatan sektor jasa, government
procurement, dispute settlement, perdagangan produk pertanian, perlindungan
terhadap hak kekayaan intelektual, pengaturan kebijakan subsidi, antidumping dan
countervailing duties, serta kebijakan tentang kompetivitas produk antar negara.4
Kesembilan subjek pembahasan ini memiliki working group masing-masing untuk
menyelesaikan isu tersebut. Selain working group tersebut, FTAA memiliki
komite khusus yang terbagi dalam Consultative Group on Smaller Economies,
Committee of Government Representatives on the Participation of Civil Society,
E-Commerce committee dan Technical Committee.5
Negoisasi telah dilakukan dan FTAA memiliki declaration of principles

yang mana menegaskan kepada seluruh negara anggota untuk berkomitmen
berbagi prinsip-prinsip demokrasi, integrasi ekonomi dan keadilan sosial. Tujuan
dari deklarasi ini adalah untuk menguatkan demokrasi masyarakat di benua
Amerika,

mengedepankan

kemakmuran

dalam

integrasi

ekonomi

dan

perdagangan bebas, menghapuskan kemiskinan dan diskriminasi di benua

4


Rynerson, Paul. “The Free Trade Area of the Americas: Dead Before It was Ever Born”. Law
and Business of the Americas. Proquest Online (2007) pg. 183
5
Sanchez-Ancochea , Diego. “Free Trade for the Americas? The United States' Push for the
FTAA Agreement”. Journal of Latin American Studies. Academic Research Library (2005) pg.
217

3

Amerika, serta menjamin pembangunan berkelanjutan dan melakukan konservasi
alam untuk generasi mendatang.6
FTAA pada dasarnya juga merupakan perjanjian penghapusan hambatan
dagang antar negara anggota. Banyak metode yang digunakan oleh negara untuk
menciptakan hambatan bagi perdagangan luar negeri. Metode ini termasuk tariff,
pajak yang dikenakan pada barang impor agar harga barang impor lebih tinggi
dari harga domestik, dan subsidi berupa uang untuk menurunkan harga produk
domestik. Perdagangan bebas FTAA ini adalah usaha untuk mengurangi
hambatan-hambatan dagang tersebut agar terjadi liberalisasi perdagangan di benua
Amerika. Langkah penghapusan hambatan ini, tidak dapat dipungkiri akan dapat

menimbulkan goncangan terhadap perekonomian suatu negara jika negara
tersebut belum siap terhadap arah perubahan kebijakan proteksionisme menuju
liberalisme.
FTAA dalam perspektif Amerika Serikat (analisis dari sudut pandang
liberalisme dan regionalisme)
Amerika Serikat memandang perdagangan bebas dengan melibatkan
seluruh negara di benua Amerika akan menguatkan posisi dirinya sebagai negara
industrialisasi yang besar. Amerika Serikat perlu untuk mentransformasi dan
memperbaharui struktur industrialisasi dan teknologi Amerika, yang bertujuan
untuk mengatasi defisit finansial dan perdagangan selama beberapa dekade
terakhir. Liberalisasi perdagangan dan integrasi ekonomi adalah langkah yang
ditempuh Amerika Serikat guna memperkuat dirinya sebagai world economy
leader.
Langkah yang dilakukan Amerika Serikat sejalan dengan perspektif
liberalisme ekonomi. Dengan menyandang beban sebagai negara kapitalis dengan
sistem ekonomi liberal, Amerika Serikat membawa atmosfer keberhasilan sistem
ekonominya diberbagai penjuru dunia. Liberalisme yang secara umum membatasi
legitimasi kekuatan politik dan hanya dijadikan penyeimbang bagi kebebasan

6


Anonymous. “Integrating the Americas: FTAA and beyond”. Journal of Economic Literature.
ABI/INFORM Research (2004) pg. 1188

4

publik7, secara pasti telah membawa Amerika Serikat menuju titik kemakmuran
dan bertengger dipuncak dunia. Kemenangan telak atas ideologi sosialis menjadi
bukti akan tangguhnya ideologi ini.
Namun terlepas dari euforia liberalisme, muncul suatu pertanyaan
mengapa Amerika Serikat memilih benua Amerika yang sebagian besar akan
mencakup negara-negara Amerika Latin dipilih untuk menjadi partner-nya dalam
perdagangan bebas?. Jawabannya dapat diambil dari teori regionalisme dan motifmotif kebijakan Amerika Serikat terhadap negara-negara Amerika Latin.
Proliferalisasi atas perdagangan internasional sekarang telah tumbuh
berkembang. Sistem perdagangan internasional ditempatkan pada puncak tertinggi
perekonomian dunia yang diwadahi oleh WTO (World Trade Organization).
Regionalisme, yang merupakan pencakupan wilayah ekonomi berdasarkan
kawasan berada dalam tengah-tengah dari sistem perdagangan internasional.
Regionalisme yang secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu kawasan yang
terdiri dari beberapa negara yang memiliki kedekatan secara geografis, sosial dan

kultural dimana negara tersebut saling terkoneksi dan berinteraksi,

8

dapat

membawa pengaruh tersendiri bagi pengaitan perekonomian suatu negara dengan
kawasan dimana negara tersebut berada. Regionalisme inilah yang dijadikan
tunggangan Amerika Serikat untuk mewujudkan regionalisme ekonomi di
kawasan Amerika.
Meskipun begitu, Amerika Serikat sebenarnya juga memiliki motifmotif tersendiri dalam rangka menggaet negara-negara di selatan benua. Ekonomi
Amerika Serikat yang mendapatkan saingan berat dari Uni Eropa serta Asia,
khususnya Asia Timur perlu untuk mendapatkan alternatif pengembangan
ekonomi terhadap daerah lain yang potensial. Buruh sebagai elemen penting bagi
roda perekonomian suatu negara, akan didapatkan oleh Amerika Serikat dengan
gaji yang murah dengan bantuan supply dari negara-negara Amerika Latin.9 Jika
7

A Frieden, Jeffrey and David A. Lake. 2000. “International Political Economy Perspectives on
Global Power and Wealth”. London: Routledge

8
A Frieden, Jeffrey and David A. Lake. 2000. “International Political Economy Perspectives on
Global Power and Wealth”. London: Routledge
9
Brunelle, Dorval. “The US, the FTAA, and the Parameters of Global Governance” Zed Book.
Free Trade for the Americas? The United States Push for the FTAA Agreement pg. 23-40

5

buruh dengan upah murah dapat diperoleh Amerika Serikat, maka persaingan
harga produk Amerika akan berada pada level aman dan cukup bisa untuk
berkompetisi dengan produk murah China.
Selain itu, diatas keberhasilannya dalam NAFTA (North American Free
Trade Area), Amerika Serikat berambisi untuk meluaskan perdagangan bebasnya.
Melalui perdagangan bebas ini, Amerika Serikat dapat membentuk beberapa
peraturan dan prosedur bagi perekonomian dunia. Tentunya hal ini yang akan
dapat menguntungkan Amerika Serikat. Dan hal terdekat yang dapat dilakukan
untuk mewujudkan hal ini adalah melakukan integrasi ekonomi terhadap benua
Amerika.
Amerika Latin sebagai bagian dari geopolitik Amerika Serikat, sepanjang

sejarahnya dijadikan Amerika Serikat menjadi zona economic influence-nya.
Keberhasilannya, setidaknya dalam beberapa dekade ini untuk menjadikan dirinya
sebagai pengaruh ekonomi dominan dalam sistem perekonomian negara-negara
Amerika Latin. FTAA ini nantinya akan dapat dijadikan stimulus bagi
kepentingan bisnis Amerika Serikat di Amerika Latin. Selain hal itu, wilayah
Amerika Latin yang cukup luas dapat dijadikan wilayah eksklusif perekonomian
Amerika Serikat untuk meningkatkan ekspornya.
FTAA dalam perpektif Amerika Latin (analisis dari sudut pandang
strukturalisme)
Namun, Bagaimana perspektif dari negara-negara Amerika Latin atas
FTAA yang digawangi oleh Amerika Serikat ini? Jawabannya Amerika Latin
cenderung skeptis. Liberalisasi perdagangan dapat menjadi problematika
tersendiri bagi kawasan ini. Amerika Latin yang cenderung melakukan
proteksionisme tentunya akan mengalami sedikit disturbansi terhadap penerapan
perdagangan bebas ini. Meskipun Amerika Serikat memiliki pengaruh yang besar
serta liberalisasi yang telah mendunia, kawasan Amerika Latin ini merupakan
kawasan yang memiliki sistem ekonomi tersendiri.

6

Sistem ekonomi di Amerika Latin seperti yang diutarakan oleh Andre
Gunner Frank, cenderung pada sistem ekonomi marxis-strukturalis.10 Meskipun
tidak semua negara Amerika Latin menerapkan de-linking Andre Gunner Frank
secara penuh, namun kecenderungan masih tetap ada. Amerika Latin yang
memiliki perekonomian kurang stabil, lebih memilih untuk melakukan proteksi
produk dalam negerinya. Barang pengganti impor juga diterapkan di sebagian
wilayah Amerika Latin untuk menghindari ketergantungan terhadap barang impor.
Mekanisme ini merupakan mekanisme klasik wilayah Amerika Latin untuk
menjaga stabilitas perekonomiannya.
Meskipun sifat ekonomi yang tertutup cenderung masih ada, kawasan
Amerika Latin memiliki pakta perdagangan bebas antar negara yang tercermin
dalam Andean Community serta Mercosur. Tujuan dari pembentukan Andean
Community maupun Mercosur pada dasarnya adalah untuk melakukan
perdagangan bebas antar negara Amerika Latin dan melakukan penerapan tariff
bersama terhadap barang yang datang dari luar negara anggota. Secara sederhana
hal ini dapat dikatakan sebagai usaha proteksi bersama yang dilakukan melalui
jalan integrasi ekonomi yang sebenarnya lebih cenderung kepada liberalisasi,
bukan proteksi.
Ketika Amerika Latin dapat melakukan intergrasi ekonomi terhadap
wilayahnya, mengapa ketika hal ini dibawa menuju integrasi ekonomi yang lebih
besar seperti FTAA justru menemui jalan buntu? Tentunya hal ini menjadi suatu
indikasi bahwa sifat perdagangan bebas yang dibawa oleh FTAA berbeda dengan
Mercosur maupun Andean Community. Melihat perdagangan bebas ini
merupakan penyatuan dua kutub, tentunya banyak permasalahan yang harus
diselesaikan untuk menyatukannya. Seperti isu anti-dumping produk pertanian
yang menimbulkan polemik antara Amerika Serikat dan Amerika Latin serta
proteksionisme yang dilakukan Brasil terhadap industri baja dan teknologinya
dapat menjadi batu sandungan bagi FTAA.

10

Weyland, Kurt. “The Political Economy of Market Reform and a Revival of Structuralism”.
Latin American Research Review. Academic Research Library (2007) pg. 235

7

Skeptisme selatan tampak nyata ketika negara terbesar seperti Brasil
menunjukkan jarak pada perundingan FTAA. Brasil agak sulit untuk melepaskan
proteksinya terhadap industri baja dan teknologinya, meskipun secara matematik
FTAA dapat menguntungkan sektor pertaniannya. Hal inilah yang setidaknya juga
dialami oleh negara-negara yang lain, khususnya negara-negara berkembang. Di
kawasan Amerika Latin sendiri, politik domestik yaitu berkuasanya golongan kiri
atau leftist diberbagai negara menyebabkan negara-negara tersebut lebih nyaman
untuk tetap mempertahankan proteksionisnya.
Clash between north and south
Skeptisme selatan ini pada akhirnya juga menimbulkan benturan
kepentingan antara utara dengan selatan. Tujuan FTAA yaitu “to Preserve and
Strengthen Democracies within the Americas, to Promote Prosperity through
Economic Integration and Free Trade, to Eradicate Poverty and Discrimination
in Our Hemisphere, to Guarantee Sustainable Development and Conserve Our
Natural Environment for Future Generations” 11 nyatanya tidak cukup untuk
membuat kesepakatan antar pihak-pihak yang berbenturan.
Faktor-faktor yang membuat masa depan FTAA menjadi sulit untuk
diterka adalah adanya isu yang menjadi akar perselisihan antar utara dengan
selatan. Contohnya adalah disaat Amerika Serikat berusaha untuk menghapuskan
isu subsidi terhadap produk hasil pertanian dari pembahasan FTAA, disisi lain
Brasil dan Argentina menolaknya.12
Isu tentang hak kekayaan intelektual juga merupakan isu yang masih
mendapatkan jalan buntu di FTAA. Disaat negara-negara utara memaksa untuk
melakukan mandat terhadap hak kekayaan intelektual, negara-negara less
development justru memaksa untuk memberikan keleluasaan lebih atas hak paten
asing didalam negara mereka. Hal ini menjadi sulit bagi negara yang melakukan
proteksi terhadap hak kekayaan intelektual seperti Amerika Serikat untuk
mendapatkan kesepakatan dengan negara-negara anggota FTAA yang lain.
11

Rynerson, Paul. “The Free Trade Area of the Americas: Dead Before It was Ever Born”. Law
and Business of the Americas. Proquest Online (2007) pg. 183
12
ibid

8

Negara seperti Amerika Serikat yang melindungi hak kekayaan intelektual
berargumen bahwa inovator perlu untuk mendapatkan kompensasi atas inovasi
yang dilakukannya. Namun bagi negara yang kurang berkembang, hal ini
menyebabkan kesejahteraan masyarakat cenderung menurun diakibatkan oleh
harga yang mahal terhadap setiap akses yang memiliki hak kekayaan intelektual
terutama produk kesehatan yang sangat dibutuhkan.
Isu krusial mengenai subsidi terhadap produk pertanian juga mengalami
hambatan dalam perundingan. Amerika Serikat menolak untuk menghapuskan
subsidinya terhadap produk pertanian domestiknya, yang menuai protes dari
negara-negara di Amerika Latin. Amerika Serikat berdalih bahwa permasalahan
subsidi ini seharusnya dibahas di WTO saja, tidak dibawa kedalam FTAA. Disisi
lain, proteksi terhadap produk pertanian maupun produk yang lain akan
menimbulkan inefficiency. Jika subsidi dihapuskan, maka produser dapat
memproduksi dengan harga yang good cheaper, yang mana akan menimbulkan
efisiensi terhadap penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Selain mendapat tekanan dari isu-isu yang menimbulkan benturan, FTAA
juga menghadapi tekanan dalam usahanya untuk menjaga implementasi dari
FTAA itu sendiri. FTAA mengalami permasalahan

dalam setiap perjanjian

multilateralnya, karena setiap perjanjian harus dapat memuaskan semua negara
anggota yang jumlahnya tidak sedikit. Sulit untuk memuaskan semua pihak dalam
perjanjian yang melibatkan anggota yang memiliki tingkat diversifikasi yang
tinggi. Ambisi untuk meliberalisasi perdagangan agaknya akan selalu mengalami
kendala.
Perjanjian liberalisasi perdagangan juga mengalami hambatan ketika
dihadapkan pada tekanan politik domestik yang menekan untuk melakukan
proteksi dagang. Produser dan pekerja domestik memiliki kepentingan individu
untuk mengurangi kompetisi. Kepentingan ini membuat mereka bekerja dengan
menjaga pasar tetap tertutup dari kompetitor luar.
Kemungkinan untuk terbentuknya FTAA ini akan semakin sempit jika
permasalahan dan benturan yang terjadi tidak bisa diatasi. Akhir-akhir ini

9

Amerika Serikat yang menghadapi skeptisme negara-negara Amerika Latin
rupanya sudah tidak menjadikan FTAA menjadi prioritasnya. Fokus Amerika
Serikat pada tahun 2001 telah beralih pada isu keamanan dan terorisme. Meskipun
usaha untuk menciptakan FTAA masih terus berjalan, namun masa depan akan
impian perdagangan bebas terbesar didunia ini tidak dapat ditentukan.
KESIMPULAN
FTAA merupakan perdagangan bebas terbesar didunia yang pada nyatanya
tidak kunjung untuk menjadi suatu kenyataan. FTAA yang melibatkan banyak
negara dengan tingkat diversifikasi yang tinggi menyebabkan banyaknya clash
antar negara anggota. Amerika Serikat sebagai promotor dari FTAA ini tidak bisa
berbuat banyak ketika negara-negara di selatan cenderung skeptis terhadap FTAA.
Amerika Serikat yang menjadikan FTAA sebagai wadah untuk mengembangkan
zona ekonominya terhambat oleh sifat proteksionisme yang cenderung masih ada
di dalam perekonomian negara-negara Amerika Latin. Liberalisasi yang dilakukan
terhambat oleh beberapa isu yang menimbulkan perbedaan pandangan antara
negara develop atau utara dengan negara less develop atau selatan. Isu seperti
perlindungan hak kekayaan intelektual dan isu pemberian subsidi bagi produk
pertanian menjadi isu yang paling sulit untuk ditemukan titik terangnya. Isu-isu
inilah yang juga turut menghambat pembentukan FTAA. Selain itu, FTAA juga
mengalami hambatan dalam menjaga implementasi dari FTAA. Perjanjian
multilateral dan liberalisasi perdagangan multilateral sering mengalami deadlock.
Oleh karena itu, dengan gaya perekonomian yang berbeda antara utara dan selatan
dimana selatan cenderung skeptis terhadap liberalisasi, menjadikan masa depan
FTAA ini tidak dapat diprediksi secara pasti.

10