201813527 01 Perbedaan Organisasi Pembelajaran Dan Pembelajaran Organisasi

ORGANISASI PEMBELAJARAN
DAN
PEMBELAJARAN ORGANISASI
MAKALAH
Hasil Review dar i Jur nal ber judul :
On Differences Between Organizational Learning and Learning Organization
Kar ya:
Anders Ortenblad

Disusun Oleh :
Mumuh Mulyana – H251100061
Mita Febtyanisa – H251100091
Min Rohayati – H251100131

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

Or ganisasi Pembelajar an dan Pembelajar an Or ganisasi
PENDAHULUAN
Or ganisasi pada dasar nya seper ti mahluk hidup yang kelangsungan hidupnya sangat

ditentukan oleh kemampuannya untuk ber adapatasi dengan lingkungan. Per ubahan
lingkungan str ategik or ganisasi yang sangat cepat dalam ber bagai dimensi, seper ti
teknologi, sosial, ekonomi, per undangan, globalisasi, dll. menuntut or ganisasi untuk
mampu ber adaptasi pada per ubahan itu. Apabila or ganisasi ter lambat untuk ber ubah
maka sangat besar kemungkinan or ganisasi akan mundur kiner janya bahkan, dapat punah.
Oleh kar ena itu suatu hal yang har us dilakukan oleh organisasi untuk tetap ber tahan dan
ber kembang adalah or ganisasi senantiasa mempelajar i per ubahan lingkungan str ategik
dan seger a ber adaptasi pada per ubahan itu. Dalam dinamika or ganisasi ter sebut muncul
istilah Or ganisasi Pembelajar an/ Belajar dan Pembelajar an Or ganisasi.

RINGKASAN PAPER
Makalah/ Paper kar ya Ander s Or tenblad yang ber judul On differ ences bet ween
or ganizat ional

lear ning and lear ning or ganizat ion

mencoba mengur aikan tentang

per bedaan ant ar a Or ganisasi Pembelajar an/ Belajar dan Pembelajar an Or ganisasi ter sebut.
Ander s dalam makalahnya ter sebut


mengungkapkan bahw a aw alnya istilah

Or ganisasi Pembelajar an/ Belajar dan Pembelajar an Or ganisasi memiliki makna yang sama.
Namun, seir ing dengan per kembangan pengetahuan, Ander s mengungkapkan bahw a
kedua istilah ter sebut memiliki makna yang ber beda. Per bedaan t er sebut dicoba
diungkapkan pada paper ter sebut ter masuk per bedaan antar a pembelajar an or ganisasi
konsep lama dan pembelajar an or ganisasi konsep bar u. Penjelasan per bedaan ter sebut
dihar apkan semakin memper jelas tentang konsep pembelajar an or ganisasi.
Tiga Pembedaan makna pembelajar an or ganisasi dan or ganisasi pembelajar an yang
ser ing muncul saat ini yang diungkap oleh par a ahli adalah sebagai ber ikut:
a.

Or ganisasi Pembelajar an mer upakan suatu for mat or ganisasi, sedangkan pembelajar an
Or ganisasi adalah pr oses at au aktivitas pembelajar an yang dilakukan dalam or ganisasi

b.

Or ganisasi pembelajar an butuh usaha/ upaya untuk mew ujudkannya sedangkan
pembelajar an or ganisasi dapat ter w ujud sekalipun tanpa usaha/ upaya.


c.

Or ganisasi Pembelajar an mer upakan kebutuhan sedangkan pembelajar an or ganisasi
sebagai bentuk ter tentu dar i suatu or ganisasi.
Menur ut Ander s, per bedaan Pembelajar an Or ganisasi dan Or ganisasi Pembelajar an

adalah sebagai ber ikut :

Dimensi
Kar akter Isi
Jumlah Nor mativitas

Kelompok Tar get

Pembelajaran Organisasi
Pr oses
Ber sifat Deskr iptif
Secar a Alami
Netr al

Per lu
Dapat diper oleh
Diketahui
Akademisi

Organisasi Pembelajaran
Bentuk Or ganisasi
Ber sifat Nor matif
Butuh adanya Aktivitas
Memungkinkan ber pihak
Tidak Per lu
Tidak dapat dicapai
Tidak Diketahui
Pr aktisi; konsultan

Dalam jur nalnya Ander s, menegaskan bahw a dalam membahas per bedaan ter sebut
har us dipandang dar i dua sisi yaitu apa atau siapa yang melakukan pembelajar an dan
dimana suatu pengetahuan ber ada. Dengan menggunakan kedua dimensi ter sebut, Ander s
melakukan analisis. Hasil analisis konsep dar i pembelajar an or ganisasional lama (old
or ganizational


lear ning),

organisasi

pembelajar an

(lear ning

or ganization)

dan

pembelajar an or ganisasional ter kini (new or ganizational lear ning) yang dilakukan Ander s
ter ungkap sebagai ber ikut :
1.

OLD ORGANIZATIONAL LEARNING
-


Entitas Pembelajar an
Pandangan umum tentang pembelajar an or ganisasi secar a ter sir at menyatakan
bahw a inidividu melakukan pembelajar an dengan ber tindak sebagai agen dar i
sebuah or ganisasi, sehingga setiap hasil pembelajar an har us disimpan dan dimiliki
oleh or ganisasi. Bentuknya adalah r utinitas, atur an, pr osedur , dokumen dan
budaya.

-

Eksistensi Pengetahuan

Pengetahuan yang diper oleh oleh individu ditr ansfer kepada or ganisasi. Model
yang dikembangkan adalah setiap individu mempelajar i pengetahuan “yang benar ”
untuk dikembangkan dalam or ganisasinya.

2.

LEARNING ORGANIZATION
-


Entitas Pembelajar an
Dalam konsep organisasi pembelajar an, hanya individu yang merupakan pihak
yang menjadi

entitas pembelajar an. Individu-lah

yang melakukan

pr oses

pembelajar an dan bisa dikembangkan atau diber i pembelajar an.
-

Eksistensi Pengetahuan
Pengetahuan ber ada di dalam (otak mer eka) dan di luar individu (pada or ang lain
yang bisa diper oleh dengan car a shar ing pengetahuan)

3.

NEW ORGANIZATIONAL LEARNING

-

Entitas Pembelajar an
Pembelajar an dilakukan secar a kolektif. Manusia diposisikan sebagai makhluk
sosial, dimana dengan

car a ber komunikasi

dengan

pihak

lain-lah, yang

ber sangkutan dapat melakukan pembelajar an.
-

Eksistensi Pengetahuan
Pengetahuan tidak dapat disimpan, kar ena pengetahuan akan diper oleh dalam
pr oses situasional yaitu pr oses mencar i tahu.


PENJELASAN LANJUTAN
Untuk semakin memper jelas pemahaman kita tentang konsep Pembelajar an
Or ganisasi dan Or ganisasi Pembelajar an ber ikut ini diur aikan tentang hal-hal atau teor i
yang ter kait dengan pembahasan di atas.
A. Or ganisasi Pembelajar an
Istilah or ganisasi pembelajar an sebagian ber asal dar i ger akan “ In Sear ch of
Excellence” dan selanjutnya digunakan oleh Gar r at (Dale, 2003). Namun Geoffr ey Holland

(Dale, 2003) menyatakan bahw a “jika kita mau ber tahan hidup secar a individual atau
sebagai per usahaan, ataupun sebagai bangsa kita har us menciptakan tr adisi per usahaan

pembelajar an.” Stat emen-nya ini mengacu pada usaha mencar i contoh-contoh pr aktek
ter baik sehingga or ganisasi pembelajar an bisa dijiplak dan diper banyak.
Kondisi ini justr u menyebabkan per usahaan-per usahaan ber usaha mencar i contoh
dar i per usahaan yang ber hasil. Dengan kata lain mer eka ber usaha mencar i or ganisasi yang
paling sempur na untuk dicontoh tanpa menyadar i bahw a tidak ada bentuk or gansiasi yang
seper ti itu.
Dengan suatu pr oses kajian liter atur , w aw ancar a dan investigasi lain maka Pedler ,
Boydell dan Bur goyne (1988) mendefinisikan or ganisasi pembelajar an sebagai ber ikut:

“Sebuah

or ganisasi

yang

memfasilitasi

pembelajar an

dar i

selur uh

anggotanya dan secar a ter us mener us mentr ansfor masi dir i.”
Pedler , dkk (1988) menekankan sifat dua sisi dar i defenisi ter sebut. Suatu
per usahaan pembelajar bukan or ganisasi yang semata-mata mengikuti banyak pelatihan.
Per lunya pengembangan ketr ampilan individu ter tanam dalam konsep, setar a dan
mer upakan bagian dar i kebutuhan akan pembelajar an or ganisasi.
Menur ut Pedler , dkk (Dale, 2003) suatu organisasi pembelajar an adalah or ganisasi

yang:
1) Mempunyai suasana dimana anggota-anggotanya secar a individu ter dorong untuk
belajar dan mengembangkan potensi penuh mer eka;
2) Memper luas budaya belajar ini sampai pada pelanggan, pemasok dan st akeholder lain
yang signifikan;
3) Menjadikan str ategi pengembangan sumber daya manusia sebagai pusat kebijakan
bisnis;
4) Ber ada dalam pr oses tr ansfor masi or ganisasi secar a ter us mener us;

Tujuan proses tr ansfor masi ini, sebagai aktivitas sentr al, adalah agar per usahaan
mampu mencar i secar a luas ide-ide bar u, masalah-masalah bar u dan peluang-peluang bar u
untuk pembelajar an, dan mampu memanfaatkan keunggulan kompetitif dalam dunia yang
semakin kompetitif.
Peter Sange (1990) mengatakan sebuah or ganisasi pembelajar an adalah or ganisasi
“yang ter us mener us memper besar kemampuannya untuk menciptakan masa depannya”

dan ber pendapat mer eka dibedakan oleh lima disiplin, yaitu: penguasaan pr ibadi, model
mental, visi ber sama, pembelajar an tim, dan pemikir an sistem.
Lundber g (Dale, 2003) menyatakan bahw a pembelajar an adalah suatu kegiatan
ber tujuan yang diar ahkan pada pemer olehan dan pengembangan ketr ampilan dan
pengetahuan ser ta aplikasinya. Menur utnya pembelajar an or ganisasi adalah:
1)

Tidaklah semata-mata jumlah pembelajar an masing-masing anggota;

2)

Pembelajar an itu membangun pemahaman yang luas ter hadap keadaan inter nal
maupun ekster nal melalui kegiatan-kegiatan dan sistem-sist em yang tidak t er gantung
pada anggota-anggota ter tentu;

3)

Pembelajar an tidak hanya t entang penataan kembali atau per ancangan kembali
unsur -unsur or ganisasi;

4)

Pembelajar an lebih mer upakan suatu bentuk meta-pembelajar an yang mensyar atkan
pemikir an kembali pola-pola yang menyambung dan memper tautkan potonganpotongan sebuah or ganisasi dan juga memper tautkan pola-pola dengan lingkungan
yang r elevan;

5)

Pembelajar an or ganisasi adalah suatu pr oses yang seolah-oleh mengikat beber apa
sub-pr oses, misalnya per hatian, penafsir an, pencar ian, pengungkapan dan penemuan,
pilihan, pengar uh dan penilaian.

6)

Pembelajar an or ganisasi mencakup baik unsur kognitif, misalnya pengetahuan dan
w aw asan yang dimiliki ber sama oleh par a anggota organisasi maupun kegiatan
or ganisasi yang ber ulang-ulang, misalnya r utinitas dan per baikan tindakan. Ada
pr oses yang sah dan tanpa henti untuk memunculkan ke per mukaan dan menguji
pr aktek-pr aktek or ganisasi ser ta penjelasan yang menyer tainya. Dengan demikian
or ganisasi pembelajar ditandai dengan penger tian kognitif dan per ilaku.

B. Pembelajar an Or ganisasi
Schw andt (1993) mendefinisikan pembelajar an or ganisasi sebagai sebuah sistem dar i
aksi, aktor , simbol dan pr oses yang memungkinkan or ganisasi mentr ansfor m infor masi
menjadi pengetahuan yang ber nilai yang dapat digunakan oleh or ganisasi dalam
meningkatkan kapasitas adaptasi jangka panjangnya.

Definisi di at as sejalan dengan konsep New Lear ning Organization yang diungkapkan
Ander s di atas.
Tokoh lain yang member ikan defInisi mengenai or ganisasi pembelajar an adalah John
Far ago & David Skyr me (Munandar , 2003). Dalam salah satu tulisan mer eka mengatakan
bahw a:
“Lear ning Or ganizat ions ar e t hose t hat have in place syst ems, mechani sm and
pr ocesses, t hat ar e used t o cont inually enhance t heir capabilit ies t o achieve
sust ainable object ives for t hemselves and t he communit ies in which t hey
par t icipat e.”

Dar i ur aian di atas dapat dicatat butir -butir ber ikut ini, yaitu bahw a or ganisasi
pembelajar an adalah:
1) Adaptif ter hadap lingkungan ekster nalnya;
2) Secar a ter us mener us menunjang kemampuan untuk ber ubah;
3) Mengembangkan baik pembelajar an individual maupun kolektif;
4) Menggunakan hasil pembelajar an untuk mencapai hasil yang lebih baik;
Dar i ur aian-ur aian di atas maka dapat disimpulkan bahw a or ganisasi pembelajar an
adalah or ganisasi yang secar a ter us mener us dan ter encana memfasilitasi anggotanya agar
mampu terus mener us ber kembang dan mentransfor masi dir i baik secar a kolektif maupun
individual dalam usaha mencapai hasil yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan yang
dir asakan ber sama antar a or ganisasi dan individu di dalamnya.

C. Karakteristik Organisasi Pembelajar
Megginson dan Pedler (Dale, 2003) member ikan sebuah panduan mengenai konsep
or ganisasi pembelajar an, yaitu:
“Suatu ide atau metaphor yang dapat ber tindak sebagai bintang penunjuk. Ia bisa
membantu or ang ber pikir dan ber tindak ber sama menur ut apa maksud gagasan
semacam ini bagi mer eka sekar ang dan di masa yang akan dat ang. Seper ti halnya
semua visi, ia bisa membantu menciptakan kondisi dimana sebagian cir i-cir i
or ganisasi pembelajar dapat dihasilkan”.
Kondisi-kondisi ter sebut adalah:
1)

Str ategi pembelajar an;

2)

Pembuatan kebijakan par tisipatif;

3)

Pember ian infor masi (yaitu teknologi infor masi digunakan untuk menginfor masikan
dan member dayakan or ang untuk mengajukan per tanyaan dan mengambil keputusan
ber dasar kan data-data yang ter sedia);

4)

Akunting formatif (yaitu sistem pengendalian disusun untuk membantu belajar dar i
keputusan);

5)

Per tukar an inter nal;

6)

Kelentur an penghar gaan;

7)

Str uktur -str uktur yang member ikan kemampuan;

8)

Peker ja lini depan sebagai penyar ing lingkungan;

9)

Pembelajar an antar per usahaan;

10) Suasana belajar ;
11) Pengembangan dir i bagi semua or ang.
Meskipun melakukan semua hal di atas, tidak otomatis suatu organisasi menjadi
or ganisasi pembelajar . Per lu dipastikan bahw a tindakan-tindakan tidak dilakukan hanya
ber dasar kan kebutuhan. Tindakan-tindakan ter sebut har us ditanamkan, sehingga menjadi
car a ker ja sehar i-har i yang r utin dan nor mal. Str ategi pembelajar an bukan sekedar str ategi
pengembangan sumber daya manusia. Dalam or ganisasi pembelajar , pembelajar an
menjadi inti dar i semua bagian oper asi, car a ber per ilaku dan sistem. Mampu melakukan
tr ansfor masi

dan ber ubah secar a r adikal

adalah sama dengan per baikan yang

ber kelanjutan.
Schein (Munandar , 2003) mengemukakan kar akter istik or ganisasi pembelajar
sebagai ber ikut:
1)

Dalam hubungan dengan lingkungan maka or ganisasi ber sifat lebih dominan dalam
menjalin hubungan;

2)

Manusia hendaknya ber per ilaku pr oaktif;

3)

Manusia pada dasar nya adalah makhluk yang baik;

4)

Manusia pada dasar nya dapat diubah;

5)

Dalam hubungan antar manusia, individualisme dan kolektivisme sama-sama
penting;

6)

Dalam hubungan atasan-baw ahan kesejaw atan atau par tisipatif dan otor itatif atau
pater nalistik sama-sama pentingnya;

7)

Or ientasi w aktu lebih ber or ientasi pada masa depan yang pendek;

8)

Untuk penghitungan w aktu lebih digunakan sat uan w aktu yang medium;

9)

Jar ingan infor masi dan komunikasi ber kesinambungan secar a lengkap;

10) Or ientasi hubungan dan orientasi tugas sama-sama pentingnya.
11) Per lunya ber pikir secar a sist ematis.
Far ago dan Skyr me (Munandar , 2003) mengatakan bahw a or ganisasi pembelajar an
memiliki kar akter istik sebagai ber ikut:
1)

Ber or ientasi pada masa depan dan hal-hal yang sifatnya ekster nal atau di luar dar i
dir i or ganisasi;

2)

Ar us dan per tukar an infor masi yang jelas dan bebas;

3)

Adanya komitmen untuk belajar dan usaha individu untuk mengembangkan dir i;

4)

Member dayakan dan meningkatkan individu-individu di dalam organisasi;

5)

Mengembangkan iklim keter bukaan dan r asa saling per caya;

6)

Belajar dar i pengalaman;
Dar i ur aian di atas maka dapat disimpulkan bahw a kar akt er istik dar i or ganisasi

pembelajar an adalah keyakinan bahw a individu adalah pr oaktif untuk meningkatkan
keinginan dir i, ber usaha maju dan ter us belajar dengan menciptakan iklim or ganisasi yang
ter buka dan ar us infor masi yang jelas. Kondisi ini nantinya akan menghasilkan pr oses
yang ter us ber kesinambungan dengan tetap mengacu pada kondisi inter nal or ganisasi
yang pada akhir nya mengacu pada kondisi dan tuntutan ekster nal di luar or ganisasi.

D. Dimensi Organisasi Pembelajar
Beber apa dimensi per lu ada untuk menjadikan or ganisasi dapat ter us ber tahan.
Or ganisasi seper ti ini dinamakan or ganisasi pembelajar , kar ena dimensi-dimensi ini akan
memungkinkan or ganisasi untuk belajar , ber kembang, dan ber inovasi. Dimensi-dimensi
ter sebut adalah
1) Model mental
2) System thinking
3) Shar ed Vision

4) Per sonal Master y dan
5) Team Lear ning.
Kelima dimensi or ganisasi pembelajar ini har us hadir ber sama-sama dalam sebuah
or ganisasi untuk

memper cepat pr oses pembelajar an or ganisasi dan meningkat kan

kemampuannya untuk ber adaptasi pada per ubahan dan mengantisipasi per ubahan di
masa depan.

1. Mental Model
Respon manusia ter hadap situasi yang ter jadi di lingkungannya sangat dipengar uhi oleh
asumsi dan kebiasaan yang selama ini ber laku. Di dalam or ganisasi, ber laku pula
kesimpulan yang diambil mengenai ’how things w or k’ di dalam or ganisasi. Hal ini
disebut dengan mental model, yang dapat ter jadi tidak hanya pada level individual
tetapi juga kelompok dan or ganisasi.
Mental model memungkinkan manusia beker ja dengan lebih cepat. Namun, dalam
or ganisasi yang ter us ber ubah, mental model ini kadang-kadang tidak ber fungsi dengan
baik dan menghambat adaptasi yang dibutuhkan. Dalam or ganisasi pembelajar , mental
model ini didiskusikan, dicer mati, dan dir evisi pada level individual, kelompok, dan
or ganisasi.

2. Pemikiran System Thinking
Or ganisasi pada dasar nya t er dir i atas unit yang har us beker jasama untuk menghasilkan
kiner ja yang optimal. Unit-unit antar a lain ada yang disebut divisi, dir ektor at, bagian,
atau cabang. Kesuksesan suatu or ganisasi sangat ditentukan oleh kemampuan
or ganisasi untuk melakukan peker jaan secar a siner gik. Kemampuan untuk membangun
hubungan yang siner gik ini hanya akan dimiliki kalau semua anggota unit saling
memahami peker jaan unit lain, dan memahami juga dampak dar i kiner ja unit tempat
dia beker ja pada unit lainnya.
Ser ingkali dalam or ganisasi or ang hanya memahami apa yang dia ker jakan dan tidak
memahami dampak dar i peker jaan dia pada unit lainnya. Selain itu ser ingkali timbul
fanatisme seakan-akan hanya unit dia sendir i yang penting per annya dalam or ganisasi
dan unit lainnya tidak ber per an sama sekali. Fenomena ini disebut dengan ego-sektor al.
Ker ugian akan sangat ser ing ter jadi akibat ketidakmampuan untuk ber siner gi satu
dengan lainnya. Pembor osan biaya, tenaga dan w aktu. Ter lepas dar i adanya per asaan

bahw a unit dir i sendir i adalah unit yang paling penting, tidak adanya pemikir an
sistemik ini akan membuat anggota per usahaan tidak memahami konteks keselur uhan
dar i or ganisasi.
Kini semakin banyak or ganisasi yang mengandalkan pada str uktur tanpa batas
(bor der less or ganizat ion) , atau kalaupun masih menggunakan str uktur or ganisasi

ber basis fungsi, kini fungsi-fungsi yang ter kait dengan pr oses yang sama dibuat saling
melintas bat as fungsi. Or ganisasi yang demikian disebut or ganisasi lintas fungsi atau
cr oss-functional or ganization. Or ganisasi yang demikian ini akan membuat pr oses
pembelajar an lebih cepat kar ena masing-masing or ang dar i fungsi yang ber beda akan
ber bagi pengetahuan dan pengalamannya.

3. Shared Vision
Oleh kar ena or ganisasi ter dir i atas ber bagai or ang yang ber beda latar belakang
pendidikan, kesukuan, pengalaman ser ta budayanya, maka akan sangat sulit bagi
or gansasi untuk beker ja secar a ter padu kalau tidak memiliki visi yang sama. Selain
per bedaan lat ar belakang kar yaw an, or ganisasi juga memiliki ber bagai unit yang
peker jaannya ber beda ant ar a satu unit dengan unit lainnya. Untuk mengger akkan
or ganisasi pada tujuan yang sama dengan aktivitas yang ter fokus pada pencapaian
tujuan ber sama diper lukan adanya visi yang dimiliki oleh semua or ang dan semua unit
yang ada dalam or ganisasi.

4. Personal Mastery
Or ganisasi pembelajar memer lukan kar yaw an yang memiliki kompetensi yang tinggi
agar bisa ber adaptasi dengan tuntutan per ubahan, khususnya per ubahan teknologi dan
per ubahan par adigma bisnis dar i par adigma yang ber basis kekuatan fisik (tenaga otot )
ke par adigma yang ber basis pengetahuan (tenaga otak). Selain itu kecepatan per ubahan
tipe peker jaan, telah menyebabkan banyak peker jaan yang tidak diper lukan lagi oleh
or ganisasi kar ena digantikan oleh tipe peker jaan bar u, at au digantikan oleh peker jaan
yang menuntut penggunaan teknologi. Bilamana peker ja tidak mau belajar hal bar u,
maka dia akan kehilangan peker jaan. Selain itu banyak peker jaan yang ditambahkan
pada satu peker jaan (job-enlar gement ) , atau job r ot at ion (mutasi kar yaw an) agar
memudahkan kar yaw an untuk memahami kegiatan di unit ker ja yang lain demi
ter w ujudnya siner gi. Oleh kar ena itu kar yaw an har us belajar hal-hal bar u.

Untuk memenuhi per syar atan per ubahan dunia ker ja ini semua peker ja di sebuah
or ganisasi har us memiliki kemauan dan kebiasaan untuk meningkatkan kompetensi
dir inya dengan ter us belajar . Kompetensi dir inya bukan semata-mata di bidang
pengetahuan, tetapi kemampuan ber inter aksi dengan or ang lain, menyelesaikan konflik,
dan saling mengapr esiasi peker jaan or ang lain. Or ganisasi lintas fungsi seper ti yang
telah dibicar akan di atas akan memper cepat pr oses pembelajar an individu di dalam
or ganisasi.

5. Team Learning.
Kini makin banyak or ganisasi ber basis team, kar ena r ancangan or ganisasi dibuat dalam
lintas fungsi yang biasanya ber basis t eam. Kemampuan or ganisasi untuk mensiner gikan
kegiatan team ini ditentukan oleh adanya visi ber sama dan kemampuan ber fikir
sistemik seper i yang telah dibicar akan di at as. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan
ber bagi w aw asan sukses dan gagal yang ter jadi dalam suatu team, maka pembelajar an
or ganisasi akan sangat lambat, dan bahkan ber henti. Pembelajar an dalam or ganisasi
akan semakin cepat kalau or ang mau ber bagi waw asan dan belajar ber sama-sama. Oleh
kar ena itu semangat belajar dalam team, cer ita sukses atau gagal suatu team har us
disampaikan pada t eam yang lainnya. Ber bagi w aw asan penget ahuan dalam tim
menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasit as or ganisasi dalam menambah
modal intelektualnya.

E. Pandangan Ilmuwan Lain tentang Perbedaan LO dan OL
Nur hadijah (tper s.net) dalam sebuah tulisan di w ebsitenya menyatakan bahw a
Istilah Or ganizational Lear ning menekankan bahw a setiap individu kar yaw an yang belajar ,
yang difasilitasi dalam suatu lingkup oarganiasi yang sama, dan menggunakan
pengetahuan yang didapat untuk tujuan organisasi. Sedangkan Lear ning Or ganization
penekanannya lebih kepada str uktur atau situasi, dimana setiap or ang tidak bisa tidak
har us mau belajar kar ena kebiasaan belajar sudah ter patr i di organisasi ter sebut.
Michael J Mar quar d (1996) ber pendapat bahw a Lear ning or ganization fokus kepada :
Apa, penggambar an sebuah sistem, dasar pokok, dan kar akt er istik dalam Or ganisasi.
Sedangkan Or ganization lear ning fokus pada : bagaimana or ganisasi belajar ter jadi yang
meliputi kemampuan, pr oses ser ta membangun dan memanfaatkan know ledge.

Lisa Montagu (2008) mengutip pendapat Senge tentang Lear ning Or ganization dan
Or ganization Lear ning, yang intinya menyatakan definisi kedua istilah ter sebut tidak jauh
ber beda dengan yang telah diur aikan di atas. Lear ning Or ganization (Or ganisasi
Pembelajar ) mer upakan t empat dimana or ang secar a ter us mener us meningkatkan
kapasit asnya agar ter cipta hasil yang diinginkan dan mer upakan tempat dimana pola pikir
bar u dan pola pikir yang diper luas ter us diper tahankan, ser ta menjadi tempat dimana
aspir asi kolektif bebas dimiliki dan di sana or ang-or ang secar a t er us mener us belajar
untuk melihat r ealitas secar a keselur uhan. Lebih lanjut, Senge mengungkapkan bahw a
secar a umum Or ganisasi Pembelajar menjadi tempat dimana or ang-or ang pada semua
level/ tingkat, baik secar a individu maupun ber sama, melakukan peningkatan kapasitas
mer eka untuk menghasilkan manfaat yang akan menjadi per hatian mer eka at au sesuai
keinginan

mer eka. Lisa

mengungkapkan

seper ti

halnya

Or ganisasi

Pembelajar ,

Pembelajar an Or ganisasi pun telah dikenal dalam w aktu yang panjang dan dipopuler kan
pada tahun 1990-an. Ranah dar i Pembelajar an Or ganisasi adalah tent ang bagaimana
or ganisasi melakukan pr oses belajar dan ser ingkali mengar ah pada ber bagai model atau
teor i. Pembelajar an Or ganisasi dapat dilihat pula sebagai pengujian atas pr oses dan
konsep yang digunakan oleh Or ganisasi Pembelajar . Dua topik yang ber beda namun saling
ter kait. Singkatnya, Or ganisasi Pembelajar

mer upakan tempat, dan Pembelajar an

Or ganisasi mer upakan pr oses.
Sejalan dengan konsep di atas, dalam tulisan lain, Raanan Lipshitz dkk (2000) dar i
Univer sitas Haifa menegaskan bahw a Pembelajar an Or ganisasi mer upakan pr oses
inter per sonal yang kompleks yang ter jadi melalui mekanisme str uktur al dalam ar ena
sosial. Pembelajar an melalui/ dengan Or ganisasi ter jadi ketika individu melakukan pr oses
pembelajar an melalui mekanisme pembelajar an or ganisasi yang memastikan bahw a yang
ber sangkutan memper oleh infor masi yang dibutuhkan. Pr oses Pembelajar an secar a
individual akan menghasilkan pandangan-pandangan dan per ubahan ter kait kebiasaan,
keter ampilan, dan tindakan. Pembelajar an Or ganisasi akan menghasilkan per ubahanper ubahan dalam nor ma-norma, doktr in, pr osedur oper asi standar , str uktur dan budaya.
Konsekuensinya, pembelajar an or ganisasi tidak dapat dipahami secar a baik t anpa
menggunakan lensa sosial, politik dan kultur al.

Mempr aktekkan Or ganisasi Pembelajar di Indonesia memiliki banyak tantangan
sehingga ter asa ber at bagi par a manager dan pengelola per usahaan/ or ganisasi untuk
membaw a or ganisasinya menjadi Or ganisasi Pembelajar . Laksana TH, Managing Par tner
pada Str ategic Solution Center menyatakan bahw a untuk membentuk Or ganisasi
Pembelajar tidak hanya membutuhkan keinginan kuat tetapi juga membutuhkan Ker elaan
dar i pemegang saham untuk menginvestasikan r etained pr ofitnya dalam bentuk
pengembangan sistem or ganisasi, per tumbuhan ‘people’ dan membuat or ganisasi
bisnisnya tidak semata menjadi ‘economic animal’ dan ‘pr ofit making machine’.

Carol Garolick (2005) dalam tulisannya Organizational learning vs the learning
organization: a conversation with a practitioner, telah sepaham dan menggunakan definisi
Organisasi Pembelajar yang diungkapkan Senge yang menyatakan bahwa Organisasi Pembelajar
adalah t empat dimana or ang-or ang pada semua level/ tingkat, baik secar a individu maupun
ber sama, melakukan peningkatan kapasitas mer eka untuk menghasilkan manfaat yang
akan menjadi per hatian mer eka atau sesuai keinginan mer eka. Sebelum mengadopsi
pendapat Senge, Car ol melakukan ber diskusi tentang hal ini dan dia menentang pendapat
ter sebut. Namun di kala diskusi ter sebut dilakukan secar a lebih mendalam, Car ol
mengakui dan per caya sepenuhnya akan pendapat Senge mengenai or ganisasi pembelajar
dan pembelajar an or ganisasi. Car ol mengatakan, “Saya yakin Model 5 Disiplin Senge
mer upakan komponen integr al dalam or ganisasi pembelajar , yang menyediakan alat dan
metoda yang ber manfaat dan bisa diter apkan dalam proses pembelajar an or ganisasi. Jika
pembelajar an or ganisasi dapat dilihat sebagai sebuah siklus pembelajar an ber kelanjutan,
kemudian sebuah or ganisasi tidak bisa tiba di suatu titik pada w aktunya, maka ia akan
menyebut dir inya sebagai ‘or ganisasi pembelajar ’, sebuah kata atau per nyat aan akhir .
Dengan kat a lain, setiap or ganisasi yang secar a konstan sedang melakukan pr oses
pembelajar an dapat diidentifikasi dan dinyatakan sebagai or ganisasi yang sedang
mempr aktekkan pr oses pembelajar an or ganisasi.
Sedangkan untuk pemahamannya tent ang Pembelajar an Or ganisasi, Car ol mengutip
pendapat Schw andt yang mendefinisikan Pembelajar an Or ganisasi sebagai sebuah sistem
tindakan, pelaku, simbol-simbol dan ber bagai proses yang memungkinkan or ganisasi
mentr ansfor masi

informasi

menjadi

pengetahuan yang ber har ga sehingga dapat

meningkatkan kapasitas or ganisasi untuk melakukan adaptasi ter hadap lingkungan dalam

jangka panjang. Dalam pr oses ber diskusi yang ber ujung pada pengadopsian pendapat
Schw andt, Car ol mencoba untuk menaw ar kan sebuah panduan dan ker angka ker ja untuk
memulai per jalanan pembelajar an or ganisasi. Hal ter sebut dilandaskan pada teor i
tindakan sosial umum yang diungkapkan Par sons (1968) yang memiliki elemen kiner ja
dan pembelajar an. Ajar an dasar teor i ini adalah per ubahan sistem sosial yang ter jadi
melalui pr oses pembelajar an dan hubungannya dengan pola kultur al dan asumsi dasar .
Ker angka ker ja t er sebut digunakan oleh Schwandt dalam mendefinisikan pembelajar an
or ganisasi dan pengembangan model pembelajar an or ganisasi dinamisnya.
Lebih lanjut Car ol menyatakan bahw a Pembelajar an Or ganisasi dan Or ganisasi
Pembelajar dapat dan mesti eksis secar a ber samaan. Pada dasar nya, untuk mengefektifkan
or ganisasi pembelajar dibutuhkan siklus pembelajar an dan apr esiasi yang mendalam,
tentunya hal

ter sebut

akan memakan w aktu. Menur ut

Car ol, seor ang Manajer

Pengembangan Or ganisasi yang menginginkan ter ciptanya or ganisasi pembelajar dapat
memulainya dengan memahami ter lebih dahulu tentang per ubahan dinamis pada str uktur
dan

faktor

pembentuk

sense/ intelijensia

dengan

menggunakan

model

sistem

pembelajar an or ganisasi.
Ang & Joseph dalam Malhotr a (1996) membedakan Pembelajar an Or ganisasi dan
Or ganisasi Pembelajar an dengan menggunakan istilah pr oses ver sus str uktur . Malhotr a
pun mengungkapkan pendapat McGill yang menyatakan tidak ter dapat per bedaan antar a
Or ganisasi Pembelajar an dengan Pembelajar an Or ganisasi. Mer eka mendefinisikan
Pembelajar an Or ganisasi sebagai kemampuan or ganisasi untuk meningkatkan pandangan
dan pemahamannya dar i pengalaman melalui eksper imen, obser vasi, analisis dan
kemauan untuk belajar baik ter kait kesuksesan yang dir aih maupun ter kait kegagalan
yang dihadapi. Lagi-lagi ur aian ter sebut tidak jauh ber beda dengan ur aian sebelumnya
dar i ahli teor i or ganisasi yang lain.
Satu pendapat ter akhir , M ark K. Smith (2001), memandang bahwa pembelajaran
organisasi hanyalah alat untuk mencapai tujuan strategis. Sedangkan membangun organisasi
merupakan tujuannya, di kala kemampuan permanen dan kolektif untuk senantiasa belajar
menjadi pra-syarat krusial yang dipenuhi demi kesuksesan dalam konteks baru.

Di aw al tulisannya, Mar k K. Smith menyatakan bahw a telah banyak konsultan dan
pelaku or ganisasi yang mengungkapkan dan mengur aikan tentang pembelajar an

or ganisasi

ser ta menjadikan

konsep

or ganisasi

pembelajar

sebagai

titik

pusat

or ientasinya. Dua hal penting yang dihasilkan dar i hal ter sebut adalah: Per tama, meskipun
telah banyak or ang yang ber bicar a tentang or ganisasi pembelajar , namun tetap sangatlah
sulit untuk mengidentifikasi contoh dalam kehidupan nyata dar i kedua istilah ter sebut. Hal
ini bisa menjadi penyebab visi menjadi ter lalu ideal dan menjadi penyebab tidak
r elevannya t er hadap per syar at an dan dinamika or ganisasi. Kedua, fokus dar i pr oses
pembuatan pola dan keinginan untuk menampilkannya dalam bentuk yang menar ik bagi
konsultan dan penulis telah mendorong untuk memper kuat secar a signifikan akan
ker angka ker ja teor itis tentang or ganisasi pembelajar . Hal ini ber beda sekali dengan studi
tentang pembelajar an or ganisasi.
Walaupun ahli teor i or ganisasi pembelajar telah member ikan gambar an t er hadap ide
pembelajar an or ganisasi, namun sedikit sekali ar us yang menentangnya secar a langsung.
Lebih dar i itu, sejak per hatian utama yang menunjukkan per bedaan muncul, dua liter atur
telah

dibangun

sepanjang

jalur

yang

menyimpang/ ber beda.

Liter atur

tentang

pembelajar an or ganisasi t elah ter konsentr asi pada pemisahan kolektifitas dan analisa
tentang pr oses yang melibatkan pembelajar an individual dan kolektif dalam or ganisasi.
Sedangkan liter atur or ganisasi pembelajar telah menjadi sebuah or ientasi tindakan dan
digunakan sebagai alat metodologi diagnostik dan evaluatif spesifik yang dapat membantu
untuk mengidentifikasi, mempr omosikan dan mengevaluasi kualitas pr oses pembelajar an
dalam or ganisasi.

Kesimpulan
Mayor itas par a ahli menyatakan bahw a Or ganisasi Pembelajar adalah tempat dimana
or ang-or ang melakukan pr oses belajar secar a individual maupun ber sama dalam r angka
meningkatkan dir i dan mengembangkan or ganisasi. Sedangkan Pembelajar an Or ganisasi
adalah suatu proses dalam peningkatan kapasitas dir i dan or ganisasi agar tujuan yang
telah ditetapkan dapat ter capai secar a efektif dan efisien. Par a akademisi dan pr aktisi di
Indonesia menter jemahkan Lear ning Or ganizat ion menjadi beber apa istilah, yaitu
Or ganisasi Pembelajar an, Or ganisasi Belajar dan Or ganisasi Pembelajar . Per bedaan istilah
ini ter jadi sebagai konsekuensi dar i per kembangan ilmu pengetahuan dan tingkat

penguasaan dar i par a akademisi dan pr aktisi ter sebut. Pembedaan istilah ter sebut akan
sangat ter gantung pada pokok pembahasan yang sedang dibicar akan atau dikembangkan.

Referensi Utama:
Ander s Or tenblad, 2001. On differ ences bet w een or ganizatiol lear ning and lear ning
or ganization, The Lear ning Or ganization, Vol 8, No 3, MCB Univer sity Pr ess – ISSN
0969-6474

Referensi Tambahan:
Car ol Gor elick, 2005. Or ganizational Lear ning vs the lear ning organization : a conver sation
w ith a pr actitioner , The Lear ning Or ganization, Vol 12 No 4, Emer ald Group
Publishing Limited.
http:/ / w w w .tper s.net. (diakses pada tanggal 23 Desember 2010)
http:/ / ancok.com (diakses pada tanggal 24 Desember 2010)
Leksana TH, Lear ning Or ganizat ion, w w w .sscnco.com, Str ategic Solution Center .
Lipshitz, Raanan et.al, 2000. A multi-facet model of organizational lear ning, Univer sity of
Haifa, Isr ael
Malhotr a, Yogesh, 1996. Or ganizational Lear ning and Lear ning Or ganization : an Over view .
BRINT Institute.
Mar quar dt, Michael J., 1996. Building The Lear ning Or ganizat ion, McGr aw Hill
Montagu, Lisa. 2008. Lear ning Or ganizat ion / Or ganizat ional Lear ning.
Senge, P., Ross, R., et.al., 1999. The Dance of Change: The Challenges of
Moment um in a Lear ning Or ganizat ion. New York : Doubleday & Co.

Smith, Mar k K., 2001. The Lear ning Or ganizat ion , INFED.
Yukl, G., 2006. Leader ship in Or ganizat ion (7th ed.). New Yor k: Doubleday & Co.

Sust aining