241946958 Tbbronchitis Sinusitis Tiroid Dan Asma
TUGAS KELOMPOK FARMASI RUMAH SAKIT
MAKALAH
”TUBERKULOSIS, BRONCHITIS, SINUSITIS, TIROID, DAN
ASMA”
OLEH :
KELOMPOK 8
KELAS B
KARNILAH DARAJAT
N211 10 673
A. BAU DEWI SARTIKA
N211 10 674
ANA ARISTA
N211 10 675
RESTY ANGRIANI
N211 10 677
TONY LIAMRI
N211 10 678
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 TUBERKULOSIS
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paruparu walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan
orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang
manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks
Mycobacterium
tuberculosis,
yang
peka
terhadap
obat,
praktis
dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima
tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap
tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap
dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan
2
mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit
TBC .
I.2 BRONCHITIS
Bronchitis adalah penyakit pernapasan dimana selaput lendir pada
saluran-saluran bronchial paru meradang. Ketika selaput yang teriritasi
membengkak dan tumbuh lebih tebal, ia menyempitkan atau menutup jalan-jalan
udara yang kecil dalam paru-paru, berakibat pada serangan-serangan batuk yang
disertai oleh dahak yang tebal dan sesak napas. Penyakit mempunyai dua bentuk:
akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) dan kronis (kambuh seringkali untuk
lebih dari dua tahun). Sebagai tambahan, orang-orang dengan asma juga
mengalami peradangan lapisan dari tabung-tabung bronchial yang disebut
asthmatic bronchitis.
Bronchitis akut bertanggung jawab untuk batuk kering dan produksi dahak
yang adakalanya disertai infeksi pernapasan bagian atas. Pada kebanyakan kasuskasus infeksi berasal dari virus, namun adakalanya ia disebabkan oleh bakteri.
Jika sebaliknya anda dalam kesehatan yang baik, selaput lendir akan kembali
normal setelah anda telah sembuh dari infeksi awal paru, yang biasanya
berlangsung beberapa hari.
Bronchitis kronis adalah kekacauan jangka panjang yang serius yang
seringkali memerlukan perawatan medis yang teratur.
I.3 SINUSITIS
3
Sinus adalah suatu rongga yang dipenuhi udara atau kaviti yang terletak
di antara tulang muka yang mengelilingi hidung. Sinusitis pula ialah jangkitan
atau pembengkakan yang berlaku ke atas membran mukus di dalam rongga sinus.
Sinus boleh dibahagikan kepada 4 bahagian iaitu Frontal, Sphenoidal, Ethmoid
dan juga Maxillary. Apabila membran mukos mendapat jangkitan daripada
bakteria, virus atau pun kulat, ia akan menjadi bengkak dan seterusnya
menghalang pengaliran mukos atau lendir daripada sinus ke dalam hidung dan
tekak yang akhirnya akan mengakibatkan tekanan dan keradangan di dalam
rongga sinus. Bakteria dan kulat amat mudah untuk membiak di dalam rongga
sinus yang tersumbat.
I.4 TIROID
Ada dua jenis penyakit tiroid yang utama:
Hipotiroidisme
Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Tanpa hormon ini tubuh
tidak bekeja dengan semestinya sehingga bisa menimbulkan pertumbuhan
badan yang lambat, lambat berbicara, lemah, bertambah berat badan, rambut
rontok, kulit kering, dan meningkatkan sensitivitas pada pilek. Hipotiroid
yang sangat berat disebut miksedema.
4
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid bekerja
secara berlebihan, sehingga menghasilkan sejumlah besar hormon tiroid.
Hipertiroidisme bisa ditemukan dalam bentuk penyakit Graves, gondok
noduler toksik atau hipertiroidisme sekunder.
I.5 ASMA
Asma (asthma bronchiale) atau bengek adalah suatu penyakit peradangan
steril (dan alergi) kronis yang bercirikan serangan sesak napas akut secara
berkala, mudah tersengal-sengal, disertai batuk dan hiperereksi dahak.
Status asthmaticus adalah keadaan asma yang hebat, yakni penciutan
bronchi menjadi lebih kuat dan bertahan lebih lama ( sampai lebih dari 24 jam).
Ciri-ciri lainnya adalah tacicardia dan tak bisa berbicara lancar (tersendal-sendal)
akibat napas tersengal-sengal.
Penderita asma memiliki kepekaan terhadap infeksi saluran napas,
kebanyakan terhadap virus. Akibatnya adalah peradangan bronchi yang juga
dapat menimbulkan serangan asma.
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 TUBERKULOSIS
Pengertian
6
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paruparu walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan
orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang
manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh
kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam
lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyaki TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
1.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
1.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
7
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
2.
sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
3.
disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
4.
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Klasifikasi TBC
Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, dibagi dalam :
1.
TB paru BTA positif
Sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgent dada menunjukkan
gambaran tuberkuosis aktif
2.
TB paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan rontgent dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB paru BTA negatif rontgent
positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat
dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgent dada memperlihatkan
8
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ”far advanced” atau
millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk.
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang ditunjukan oleh foto
toraks, TB dibagi dalam :
1.
TB paru dengan kelainan paru luas
2.
TB paru dengan kelainan paru sedikit
Berdasarkan riwayat pengobatan penderita, digolongkan atas tipe :
1. Kasus baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (30 dosis harian).
2. Kambuh: penderita yang sebelumnay pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
3. Pindahan: penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan / pindah.
4. Lalai: Penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
5. Gagal: penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
lebih, atau penderita dengan hasil BTA negatif rontgent positif menjadi
BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
9
6. Kronis: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2.
Patogenitas
Lebih dari 20 spesies Mycrobacterium berukuran panjang 5µ dan lebar
3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Bakterinya berbentuk
batang dan telah tercemar dengan fochsin-carbol yang menyimpan suatu
pigmen merah, meskipun ada usaha untuk mewarnai kembali dengan alkohol
asam, Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya
dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam.
Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau
BTA. Banyak tes telah dilakukan untuk membedakan spesies dari berbagai
mycobacteri, misalnya yang memproduksi niasin, katalase, pigmen dan yang
mempunyai pengaruh terhadap cahaya dan pertumbuhannya cepat. Hanya
Mycobacterium tuberculosis, M. bovis dan M. africanum
memperlihatkan
sifat
pathogen
pada
manusia
normal.
yang telah
Dimana
M.
tuberkulosislah-lah yang paling umum (lazim). M.tuberculosis berkembang
lambat (15-20 jam) dalam menghasilkan niasin dan tidak tahan katalase serta
kurang menghasilkan pigmen produksi.
Penyebaran
10
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mycobacterium tubercolusis yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering
terkena yaitu paru-paru.
Kuman TB yang masuk melalui pernafasan menetap di alveolus.
Infeksi dimulai ketika ia berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri
di Paru mengakibatkan peradangan di dalam paru, yang disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dibuktikan dengan tes kulit
dengan hasil positif.
Perkembangan selanjutnya tergantung dari daya tahan tubuh. Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman
TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persiter atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
11
bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkolusis. Masa inkubasi diperkirakan
sekitar 6 bulan.
Epidemologi
Karena TBC ditularkan dengan cepat dari manusia satu ke manusia lain
melalui partikel-partikel aerosol, individu-individu dalam lingkungan tertutup
menampakkan aktivitas penyakit TBC pulmonary relatife lebih tinggi resikonya
untuk terinfeksi. Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau
menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman
tuberculosis.
Meskipun kecepatan meratanya tinggi pada kaum tua, kecepatan
penyakit lebih tinggi juga pada umur 25-44tahun. Hal ini dapat dihubungkan
dengan kecepatan meningkatnya dalam populasi kecil, dimana kecepatan
penyakit lebih besar terjadi pada individu berumur 30-34 tahun. Kelompok
umur ini juga menggambarkan wanita
yang masih memiliki kemampuan
melahirkan. Hal yang tidak menyenangkan adalah kecepatan TBC pada anakanak juga meningkat, Baik pada bangsa kulit putih maupun non. Pria memiliki
kecenderungan 2 kali lebih tinggi terinfeksi TBC dibanding wanita.
Tes-tes yang biasa untuk TBC :
12
1. Tes Kulit Tuberkulin (Tes Mantoux) menunjukkan apakah seseorang mungkin
terinfeksi.
2. Sinar X dada dapat menunjukkan apakah ada kesan-kesan TBC pada paru-paru.
3. Tes dahak menunjukkan apakah ada kuman TBC dalam dahak yang dibatukkan.
Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan
pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi
ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar
pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran
kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis
tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi
“cold abscess”
13
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi
jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari
berturut-turut.
Bahan
pemeriksaan/spesimen
yang
berbentuk
cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm
atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada
fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi)
sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat
sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji
resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke
laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
14
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus
dipastikan telah tertulis identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
Pemeriksaan laboratorium.
Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan
pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. Cara
pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:
- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian
tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari
kertas saring sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal
di dalam dus
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik
kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
15
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
- Mikroskopik
- Biakan
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen Mikroskopik fluoresens: pewarnaan
auramin-rhodamin (khususnya untuk screening) lnterpretasi hasil pemeriksaan
dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ® BTA positif 1 kali positif, 2 kali
negatif ® ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasiliti foto toraks, kemudian bila 1
kali positif, 2 kali negatif ® BTA positif bila 3 kali negatif ® BTA negative.
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi
WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease) :
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
16
Interpretasi hasil dapat juga dengan cara Bronkhorst SkalaBronkhorst (BR) :
- BR I : ditemukan 3-40 batang selama 15 menit pemeriksaan
- BR II : ditemukan sampai 20 batang per 10 lapang pandang
- BR III : ditemukan 20-60 batang per 10 lapang pandang
- BR IV : ditemukan 60-120 batang per 10 lapang pandang
- BR V : ditemukan > 120 batang per 10 lapang pandang
Pemeriksaan biakan kuman:
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan
cara :
- Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh
- Agar base media : Middle brook Melakukan biakan dimaksudkan untuk
mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan
juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT
dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan,
menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen
bromide serta melihat pigmen yang timbul
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam- macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik
yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
17
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung ) :
- Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,
biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari
atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai
aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.
- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses
penyakit. Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA negatif) :
- Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal
junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
18
- Lesi luas, Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.
Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.
2. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini
adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak
dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil
pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar
internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada
yang menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai
sebagai pegangan untuk diagnosis TB Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut
19
diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstra paru
sesuai dengan organ yang terlibat.
3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respon humoral berupa proses antigenantibodi yang terjadi. Beberapa masalah
dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu
yang cukup lama.
b. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji
serologik untuk mendeteksi antibodi M. tuberculosis dalam serum. Uji ICT
merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang
berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38
kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1
garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml
diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati
garis
antigen.
Apabila
serum
mengandung
antibody
IgG
terhadap
M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk
garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk
garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
c. Mycodot
20
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke
dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik
anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka
akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah
d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh,
para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar
antibodi yang terdeteksi.
e. Uji serologi yang baru / IgG TB (dr. Erlina)
Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan
untuk diagnosis.
Pemeriksaan lain
1. Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu
dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.
Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji.
Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat
sel limfosit dominan dan glukosa rendah
21
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histologi. Bahan
jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :
· Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
· Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen
Silverman)
· Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi,
trans thoracal biopsy/TTB, biopsy paru terbuka).
· Otopsi Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan
dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi
untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua
dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat
pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan
tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis. Di
Indonesia dengan prevalensi tuberculosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan
22
mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositifan dari uji
yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat
memberikan hasil negatif.
FARMAKOLOGI OBAT-OBAT ANTITUBERKULKOSIS
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun
demikian,
pengobatan
TBC
paru-paru
hampir
selalu
menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan
pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini.
23
No.
1.
Nama Obat
Golongan
Indikasi
Tuberculosis
Efek Samping
Mual, muntah,
dalam
Generik
INH
Paten
Beniazid
Seh
neuritis perifer,
(Pembangunan),
mg
kombinasi
neuritik optic,
Decadoxin(Harsen),
dengan obat
kejang, episode
Pehadoxin (Pharos)
lain; profilaksis
psikosis; reaksi
hipersensitivitas
Isoniazid
seperti demam,
purpura;
hepatitis,
hiperglikemia
dan
Antituberkulosis
2.
Tuberculosis,
ginekomastia.
Nyeri
Rifampisin,
Ipirif (Tempo),
Dew
lepra
epigastrium,
kombipak
Kalrifam (Kalbe
dos
anoreksia, mual,
Farma), Rifamtibi
300
muntah, diare,
(Sanbe), Rifampin
mg
trombositopenia,
(Pharos)
Ana
Rifampisin
sakit kepala,
mg
pusing,
gangguan
3.
Pyrazinamide
Tuberkulosis
penglihatan
Hepatoksisitas,
dalam
Sanazet (Sanbe),
Seh
termasuk
Corsazinamide
mg
kombinasi
demam
(Corza), Tibicel
dengan obat
anoreksia,
(Pembangunan)
24
Pyrazinamide
lain
hepatomegali,
ikterus, gagal
hati;
mual,muntah,
Antituberkulosis
4.
Tuberkulosis
urtikaria
Gangguan
paru
Etambutol
Etambutol
Kalbutol (Kalbe F),
BB
penglihatan,
Primbutol (Pharos),
750
demam, kulit
Santibi (Sanbe),
sela
kemerahan, sakit
Ottobutol (Otto)
bula
kepala, bingung
BB>
g/h
Aminoglikosida
5.
Streptomicin
Infeksi karena
Gangguan
Streptomisina
Streptomicyn
1 bu
1g/
microbakterium
vestibuler dan
sulfat
Sulphate Meiji
tun
tuberkulosis, H.
pendengaran,
(Meiji Indonesia)
dala
influenzae; E.
nefrotoksisitas,
terb
coli, infeksi
hipomagnesemia
sela
paru-paru
pada pemberian
har
kronik,
jangka panjang
lebi
gonorrhoea &
kolitis karena
tularemia
antibiotik
Mekanisme Kerja Obat
25
Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen
terpenting pada dinding sel bakteri. Rifampisin menghambat aktivitas polymerase
RNA yang tergantung DNA pada sel-sel yang rentan. Pirazinamid adalah analog
pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau bakterisid terhadap
Mycobacterium
tuberculosis
tergantung
pada
pemberian
dosis.
Etambutol
menghambat sintesis minimal 1 metabolit yang menyebabkan kerusakan pada
metabolism sel, menghambat multiplikasi dan kematian sel. Steptomicin adalah
antibiotic bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein. Etionamida dapat bekerja
sebagai bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentrasi obat. Etionamida
dapat menghambat sitesis peptide pada organism yang rentan. Asam aminosalisilat
menghambat pembentukan asam folat atau menghambat pembentukan komponen
dinding sel, mikobaktin dengan menurunkan pengambilan besi oleh Mycobacterium
tuberculosis.
Prinsip Pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk
kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC
akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk menjamin kepatuhan
26
penderita menelan obot , pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung
(DOT=Direcly Observed Treatment) oleh seorang pengawas Menelan Obat (PMO )
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT (obat
anti tuberculosis) terutama rifampisin . Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum
dalam jangka waktu yang lebih lama. Pengawasan Ketet dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persister ( dormant ) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
Panduan OAT di Indonesia
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan
untuk memudahkam pemberian obat dan menjamin kelangsungan ( kontinuitas )
pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu ( 1) penderita dalam satu (1)
masa pengobatan.
a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )
27
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ), Pirasinamid ( Z)
dan Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZE ). Klemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid
(H) dan Rifampisin ( R ) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H
3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC Paru BTA Positif
- Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang “ sakit berat “ dan
- Penderita TBC Ekstra Paru berat.
Tabel 1 : Paduan OAT Kategori 1
Dosis Per
Tahap
pengobatan
Lamanya
Pengobatan
Tablet
Kaplet
hari / Kali
Tablet
Pirasinamid
Isoniasid
@ 300 mg
Rifampisin
@ 450 mg
@
500 mg
Etambutol
@ 250 mg
kali menelan
obat’
2 Bulan
1
1
3
3
60
2 bulan
2
1
-
-
54
Tablet
Jumlah hari /
Tahap
Intensif
Dosis
harian)
Tahap
lanjutan
( Dosis 3 X
seminggu )
Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan B antara 33-50 kg. Satu
paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister
28
HRZE untuk tahap intensif dan 54 blister. HRH untuk tahap lanjutan masingmasing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.
b) Kategori –2 ( 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 )
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan
dengan Isoniasid ( H) , Rifampisin ( R), Pirasinamid ( Z),dan Etambutol ( E)
setiap hari . Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan
HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa
suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita kambuh ( relaps )
- Penderita Gagal ( failure )
- Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )
Tabel 2 : Paduan OAT Kategori 2
Tahap
Lamanya
pengobatan
Pengobatan
etambutol
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet @
Streptomis
Tablet @
in Injeksi
Jumlah
Hari /
Kali
Pirasinamid
Isoniasid
Rifampisin
@ 300 mg
@ 450 mg
@
500 mg
250 mg
500 mg
2 Bulan
1
1
3
3
-
1 bulan
5 bulan
1
2
1
1
3
-
3
1
2
Menelan
Oba
Tahap
Intensif
Dosis
0,75 gr
60
-
30
66
harian)
Tahap
lanjutan
29
( Dosis 3 X
seminggu )
Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 kg. Satu
paket kombipak kategori 2 berisi 156 blister harian yang terdiri dari 90 blister HRZE
untuk tahap intensif dan 66 blister HRE untuk tahap lanjutan masing-masing dikemas
dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar disamping itu disediakan 30 vial
streptomicin @ 1,5 gr dan pelengkap pengobatan ( 60 spuit dan aquabidest ) untuk
tahap intensif.
c) Kategori –3 ( 2HRZ / 4H3R3 )
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan
3 kali seminggu ( 4H3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe ( limfadenitis ) pleuritis
eksudativa unilateral TBC kulit , tbc tulang ( kecuali tulang belakang ) sendi dan
kelenjar aderenal.
Tabel 3 : Paduan OAT Kategori 3
Tahap
Lamanya
Tablet
Kaplet
Tablet
Jumlah
Pengobatan
Pengobatan
Isoniadid
Rifampisin
Pirasinamid
hari
30
menelan
@ 300 mg
@ 450 mg
@ 500 mg
obat
Tahap
intensif
2 bulan
1
1
3
60
4 bulan
2
1
-
54
(dosis
harian )
Tahap
Lanjutan
(dosis 3x
seminggu )
Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 Kg
Satu paket kombipak kategori 3 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60
blister HRZ untuk tahap intensif dan 54 bliter HR untuk tahap lanjutan masing
masing di kemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar
d) OAT SISIPAN ( HRZE )
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif diberikan obat sisipan
(HRZE ) setiap hari selama 1 bulan
Tabel 4 : Paduan OAT Sisipan
Tahap
Lamanya
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet
Jumlah
Pengobatan
Pengobatan
Isoniadid
Rifampis
Pirasinami
Etambut
hari
@ 300
in @ 450
d @ 500
ol @250
menelan
31
mg
mg
mg
mg
obat
1
1
3
3
30
Tahap
intensif
1 bulan
(dosis
harian )
Keterangan dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33 – 50 kg
Satu paket obat sisipan berisi 30 blister HRZE yang dikemas dalam 1 dos
kecil
Perawatan
Perawatan bagi TBC aktif dan TBC pasif walaupun menggunakan obat anti
tubercolusis (OAT) yang sama namun periode perawatannya berbeda.
Penderita TBC pasif (infeksi TBC) cukup diberi perawatan dalam waktu 6
bulan yang dikenal dengan perawatan pencegahan. Sedangkan penderita TBC aktif
(penyakit TBC) memerlukan waktu 6-9 bulan dan isolasi mungkin diperlukan ketika
dianggap menular. Perawatan dalam kedua keadaan itu disertai dengan konsumsi
makanan bergizi, istirahat yang cukup dan, mengikuti saran-saran dokter.
Karena pengobatan ini memerlukan waktu yang lama dan obat-obatan yang
diminum juga banyak, maka faktor kepatuhan penderita minum obat sangat
diperlukan untuk mencegah kegagalan terapi atau resistensi. Untuk itu dilakukan
strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal
dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse).
32
Dalam DOTS ada seseorang yang akan mengawasi serta mengingatkan
penderita minum OAT yang disebut dengan Pengawas Minum Obat (PMO). Biasanya
PMO ini berasal dari keluarga atau kerabat dekat penderita.
Dengan menggunakan strategi DOTS proses penyembuhan TBC dapat
secara cepat dan tepat.
DOTS
DOTS
penyembuhan
(Directly
TBC
Observed
jangka
pendek
Treatment
dengan
Shortcourse)
pengawasan
adalah
secara
strategi
langsung.
Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa mencapai 95%.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:
Adanya komitment politis dari pemerintah untuk bersungguhsungguh menanggulangi TBC, sehingga dengan adanya peran serta berbagai
unsur pemerintah dan masyarakat diharapkan program ini berjalan sukses.
Meningkatkan deteksi dini dan kemampuan diagnosis penyakit
TBC di pusat pelayanan kesehatan perifier (Puskesmas)
Pengobatan TBC dengan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek
dengan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat)
Tersedianya OAT yang terjangkau penderita secara konsisten
Pencatatan dan pelaporan penderita TBC
33
Tips untuk penderita penyakit TBC
Jangan lupa untuk secara teratur minum obat setiap harinya,
sesuai anjuran dokter
Selalu menutup mulut dengan tisu jika batuk, bersin atau
tertawa. Simpan tisu dalam tempat tertutup dan buang di tempat sampah
Beraktifitas seperti biasa, seperti sekolah, bermain, dan
bekerja. Selama penderita TBC minum obat dengan benar, maka risiko
menularkan akan hilang. Jadi aktifitas sosial dan harian tidak ada yang perlu
dibatasi, artinya penderita TBC jangan dikucilkan atau dijauhi.
Sirkulasi dalam kamar harus baik, jika perlu tambahkan kipas
angin untuk membuang udara di dalam kamar. Usahakan tinggal dalam kamar
atau rumah yang memiliki ventilasi cahaya baik. Kuman TBC mudah
menyebar dalam ruangan tertutup dan tidak ada sirkulasi udara.
Setelah minum obat selama 1-2 minggu, pada umumnya penderita sudah tidak
menularkan kuman TBC.
Obat tradisional untuk penyakit TBC
1. Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan adalah tumbuhan liar yang ada di dataran rendah, sampai sekitar
2.500 m di atas permukaan air laut.
34
Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan
kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti
Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol,
tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Laorpuksa A.
dan
kawan-kawan
dalam
penelitian
pada
1988
membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan
infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert D. dan kawan-kawan dari
Tuberculosis Research Center di India mencoba efek pegagan pada bakteri
tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak langsung berefek
pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih lanjut
terhadap senyawa aktif asiaticoside.
Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa
aktif pegagan itu ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan
Bacillus leprae (Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter
H. Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yang
menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.
Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. dan kawankawan, yang menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus
tuberkulosis selama 15 hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada
marmut, terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan
limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat
35
pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator peningkat daya tahan tubuh.
Secara empiris, pemanfaatan pegagan untuk membasmi tuberkulosis
paru-paru dapat dilakukan dengan berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 - 60 g
pegagan segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, dan diminum 3
kali sehari. Untuk TB kulit, lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian
yang sakit.
2. Singawalang (Petiveria alliacea)
Singawalang merupakan salah satu tanaman dalam famili Phytolaccaceae
(gandola-gandolaan). Sebagai tanaman introduksi, singawalang masuk ke
Indonesia melalui India. Terna kecil berbentuk semak-semak merunduk ini
tingginya bisa mencapai 1 m. Berdaun jorong dengan panjang 6 – 19 cm,
meruncing atau lancip, tajam lampai, dan tak bertajuk. Buahnya longkah
berbentuk garis seperti taji sepanjang 6 mm.
Singawalang dapat tumbuh subur di kebun-kebun di daerah panas. Ciri
khasnya, berbau seperti marga bawang (Allium). Ia dapat memberi bau tak enak
pada susu dan daging dari ternak yang memakan daunnya.
Karena berkhasiat obat, pada 10 April 1993, presiden RI ketika itu,
Soeharto, menjulukinya daun tangguh. Budidayanya pun telah berhasil dilakukan
untuk diambil daunnya sebagai bahan obat kanker.
36
Berdasarkan pengamatan lapangan maupun studi etnobotani di salah satu
kampung di Bogor, diketahui tanaman singawalang sudah lama digunakan
masyarakat secara turun-temurun sebagai obat tradisional penderita muntah
darah (pneumonia) akibat penyakit TBC. Pengobatan tradisional ini juga banyak
membantu penderita di sebagian belahan dunia. Upaya penelitian pun dilakukan
dalam bidang etnobotani maupun farmakologi terhadap singawalang.
Di daerah asalnya, yakni Amerika tropis, singawalang digunakan sebagai
bahan obat insektisida dan obat batuk rejan secara tradisional. Oleh penduduk
setempat tanaman ini juga digunakan sebagai obat minum peluruh kencing
(diuretik), peluruh dahak (ekspektoran), peluruh keringat (sudorifik), peluruh
cacing (vermifuga), pereda kekejangan (antipasmodik), dan obat bagi penderita
penyakit saraf.
Di Haiti, daun dan akarnya yang ditumbuk digunakan sebagai obat isap
bagi penderita radang sakit kepala sebelah (migren). Serbuk daunnya
dimanfaatkan pula sebagai bahan obat cuci mulut pasien yang sakit gigi.
Sementara masyarakat Dominika memanfaatkan air rebusan akar singawalang
untuk mengobati penyakit rematik dan radang paru-paru (pneumonia).
Penelitian terhadap khasiat singawalang juga dilakukan dalam proyek
penelitian yang disebut TRAMIL. Penelitian ini melibatkan berbagai disiplin
ilmu, macam etnologi, botani, fitokimia, farmasi, kedokteran, dan masyarakat
umum. Tujuannya, mengkaji lebih mendalam pengobatan tradisional yang
37
bersifat populer, termasuk dengan ramuan tanaman singawalang, di Haiti,
Republik Dominika, dan negara lainnya di kawasan Karibia.
Menurut Weniger B. dkk. dalam Elements For A Caribbean Pharmacopeia
(1988), berdasarkan hasil analisis kimia di dalam tanaman singawalang
terkandung senyawa triterpenes jenis isoarbinol, asetat, cinnamate isoarbinol, dan
coumarin.
Akar
dan
batangnya
benzthydroxyethyltrisulfide,
mengandung
trithiolaniacine,
bahan
benzenic,
jadian
sulfur,
bensaldehyde,
dan
(5) lembar
daun
benzoic acid.
Dosis pemakaian:
Untuk pengobatan diperlukan
sebanyak
lima
singawalang yang telah dicuci bersih. Tumbuk halus sampai seperti bubur.
Hasilnya diseduh dengan setengah (½) gelas air panas, bubuhi garam dan gula
merah secukupnya. Lalu, diaduk sampai bahan-bahan itu larut. Akhirnya, saring
dengan saringan teh untuk mendapatkan sarinya. Setelah dingin baru diminum.
Dalam sehari minum dua kali.
3.
Tembelekan (Lantana camara)
Tumbuhan ini dapat hidup secara liar atau ditanam sebagai tanaman hias
dan tanaman pagar. Perdu setinggi 0,5 - 4 m dan berbau ini secara empiris
berkhasiat meredakan demam, penawar racun, penghilang nyeri, dan penghenti
perdarahan. Ia tumbuh di dataran rendah sampai 1.700 m di atas permukaan laut.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis: Akar: Rasa manis, sejuk. Penurun
panas, penawar racun (antitoxic), penghilang sakit. Daun: rasa pahit, sejuk,
38
berbau, agak beracun (toxic). Menghilangkan gatal (anti pruritus), antitoxic,
menghilangkan pembengkakan. (anti-swelling). Bunga: Rasa manis, sejuk,
penghenti perdarahan (hemostatik). Kandungan kimia: Daun: Lantadene A (0,310,68%), lantadene B (0,2%), lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung
minyak menguap 0,16 - 0,2%), Beta-caryophyllene, gamma-terpidene, alphapinene, p-cymene.
Untuk melawan tuberkulosis paru-paru dengan batuk darah, digunakan
bunga tembelekan kering sebanyak 6 - 10 g, direbus dalam 3 gelas air bersih
sampai air rebusannya tersisa separuh. Setelah dingin, air rebusan itu disaring,
dibagi untuk 3 kali minum (pagi hari, siang, dan sore) masing-masing setengah
gelas.
4.
Bambu Tali (Asparagus cochinchinensis)
Tumbuhan asal Cina, Jepang, dan Korea ini tingginya dapat mencapai 1,5
m. Daunnya berwarna hijau, berbentuk helai panjang, runcing, dan halus.
Dalam pengobatan Cina dan tradisional lainnya disebutkan tanaman ini
mempunyai sifat - Rasa manis, pahit, dingin. Masuk meridian paru-paru dan
ginjal, menyuburkan Yin, membersihkan paru-paru dan menurunkan panas api,
merangsang produksi cairan tubuh, anti toxic, anti neoplastik dan anti piretik.
Bagian yang digunakan untuk obat adalah umbinya. Untuk mengatasi
penyakit tuberkulosis yang disertai batuk darah, digunakan 6 - 12 g umbi kering
39
bambu tali, direbus dalam 1,5 gelas air. Air rebusannya diminum dalam keadaan
hangat dua kali sehari, sampai penyakit sembuh.
II.2 TIROID
1. Pengertian
Penyakit Tiroid atau gondok adalah penyakit yang terjadi karena
gangguan pada kelenjar tiroid atau gondok manusia yang bentuknya seperti
40
kupu-kupu. Ia terletak di daerah leher sebelah depan pada ruas ke 2 dan 3
daritenggorokan.
Tiroid atau kelenjar gondok adalah sebuah organ kecil yang terdiri dari
dua bagian yang dihubungkan oleh jembatan mirip suatu perisai. Letaknya
dibagian bawah leher mendampingi batang tenggorok.
Jaringan tiroid terdapat pada semua vertebrata. Pada hewan menyusui,
tiroid berasal dari evaginasi dasar farings, dan duktus tiroglosus menandai
jalur perjalanan tiroid dari lidah ke leher, yang kadang-kadang menetap sampai
dewasa.
Tiroid terbentuk dari banyak (Folikel). Masing-masing folikel sferis
dikelilingi oleh suatu lapisan sel dan di isi oleh bahan proteinaseosa berwarna
merah muda yang disebut koloid. Saat kelenjar tidak aktif koloid berjumlah
banyak, folikel berukuran besar dan sel-sel yang membatasinya tipis. Bila
kelenjar aktif maka folikel menjadi kecil, sel-selnya kuboid atau kolumnar dan
tepi
folikel
mengalami
lekukan-lekukan
membentuk
banyak
“lakuna
reabsorpsi”
2. Fungsi tiroid
Tiroid berfungsi untuk membentuk dan mensekresi beberapa hormon yaitu
liotironi (T3) dan tiroksin (T4). Dibawah pengaruh hormone TRH
(Tyrotropin Releasing Hormone, protirelin) dari hipotalamus, hipofise
mensekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) yang selanjutnya
menstrimulasi tiroid untuk memisahkan T3 dan T4.
41
Bila dilihat dari fungsi, tiroid dibagi menjadi 2 YAITU :
Hipertiroid, di mana kelenjar gondok akan menghasilkan hormon gondok
yang berlebihan.
Hipotiroid yaitu produk hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Umumnya penyakit ini disebabkan karena ketidakstabilan hormon atau
infeksi, ada juga yang disebabkan karena gangguan autoimun, di mana tubuh
menghasilkan zat antibodi yang berpengaruh pada kelenjar gondok, sehingga
bisa menyebabkan kekurangan atau kelebihan produksi hormon gondok.
Khusus untuk gondok endemik, gangguan disebabkan karena kurangnya zat
yodium yang masuk ke dalam tubuh.
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme (tirotoksikosis) yaitu gangguan fungsi kelenjar gondok yang
ditandai dengan kegelisahan, penurunan berat, hiperfagia,
peningkatan tekanan denyut, tremor halus bila jari
intoleransi panas,
diluruskan, kulit hangat
dan lembut dan berkeringat.
Hipertiroidisme dibedakan atas 2 yaitu penyakit Grave (penyakit Basedow)
dan penyakit Plummer.
Penyakit Grave
Penyakit ini diakibatkan oleh suatu proses auto-imun, dimana antibodies IgG
mengikat pada reseptor TSH di tiroid. Efeknya adalah stimulasi produksi T 4, jadi
42
sama dengan efek TSH. Mungkin pembentukan antibodies tersebut dipicu oleh
infeksi karena suatu kuamn Gram-negatif (antara lain E.Coli, Yersinia) yang
memiliki tempat pengikatan TSH. Wanita dihinggapi penyakit ini 5x lebih sering
dibandingkan pria. Pada sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan
spontan dalam waktu satu tahun.
Gejalanya yang khas berupa trias : bola mata menonjol (exophthalmus)
dengan pembesaran tiroid (struma difus) dan tireotoxicose
(tachycardia,
atriumfibrilasi, tremor dan badan menjadi kurus). Gejala ini dapat berupa keluhan
mata (nyeri, visus guram, peka cahaya, udem, conjunctivitis) akibat proses autoimun pula (auto-antibodies, kompleks imun). Gejala ini dapat ditanggulangi
dengan prednison 40 mg atau lebih, yang berdaya menekan proses auto imun
selular dan humoral (imunsupresif).
Penyakit Plummer gejala pada mata tidak ada dan biasanya disebabkan oleh
hipersekresi hormon tiroid oleh satu nodulus tiroid saja.
Dalam serum penderita penyakit Grave ditemukan suatu protein yang berbeda
dengan TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) secara imunologis, tetapi
merangsang tiroid juga. Efeknya lebih lambat dan lama, karena itu protein
tersebut dinamai LATS (Long Acting Thyroid Stimulator). Telah ada bukti bahwa
LATS merupakan zat anti yang timbul karena reaksi autoimun terhadap protein
tiroid. Mungkin sekali sebagian besar penyakit Grave disebabkan oleh adanya
autoimun, terutama gejala eksoftalamus.
43
Semua gejala hipertiroidisme terjadi karena pembentukan panas yang terlalu
banyak, kepekaan neuromuscular yang berlebihan dan aktivitas saraf simpatis
yang bertambah. Peninggian BMR (Basal Metabolic Rate) memberikan gejala
yang mirip dengan gejala yang terjadi karena kerja otot yang berlebihan dalam
udara panas : kulit kemerahan, panas, basah, otot lemah, tremor, nadi cepat dan
denyut jantung lebih keras. Semuanya ini mengakibatkan nafsu makan bertambah
dan bila kebutuhan tersebut tidak dicukupi maka berat badan akan menurun.
MAKALAH
”TUBERKULOSIS, BRONCHITIS, SINUSITIS, TIROID, DAN
ASMA”
OLEH :
KELOMPOK 8
KELAS B
KARNILAH DARAJAT
N211 10 673
A. BAU DEWI SARTIKA
N211 10 674
ANA ARISTA
N211 10 675
RESTY ANGRIANI
N211 10 677
TONY LIAMRI
N211 10 678
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 TUBERKULOSIS
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paruparu walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan
orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang
manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks
Mycobacterium
tuberculosis,
yang
peka
terhadap
obat,
praktis
dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima
tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap
tahun. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus
meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap
dua menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Kenyataan
2
mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu mengkhawatirkan, sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit
TBC .
I.2 BRONCHITIS
Bronchitis adalah penyakit pernapasan dimana selaput lendir pada
saluran-saluran bronchial paru meradang. Ketika selaput yang teriritasi
membengkak dan tumbuh lebih tebal, ia menyempitkan atau menutup jalan-jalan
udara yang kecil dalam paru-paru, berakibat pada serangan-serangan batuk yang
disertai oleh dahak yang tebal dan sesak napas. Penyakit mempunyai dua bentuk:
akut (berlangsung kurang dari 6 minggu) dan kronis (kambuh seringkali untuk
lebih dari dua tahun). Sebagai tambahan, orang-orang dengan asma juga
mengalami peradangan lapisan dari tabung-tabung bronchial yang disebut
asthmatic bronchitis.
Bronchitis akut bertanggung jawab untuk batuk kering dan produksi dahak
yang adakalanya disertai infeksi pernapasan bagian atas. Pada kebanyakan kasuskasus infeksi berasal dari virus, namun adakalanya ia disebabkan oleh bakteri.
Jika sebaliknya anda dalam kesehatan yang baik, selaput lendir akan kembali
normal setelah anda telah sembuh dari infeksi awal paru, yang biasanya
berlangsung beberapa hari.
Bronchitis kronis adalah kekacauan jangka panjang yang serius yang
seringkali memerlukan perawatan medis yang teratur.
I.3 SINUSITIS
3
Sinus adalah suatu rongga yang dipenuhi udara atau kaviti yang terletak
di antara tulang muka yang mengelilingi hidung. Sinusitis pula ialah jangkitan
atau pembengkakan yang berlaku ke atas membran mukus di dalam rongga sinus.
Sinus boleh dibahagikan kepada 4 bahagian iaitu Frontal, Sphenoidal, Ethmoid
dan juga Maxillary. Apabila membran mukos mendapat jangkitan daripada
bakteria, virus atau pun kulat, ia akan menjadi bengkak dan seterusnya
menghalang pengaliran mukos atau lendir daripada sinus ke dalam hidung dan
tekak yang akhirnya akan mengakibatkan tekanan dan keradangan di dalam
rongga sinus. Bakteria dan kulat amat mudah untuk membiak di dalam rongga
sinus yang tersumbat.
I.4 TIROID
Ada dua jenis penyakit tiroid yang utama:
Hipotiroidisme
Hipertiroidisme / Tirotoksikosis
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid kurang
aktif dan menghasilkan terlalu sedikit hormon tiroid. Tanpa hormon ini tubuh
tidak bekeja dengan semestinya sehingga bisa menimbulkan pertumbuhan
badan yang lambat, lambat berbicara, lemah, bertambah berat badan, rambut
rontok, kulit kering, dan meningkatkan sensitivitas pada pilek. Hipotiroid
yang sangat berat disebut miksedema.
4
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar tiroid bekerja
secara berlebihan, sehingga menghasilkan sejumlah besar hormon tiroid.
Hipertiroidisme bisa ditemukan dalam bentuk penyakit Graves, gondok
noduler toksik atau hipertiroidisme sekunder.
I.5 ASMA
Asma (asthma bronchiale) atau bengek adalah suatu penyakit peradangan
steril (dan alergi) kronis yang bercirikan serangan sesak napas akut secara
berkala, mudah tersengal-sengal, disertai batuk dan hiperereksi dahak.
Status asthmaticus adalah keadaan asma yang hebat, yakni penciutan
bronchi menjadi lebih kuat dan bertahan lebih lama ( sampai lebih dari 24 jam).
Ciri-ciri lainnya adalah tacicardia dan tak bisa berbicara lancar (tersendal-sendal)
akibat napas tersengal-sengal.
Penderita asma memiliki kepekaan terhadap infeksi saluran napas,
kebanyakan terhadap virus. Akibatnya adalah peradangan bronchi yang juga
dapat menimbulkan serangan asma.
5
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 TUBERKULOSIS
Pengertian
6
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paruparu walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan
orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang
manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh
kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis dapat
disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam
lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.
Gejala Penyakit TBC
Gejala penyaki TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis
tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk
menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
1.
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan
malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam
seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
1.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
7
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
2.
sesak.
Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
3.
disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
4.
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Klasifikasi TBC
Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum, dibagi dalam :
1.
TB paru BTA positif
Sekurangnya 2 dari 3 spesimen sputum SPS hasilnya BTA positif. 1 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgent dada menunjukkan
gambaran tuberkuosis aktif
2.
TB paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan rontgent dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TB paru BTA negatif rontgent
positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat
dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgent dada memperlihatkan
8
gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses ”far advanced” atau
millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk.
Berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang ditunjukan oleh foto
toraks, TB dibagi dalam :
1.
TB paru dengan kelainan paru luas
2.
TB paru dengan kelainan paru sedikit
Berdasarkan riwayat pengobatan penderita, digolongkan atas tipe :
1. Kasus baru: penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan (30 dosis harian).
2. Kambuh: penderita yang sebelumnay pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
3. Pindahan: penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten
lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan
tersebut harus membawa surat rujukan / pindah.
4. Lalai: Penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2
bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita
tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
5. Gagal: penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau
lebih, atau penderita dengan hasil BTA negatif rontgent positif menjadi
BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan.
9
6. Kronis: penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah
selesai pengobatan ulang kategori 2.
Patogenitas
Lebih dari 20 spesies Mycrobacterium berukuran panjang 5µ dan lebar
3µ, tidak membentuk spora, dan termasuk bakteri aerob. Bakterinya berbentuk
batang dan telah tercemar dengan fochsin-carbol yang menyimpan suatu
pigmen merah, meskipun ada usaha untuk mewarnai kembali dengan alkohol
asam, Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya, misalnya
dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam.
Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau
BTA. Banyak tes telah dilakukan untuk membedakan spesies dari berbagai
mycobacteri, misalnya yang memproduksi niasin, katalase, pigmen dan yang
mempunyai pengaruh terhadap cahaya dan pertumbuhannya cepat. Hanya
Mycobacterium tuberculosis, M. bovis dan M. africanum
memperlihatkan
sifat
pathogen
pada
manusia
normal.
yang telah
Dimana
M.
tuberkulosislah-lah yang paling umum (lazim). M.tuberculosis berkembang
lambat (15-20 jam) dalam menghasilkan niasin dan tidak tahan katalase serta
kurang menghasilkan pigmen produksi.
Penyebaran
10
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mycobacterium tubercolusis yang dilepaskan pada saat penderita TBC
batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC
dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar
getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh
organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar
getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering
terkena yaitu paru-paru.
Kuman TB yang masuk melalui pernafasan menetap di alveolus.
Infeksi dimulai ketika ia berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri
di Paru mengakibatkan peradangan di dalam paru, yang disebut sebagai
kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan
kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi dibuktikan dengan tes kulit
dengan hasil positif.
Perkembangan selanjutnya tergantung dari daya tahan tubuh. Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh dapat menghentikan perkembangan kuman
TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman
persiter atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu
menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
11
bersangkutan akan menjadi penderita Tuberkolusis. Masa inkubasi diperkirakan
sekitar 6 bulan.
Epidemologi
Karena TBC ditularkan dengan cepat dari manusia satu ke manusia lain
melalui partikel-partikel aerosol, individu-individu dalam lingkungan tertutup
menampakkan aktivitas penyakit TBC pulmonary relatife lebih tinggi resikonya
untuk terinfeksi. Penularan penyakit ini karena kontak dengan dahak atau
menghirup titik-titik air dari bersin atau batuk dari orang yang terinfeksi kuman
tuberculosis.
Meskipun kecepatan meratanya tinggi pada kaum tua, kecepatan
penyakit lebih tinggi juga pada umur 25-44tahun. Hal ini dapat dihubungkan
dengan kecepatan meningkatnya dalam populasi kecil, dimana kecepatan
penyakit lebih besar terjadi pada individu berumur 30-34 tahun. Kelompok
umur ini juga menggambarkan wanita
yang masih memiliki kemampuan
melahirkan. Hal yang tidak menyenangkan adalah kecepatan TBC pada anakanak juga meningkat, Baik pada bangsa kulit putih maupun non. Pria memiliki
kecenderungan 2 kali lebih tinggi terinfeksi TBC dibanding wanita.
Tes-tes yang biasa untuk TBC :
12
1. Tes Kulit Tuberkulin (Tes Mantoux) menunjukkan apakah seseorang mungkin
terinfeksi.
2. Sinar X dada dapat menunjukkan apakah ada kesan-kesan TBC pada paru-paru.
3. Tes dahak menunjukkan apakah ada kuman TBC dalam dahak yang dibatukkan.
Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 & S2) , serta daerah
apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda
penarikan paru, diafragma & mediastinum. Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan
pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi
ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar
pada sisi yang terdapat cairan. Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran
kelenjar getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis
tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi
“cold abscess”
13
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman tuberkulosis
mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk
pemeriksaan bakteriologik ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi
jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari
berturut-turut.
Bahan
pemeriksaan/spesimen
yang
berbentuk
cairan
dikumpulkan/ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm
atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada
fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi)
sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat
sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk kepentingan biakan dan uji
resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum dikirim ke
laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek
14
dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus
dipastikan telah tertulis identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
Pemeriksaan laboratorium.
Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan
pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. Cara
pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:
- Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian
tengahnya
- Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari
kertas saring sebanyak + 1 ml
- Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak
- Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal
di dalam dus
- Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik
kecil
- Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi
- Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
- Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
15
Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan
pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan
bronkoalveolar /BAL, urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat
dilakukan dengan cara
- Mikroskopik
- Biakan
Pemeriksaan mikroskopik:
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen Mikroskopik fluoresens: pewarnaan
auramin-rhodamin (khususnya untuk screening) lnterpretasi hasil pemeriksaan
dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ® BTA positif 1 kali positif, 2 kali
negatif ® ulang BTA 3 kali kecuali bila ada fasiliti foto toraks, kemudian bila 1
kali positif, 2 kali negatif ® BTA positif bila 3 kali negatif ® BTA negative.
Interpretasi pemeriksaan mikroskopik dibaca dengan skala IUATLD (rekomendasi
WHO). Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung
Disease) :
- Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
- Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
- Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)
- Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
- Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
16
Interpretasi hasil dapat juga dengan cara Bronkhorst SkalaBronkhorst (BR) :
- BR I : ditemukan 3-40 batang selama 15 menit pemeriksaan
- BR II : ditemukan sampai 20 batang per 10 lapang pandang
- BR III : ditemukan 20-60 batang per 10 lapang pandang
- BR IV : ditemukan 60-120 batang per 10 lapang pandang
- BR V : ditemukan > 120 batang per 10 lapang pandang
Pemeriksaan biakan kuman:
Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan
cara :
- Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh
- Agar base media : Middle brook Melakukan biakan dimaksudkan untuk
mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan
juga Mycobacterium other than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT
dapat digunakan beberapa cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan,
menggunakan uji nikotinamid, uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen
bromide serta melihat pigmen yang timbul
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam- macam bentuk (multiform). Gambaran radiologik
yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
17
- Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
- Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau
nodular
- Bayangan bercak milier
- Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif
- Fibrotik
- Kalsifikasi
- Schwarte atau penebalan pleura
Luluh paru (destroyed Lung ) :
- Gambaran radiologik yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat,
biasanya secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari
atelektasis, ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai
aktiviti lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologik tersebut.
- Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik untuk memastikan aktiviti proses
penyakit. Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sbb (terutama pada kasus BTA negatif) :
- Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas
tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal
junction dari iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
korpus vertebra torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
18
- Lesi luas, Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya
waktu yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional.
Dalam perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat
mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan.
2. Polymerase chain reaction (PCR):
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini
adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak
dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. Hasil
pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar
internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada
yang menunjang kearah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai
sebagai pegangan untuk diagnosis TB Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut
19
diatas, bahan / spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstra paru
sesuai dengan organ yang terlibat.
3. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respon humoral berupa proses antigenantibodi yang terjadi. Beberapa masalah
dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu
yang cukup lama.
b. ICT
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji
serologik untuk mendeteksi antibodi M. tuberculosis dalam serum. Uji ICT
merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang
berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38
kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1
garis) disamping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml
diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati
garis
antigen.
Apabila
serum
mengandung
antibody
IgG
terhadap
M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk
garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk
garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
c. Mycodot
20
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
Uji ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke
dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik
anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka
akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah
d. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi
yang terjadi dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh,
para klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar
antibodi yang terdeteksi.
e. Uji serologi yang baru / IgG TB (dr. Erlina)
Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan
untuk diagnosis.
Pemeriksaan lain
1. Analisis Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu
dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.
Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji.
Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat
sel limfosit dominan dan glukosa rendah
21
2. Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan
diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histologi. Bahan
jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu :
· Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
· Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen
Silverman)
· Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi,
trans thoracal biopsy/TTB, biopsy paru terbuka).
· Otopsi Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan
dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi
untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi.
3. Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang
spesifik untuk tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua
dapat digunakan sebagai indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat
pada proses aktif, tetapi laju endap darah yang normal tidak menyingkirkan
tuberkulosis. Limfositpun kurang spesifik.
4. Uji tuberkulin
Uji tuberkulin yang positif menunjukkan adanya infeksi tuberkulosis. Di
Indonesia dengan prevalensi tuberculosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat
bantu diagnostik penyakit kurang berarti pada orang dewasa. Uji ini akan
22
mempunyai makna bila didapatkan konversi, bula atau apabila kepositifan dari uji
yang didapat besar sekali. Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat
memberikan hasil negatif.
FARMAKOLOGI OBAT-OBAT ANTITUBERKULKOSIS
Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang
masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan
obat-obat ini.
Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin,
Kapreomisin dan Kanamisin.
Meskipun
demikian,
pengobatan
TBC
paru-paru
hampir
selalu
menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan
pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini.
23
No.
1.
Nama Obat
Golongan
Indikasi
Tuberculosis
Efek Samping
Mual, muntah,
dalam
Generik
INH
Paten
Beniazid
Seh
neuritis perifer,
(Pembangunan),
mg
kombinasi
neuritik optic,
Decadoxin(Harsen),
dengan obat
kejang, episode
Pehadoxin (Pharos)
lain; profilaksis
psikosis; reaksi
hipersensitivitas
Isoniazid
seperti demam,
purpura;
hepatitis,
hiperglikemia
dan
Antituberkulosis
2.
Tuberculosis,
ginekomastia.
Nyeri
Rifampisin,
Ipirif (Tempo),
Dew
lepra
epigastrium,
kombipak
Kalrifam (Kalbe
dos
anoreksia, mual,
Farma), Rifamtibi
300
muntah, diare,
(Sanbe), Rifampin
mg
trombositopenia,
(Pharos)
Ana
Rifampisin
sakit kepala,
mg
pusing,
gangguan
3.
Pyrazinamide
Tuberkulosis
penglihatan
Hepatoksisitas,
dalam
Sanazet (Sanbe),
Seh
termasuk
Corsazinamide
mg
kombinasi
demam
(Corza), Tibicel
dengan obat
anoreksia,
(Pembangunan)
24
Pyrazinamide
lain
hepatomegali,
ikterus, gagal
hati;
mual,muntah,
Antituberkulosis
4.
Tuberkulosis
urtikaria
Gangguan
paru
Etambutol
Etambutol
Kalbutol (Kalbe F),
BB
penglihatan,
Primbutol (Pharos),
750
demam, kulit
Santibi (Sanbe),
sela
kemerahan, sakit
Ottobutol (Otto)
bula
kepala, bingung
BB>
g/h
Aminoglikosida
5.
Streptomicin
Infeksi karena
Gangguan
Streptomisina
Streptomicyn
1 bu
1g/
microbakterium
vestibuler dan
sulfat
Sulphate Meiji
tun
tuberkulosis, H.
pendengaran,
(Meiji Indonesia)
dala
influenzae; E.
nefrotoksisitas,
terb
coli, infeksi
hipomagnesemia
sela
paru-paru
pada pemberian
har
kronik,
jangka panjang
lebi
gonorrhoea &
kolitis karena
tularemia
antibiotik
Mekanisme Kerja Obat
25
Isoniazid bekerja dengan menghambat sintesis asam mikolat, komponen
terpenting pada dinding sel bakteri. Rifampisin menghambat aktivitas polymerase
RNA yang tergantung DNA pada sel-sel yang rentan. Pirazinamid adalah analog
pirazin dari nikotinamid yang bersifat bakteriostatik atau bakterisid terhadap
Mycobacterium
tuberculosis
tergantung
pada
pemberian
dosis.
Etambutol
menghambat sintesis minimal 1 metabolit yang menyebabkan kerusakan pada
metabolism sel, menghambat multiplikasi dan kematian sel. Steptomicin adalah
antibiotic bakterisid yang mempengaruhi sintesis protein. Etionamida dapat bekerja
sebagai bakteriostatik atau bakterisid tergantung pada konsentrasi obat. Etionamida
dapat menghambat sitesis peptide pada organism yang rentan. Asam aminosalisilat
menghambat pembentukan asam folat atau menghambat pembentukan komponen
dinding sel, mikobaktin dengan menurunkan pengambilan besi oleh Mycobacterium
tuberculosis.
Prinsip Pengobatan
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk
kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yang
digunakan tidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC
akan berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk menjamin kepatuhan
26
penderita menelan obot , pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung
(DOT=Direcly Observed Treatment) oleh seorang pengawas Menelan Obat (PMO )
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1. Tahap Intensif
Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan
diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT (obat
anti tuberculosis) terutama rifampisin . Bila pengobatan tahap intensif tersebut
diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular dalam
kurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi BTA
negatif (konversi) pada akhir pengobatan intensif.
2. Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum
dalam jangka waktu yang lebih lama. Pengawasan Ketet dalam tahap intensif
sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. Tahap lanjutan penting
untuk membunuh kuman persister ( dormant ) sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan
Panduan OAT di Indonesia
Paduan OAT ini disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan
untuk memudahkam pemberian obat dan menjamin kelangsungan ( kontinuitas )
pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu ( 1) penderita dalam satu (1)
masa pengobatan.
a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )
27
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ), Pirasinamid ( Z)
dan Etambutol ( E ) Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZE ). Klemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid
(H) dan Rifampisin ( R ) diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan ( 4 H
3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC Paru BTA Positif
- Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang “ sakit berat “ dan
- Penderita TBC Ekstra Paru berat.
Tabel 1 : Paduan OAT Kategori 1
Dosis Per
Tahap
pengobatan
Lamanya
Pengobatan
Tablet
Kaplet
hari / Kali
Tablet
Pirasinamid
Isoniasid
@ 300 mg
Rifampisin
@ 450 mg
@
500 mg
Etambutol
@ 250 mg
kali menelan
obat’
2 Bulan
1
1
3
3
60
2 bulan
2
1
-
-
54
Tablet
Jumlah hari /
Tahap
Intensif
Dosis
harian)
Tahap
lanjutan
( Dosis 3 X
seminggu )
Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan B antara 33-50 kg. Satu
paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister
28
HRZE untuk tahap intensif dan 54 blister. HRH untuk tahap lanjutan masingmasing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar.
b) Kategori –2 ( 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 )
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan
dengan Isoniasid ( H) , Rifampisin ( R), Pirasinamid ( Z),dan Etambutol ( E)
setiap hari . Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan
HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu diperhatikan bahwa
suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita kambuh ( relaps )
- Penderita Gagal ( failure )
- Penderita dengan Pengobatan setelah lalai ( after default )
Tabel 2 : Paduan OAT Kategori 2
Tahap
Lamanya
pengobatan
Pengobatan
etambutol
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet @
Streptomis
Tablet @
in Injeksi
Jumlah
Hari /
Kali
Pirasinamid
Isoniasid
Rifampisin
@ 300 mg
@ 450 mg
@
500 mg
250 mg
500 mg
2 Bulan
1
1
3
3
-
1 bulan
5 bulan
1
2
1
1
3
-
3
1
2
Menelan
Oba
Tahap
Intensif
Dosis
0,75 gr
60
-
30
66
harian)
Tahap
lanjutan
29
( Dosis 3 X
seminggu )
Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 kg. Satu
paket kombipak kategori 2 berisi 156 blister harian yang terdiri dari 90 blister HRZE
untuk tahap intensif dan 66 blister HRE untuk tahap lanjutan masing-masing dikemas
dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar disamping itu disediakan 30 vial
streptomicin @ 1,5 gr dan pelengkap pengobatan ( 60 spuit dan aquabidest ) untuk
tahap intensif.
c) Kategori –3 ( 2HRZ / 4H3R3 )
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZ) diteruskan dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan
3 kali seminggu ( 4H3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe ( limfadenitis ) pleuritis
eksudativa unilateral TBC kulit , tbc tulang ( kecuali tulang belakang ) sendi dan
kelenjar aderenal.
Tabel 3 : Paduan OAT Kategori 3
Tahap
Lamanya
Tablet
Kaplet
Tablet
Jumlah
Pengobatan
Pengobatan
Isoniadid
Rifampisin
Pirasinamid
hari
30
menelan
@ 300 mg
@ 450 mg
@ 500 mg
obat
Tahap
intensif
2 bulan
1
1
3
60
4 bulan
2
1
-
54
(dosis
harian )
Tahap
Lanjutan
(dosis 3x
seminggu )
Keterangan : dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 Kg
Satu paket kombipak kategori 3 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60
blister HRZ untuk tahap intensif dan 54 bliter HR untuk tahap lanjutan masing
masing di kemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar
d) OAT SISIPAN ( HRZE )
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif
dengan kategori 1 atau penderita BTA positif pengobatan ulang dengan
kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif diberikan obat sisipan
(HRZE ) setiap hari selama 1 bulan
Tabel 4 : Paduan OAT Sisipan
Tahap
Lamanya
Tablet
Kaplet
Tablet
Tablet
Jumlah
Pengobatan
Pengobatan
Isoniadid
Rifampis
Pirasinami
Etambut
hari
@ 300
in @ 450
d @ 500
ol @250
menelan
31
mg
mg
mg
mg
obat
1
1
3
3
30
Tahap
intensif
1 bulan
(dosis
harian )
Keterangan dosis tersebut diatas untuk penderita dengan BB antara 33 – 50 kg
Satu paket obat sisipan berisi 30 blister HRZE yang dikemas dalam 1 dos
kecil
Perawatan
Perawatan bagi TBC aktif dan TBC pasif walaupun menggunakan obat anti
tubercolusis (OAT) yang sama namun periode perawatannya berbeda.
Penderita TBC pasif (infeksi TBC) cukup diberi perawatan dalam waktu 6
bulan yang dikenal dengan perawatan pencegahan. Sedangkan penderita TBC aktif
(penyakit TBC) memerlukan waktu 6-9 bulan dan isolasi mungkin diperlukan ketika
dianggap menular. Perawatan dalam kedua keadaan itu disertai dengan konsumsi
makanan bergizi, istirahat yang cukup dan, mengikuti saran-saran dokter.
Karena pengobatan ini memerlukan waktu yang lama dan obat-obatan yang
diminum juga banyak, maka faktor kepatuhan penderita minum obat sangat
diperlukan untuk mencegah kegagalan terapi atau resistensi. Untuk itu dilakukan
strategi penyembuhan TBC jangka pendek dengan pengawasan langsung atau dikenal
dengan istilah DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse).
32
Dalam DOTS ada seseorang yang akan mengawasi serta mengingatkan
penderita minum OAT yang disebut dengan Pengawas Minum Obat (PMO). Biasanya
PMO ini berasal dari keluarga atau kerabat dekat penderita.
Dengan menggunakan strategi DOTS proses penyembuhan TBC dapat
secara cepat dan tepat.
DOTS
DOTS
penyembuhan
(Directly
TBC
Observed
jangka
pendek
Treatment
dengan
Shortcourse)
pengawasan
adalah
secara
strategi
langsung.
Strategi DOTS memberikan angka kesembuhan yang tinggi, bisa mencapai 95%.
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen, yaitu:
Adanya komitment politis dari pemerintah untuk bersungguhsungguh menanggulangi TBC, sehingga dengan adanya peran serta berbagai
unsur pemerintah dan masyarakat diharapkan program ini berjalan sukses.
Meningkatkan deteksi dini dan kemampuan diagnosis penyakit
TBC di pusat pelayanan kesehatan perifier (Puskesmas)
Pengobatan TBC dengan Obat Anti TBC (OAT) jangka pendek
dengan diawasi secara langsung oleh PMO (Pengawas Minum Obat)
Tersedianya OAT yang terjangkau penderita secara konsisten
Pencatatan dan pelaporan penderita TBC
33
Tips untuk penderita penyakit TBC
Jangan lupa untuk secara teratur minum obat setiap harinya,
sesuai anjuran dokter
Selalu menutup mulut dengan tisu jika batuk, bersin atau
tertawa. Simpan tisu dalam tempat tertutup dan buang di tempat sampah
Beraktifitas seperti biasa, seperti sekolah, bermain, dan
bekerja. Selama penderita TBC minum obat dengan benar, maka risiko
menularkan akan hilang. Jadi aktifitas sosial dan harian tidak ada yang perlu
dibatasi, artinya penderita TBC jangan dikucilkan atau dijauhi.
Sirkulasi dalam kamar harus baik, jika perlu tambahkan kipas
angin untuk membuang udara di dalam kamar. Usahakan tinggal dalam kamar
atau rumah yang memiliki ventilasi cahaya baik. Kuman TBC mudah
menyebar dalam ruangan tertutup dan tidak ada sirkulasi udara.
Setelah minum obat selama 1-2 minggu, pada umumnya penderita sudah tidak
menularkan kuman TBC.
Obat tradisional untuk penyakit TBC
1. Pegagan (Centella asiatica)
Pegagan adalah tumbuhan liar yang ada di dataran rendah, sampai sekitar
2.500 m di atas permukaan air laut.
34
Dari berbagai penelitian in vitro terhadap pegagan menemukan
kemampuannya menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti
Staphylococcus aureus, Escherechia coli, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol,
tumbuhan ini dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Laorpuksa A.
dan
kawan-kawan
dalam
penelitian
pada
1988
membuktikan, estrak air pegagan dapat melawan bakteri yang menyebabkan
infeksi pada saluran napas. Sementara Herbert D. dan kawan-kawan dari
Tuberculosis Research Center di India mencoba efek pegagan pada bakteri
tuberkulosis H37Rv secara in vitro. Hasilnya, pegagan tidak langsung berefek
pada bakteri tuberkulosis. Namun, Herbert menyarankan penelitian lebih lanjut
terhadap senyawa aktif asiaticoside.
Feeling Herbert terbukti benar. Berdasarkan penelitian lanjutan, senyawa
aktif pegagan itu ternyata dapat melawan Mycobakterium tuberculosis dan
Bacillus leprae (Oliver-Bever, 1986). Penelitian berikutnya yang dilakukan Walter
H. Lewis juga menyatakan, pegagan termasuk kelompok tanaman yang
menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.
Keampuhan pegagan juga telah diuji coba oleh Boeteau P. dan kawankawan, yang menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus
tuberkulosis selama 15 hari. Injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada
marmut, terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan
limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat
35
pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator peningkat daya tahan tubuh.
Secara empiris, pemanfaatan pegagan untuk membasmi tuberkulosis
paru-paru dapat dilakukan dengan berpedoman pada resep berikut. Cuci 30 - 60 g
pegagan segar, lalu rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa 1 gelas, dan diminum 3
kali sehari. Untuk TB kulit, lumatkan pegagan, kemudian tempelkan pada bagian
yang sakit.
2. Singawalang (Petiveria alliacea)
Singawalang merupakan salah satu tanaman dalam famili Phytolaccaceae
(gandola-gandolaan). Sebagai tanaman introduksi, singawalang masuk ke
Indonesia melalui India. Terna kecil berbentuk semak-semak merunduk ini
tingginya bisa mencapai 1 m. Berdaun jorong dengan panjang 6 – 19 cm,
meruncing atau lancip, tajam lampai, dan tak bertajuk. Buahnya longkah
berbentuk garis seperti taji sepanjang 6 mm.
Singawalang dapat tumbuh subur di kebun-kebun di daerah panas. Ciri
khasnya, berbau seperti marga bawang (Allium). Ia dapat memberi bau tak enak
pada susu dan daging dari ternak yang memakan daunnya.
Karena berkhasiat obat, pada 10 April 1993, presiden RI ketika itu,
Soeharto, menjulukinya daun tangguh. Budidayanya pun telah berhasil dilakukan
untuk diambil daunnya sebagai bahan obat kanker.
36
Berdasarkan pengamatan lapangan maupun studi etnobotani di salah satu
kampung di Bogor, diketahui tanaman singawalang sudah lama digunakan
masyarakat secara turun-temurun sebagai obat tradisional penderita muntah
darah (pneumonia) akibat penyakit TBC. Pengobatan tradisional ini juga banyak
membantu penderita di sebagian belahan dunia. Upaya penelitian pun dilakukan
dalam bidang etnobotani maupun farmakologi terhadap singawalang.
Di daerah asalnya, yakni Amerika tropis, singawalang digunakan sebagai
bahan obat insektisida dan obat batuk rejan secara tradisional. Oleh penduduk
setempat tanaman ini juga digunakan sebagai obat minum peluruh kencing
(diuretik), peluruh dahak (ekspektoran), peluruh keringat (sudorifik), peluruh
cacing (vermifuga), pereda kekejangan (antipasmodik), dan obat bagi penderita
penyakit saraf.
Di Haiti, daun dan akarnya yang ditumbuk digunakan sebagai obat isap
bagi penderita radang sakit kepala sebelah (migren). Serbuk daunnya
dimanfaatkan pula sebagai bahan obat cuci mulut pasien yang sakit gigi.
Sementara masyarakat Dominika memanfaatkan air rebusan akar singawalang
untuk mengobati penyakit rematik dan radang paru-paru (pneumonia).
Penelitian terhadap khasiat singawalang juga dilakukan dalam proyek
penelitian yang disebut TRAMIL. Penelitian ini melibatkan berbagai disiplin
ilmu, macam etnologi, botani, fitokimia, farmasi, kedokteran, dan masyarakat
umum. Tujuannya, mengkaji lebih mendalam pengobatan tradisional yang
37
bersifat populer, termasuk dengan ramuan tanaman singawalang, di Haiti,
Republik Dominika, dan negara lainnya di kawasan Karibia.
Menurut Weniger B. dkk. dalam Elements For A Caribbean Pharmacopeia
(1988), berdasarkan hasil analisis kimia di dalam tanaman singawalang
terkandung senyawa triterpenes jenis isoarbinol, asetat, cinnamate isoarbinol, dan
coumarin.
Akar
dan
batangnya
benzthydroxyethyltrisulfide,
mengandung
trithiolaniacine,
bahan
benzenic,
jadian
sulfur,
bensaldehyde,
dan
(5) lembar
daun
benzoic acid.
Dosis pemakaian:
Untuk pengobatan diperlukan
sebanyak
lima
singawalang yang telah dicuci bersih. Tumbuk halus sampai seperti bubur.
Hasilnya diseduh dengan setengah (½) gelas air panas, bubuhi garam dan gula
merah secukupnya. Lalu, diaduk sampai bahan-bahan itu larut. Akhirnya, saring
dengan saringan teh untuk mendapatkan sarinya. Setelah dingin baru diminum.
Dalam sehari minum dua kali.
3.
Tembelekan (Lantana camara)
Tumbuhan ini dapat hidup secara liar atau ditanam sebagai tanaman hias
dan tanaman pagar. Perdu setinggi 0,5 - 4 m dan berbau ini secara empiris
berkhasiat meredakan demam, penawar racun, penghilang nyeri, dan penghenti
perdarahan. Ia tumbuh di dataran rendah sampai 1.700 m di atas permukaan laut.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis: Akar: Rasa manis, sejuk. Penurun
panas, penawar racun (antitoxic), penghilang sakit. Daun: rasa pahit, sejuk,
38
berbau, agak beracun (toxic). Menghilangkan gatal (anti pruritus), antitoxic,
menghilangkan pembengkakan. (anti-swelling). Bunga: Rasa manis, sejuk,
penghenti perdarahan (hemostatik). Kandungan kimia: Daun: Lantadene A (0,310,68%), lantadene B (0,2%), lantanolic acid, lantic acid, humulene (mengandung
minyak menguap 0,16 - 0,2%), Beta-caryophyllene, gamma-terpidene, alphapinene, p-cymene.
Untuk melawan tuberkulosis paru-paru dengan batuk darah, digunakan
bunga tembelekan kering sebanyak 6 - 10 g, direbus dalam 3 gelas air bersih
sampai air rebusannya tersisa separuh. Setelah dingin, air rebusan itu disaring,
dibagi untuk 3 kali minum (pagi hari, siang, dan sore) masing-masing setengah
gelas.
4.
Bambu Tali (Asparagus cochinchinensis)
Tumbuhan asal Cina, Jepang, dan Korea ini tingginya dapat mencapai 1,5
m. Daunnya berwarna hijau, berbentuk helai panjang, runcing, dan halus.
Dalam pengobatan Cina dan tradisional lainnya disebutkan tanaman ini
mempunyai sifat - Rasa manis, pahit, dingin. Masuk meridian paru-paru dan
ginjal, menyuburkan Yin, membersihkan paru-paru dan menurunkan panas api,
merangsang produksi cairan tubuh, anti toxic, anti neoplastik dan anti piretik.
Bagian yang digunakan untuk obat adalah umbinya. Untuk mengatasi
penyakit tuberkulosis yang disertai batuk darah, digunakan 6 - 12 g umbi kering
39
bambu tali, direbus dalam 1,5 gelas air. Air rebusannya diminum dalam keadaan
hangat dua kali sehari, sampai penyakit sembuh.
II.2 TIROID
1. Pengertian
Penyakit Tiroid atau gondok adalah penyakit yang terjadi karena
gangguan pada kelenjar tiroid atau gondok manusia yang bentuknya seperti
40
kupu-kupu. Ia terletak di daerah leher sebelah depan pada ruas ke 2 dan 3
daritenggorokan.
Tiroid atau kelenjar gondok adalah sebuah organ kecil yang terdiri dari
dua bagian yang dihubungkan oleh jembatan mirip suatu perisai. Letaknya
dibagian bawah leher mendampingi batang tenggorok.
Jaringan tiroid terdapat pada semua vertebrata. Pada hewan menyusui,
tiroid berasal dari evaginasi dasar farings, dan duktus tiroglosus menandai
jalur perjalanan tiroid dari lidah ke leher, yang kadang-kadang menetap sampai
dewasa.
Tiroid terbentuk dari banyak (Folikel). Masing-masing folikel sferis
dikelilingi oleh suatu lapisan sel dan di isi oleh bahan proteinaseosa berwarna
merah muda yang disebut koloid. Saat kelenjar tidak aktif koloid berjumlah
banyak, folikel berukuran besar dan sel-sel yang membatasinya tipis. Bila
kelenjar aktif maka folikel menjadi kecil, sel-selnya kuboid atau kolumnar dan
tepi
folikel
mengalami
lekukan-lekukan
membentuk
banyak
“lakuna
reabsorpsi”
2. Fungsi tiroid
Tiroid berfungsi untuk membentuk dan mensekresi beberapa hormon yaitu
liotironi (T3) dan tiroksin (T4). Dibawah pengaruh hormone TRH
(Tyrotropin Releasing Hormone, protirelin) dari hipotalamus, hipofise
mensekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) yang selanjutnya
menstrimulasi tiroid untuk memisahkan T3 dan T4.
41
Bila dilihat dari fungsi, tiroid dibagi menjadi 2 YAITU :
Hipertiroid, di mana kelenjar gondok akan menghasilkan hormon gondok
yang berlebihan.
Hipotiroid yaitu produk hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid
berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Umumnya penyakit ini disebabkan karena ketidakstabilan hormon atau
infeksi, ada juga yang disebabkan karena gangguan autoimun, di mana tubuh
menghasilkan zat antibodi yang berpengaruh pada kelenjar gondok, sehingga
bisa menyebabkan kekurangan atau kelebihan produksi hormon gondok.
Khusus untuk gondok endemik, gangguan disebabkan karena kurangnya zat
yodium yang masuk ke dalam tubuh.
Hipertiroidisme
Hipertiroidisme (tirotoksikosis) yaitu gangguan fungsi kelenjar gondok yang
ditandai dengan kegelisahan, penurunan berat, hiperfagia,
peningkatan tekanan denyut, tremor halus bila jari
intoleransi panas,
diluruskan, kulit hangat
dan lembut dan berkeringat.
Hipertiroidisme dibedakan atas 2 yaitu penyakit Grave (penyakit Basedow)
dan penyakit Plummer.
Penyakit Grave
Penyakit ini diakibatkan oleh suatu proses auto-imun, dimana antibodies IgG
mengikat pada reseptor TSH di tiroid. Efeknya adalah stimulasi produksi T 4, jadi
42
sama dengan efek TSH. Mungkin pembentukan antibodies tersebut dipicu oleh
infeksi karena suatu kuamn Gram-negatif (antara lain E.Coli, Yersinia) yang
memiliki tempat pengikatan TSH. Wanita dihinggapi penyakit ini 5x lebih sering
dibandingkan pria. Pada sekitar 25% dari semua kasus terjadi penyembuhan
spontan dalam waktu satu tahun.
Gejalanya yang khas berupa trias : bola mata menonjol (exophthalmus)
dengan pembesaran tiroid (struma difus) dan tireotoxicose
(tachycardia,
atriumfibrilasi, tremor dan badan menjadi kurus). Gejala ini dapat berupa keluhan
mata (nyeri, visus guram, peka cahaya, udem, conjunctivitis) akibat proses autoimun pula (auto-antibodies, kompleks imun). Gejala ini dapat ditanggulangi
dengan prednison 40 mg atau lebih, yang berdaya menekan proses auto imun
selular dan humoral (imunsupresif).
Penyakit Plummer gejala pada mata tidak ada dan biasanya disebabkan oleh
hipersekresi hormon tiroid oleh satu nodulus tiroid saja.
Dalam serum penderita penyakit Grave ditemukan suatu protein yang berbeda
dengan TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) secara imunologis, tetapi
merangsang tiroid juga. Efeknya lebih lambat dan lama, karena itu protein
tersebut dinamai LATS (Long Acting Thyroid Stimulator). Telah ada bukti bahwa
LATS merupakan zat anti yang timbul karena reaksi autoimun terhadap protein
tiroid. Mungkin sekali sebagian besar penyakit Grave disebabkan oleh adanya
autoimun, terutama gejala eksoftalamus.
43
Semua gejala hipertiroidisme terjadi karena pembentukan panas yang terlalu
banyak, kepekaan neuromuscular yang berlebihan dan aktivitas saraf simpatis
yang bertambah. Peninggian BMR (Basal Metabolic Rate) memberikan gejala
yang mirip dengan gejala yang terjadi karena kerja otot yang berlebihan dalam
udara panas : kulit kemerahan, panas, basah, otot lemah, tremor, nadi cepat dan
denyut jantung lebih keras. Semuanya ini mengakibatkan nafsu makan bertambah
dan bila kebutuhan tersebut tidak dicukupi maka berat badan akan menurun.