Pendidikan Sebagai Upaya Mengoptimalkan. doc

Pendidikan Sebagai Upaya Pengoptimalan ABK

Pendidikan merupakan suatu bagian dari proses kehidupan manusia sebagai usaha
untuk meningkatkan kualitas hidup dalam menghadapi peradapan dunia yang semakin lama
semakin berkembang dengan pesat dan cepat. Tidak dapat kita pungkiri bahwa setiap orang
menginginkan kehidupan yang lebih baik kedepannya dan melalui pendidikanlah keinginan
itu dapat terwujudkan. Pada hakikatnya pendidikan adalah hak dasar bagi setiap warga
Negara Indonesia untuk dapat menikmatinya tidak terkecuali pula bagi ABK (Anak
Berkebutuhan Khusus). Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
(1) yang mencantumkan bahwa “Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan”.
Mereka (ABK) pun juga sudah selayaknya mendapatkan hak yang sama seperti anak normal
lainnya sepanjang mereka berstatus sebagai warga Negara Indonesia. Namun bagaimana
pendidikan dapat dikatakan berperan penting bagi mereka yang berkebutuhan khusus seperti
contohnya dilahirkan dengan keadaan cacat secara fisik atau mengalami keterbelakangan
mental. Berikut dijelaskan meganai hal tersebut.
Menurut Mangunsong (2009), ABK sebagai anak yang membutuhkan pendidikan dan
layanan khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiannya secara utuh akibat adanya
perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya. Dengan kondisi yang seperti ini
tentunya pendidikan yang diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing anak
sesuai dengan kondisi mereka. Guru besar psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Conny
R. Semiawan menyatakan bahwa pendidikan merupakan suatu “proses pembebasan diri”,

dimana setiap individu memiliki kesempatan-kesempatan untuk membentuk dirinya sendiri
secara optimal “to become what he is capable of, sebagai upaya untuk mengembangkan
dirinya sesuai dengan kemampuan yang ada apa dirinya. Pendidikan memiliki peranan
penting untuk membentuk setiap individu menjadi individu yang lebih baik. Namun selama
ini sebagian besar dari masyarakat kita menganggap remeh pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus. Padahal ketika kita tahu bahwa melalui pendidikan potensi mereka
(ABK) dapat digali serta dikembangkan dengan maksimal. Tidak ada kerugian di dalam
sebuah pendidikan. Masyarakat kita sudah seharusnya menyadari bahwa dengan tidak
mengenalkan pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus, maka hal ini sama saja
menghambat perkembangan anak-anak mereka. Melalui pendidikan, bukan hanya
perkembangan setiap anak dioptimalkan namun juga kemandiriannya pun akan dilatih dan
dikembangkan secara maksimal. Mereka butuh menjadi mandiri dimana nantinya mereka

akan menjadi bagian dari masyarakat sosial yang mau tidak mau harus bisa hidup mandiri
demi keberhasilan hidup mereka sendiri. Pendidikan yang dirancang untuk setiap anak
berkebutuhan khusus tidak memiliki sebuah tujuan untuk menjadikan atau menuntut mereka
menjadi normal seperti teman-teman sebayanya, namun pendidikan menginginkan serta
mengupayakan agar segala potensi dan kekuatan yang dimiliki anak tersebut dapat menjadi
tersalurkan.
Pendidikan khusus untuk anak berkebutuhan khusus mempunyai sejumlah program

yang didesain secara khusus pula yang disesuaikan dengan kondisi mereka. Program-program
yang disusun ditujukan untuk menggali dan juga mengoptimalkan potensi-potensi yang
dimiliki anak tersebut. Adapun contoh-contoh model penyelenggaraan pendidikan ABK
meliputi segregasi, integrasi, dan inklusi. Penyelenggaraan pendidikan dengan model segresi
artinya penyelenggaraan pendidikan untuk ABK dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari
penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal dan sebagai contohnya adalah SLB.
Sedangkan model integrasi adalah penyelenggaraan pendidikan anak untuk berkebutuhan
khusus dilaksanakan secara bersama dengan anak normal di suatu lembaga pendidikan umum
dan menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga tersebut. Model penyelenggaraan
pendidikan untuk ABK yang selanjutnya adalah inklusif. Penyelengaraan pendidikan inklusif
kini semakin diminati oleh sebagian besar masyarakat kita dan keberadaanya dinilai sangat
efektif digunakan untuk anak berkebutuhan khusus dan normal secara bersama-sama. Model
penyelengaraan ini lebih memberikan kesempatan pendidikan kepada setiap anak sesuai
dengan kebutuhan mereka masing-masing. Interaksi antara ABK dan anak normal dapat
dibangun secara baik tanpa memandang kondisi fisik, intelektual, sosial emosional, atau
kondisi lainnya. Kesempatan yang sama dapat diperoleh mereka peroleh selayaknya sama
seperti teman-teman sebaya mereka untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu.