Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dan (1)

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri

NASKAH PUBLIKASI

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Gizi pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Disusun oleh :
RATHI PARAMASTRI
12/329231/KU/15000

PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri
Rathi Paramastri1, Siti Helmyati2, Joko Susilo3
INTISARI


Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa dimana terdapat berbagai
perubahan, baik perubahan fisik maupun psikis. Salah satu tanda perubahan fisik
yakni munculnya kemampuan bereproduksi yang ditandai dengan menstruasi.
Umumnya setiap bulan wanita akan mengalami rasa tidak nyaman ketika
menstruasi yang disebut dismenore. Dismenore dibagi menjadi dismenore primer
dan sekunder. Dismenore primer yaitu tipikal nyeri haid yang terjadi tanpa
disertai kelainan alat-alat genital. Faktor resiko dismenore primer yakni usia, usia
menarke dini, adanya riwayat dismenore ibu, konsumsi makanan yang tinggi
lemak seperti makanan cepat saji, dan aktivitas fisik tidak teratur.
Tujuan! :! Mengetahui hubungan antara konsumsi makanan cepat saji dan
aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri.
Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan
rancangan cross sectional. Penelitian ini melibatkan 87 remaja putri yang
ditentukan dengan simple random sampling. Data dianalisa menggunakan uji
korelasi spearman.
Hasil penelitian : Konsumsi makanan cepat saji berhubungan secara bermakna
terhadap kejadian dismnore primer (p = 0.0016 dan r = 0.727). Begitu pula
dengan aktivitas fisik berhubungan secara bermakna terhadap kejadian
dismenore primer (p = 0.0064 dan r = -0.602).

Kesimpulan : Ada hubungan bermakna baik antara konsumsi makanan cepat
saji dan aktivitas fisik terhadap kejadian dismenore primer pada remaja putri.

Kata kunci : dismenore primer, makanan cepat saji, aktivitas fisik
1

Mahasiswa Program Studi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM

2

Program Studi Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM

3

Bagian Gizi, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

!

3!


ASSOCIATION BETWEEN FAST FOOD CONSUMPTION AND PHYSICAL
ACTIVITY WITH INCIDENCE OF PRIMARY DYSMENORRHEA IN FEMALE
ADOLESCENTS
Rathi Paramastri1, Siti Helmyati2, Joko Susilo3
ABSTRACT

Background : Adolescence is identified as the period of human growth and
development which is marked by a change of physics and psychological factor.
Menstruation can be characterized as one of the signs of physical change. In
general, women will feel discomfort during period every month called
dysmenorrhea. Dysmenorrhea is divided into primary dysmenorrhea and
secondary dysmenorrhea. Primary dysmenorrhea is typical pain caused by
common menstrual cramps. Risk factors associated with primary dysmenorrhea
include age, early age of menarche, positive family history, high fat food
consumption such as fast food, and irregular physical activity.
Objective : To investigate association between fast food consumption and
physical activity with incidence of primary dysmenorrhea in female adolescents.
Method : This study was an observational research with cross sectional design.
This research involved 87 female adolescents and collected by simple random
sampling. Data was analysed using spearman correlation test.

Result : Fast food consumption was significantly related to incidence of primary
dysmenorrhea (p = 0.0016 and r = 0.727). Physical activity was also significantly
related to incidence of primary dysmenorrhea (p = 0.0064 dan r = -0.602).
Conclusion : There was associaton between fast food consumption and physical
activity with incidence of primary dysmenorrhea in female adolscents.

Keyword : primary dysmenorrhea, fast food, physical activity
1

Student of Nutrition and Health, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada

2

Nutrition and Health, Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada

3

Nutrition Departement, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

!


4!

LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada
masa ini remaja mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun
psikologis. Salah satu ciri perubahan fisik yakni mulai munculnya kemampuan
reproduksi yang ditandai dengan menstruasi. Hasil survey yang dilakukan oleh
Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010, rata-rata usia menarche di Indonesia
adalah pada usia 13-14 tahun (37,5%) (1).
Umumnya setiap bulan wanita akan mengalami menstruasi. Pada saat
menstruasi terdapat masalah yang dirasakan seperti rasa tidak nyaman hingga
rasa nyeri yang hebat pada region suprapubik sehingga mampu mengganggu
aktivitas. Rasa nyeri tersebut secara medis disebut dismenore (2).
Terdapat dua jenis dismenore, yakni dismenore yang disebabkan oleh
faktor idiopati atau tidak berkaitan dengan ginekologik yang disebut dismnore
primer. Sedangkan jenis yang lain yaitu dismenore yang disebabkan oleh
gangguan ginekologik seperti endometriosis, ademiosis uteri, stenosis uteri, dan
lain-lain yang disebut dismenore sekunder (3). Prevalensi dismenore primer di
Indonesia pada tahun 2008 sebesar 64,25% (4).

Tingkat nyeri dismenore dapat diukur menggunakan kuesioner visual
analogue scale (VAS) dan numeric rating scale (NRS). VAS merupakan alat ukur
yang berbentuk garis linier sepanjang 100 mm dimana di ujung sebelah kiri
bertuliskan “tidak ada nyeri” dan di ujung sebelah kanan bertuliskan “nyeri berat”.
Terdapat skor antara 0-10 yang pada setiap skor memiliki makna terkait
intensitas nyeri yang dirasakan (5).
Faktor resiko dismenore primer antara lain : usia, usia menarche dini,
pola makan kurang baik, aktivitas fisik tidak teratur, dan lain sebagainya. Dilihat

!

5!

dari penelitian yang melibatkan 100 resonden wanita usia 15-30 tahun sebanyak
71% mengalami dismenore, 54,5% di antaranya berusia 16 tahun dan
persentasenya semakin menurun seiring bertambahnya usia. Menurunnya
kejadian dismenore seiring bertambahnya usia disebabkan oleh fungsi saraf
yang mengalami degenerasi. Usia menarche dini juga dapat memicu kejadian
dismenore karena belum sempurnanya pertumbuhan dan alat reproduksi (6).
Tingginya konsumsi makanan cepat saji merupakan salah satu penyebab

nyeri haid berkaitan dengan kandungan asam lemak jenuh dan asam lemak tak
jenuh omega-6 yang tinggi di dalam jenis makanan tersebut. Kandungan asam
lemak ini merupakan awal kaskade pelepasan protaglandin yaitu hormon pemicu
nyeri haid. Selain itu, sifatnya sebagai radikal bebas juga memiliki kontribusi
dalam memperparah keadaan nyeri saat haid (7).
Kurangnya aktivitas fisik juga berkaitan dengan timbulnya dismenore. Hal
ini dikarenakan hormon endorphin tidak dapat terbentuk secara optimal. Secara
alami hormon endorphin akan menekan rasa nyeri dengan cara merilekskan otot
myometrium rahim dan memperlancar peredaran darah, namun dengan aktivitas
fisik yang kurang maka peran tersebut kurang dapat dirasakan (8).

METODE
Peneltian ini merupakan penelitian observasional dengan jenis rancangan
cross sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2016 di
MAN 1 Yogyakarta. Responden yang diikutsertakan dalam penelitian ini
berjumlah 87 siswi yang dipilih menggunakan simple random sampling. Kriteria
inklusi responden yaitu terdaftar sebagai siswi di MAN 1 Yogyakarta, usia 15-18
tahun, mengalami mentruasi, bersedia mengikuti jalannya penelitian, dan

!


6!

mendapat persetujuan dari orang tua atau wali. Sementara kriteria eksklusi
responden yaitu seorang atlet, merokok, dan mengonsumsi alcohol.
Variabel bebas pada penelitian ini yaitu konsumsi makanan cepat saji dan
aktivitas fisik. Konsumsi makanan cepat saji diukur menggunakan formulir
semiquantitative food frequency (SQFFQ), sedangkan aktivitas fisik diukur
menggunakan formulir international physical activity questionnaire (IPAQ)
modifikasi. Variabel terikat yaitu skala dismenore primer yang didapatkan dari
mengisi formulir visual analogue scale (VAS) yang dikombinasikan dengan
numeric rating scale (NRS). Ketika data tersebut menggunakan skala rasio
sehingga tidak dikelompokkan menurut kategori.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak
SPSS versi 19. Variabel-variabel penelitian terlebih dahulu diuji normalitas
menggunakan uji Kolmogorov-Sminornov dan didapatkan hasil persebaran
datanya tidak normal. Selanjutnya, hubungan antara konsumsi makanan cepat
saji dan aktivitas fisik dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri
dianalisis menggunakan uji korelasi spearman. Pada uji ini dikatakan signifikan
jika nilai p < 0.05.


HASIL
Karakteristik Responden
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa sebagian besar responden
merupakan remaja putri berusia 16 tahun. Kemudian sebagian besar responden
mengalami haid pertama kali pada usia 12 tahun. Dilihat dari riwayat ibu
mengalami dismenore, responden yang mengaku memiliki riwayat dismenore

!

7!

lebih banyak dibandingkan yang tidak memiliki riwayat. Selanjutnya, sebanyak
95,4% responden tergolong status gizi normal.
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian
Variabel

Frekuensi

Persentase(%)


Usia

15 th
16 th
17 th
18 th

5
49
32
1

5.7
56.3
36.8
1.1

Usia
Menarkhe


10 th
11 th
12 th
13 th
14 th
15 th

3
16
35
19
13
1

3.4
18.4
40.2
21.8
14.9
1.1

Riwayat
Ibu

Ya
Tidak

39
48

44.8
55.2

1
83
3

1.1
95.4
3.4

Status Gizi Kurus
Normal
Gemuk

Kejadian Dismenore Primer pada Remaja Putri
Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa responden yang mengalami
dismenore lebih banyak dibandingkan yang tidak mengalami dismenore.
Tabel 2. Kejadian Dismenore Primer
Dismenore

!

Frekuensi

Persentase (%)

Ya

72

82.8

Tidak

15

17.2

8!

Kemudian pada tabel 3, dapat dilihat distribusi skala nyeri haid yang
dirasakan responden memiliki rata-rata skor 3 dengan skor minimum 0 dan skor
maksimum 9.
Tabel 3. Distribusi Skala Nyeri Haid
Variabel
Skala Nyeri Haid

N

Min.
87

Max.
0

Mean ± SD
9

3 ± 2.4

Konsumsi Makanan Cepat Saji pada Remaja Putri
Dilihat dari tabel 4, didapatkan informasi bahwa sosis merupakan jenis
makanan cepat saji yang paling banyak dikonsumsi selama satu bulan yakni 26
kali. Selain itu, didapatkan informasi pula bahwa tidak ada responden yang
mengonsumsi Fillet O Fish dan Chicken drumstick dalam satu bulan selama
penelitian berlangsung.
Tabel 4. Rata-Rata Frekuensi Konsumsi Makanan Cepat Saji
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

!

Jenis Makanan Cepat Saji
Fried chicken (dada)
Fried chicken (paha)
Fried chicken (sayap)
Beef burger
Cheese burger
Big mac
Fillet O Fish
Hotdog
Pizza supreme
Pizza meat lovers
Pizza
Kentang goreng
Spaghetti
Chicken nugget
Donut big
Donut small
Sosis
Chicken wing
Chicken drumstick
Kebab daging

Frekuensi (per bulan)
13
10
3
10
1
3
0
2
1
1
13
1
21
2
1
9
26
2
0
3

9!

Berdasarkan tabel 5, rata-rata responden mengonsumsi makanan cepat
saji sebanyak 523,7 kkal per hari.
Tabel 5. Distribusi Konsumsi Makanan Cepat Saji
Variabel

Min.
(kkal)

N

Konsumsi makanan cepat
saji

87

401

Max.
(kkal)

Mean ± SD (kkal)

923

523.7 ± 117.9

Adapun distribusi proporsi zat gizi pada makanan cepat saji dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 6. Distribusi Proporsi Zat Gizi pada Makanan Cepat Saji berdasarkan
Rata-Rata Konsumsi Sehari
Kandungan Zat Gizi
N (kkal)
%
523,7
100
256,8
49
62,8
12
204,2
39

Variabel
Energi
Lemak
Protein
Karbohidrat
Aktivitas Fisik Remaja Putri

Tabel 7 menunjukkan bahwa aktivitas di rumah merupakan kategori
aktivitas fisik yang memiliki kontribusi paling besar dalam pengeluaran energi
selama satu hari yakni 670,38 METs/hari.
Tabel 7. Distribusi Aktivitas Fisik berdasarkan Kategori
Kategori
Aktivitas di kelas
Aktivitas saat istirahat
Perjalanan berangkat dan pulang sekolah
Ekstrakurikuler
Olahraga
Aktivitas di rumah

!

METs/hari
519,67
47,88
73,02
34,29
236,26
670,38

10!

Kemudian untuk mengetahui distribusi total aktivitas fisik responden,
dapat dilihat pada tabel 8. Pada tabel tersebut diketahui bahwa rata-rata
pengeluaran energi responden dalam sehari yaitu 1610,1 METs/hari.
Tabel 8. Distribusi Total Aktivitas Fisik

Variabel
Aktivitas Fisik

Min.
(METs/
hari)

N
87

1410

Max.
(METs/
hari)
1889.7

Mean ± SD
(METs/
hari)
1610.1 ± 125.4

Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji dan Aktivitas Fisik denga
Kejadian Dismenore Primer
Hasil uji analisis menggunakan uji korelasi spearman dapat dilihat pada
tabel 8 berikut. Diketahui bahwa kedua variabel bebas yakni konsumsi makanan
cepat saji dan aktivitas fisik memiliki hubungan bermakna (p