PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PDRB KABU

IS US UN OLEH:

NAMA : EFRIANA A. SITUMORANG NPM

PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional di Indonesia pada umumnya terfokus pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat daerah baik propinsi, kabupaten maupun kota. PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pertumbuhan wilayah. “Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai

1 tambah ( ) added value ) yang terjadi.” Namun agar dapat melihat pertambahan dari waktu ke waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, yakni diyatakan

dalam harga konstan. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi, maka semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakat. “Pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu

Robinson Tarigan, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, Cetakan Keempat, Medan: Bumi Aksara, 2007, hal. 46.

2 tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.” ) Manfaat dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri adalah untuk mengukur kemajuan ekonomi

sebagai hasil pembangunan nasional maupun pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi nasional yang baik dapat dilihat dari ketersediaan

pembangunan wilayah atau daerah pada bidang produksi maupun infrastruktur yang lebih baik. Apabila pertumbuhan ekonomi positif dan meningkat tahun demi tahun berarti pendapatan masyarakat dan daya beli mereka pun akan meningkat sehingga pada gilirannya kemudian akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Pada gilirannya kemudian akan meningkatkan produksi dan pendapatan dan demikian seterusnya sehingga perekonomian semakin berkembang. “Baik dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam

perencanaan pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada diwilayah tersebut, sedangkan pendekatan regional melihat pemanfaatan

3 ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah.” ) Pembangunan daerah selalu memprioritaskan usaha-usaha yang

mendukung guna membangun serta memperkuat sektor-sektor ekonomi di setiap wilayahnya. “Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang bertumpu pada Trilogi Pembangunan. Sesuai dengan prioritas pembangunan dalam repelita V, pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan

Sadono Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Edisi Kedua, Cetakan ke-3, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 9.

Robinson Tarigan, Perencanaan Pembangunan Wilayah: Edisi Revisi, Cetakan Kelima, Medan: Bumi Aksara, 2010, hal. 33.

4 produksi, ekspor dan pemerataan hasil- ) hasil pembangunan didaerah.” Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ekonomi tersebut terbagi menjadi sembilan

sektor yaitu : 1) pertanian; 2) pertambangan dan penggalian; 3) industri pengolahan; 4) listrik, gas, dan air bersih; 5) konstruksi/bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; 9) jasa-jasa. Sembilan sektor ekonomi tersebut dapat dibagi menjadi tiga sektor utama, yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer meliputi pertanian dan pertambangan, sektor sekunder meliputi industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, dan konstruksi/bangunan serta sektor tersier meliputi perdagangan, pengangkutan,

keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Pada dasarnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan pekerjaan, pemerataan pembagian pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi antar daerah atau wilayah dan mengupayakan terjadinya pergeseran kegiatan ekonomi yang semula bertumpu pada sektor primer beralih ke sektor sekunder serta sektor tersier. Dalam hal laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah baik secara keseluruhan maupun per sektor dapat dilihat dari data PDRB suatu daerah yang disajikan atas harga konstan. Pergerakan ekonomi suatu daerah sangat

Muljana, Perencanaan Pembangunan Nasional, Jakarta: Universitas Indonesia (Ui- Press), 1995, hal.196.

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui keberhasilan pembangunan saat ini dan dimasa yang akan datang. Mengikuti konsep ekonomi regional, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu kabupaten atau kota tidak terlepas dari kondisi perekonomian yang terjadi pada daerah itu sendiri, kondisi perekonomian pada tingkat provinsi maupun nasional. Dalam hal ini menciptakan spesialisasi sektoral dapat menyebabkan perekonomian masing-masing daerah mengalami pertumbuhan dan meningkat tahun demi tahun. Disamping itu sektor-sektor ekonomi yang ada diharapkan juga akan tumbuh sedemikian rupa sehingga dapat memberikan sumbangan yang signifikan bukan hanya bagi pembentukan pendapatan regional tetapi juga bagi penciptaan lapangan kerja di masing-masing daerah.

Salah satu analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektoral dalam suatu kabupaten atau kota dalam kaitannya dengan analisis ekonomi regional adalah analisis shift share . Analisis ini adalah salah satu teknik kuantitatif yang biasa digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah (kabupaten atau kota) relatif terhadap struktur ekonomi wilayah referensinya (yaitu provinsi dimana kabupaten atau kota tersebut berada) sebagai daerah pembandingnya.

Salah satu kabupaten yang menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi yang tergolong ekstrim di Provinsi Sumatera Utara dalam kurun waktu 2008-2012 adalah Kabupaten Humbang Hasundutan. Berdasarkan data sekunder yang dipublikasi BPS Provinsi Sumatera Utara diketahui bahwa laju pertumbuhan kabupaten ini tahun 2008-2012 selalu lebih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan provinsi. Selain itu PDRB per kapitanya pun berada dibawah PDRB provinsi. Sehubungan dengan itu tipe daerah ini dilihat dari tipologi pertumbuhannya tergolong sebagai “daerah relatif tertinggal”, sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Tipologi Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2008-2012

Laju Pertumbuhan Harga Konstan (Rp.000)

PDRB Per Kapita,

Ekonomi (%),

Tahun Tipe Daerah Humbang

Humbang Sumatera Hasundutaan

Utara Daerah

6,39 relatif tertinggal

5,07 sedang bertumbuh

tertinggal Daerah

6,63 relatif tertinggal Daerah 2012

6,22 relatif tertinggal

Sumber: Diolah berdasarkan analisis tipologi daerah, Humbang Hasundutan Dalam Angka

Tahun 2008-2012. Sumatera Utara Dalam Angka, Tahun 2008-2012.

Sebagai salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara, tipe “daerah relatif tertinggal ini” menarik untuk diteliti lebih jauh mengapa PDRB

Kabupaten Humbang Hasundutan menunjukkan perkembangan yang tidak signifikan dalam konteks perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Apakah hal tersebut disebabkan sektor-sektor ekonomi yang ada tidak mempunyai keunggulan kompetitif atau karena laju pertumbuhan sektoral selalu labih rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan daerah referensi?

Sehubungan dengan itu penelitian ini akan menganalisis PDRB Kabupaten Humbang Hasundutan berdasarkan sektor ekonomi dengan menggunakan salah satu alat analisis ekonomi regional, yaitu analisis shift share. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul: Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Kabupaten Humbang Hasundutan Dilihat dari Kontribusi Sektoral: Analisis

Shift Share.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan fenomena di atas ada tiga hal yang perlu dikaji dalam penelitian ini dan dirumuskan sebagai masalah penelitian, yaitu:

1. Bagaimana dampak perekonomian nasional dan regional terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektoral Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2004-2013?

2. Berdasarkan pergeseran proporsional atau bauran industri (industrial mix) sektor-sektor mana yang mempunyai pengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2004-2013?

3. Berdasarkan pergeseran diferensial, sektor-sektor mana yang mempunyai keunggulan kompetitif dan berpengaruh positif terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2004- 2013?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh kegiatan perekonomian nasional dan regional terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektoral Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2004-2013.

2. Untuk mengetahui sektor-sektor yang mempunyai pengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2004-2013.

3. Untuk mengetahui sektor-sektor mana yang mempunyai keunggulan kompetitif dan berpengaruh positif terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2004-2013.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi untuk dipertimbangkan oleh pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan tentang kinerja masing-masing sektor ekonomi.

2. Bagi penulis, merupakan latihan dan kesempatan untuk menerapkan teori- teori yang diperoleh dari bangku kuliah ke dalam praktek yang sesungguhnya.

3. Bagi orang lain menjadi referensi bagi penelitian lanjutan terkait dengan analisis-analisis regional wilayah Sumatera Utara, khususnya mengenai pendapatan regional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Otonomi Daerah

2.1.1. Pengertian Otonomi Daerah

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, otonomi adalah pola pemerintahan sendiri. Sedangkan otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Undang- undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang- undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, definisi otonomi daerah sebagai berikut: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. “Otonomi daerah adalah penyerahan urusan pemerintah kepada

pemerintah daerah yang bersifat operasional dalam rangka sistem birokrasi pemerintahan. Tujuan otonomi adalah mencapai efektifitas dan efisiensi dalam

5 pelayanan kepada masyarakat.” ) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

tentang Pemerintahan Daerah juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: “Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus

5) HAW.Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hal. 21.

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Contoh daerah otonom (local self-government) adalah kabupaten dan kota. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kabupaten dan kota berdasarkan asas desentralisasi. Dengan digunakannya asas desentralisasi pada kabupaten dan kota, maka kedua daerah tersebut menjadi daerah otonom penuh Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otonomi daerah dapat diartikan sebagai wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah baik kabupaten maupun kota untuk mengatur, mengurus, mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri sesuai dengan kemampuan daerah masing-masing dan mengacu kepada kepada peraturan perundangan yang berlaku dan mengikatnya.

2.1.2. Prinsip-Prinsip Pemberian Otonomi Daerah

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan dalam undang- undang ini. “Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada

6 masyarakat”. ) “Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara

6) Ibid, hal. 7.

proporsional dan berkeadilan, jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi, nepotisme

7 serta adanya perimbangan antara keuangan pemerintah pusat ) dan daerah”. Dengan demikian prinsip otonomi daerah adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Otonomi Luas Otonomi luas adalah kepala daerah diberikan tugas, wewenang, hak, dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang tidak ditangani oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh suatu daerah memiliki banyak ragam dan jenisnya. Di samping itu, daerah diberikan keleluasaan untuk menangani urusan pemerintahan yang diserahkan itu, dalam rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu daerah, dan tujuan pemberian otonomi daerah itu sendiri terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-masing daerah.

b. Prinsip Otonomi Nyata Prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan karakteristik daerah masing-masing.

c. Prinsip Otonomi yang Bertanggung jawab Prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan pemberian

7) Ibid, hal. 8.

otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.1.3. Tujuan Otonomi Daerah

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah yaitu: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Tujuan peletakan kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Dengan demikian pada intinya tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

2.1.4. Pelayanan Publik

Pelayanan publik merupakan aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menjelaskan definisi pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan Pelayanan publik merupakan aspek yang sangat penting dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik menjelaskan definisi pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan

1. Transparansi, yaitu bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Kondisional, yaitu sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima layanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas.

4. Partisipatif, yaitu mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5. Kesamaan hak, yaitu tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Pelayanan masyarakat adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sebagai tugas dan kewajiban pemerintah daerah dengan penuh tanggung jawab berdasarkan peraturan yang berlaku. Layanan publik adalah benda dan jasa yang diserahkan selalu bersifat milik umum (common goods) yang biaya produksinya Pelayanan masyarakat adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat sebagai tugas dan kewajiban pemerintah daerah dengan penuh tanggung jawab berdasarkan peraturan yang berlaku. Layanan publik adalah benda dan jasa yang diserahkan selalu bersifat milik umum (common goods) yang biaya produksinya

Pelayanan publik yang bermutu sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini dapat tercapai dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak merugikan rakyat. Untuk itu pemerintah daerah harus menegakkan prinsip keadilan porposional dalam memberikan pelayanan. Ini berarti bahwa disatu sisi sumber daya yang menjadi esensi atau substansi pelayanan masyarakat itu sejauh mungkin dapat di distribusikan berdasarkan atas tingkat kemampuan dan kebutuhan publik yang dilayani, bukan lagi sekedar kebutuhan birokrasi yang memberikan pelayanan.

2.2. Pertumbuhan Ekonomi

2.2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan peningkatan kemampuan suatu perekonomian untuk berproduksi (GDP potensial) sepanjang waktu. Peningkatan output potensial terjadi jika terdapat kenaikan dalam sumber-sumber daya alam, sumber daya manusia, atau modal, atau jika terdapat kemajuan teknologi. Dua ukuran yang paling sering digunakan dalam pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan GDP riil dan peningkatan output per kapita. Dari kedua ukuran ini, peningkatan output per kapita lebih mempunyai arti karena dapat mengindikasikan bahwa tersedia lebih banyak barang dan jasa per orang yang menggambarkan kenaikan standar kehidupan dalam perekonomian.

Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di daerah tersebut, yaitu kenaikan Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di daerah tersebut, yaitu kenaikan

daerah atau mendapat aliran dana dari luar daerah. Menurut Boediono (dalam Robinson Tarigan) mengemukakan bahwa: "Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang."

8 ) Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa

pertumbuhan itu akan berlanjut. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi mengaitkan dan menghitung persentase pertambahan tingkat pendapatan nasional dari satu periode ke periode berikutnya. Angka pertumbuhan ekonomi umumnya dalam bentuk persentase dan bernilai positif, tetapi mungkin juga bernilai negatif. Pertumbuhan ekonomi yang negatif disebabkan adanya penurunan yang lebih besar dari pendapatan nasional tahun berikutnya dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau berkembang apabila tingkat kegiatan ekonominya lebih tinggi daripada apa yang dicapai pada masa sebelumnya.

2. 2.2. Komponen Utama Pertumbuhan Ekonomi

Dalam proses pertumbuhan ekonomi, faktor-faktor produksi merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi laju pertumbuhan pertumbuhan ekonomi. Laju pertumbuhan

8) Robinson Tarigan, Op.Cit, hal. 46.

yang naik dan turun merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi tersebut.

Menurut pandangan para ekonom klasik (Smith, Ricardo, Malthus, dan Stuart Mill), maupun ekonom neoklasik (Solow dan Swan), pada dasarnya ada empat faktor atau komponen utama yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu : (1) jumlah penduduk, (2) jumlah stok barang modal, (3) luas tanah dan kekayaan alam dan (4) tingkat teknologi yang digunakan.

Jumlah penduduk secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Pertumbuhan penduduk dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap pembangunan ekonomi suatu negara. Sebenarnya, dampak positif dan negatifnya pertambahan penduduk sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonomian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan itu sendiri dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau faktor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi. Penduduk dianggap memberikan sumbangan yang positif kepada pembangunan terutama karena:

a. Perkembangan penduduk akan memperluas pasar. b. Perbaikan dalam kemahiran dan mutunya dapat menciptakan berbagai akibat yang positif kepada pembangunan. c. Penduduk menyediakan pengusaha yang inovatif yang akan menjadi unsur yang penting dalam menciptakan pembentukan modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung a. Perkembangan penduduk akan memperluas pasar. b. Perbaikan dalam kemahiran dan mutunya dapat menciptakan berbagai akibat yang positif kepada pembangunan. c. Penduduk menyediakan pengusaha yang inovatif yang akan menjadi unsur yang penting dalam menciptakan pembentukan modal. Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal atau pembentukan modal. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian adalah sumber daya alam atau tanah. Luas tanah dan kekayaan alam suatu negara adalah tetap. Tanah dalam ilmu ekonomi mencakup sumber daya alam seperti kesuburan tanah, letak dan susunannya, kekayaan hutan, mineral, iklim, sumber air, sumber lautan, dan sebagainya. Dalam pertumbuhan ekonomi, tersedianya sumber daya alam secara melimpah merupakan hal yang penting. Sumber daya alam yang melimpah harus dapat dimanfaatkan secara tepat dengan teknologi yang baik sehingga efisiensi dipertinggi dan sumber daya dapat dipergunakan dalam jangka waktu lebih lama. Jadi, sumber daya harus dapat dikembangkan melalui perbaikan teknologi dan peningkatan ilmu pengetahuan yang ada.

Lewis mengemukakan bahwa "Nilai suatu sumber daya alam tergantung pada kegunaannya, dan kegunaannya senantiasa berubah sepanjang waktu karena perubahan

9 dalam selera, perubahan dalam teknik atau penemuan baru ) .” Jadi melalui pemanfaatan sepenuhnya terhadap sumber daya alam, maka setiap daerah atau wilayah harus dapat

mengembangkan dirinya sendiri secara ekonomis ketika terjadi perubahan-perubahan seperti itu.

Perubahan tingkat teknologi dianggap sebagai faktor yang penting dalam proses penumbuhan ekonomi. Perubahan itu berkaitan dengan perubahan dalam metode

M. L Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Edisi Keenambelas, Terjemahan D. Guritno, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal.68.

2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Untuk menghitung pertumbuhan ekonomi/pembangunan ekonomi secara nominal dapat digunakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) atas dasar harga berlaku maupun konstan. Jumlah ini akan sama dengan jumlah nominal dari konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah untuk barang nominal dan jasa, serta ekspor netto. Dilihat dari metode perhitungannya, perhitungan pendapatan regional ini dapat dibagi dalam dua metode, yaitu dengan metode langsung, yaitu perhitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan digali dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode ini dilakukan dengan cara:

1. Pendekatan Produksi Pedekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya berbentuk fisik/barang, seperti pertanian, pertambangan, dan industri sebagainya. Dalam pendekatan produksi untuk menghitung pendapatan nasional yang dihitung hanya nilai tambahnya saja ( value 1. Pendekatan Produksi Pedekatan dengan cara ini dimaksudkan untuk menghitung nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan/sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya berbentuk fisik/barang, seperti pertanian, pertambangan, dan industri sebagainya. Dalam pendekatan produksi untuk menghitung pendapatan nasional yang dihitung hanya nilai tambahnya saja ( value

penghitungan ganda/dua kali ( double counting ).

2. Pendekatan Pendapatan Dalam pendekatan ini, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi, yaitu upah, gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung neto. Pada sektor pemerintahan dan usaha yang sifatnya tidak mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus usaha meliputi bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan.

3. Pendekatan Pengeluaran Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu digunakan untuk:

1) Konsumsi rumah tangga,

2) Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung,

3) Konsumsi pemerintah,

4) Pembentukan modal tetap bruto (investasi),

5) Perubahan stok, dan

6) 10) Ekspor neto.

Dengan metode ini, perhitungan nilai tambah bruto bertitik tolak pada penggunaan akhir barang dan jasa. Pendekatan kedua dalam penghitungan PDRB

10) Sadono Sukirno, Makro Ekonomi : Teori Pengantar, Edisi Ketiga, Cetakan 15, Jakarta: Rajawali Pers, 2004, hal. 24-25.

dapat dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu suatu cara mengalokasikan produk domestik bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian wilayah, misalnya mengalokasikan PDB Indonesia ke setiap provinsi dengan menggunakan alokator tertentu, antara lain: nilai produksi bruto atau neto setiap sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasilkan, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alokator lainnya. Dengan menggunakan salah satu kombinasi dari beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing- masing provinsi terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor.

2.4. Sektor Ekonomi Atau Lapangan Usaha

a) Sektor Pertanian

Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan barang-barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja. Kegiatan pertanian pada umumnya berupa cocok tanam, pemeliharaan ternak, penangkapan ikan, subsektor tanaman bahan makanan pengambilan hasil laut, penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan serta perburuan binatang liar. Sektor pertanian meliputi lima subsektor yaitu: subsektor tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan dan perikanan.

b) Pertambangan dan Penggalian

Pertambangan bukan migas meliputi pengambilan dan persiapan untuk pengolahan lanjutan dari benda padat, baik dibawah maupun diatas permukaan bumi, serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk Pertambangan bukan migas meliputi pengambilan dan persiapan untuk pengolahan lanjutan dari benda padat, baik dibawah maupun diatas permukaan bumi, serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk

Kegiatan penggalian mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi dan biasa disebut dengan golongan C. hasil- hasil kegiatan ini antara lain adalah gunung, batu kali, batu kapur, koral kerikil, batu karang, batu marmer, pasir bahan bangunan, pasir silica, pasir kwarsa, kaolin tanah liat dan sebagainya.

Kegiatan pengolahan batu:

1. Apabila dilakukan secara sederhana dengan palu atau alat pemukul lainnya di tempat penggalian, kegiatan ini masih termasuk sektor pertambangan dan penggalian.

2. Apabila dilakukan secara sederhana dengan palu atau alat pemukul lainnya teratapi terpisah dari kegiatan atau lokasi penggalian, maka kegiatan ini termasuk sektor industri.

3. Apabila dilakukan dengan mesin/mekanis, baik dilokasi maupun di tempat

lain yang khusus, maka kegiatan ini dimasukkan ke dalam sektor industri. Kegiatan pembangunan dan persiapan tempat-tempat penampungan seperti

pembuatan jalan dan jembatan ke areal penambangan, pembuatan konstruksi, pembuatan jalan dan jembatan ke areal penambangan, pembuatan konstruksi,

c) Sektor Industri Pengolahan

Kegiatan industri adalah kegiatan untuk mengubah bentuk baik secara makanis maupun kimiawi dari bahan organik atau anorganik menjadi produk yang lebih tinggi mutunya. Proses tersebut dapat dilakukan dengan mesin atau tangan, baik dibuat didalam sebuah pabrik atau rumah tangga. Termasuk juga disini perakitan bagian-bagian suku cadang barang-barang industri di pabrik, seperti perakitan mobil dan alat elektronik.

Menurut kegiatan utama yang dihasilkan kegiatan sektor industri pengolahan dikelompokkan menjadi sembilan kelompok komoditi sebagai berikut:

1. Industri makanan, minuman dan tembakau

2. Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit

3. Industri kayu, bambu, rotan dan perabot rumah tangga

4. Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan dan penerbitan

5. Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak bumi, batu bare, karet dan plastik.

6. Industri barang-barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu bara.

7. Industri logam dasar

8. Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya

9. Industri pengolahan lainnya Untuk pengumpulan data statistik industri pengolahan Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan kegiatan industri menurut banyaknya tenaga kerja yang ikut terlibat dalam kegiatan industri pengolahan menjadi 4 (empat) kelompok yaitu :

1. Industri besar, adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja lebih atau sama dengan 100 orang.

2. Industri sedang, adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja dari 20 sampai dengan 99 orang.

3. Industri kecil, adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja dari 5 sampai dengan 19 orang.

4. Industri kerajinan rumah tangga, adalah perusahaan industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari 5 orang

d) Sektor listrik, Gas dan Air Bersih

1. Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan non PLN seperti pembangkit listrik oleh perusahaan pemerintah daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta (perusahaan maupun perorangan) dengan tujuan untuk dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri.

2. Gas

Kegiatan ini meliputi penyediaan gas kota yang disalurkan kepada konsumen dengan menggunakan pipa, dimana gas tersebut diperoleh dari proses pembakaran batu bara, minyak dan crack, dengan produknya berupa gas batu bara, gas minyak, LPG dan gas alam yang tekanannya sudah dinaikkan.

3. Air bersih Kegiatan ini mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya melalui pipa dan alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah maupun swasta baik yang dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PMA) maupun bukan PAM. Kegiatan ini juga mencakup usaha air bersih melalui sumur artesis yang dikomersialkan. Pembotolan air mineral dan air yang mengandung karbonat tidak termasuk dalam subsektor ini, tetapi dimasukkan dalam sektor industri.

e) Sektor Konstruksi

Sektor ini mencakup kegiatan konstruksi di wilayah domestik suatu daerah yang dilakukan baik oleh kontraktor umum, yaitu perusahaan yang melakukan pekerjaan konstruksi untuk pihak lain, maupun oleh kontraktor khusus, yaitu unit usaha atau individu yang melakukan kegiatan konstruksi untuk dipakai.

Kegiatan konstruksi meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis kontruksi seperti bangunan tempat tinggal, jalan, jembatan, pelabuhan (laut, udara), terminal, monument, Kegiatan konstruksi meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan (berat maupun ringan) semua jenis kontruksi seperti bangunan tempat tinggal, jalan, jembatan, pelabuhan (laut, udara), terminal, monument,

f) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Sektor ini terdiri dari subsektor yaitu subsektor perdagangan, subsektor hotel dan subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan, penyediaan akomodasi/hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung, kedai, pedagang keliling dan sejenisnya.

g) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Subsektor pengangkutan secara umum digolongkan menjadi kegiatan angkutan darat (yang terdiri dari kegiatan angkutan kereta api dan angkutan jalan raya), angkutan sungai dan danau, angkutan laut dan angkutan udara. Jasa penunjang angkutan adalah suatu jenis kegiatan yang menunjang Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan baik bermotor maupun tidak bermotor. Subsektor pengangkutan secara umum digolongkan menjadi kegiatan angkutan darat (yang terdiri dari kegiatan angkutan kereta api dan angkutan jalan raya), angkutan sungai dan danau, angkutan laut dan angkutan udara. Jasa penunjang angkutan adalah suatu jenis kegiatan yang menunjang

Subsektor komunikasi meliputi kegiatan pengiriman berita/warta dengan menggunakan sarana komunikasi seperti surat, wesel, telepon, telegram, dan teleks. Sebagian besar jasa pelayanan pengangkutan dan komunikasi ini ditujukan untuk kepentingan umum ini dilaksanakan oleh pemerintah melalui badan usaha negara yang ditunjuk, seperti PT KAI, PT Pelni, PN Garuda Indonesia Airways, Perum Angkasa Pura, Badan Pengelola Pelabuhan, PN Pos dan Giro, Perum Telekomunikasi dan PT Indosat.

h) Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan

Sektor kauangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan terdiri atas subsektor bank, subsektor lembaga keuangan bukan bank dan jasa penunjang keuangan, subsektor sewa bangunan dan subsektor jasa perusahaan. Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang berupa penarikan dana dari masyarakat maupun pengalirannya (penyalurannya) kembali. Secara garis besar sektor ini terbagi atas 3 kelompok kegiatan utama yaitu: usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, dan jasa penunjang keuangan, usaha persewaan bangunan dan tanah.

i) Sektor Jasa-Jasa

1. Jasa Pemerintahan Umum

Subsektor ini mencakup kegiatan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk kepentingan rumah tangga serta masyarakat umum seperti jasa pemerintahan umum, pertahanan dan keamanan dan sebagainya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh dengan pendekatan pengeluaran pemerintah untuk belanja pegawai. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan metode deflasi dengan IHK umum sebagai deflatornya.

2. Jasa Swasta Subsektor ini meliputi kegiatan jasa yang dilaksanakan pihak swasta dalam bentuk jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan rekreasi serta jasa perorangan dan rumah tangga.

a. Jasa Sosial Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadah dan sejenisnya yang dikelola oleh swasta. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah indikator produksi seperti jumlah murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah panti asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per setiap indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian a. Jasa Sosial Kemasyarakatan Subsektor ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, kesehatan, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat (YPAC), rumah ibadah dan sejenisnya yang dikelola oleh swasta. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah indikator produksi seperti jumlah murid, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah panti asuhan dan sebagainya dengan rata-rata output per setiap indikator dari hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian

b. Jasa Kuburan dan Rekreasi Subsektor ini mencakup kegiatan jasa bioskop, kebun binatang, taman hiburan, pub, bar, karaoke, diskotik, kolam renang dan kegiatan hiburan lainnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah pengunjung atau penonton dengan rata-rata tarif per pengunjung atau penonton hasil survei SKPR. Biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara dengan nilai outputnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan metode revaluasi.

c. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Subsektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani perseorangan dan rumah tangga seperti jasa reparasi, pembantu rumah tangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah setiap jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan rata-rata output per tiap jenis kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara c. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Subsektor ini mencakup kegiatan yang pada umumnya melayani perseorangan dan rumah tangga seperti jasa reparasi, pembantu rumah tangga, tukang cukur, tukang jahit, semir sepatu dan sejenisnya. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan menggunakan pendekatan produksi yaitu output dikurangi biaya antara. Nilai output diperoleh dari hasil perkalian jumlah setiap jenis kegiatan usaha jasa perorangan dan rumah tangga dengan rata-rata output per tiap jenis kegiatan tersebut. Biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara

2.5. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share adalah salah satu alat analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, baik dari segi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu. Melalui analisis Shift Share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan. Analisis ini telah digunakan oleh sejumlah peneliti untuk mengetahui perubahan struktur sektor-sektor ekonomi dalam suatu kabupaten atau kota dalam kaitannya dengan perekonomian Sumatera Utara, antara lain oleh

11 Elvis F. Purba. ) Analisis ini dapat dilakukan pada tingkat kabupaten, provinsi maupun

nasional. Di tingkat kabupaten, analisis ini berguna untuk melihat kecamatan- kecamatan mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian kabupaten tersebut. Selain itu, melalui analisis ini juga dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di masing-masing wilayah kecamatan tersebut. Di tingkat provinsi, dapat diketahui kabupaten-kabupaten mana saja beserta sektor-sektornya yang memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan di tingkat provinsi.

Keunggulan utama dari analisis shift share adalah dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan

Elvis F. Purba, “Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara: Kasus Kabupaten Simalungun dan Kota Medan ” dalam Prosiding Seminar, Pengembangan Perekonomian Sumatera Utara, Medan: 23 Juni 2011, hal 66

Menurut model analisis shift share bahwa peningkatan nilai tambah atau PDRB suatu sektor di suatu daerah (misalnya kabupaten atau kota) dapat diuraikan atas tiga bagian, yaitu national share (regional share) , proportional shift atau mixed shift , dan differential shift atau competitive shift . Regional share dipakai untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian suatu daerah dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian daerah referensi nasional. Hasil perhitungan ini akan menggambarkan besarnya peranan wilayah referensi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian suatu provinsi. Jika pertumbuhan provinsi sama dengan pertumbuhan nasional maka peranannya terhadap nasional tetap.

Bauran industri atau disebut juga pergeseran proporsional (proportional shift) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor i dibandingkan total sektor wilayah referensi. Dengan kata lain, bauran industri adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat.

Differential shift adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi dengan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat nasional. Suatu Differential shift adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi dengan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat nasional. Suatu

Analisis shift share mempunyai banyak kegunaan, diantaranya adalah untuk melihat :

1. Perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap perkembangan sektor perekonomian di wilayah yang lebih luas.

2. Perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif dengan sektor-sektor lainnya.

3. Perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu dan pertumbuhan antar wilayah.

4. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya.

2.5. Penelitian Terdahulu

Bagian ini memuat tentang penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya yang mendasari pemikiran penulis dan menjadi pertimbangan dalam penyusunan skripsi ini. Adapun penelitian-penelitian tersebut adalah penelitian

12 Purwantina (2009) ) dengan judul: Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ). Hasil penelitian Purwantina

menyatakan bahwa:

12)) Reninta putri Purwantina, Analisis Perekonomian Kota Depok Periode 2003-2007 (Analisis Shift Share dan LQ), Bogor : Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Institut

Pertanian Bogor, 2009. hal. 1. Skripsi S-1 (tidak di terbitkan)

1. Kontribusi PDRB terbesar adalah sektor industri pengolahan. Sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan penggalian (karena ketidaktersediaan data) dan sektor pertanian. Sektor yang mengalami laju pertumbuhan tercepat adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sedangkan sektor yang memiliki laju pertumbuhan yang terendah adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian.

2. Daya saing sektor-sektor perekonomian Kota Depok pada umumnya masih kurang baik jika dibandingkan dengan sektor-sektor wilayah lainnya, kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

13 Penelitian yang lain adalah penelitian Putri (2011) ) dengan judul “Analisis Struktur Perekonomian Bali: Pendekatan Shift Share”. Hasil penelitian

menyimpulkan bahwa kontribusi PDRB di Provinsi Bali tahun 2000 –2011: komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan nilai positif pada sembilan (9) sektor, sektor PHR paling banyak memberikan kontribusi terhadap PDRB di Provinsi Bali sebesar 35,41 persen diikuti sektor jasa sebesar 15,07 persen, sektor pertanian sebesar 14,72 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 11,37 persen, sektor industri sebesar 10,13 persen, sektor keuangan sebesar 6,68 persen, sektor bangunan sebesar 4,23 persen, sektor LGA sebesar 1,62 persen, kemudian sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,78 persen. Hasil analisis tersebut memiliki arti, terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern di Provinsi Bali.

Chistina Hani Putri , “Analisis Struktur Perekonomian Bali: Pendekatan Shift

Share, ”, Bali: Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, 2011, (Skripsi Tidak Diterbitkan).

14 Selanjutnya penelitian Hasani (2008) ) dengan judul “Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Provinsi Jawa Tengah

Periode Tahun 2003- 2008”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa komponen jumlah dari analisis shift share menunjukkan nilai positif semua dari 4 sektor tersebut, sektor industri yang paling banyak dalam memberikan konstribusi terhadap PDRB di provinsi Jawa Tengah sebesar 40,9 % diikuti sektor perdagangan sebesar 23,33 % dan sektor pertanian sebesar 22,97 % kemudian sektor jasa sebesar 12,8 %. Artinya bahwa telah terjadi pergeseran sektor perekonomian dari sektor perekonomian tradisional ke sektor perekonomian modern.

2.6. Kerangka Pemikiran

Dokumen yang terkait

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN BRAND EQUITY PADA PRODUK KARTU SELULER PRABAYAR SIMPATI, IM3, DAN JEMPOL (Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember)

2 69 20

ANALISIS KONTRIBUSI MARGIN GUNA MENENTUKAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PRODUK DALAM KONDISI KETIDAKPASTIAN PADA PT. SUMBER YALASAMUDRA DI MUNCAR BANYUWANGI

5 269 94

ANALISIS METODE SIX SIGMA DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ROKOK SKM PR GAGAK HITAM BONDOWOSO

11 102 51

PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PAKAIAN JADI (Study Kasus di UD Hardi, Ternate)

24 208 2

PERENCANAAN METODE TRANSPORTASI UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PENGIRIMAN PRODUK PADA PT. KUTAI TIMBER INDONESIA PROBOLINGGO

0 53 1

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG DESAIN KEMASAN PRODUK DENGAN INTENSI MEMBELI

9 123 22

HUBUNGAN ANTARA SIKAP TERHADAP INOVASI PRODUK DENGAN LOYALITAS MEREK

2 79 2

DIVERSIFIKASI PRODUK MAKANAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) BERBASIS INOVASI DI KOTA BLITAR

4 89 17

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 34 50

RECONSTRUCTION PROCESS PLANNING REGULATORY FRAMEWORK IN THE REGIONAL AUTONOMY (STUDY IN THE FORMATION OF REGULATION IN THE REGENCY LAMPUNG MIDDLE ) REKONSTRUKSI PERENCANAAN PERATURAN DAERAH DALAM KERANGKA OTONOMI DAERAH (STUDI PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

0 17 50